Thursday, December 31, 2020

My poem: The Kingdom of Non-Duality



THE KINGDOM OF NON-DUALITY

Humans are scared
of becoming old
Being old is perceived
As a condition to be cursed

None loves oldness
It's against youthfulness
It is hated by resplendent ladies
It's an enemy of gorgeous goddesses

It is weird, isn't it?
In fact, all know it
That oldness is universal
A phenomenon common to all

Human and divine beings
Compete to reach everlastingness
To achieve eternal youthfulness
To overcome lifelessness

Science has not defeated oldness yet
The arrow of time still moves forward fast
Still unlikely to travel back to the past
Over time everything will be extinct

Hi Oldness, why are you so dreadful?
Could you be so beautiful?
Could you be so meaningful?
Give them your answers in full

Yeah, me, Oldness, is always thought
As the entrance to sorrowful plight
The gate to the kingdom of dust
Ending up somewhere in naught

Is emptiness so fearful?
Is impermanence so ghastly?
Is silence so frightful?
Is absence so ghostly?

Well, I'm telling you my beloved
You'll never never be old
Insofar as you know the road
The road weirdly traveled

Feel deeply the silence of a voice
Touch softly the absence of a presence
Embrace the presence of an absence
Kiss warmly the eternal impermanence

All of them are your lovers
So... make love with your lovers

Follow the quiet rhythm of solemn anthem
Scream, scream, silently scream

Let's dance, dance, and dance
In harmony with the sound of utter silence

Your lovers give you abiding freshness
They bestow you long-lasting wellness
They grant you limitless fullness
They confer you amazing thoughtfulness

To think about death and life
We need to be critically creative
Critical ceativity is liberative
Think from a non-duality perspective

When you still live, think you die
When you die, think you still live
Old and young are then simultaneous
Death and life are then contemporaneous

While you're still alive
Do anything noble
When you have to die
Die for anything honorable

Nothing is something
Something is nothing
Silence is voice
Voice is silence

The Lord becomes human
Humanity is the Lord's mansion
Presence is absence 
Absence is presence

A man is a woman
A woman is a man
Pretty is a man
Handsome is a woman 

A grandma is a little Rachel
A little Rachel is a grandma
A little Paul is a grandpa
A grandpa is a little Paul

Do appreciatively to Shindu
The things you want Shindu
To do respectfully to you
Oneness exists between Shindu and you

As you live in the physical world of duality
The root cause of human conflict and frailty
Cross, cross the border bravely
To enter the kingdom of non-duality

Crossing over is unavoidable
You are the chosen one
Many many more will come
To the fore

Rivers flow forever
Fishes swim for ever and ever
Rivers and fishes are one
No dichotomy is in existence

Dive, dive into the river!
The blue ocean is awaiting you, hi comer!

In this kingdom of thing-as-nothing
You don't have anything
Even though you have everything
You will then joyfully be singing

An infinite song of an endless longing
A very long longing for thing-as-nothing!
Me, Oldness, is admirably nothing-as-thing
Don't you worry about nothing-as-thing?

Empty yourself, then wholeness is yours
Discard the content, fullness then comes

During youth, your body worked so hard
In old age, you have a peace of mind
As a young man, you studied physics
As an elderly person, you now write poems

Body and mind are one
Scientists and poets are one
Young and old are one
All are enveloped by the same
The Non-Dual Supreme

Fly, fly, fly up to the limitless sky
While you're sleeping on your bed soundly
The one on a bed and the one in the sky
Are one and the same entity

Blessed are those
Who are chosen to be
The children of that kingdom
Which knows no dualism

They're nowhere
Yet they're everywhere
They're finite
Yet they're infinite


Dec 31, 2020
ioanes rakhmat

"Happy Old New Year!"
-----------------------------------------
"So Starym Novym Godom!"


Sunday, December 27, 2020

Kabar Sorgawi: Santa Klaus dan Piet Hitam Akan Bagikan Vaksin Covid-19 Gratis!



Sikap dan gerakan menolak vaksin apapun adalah salah besar. Seharusnya, kalangan yang menolak vaksin, bersikap jeli: tolaklah vaksin yang tidak tepat, yang tidak "up-to-date", yang tidak aman, tidak manjur, dan yang serokonversinya rendah. Lalu, dukunglah program vaksinasi pemerintah yang memakai vaksin-vaksin yang tepat, up-to-date, aman, manjur dan memperlihatkan serokonversi tinggi.

Begitu juga, adalah salah jika orang menolak vaksin apapun lalu mendukung hanya prokes 3M plus sebagai ganti vaksinasi.

Sebab, prokes 3M yang dijalankan jangka sangat panjang, tanpa vaksinasi, akan menimbulkan dampak berat dan buruk pada psikologi manusia dan kegiatan sosial ekonomi yang luas. "New normal" itu beda sekali dari "Normal".

Kita sudah tahu dampak psikologis negatif dari prokes 3M pada anak-anak yang harus terlalu lama menjalankan "online schooling" dengan akibat pergaulan sosial mereka nyaris terhenti. Juga pada orang dewasa tertentu yang harus jangka panjang bekerja online dari rumah, "working from home". Belum lagi "covid-insomnia" dan "covid-anxiety and stress" yang melanda banyak orang di seluruh dunia, karena pandemi yang hebat dan juga karena pelaksanaan prokes 3M yang terlalu lama meski perlu.

Lantas? Ya untuk keluar dari labirin pandemi Covid-19, jalannya yang paling tepat adalah vaksinasi global dengan vaksin-vaksin apapun yang tepat, "up-to-date", aman, manjur dan memiliki serokonversi yang tinggi sehingga mampu, lewat aksi-reaksi sistem imun, membangkitkan antibodi-antibodi yang lengkap dengan durabilitas yang sangat panjang, 10 tahun atau selamanya.

Susahnya, antara lain lantaran imunitas yang dimiliki manusia dan seleksi alam, si virus SARS-CoV-2 kini tampak sedang bermutasi terus, bukan mutasi-mutasi minor yang dapat diabaikan, tetapi mutasi-mutasi mayor pada morfologi luar, termasuk pada protein "spike" mereka. Kayaknya, si virus sedang bermain petak umpet dan pasang puzzle dengan para vaksinolog.

Vaksin-vaksin teknologi baru mRNA yang sudah diproduksi, dan belum di-"adjust" dengan mutasi-mutasi besar si virus SARS-CoV-2 belakangan ini, apakah harus dibuang, karena mubazir? Dus, jutaan USD akan raib begitu saja? Atau tetap akan dijual dan disuntikkan dengan dalih "denial" bahwa vaksin-vaksin ini masih ampuh dalam menangkal, misalnya, si Mutant Covid Inggris dan si Mutant Covid Afrika Selatan? Susah menjawabnya. Business is business. Uupps, health is health, isn't it, Pfizer and Moderna?




Kasus infeksi di Indonesia yang pesat meningkat belakangan ini (per 26 Desember 2020, kasus positif mencapai 706.837), dan penularan komunitas (dalam satu keluarga dan dalam satu RT/RW) yang makin menggila, pasti ada penyebabnya. Apakah lantaran pengabaian prokes 3M yang disengaja? Ataukah karena virus SARS-CoV-2 di kawasan-kawasan Indonesia yang paling berat terdampak sudah bermutasi besar dengan menghasilkan strain baru yang lebih agresif dan lebih cepat menular? 

Pertanyaan yang kedua itu hanya bisa dijawab oleh para ilmuwan lewat teknologi sekuensing genetik si virus yang menunjang! Yang tentu sangat mungkin adalah gabungan dua pertanyaan itu.

Adakah upaya lain? Ya ada.

Mari minta tolonglah rame-rame ke Santa Klaus supaya si santa suci ini bersama Piet Hitam dalam musim Natal di ujung Desember 2020 ini datang ke seluruh warga dunia, 8 milyar lebih manusia, dengan membagi-bagi gratis vaksin Covid-19 paling mujarab dan manjur abadi lewat cerobong asap dan jendela-jendela. Vaksin Santa ini "made in heaven".

Jadi, bangunlah cerobong-cerobong asap di rumah anda, dan buka jendela rumah dari jam 24 hingga jam 3 dini hari. Vaksin-vaksin Covid-19 gratis penolong dunia akan berjatuhan ke dalam rumah anda. Percaya gak? SAYA SIH MAUNYA PERCAYA. Maunya loh.


Salam,
Santa Klaus dan Piet Hitam
27 Desember 2020





Friday, December 25, 2020

Tuhan Menyepi


TUHAN MENYEPI

Konon dulu di bulan Desember
Malaikat berdiri berjejer
Di awan-awan yang tersebar
Madah sorgawi pun menggelegar

Menyambut kelahiran
Bayi mungil kudus sang harapan
Yang terbaring dalam palungan
Pemenuhan segala harapan

Allah turun ke dunia
Mengambil rupa manusia
Yesus nama untuk-Nya
Sang Tuhan penolong dunia

2020 di bulan Desember
Rumah sakit meluap luber
Dipenuhi pasien yang tertular
Si Mutant Covid menyambar

Tak terdengar madah malaikat
Tangisan menggelegar berat
Dari wajah manusia sekarat
Tanpa upacara turun ke liang lahat

Para malaikat ikut antrian
Turun dari ketinggian awan
Masuk dalam kesunyian
Jasad-jasad yang disemayankan

Tuhan menyepi dalam kesunyian
Dalam sebuah kandang sendirian
Badan menggigil kedinginan
Terserang demam berselimutan

Datangi, datangi Tuhan
Beri, beri Dia pengharapan
Bisikku kepada dua insan
Yusuf dan Maria berpasangan

Natal pun ramai keheningan
Dihadiri Tuhan yang setiawan
Yang ikut menanggung kesakitan
Sampai nyawa-Nya dipertaruhkan

Yesus, Yesus, apa makna bernatalan?
Dia menjawab dengan senyuman
Senyuman sunyi hening sendirian
Mataku pun bercahaya penuh tangisan

Aku menangis jutaan tahun
Ditemani semarak hijau daun-daun
Musim semi tak pernah berlalu
Dihidupi siraman putih salju


Jakarta, 25 Desember 2020
☆ ioanes rakhmat

We wish you a merry and blessed Christmas

Setelah Inggris, Kini Si Mutant Covid Afrika Selatan!

MUTANT COVID yang "transmission rate"-nya 70% lebih tinggi atau "lebih cepat menular", kita tahu, sudah diidentifikasi di Inggris (dilabeli varian B117, sebelumnya sudah ada mutant D614G---perhatikan gambar terlampir persis di bawah ini). Sejauh ini, si mutant virus Inggris ini diketahui sudah masuk ke Asia, yakni Singapura, Malaysia (strain A701B) dan Hongkong.



Nah, kini suatu strain baru coronavirus yang bahkan telah bermutasi 
lebih jauh dan lebih cepat menular telah diidentifikasi juga di Afrika Selatan, dan si Mutant Covid-19 Afrika Selatan ini sudah masuk ke Inggris, selain, kabarnya, juga ke Australia dan Belanda. Woow... bergerak cepat ya?! Ya, mengikuti mobilitas tinggi, luas dan cepat warga dunia.

Di Afrika Selatan, si Mutant Covid ini menular cepat di kawasan-kawasan pantai dan menimbulkan simtom-simtom yang lebih berat lantaran "viral load" atau "muatan virus" pada orang yang sudah terinfeksi sangat tinggi. Jadi, lebih infeksius.

Dan... tentu akan teridentifikasi lebih banyak varian mutant lainnya di bagian lain dunia. Tinggal menunggu waktu saja.

Yang perlu diwaspadai, anak-anak akan lebih banyak terdampak oleh mutant-mutant coronavirus ini. Kalau terhadap mutant Ninja anak-anak bisa akrab bermain, kali ini mereka malah harus lebih terlindungi dari mutant-mutant Covid. Anak-anak akan jadi sama rentan dengan orang dewasa ("as equally susceptible as adults") ketika si Mutant Covid ini menyebar lebih cepat, dus lebih luas.

Harus diantisipasi, mutant-mutant SARS-CoV-2 yang lebih cepat menular dan mungkin lebih berbahaya, khususnya bagi anak-anak, akan teridentifikasi di lebih banyak negara. Ini bergantung kemampuan teknologi sekuensing genetik masing-masing negara (dalam hal ini, Inggris berada di posisi terdepan) dan kesigapan para ilmuwan medik dan peneliti epidemi setempat.

Bagaimana bisa tercipta mutant-mutant Covid-19 ini? Ada banyak jalan dan cara.

Virus-virus corona baru bermutasi dalam "inang-inang spesial", khususnya dalam diri orang-orang yang memiliki sistem imun yang lemah sehingga virus-virus dapat bertahan hidup sangat lama, berbulan-bulan, dalam sel-sel tubuh mereka, lalu membuat banyak mutasi sementara memperbanyak diri.

Orang-orang itu dikatakan sebagai "immunocompromised patients", pasien-pasien yang karena sistem imun mereka lemah (lantaran telah ditekan oleh obat-obatan imunosupresan dalam menangani penyakit otoimun mereka) telah dimanfaatkan si virus sebagai inang-inang empuk untuk bertahan lama dan bermutasi besar.

Berbagai bentuk seleksi alam ("natural selection"), misalnya kompetisi antar strain virus untuk merebut dominasi di suatu kawasan baru, atau makin banyak spesies hewan non-manusia yang telah ikut tertular, juga berperan dalam melahirkan mutant-mutant Covid-19 yang dapat mengelakkan diri dari respons penangkal sistem imun manusia.

Mutasi besar virus juga dipicu oleh imunitas manusia yang timbul karena kesembuhan lewat obat-obatan dan terapi (misalnya, obat antibodi monoklonal, terapi plasma konvalesen, obat-obat antiradang kortikosteroid seperti Dexamethasone, dan kapsul herbal Lian Hua Qingwen, dll) dan karena vaksin-vaksin. Mutasi besar si virus inilah yang mengharuskan vaksin-vaksin di-"update" dan di-"setel kembali" berulang-ulang sepanjang waktu.

Mutasi besar pada virus-virus juga terjadi pada populasi besar hewan-hewan yang ditemukan terinfeksi virus, misalnya cerpelai yang pertama kali teridentifikasi di Belanda. Setelah bermutasi dalam sel-sel inang hewan-hewan, si virus "lompat kembali" ("spill-over") ke inang manusia, atau lebih dulu ke spesies lain sebelum ke manusia. Alur perpindahan ini dinamakan "horizontal gene transfer". Nah, reservoa hewan-hewan kini makin banyak diperhatikan lantaran makin banyak hewan yang terinfeksi juga oleh virus SARS-CoV-2.

Apakah mutasi-mutasi besar virus corona baru yang melahirkan Mutant Covid (bisa jadi akan jadi Super Covid yang jauh lebih berbahaya--- semoga tidak!) akan membuat vaksin-vaksin yang ada tidak efektif lagi, "out of date"?

Diberitakan, vaksin-vaksin mRNA yang sudah ada akan terbukti efektif juga dalam menangkal mutant-mutant SARS-CoV-2. Optimisme tampaknya ada.

Dinyatakan oleh eksekutif kepala perusahaan BioNTech, Dr. Ugur Sahin, bahwa "Ditinjau dari sudut keilmuan, sangatlah mungkin bahwa respons imun oleh vaksin (-vaksin mRNA) dapat juga mentekel varian baru coronavirus."

Ya, dengan me-reenjinir atau men-"adjust" material genetik vaksin mRNA yang membutuhkan waktu 6 minggu, vaksin mRNA yang baru di-"adjust" manapun dipercaya dapat mematahkan juga mutant-mutant Covid-19 yang kini sedang meresahkan banyak orang di seluruh dunia. Vaksin-vaksin tradisional (vaksin "inactivated" dan vaksin "adenovirus") juga dapat direenjinir untuk kebutuhan yang sama, tapi membutuhkan waktu lebih lama.

Vaksin mRNA Pfizer mengandung 1.270 asam amino, dan hanya 8 atau 9 (dari 17 atau 23) dari seluruh asam amino tersebut yang harus di-"adjust" atau "diubah" sejalan dengan jumlah mutasi virus Mutant Covid Inggris pada 8 atau 9 (dari 17 atau 23 mutasi genetik) protein gen "spike" pada morfologi luar si virus. Artinya, 99% protein pada vaksin mRNA masih akan tetap sama. Waahhh... ini suatu kabar baik, meski dunia belum punya pengalaman sama sekali sebelumnya dengan vaksin teknologi baru ini.

Sekarang ini, vaksin mRNA yang sudah dapat persetujuan otorisasi penggunaan darurat (oleh Inggris dan Amerika) adalah vaksin Pfizer-BioNTech dan vaksin Moderna. Ada satu lagi yang minggu lalu mulai masuk uji klinis tahap akhir, yaitu vaksin mRNA yang dikembangkan perusahaan Jerman CureVac. Berbeda dari Inggris dan Amerika, Uni Eropa akan segera di akhir 2020 mengeluarkan "otorisasi pemasaran bersyarat" bagi vaksin mRNA Pfizer.

Perusahaan-perusahaan vaksin mRNA kini sedang bersiap melakukan "adjustment" atau "penyetelan kembali" vaksin-vaksin mereka untuk menghadapi mutasi-mutasi besar SARS-CoV-2.  Setelah itu, mereka harus melakukan banyak uji klinis lagi yang akan menghabiskan waktu 2 minggu di luar waktu ekstra untuk menunggu lagi pemberian ulang otorisasi penggunaan darurat dari lembaga-lembaga pemerintahan yang berwenang. Waaahhh... mutant-mutant Covid-19 memang sangat menyusahkan dan bikin repot. Berengsek mereka tuh! Beraninya mutasi.

Terkait Indonesia, kita tak bisa lagi pakai dalih atau argumen "doa akan menjaga Indonesia" dari mutasi-mutasi besar virus SARS-CoV-2!

Saya belum bisa menjawab pertanyaan apakah vaksinasi penduduk Indonesia lebih baik menunggu Mutant Covid Indonesia ditemukan, dan vaksin-vaksin yang menjadi pilihan pemerintah Indonesia sudah "disetel kembali" sebagai respons. 

Saya mengemukakan hal itu hanya untuk diantisipasi mengingat jumlah kasus positif terinfeksi di Indonesia terus meningkat dengan cepat dan luas. Hal ini dapat terjadi mungkin saja karena virus-virus di kawasan-kawasan yang paling berat terdampak sudah bermutasi besar, alhasil mereka jadi lebih agresif dan lebih cepat menular. Kemungkinan ini harus diteliti, jangan ditepis.

Yang sudah pasti, sikap dan gerakan menolak vaksin apapun adalah salah besar. Kalangan yang menolak vaksin, harus jeli: tolaklah vaksin yang tidak tepat, yang tidak "up-to-date", yang tidak aman, tidak manjur, dan yang serokonversinya rendah. Lalu, dukunglah program vaksinasi pemerintah yang memakai vaksin-vaksin yang tepat, up-to-date, aman, manjur dan memperlihatkan serokonversi tinggi.

Begitu juga, adalah salah jika orang menolak vaksin apapun lalu mendukung hanya prokes 3M sebagai ganti vaksinasi.

Sebab, prokes 3M yang dijalankan jangka sangat panjang, tanpa vaksinasi, akan menimbulkan dampak berat dan buruk pada psikologi manusia dan kegiatan sosial ekonomi yang luas. Kita sudah tahu dampak psikologis negatif dari prokes 3M pada anak-anak yang harus terlalu lama menjalankan "online schooling"; juga pada orang dewasa tertentu yang harus jangka panjang bekerja online dari rumah, "working from home".

Selain itu, harus juga diwaspadai reservoa hewan-hewan non-manusia yang menjadi salah satu tempat virus corona baru bermutasi besar. Jadi, perlu diselidiki dan ditemukan.

Harus diwaspadai bahwa di samping keteledoran penduduk Indonesia dalam menjalankan prokes 3M, pemasangan ventilasi ruang indoor publik, dan penjagaan kinerja sistem imun untuk tetap prima, kasus positif terinfeksi yang meningkat pesat di Indonesia mungkin juga terhubung dengan hewan-hewan yang dekat dengan manusia (tak harus pet) yang sudah terinfeksi dan menularkan virus ke spesies-spesies yang berbeda. Who knows?

Kita sedang berada dalam labirin pandemi Covid-19. Memang melelahkan. Virus kelelahan juga berbahaya dan bisa cepat menular.

ioanes rakhmat
25 Desember 2020








Tuesday, December 22, 2020

Puyeng dan stres karena beranekaragam info tentang Covid-19?


Jika terhadap pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini anda menjawab ya, bacalah tulisan di bawah ini, lalu share demi kebaikan dan ketenangan bersama.

Saya baru terima sebuah audio (rekaman suara) tentang virus Covid-19 yang kini, kata si pembicara dalam audio itu, sedang menyasar terbanyak ke orang yang punya masalah dengan lambung atau maag mereka. Saya dengarkan baik-baik audio sekitar lima menitan itu. Test PCR atau test swab dikatakannya tidak tepat lagi, karena telah dikalahkan oleh si virus yang, katanya, sudah berubah makin "canggih".

Pertama-tama saya berterimakasih telah dapat mendengarkan audio itu. Berikutnya, saya mau memberi tanggapan saya untuk menenangkan teman-teman.

Don't panic. Be calm. Keep maintaining your peace of mind. Jangan panik. Tetaplah kalem. Pertahankan kedamaian pikiran anda.

Sudah sejak sekian bulan lalu diketahui, virus corona baru juga dapat menimbulkan diare --- artinya, virus tersebut dapat masuk ke dalam lambung dan usus-usus, atau ke sistem cerna. Ini bukan hal baru.

Bahkan sudah diketahui juga, virus corona baru juga menyerang organ-organ lain, selain paru, seperti ginjal dan otak. Juga dapat membuat sel-sel darah merah menggumpal kecil dalam pembuluh darah. Juga mematikan fungsi indra penciuman dan fungsi indra pengecap. Selain itu, juga dapat menimbulkan ruam-ruam merah pada kulit.

Dan.... sudah ditemukan banyak kasus, orang muda di bawah 59 tahun juga terserang tanpa ampun dan berakhir dengan banyak kematian. Tambahan lagi, bayi dan kanak-kanak juga rentan diserang virus SARS-CoV-2, selain orang yang menyandang penyakit ikutan lain (atau komorbiditas).

Semua hal di atas sudah diketahui. Sejak berbulan-bulan lalu.

Nah, ikuti dengan cermat apa yang saya tulis di bawah ini. Mudah diikuti.

Sebelum sampai ke lambung dan usus, si virus hanya bisa masuk ke tubuh lewat lubang hidung (saat bernafas) atau lubang mulut lalu masuk ke tenggorokan, kemudian lebih dalam lagi masuk ke paru.  Covid-19 adalah penyakit saluran pernafasan, yang kemudian berkomplikasi. 

Jadi test swab/PCR tetap harus dilakukan, tetap penting, jika mau tahu apakah seseorang (dengan gejala atau tanpa gejala) sudah terinfeksi atau tidak/belum terinfeksi virus SARS-CoV-2. Ketepatan test PCR mencapai 98 hingga 99%.

Ambil test swab yang hasilnya baru bisa diketahui dalam hitungan hari, dari dalam kurun 1 hari hingga 3 hari kerja

Jadi, jika ada yang bilang test PCR tak bisa dipercaya, ya tidak benar. Memang untuk tahu kepastiannya, sudah terinfeksi atau tidak/belum terinfeksi, jika ada gejala, test PCR perlu dilakukan minimal 2 kali dengan biaya yang tidak murah. Tetapi ada juga program test PCR gratis oleh pemerintah, tokh.

Juga harus diingat, test swab/PCR bisa hasilkan "false negative".

Maksudnya: dari sampel/spesimen yang diambil dari rongga dalam hidung (nasofaring) dan sekaligus dari rongga tenggorok (orofaring), bisa tidak terambil material genetik si virus (ini material yang mati, bukan virion atau si virus hidupnya sendiri). Tetapi, material genetik virus ini bisa ada di bagian lain dari rongga hidung dan rongga tenggorok yang tidak terambil lewat alat swab/usap. Juga bisa tak ditemukan karena virus sudah masuk lebih dalam ke sel-sel tubuh dan sel-sel paru yang tidak bisa dijangkau alat swab.

Bisa juga karena muatan virus ("viral load") yang menginfeksi sangat sangat sedikit dan tidak meninggalkan material genetik pada membran mukosa bagian atas saluran sistem pernafasan.

Hasil negatif dalam kasus ini menjadi "false negative". Artinya, anda sebetulnya sudah positif terinfeksi, tapi test swab gagal mendapatkan material genetik si virus, sehingga anda dinyatakan negatif, bukan positif.

Nah, hasil "false negative" ini sudah lama diketahui, bukan hal baru sama sekali. Tak perlu membuat anda panik.

Juga harus diingat dan dicamkan betul  bahwa seandainya virus SARS-CoV-2 di Indonesia sudah dan sedang bermutasi genetik lalu menjadi MUTANT COVID atau SUPER COVID (seperti sedang terjadi dan dipantau terus di Inggris--- tentang ini sudah saya tulis) yang lebih agresif (dan mungkin lebih berbahaya), si virus varian baru ini bisa ditangkal dengan 95% efektif lewat protokol kesehatan yang dijalankan:

1. Memakai masker wajah dengan benar (plus "face shield" jika harus),

2. Menjauhi dan tidak membuat kerumunan, lalu acap kali.... 

3. Mencuci tangan pakai sabun untuk mencegah penularan lewat permukaan benda padat yang sudah terkontaminasi virus yang tersentuh tangan (disebut "fomite transmission"). 

Semua langkah di atas lazim disebut prokes 3M.

Tapi, dari riset mutakhir, prokes 3M juga bertambah dengan keharusan ada ventilasi yang cukup dalam setiap ruang indoor privat dan publik untuk mencegah penularan lewat udara (umumnya udara ruang indoor) atau "airborne transmission" yang jauh lebih banyak terjadi (95%) dibandingkan "fomite transmission".

Ventilasi yang cukup dan bekerja baik, ditambah kipas angin pembuang yang bekerja bagus, sangat penting untuk mengalirkan udara indoor ke ruang outdoor. Alhasil, jika ada suspensi atau himpunan sangat banyak partikel virus dalam mikrodroplets yang mengapung di udara indoor, membentuk awan-awan yang tak terlihat oleh mata dalam udara ruang indoor, suspensi ini akan buyar ketika terbuang ke luar lewat banyak ventilasi. Dus, partikel virus tidak akan tersebar dalam ruang indoor, dan tidak akan menginfeksi.

Sekali lagi, ventilasi, ventilasi, ventilasi. Sekali lagi, sirkulasi udara keluar dari ruang indoor. Sirkulasi udara, sirkulasi udara!

Dan ingat selalu, AC itu bukan ventilasi. Udara dalam ruang ber-AC ya udara yang sama, yang itu-itu juga, yang berputar di tempat dalam ruang indoor yang tertutup. Ingat juga, AC pun ikut berfungsi menyebarkan virus dalam ruang indoor tertutup publik khususnya.

Selain prokes plus ventilasi, juga sangat perlu untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja sistem imun di masa pandemi ini. Caranya?

Ya pertahankan kebugaran tubuh dan ketenangan mental/emosi, lewat olah raga sedang yang aman, dan cocok dengan usia, di ruang atau tempat yang banjir cahaya Matahari. Juga lewat rekreasi yang aman untuk menghilangkan stres dan rasa cemas karena pandemi dan covid-insomnia. Meditasi relaksasi akan bisa membantu untuk mencapai kondisi tenang dan hening.

Ditambah dengan asupan nutrisi dan makanan serta minuman yang bergizi dan hiegenis, plus banyak mengkonsumsi buah-buahan segar, sayur-mayur dan kacang-kacangan.

Jangan diabaikan: minum vitamin, mineral dan suplemen yang berfungsi sebagai imunomodulator (penguat dan peningkat kinerja sistem imun), seperti vitamin D3 dalam dosis yang pas (jangan berlebih!), cukup 1 kapsul lunak sebesar bulir jagung dosis 1000 IU per hari. Juga vitamin-vitamin C dan E dalam dosis yang cukup.

Saya perlu tambahkan: madu hutan hitam pahit (asli), "black forest honey", sangat kuat fungsi imunomodulator-nya, selain memiliki belasan khasiat lainnya seperti menetralisir asam lambung yang berlebih dan mencegah refluks (naiknya asam lambung yang menimbulkan rasa panas di dada).

Biasakan sehari minum madu hutan hitam pahit (yang asli) 2 kali sehari @ 1 sendok makan, pagi dan sore.

Menguji keaslian madu hutan hitam pahit asli sangat mudah: ambil 1 sendok makan/teh madunya, lalu celupkan ke dalam air dan gerakan perlahan selama beberapa detik. Jika tidak langsung larut dan tetap menempel kuat pada sendok (bisa sampai 1 jam 15 menit), itu tandanya madu asli.

Jika langsung buyar dan larut dengan cepat, dalam hitungan detik, maka itu tanda madu yang tidak asli, sudah dicampur gula putih kental manis atau sirup.

Madu yang sudah dicampur gula buruk buat penderita diabetes. Madu hutan hitam pahit malah berkhasiat stabilkan kadar gula darah yang normal--- jadi baik untuk penderita diabet.

Selain itu, "black forest honey" rasanya pahit betul. Jika tidak pahit, itu bukan madu hutan hitam pahit asli. Bisa jadi, itu madu manis biasa yang dicampur zat pewarna hitam.

Perlu diingatkan juga, sekarang ini banyak beredar video atau audio atau tulisan (disebar lewat WA, paling umum) yang mengajukan saran-saran tentang hal mencegah atau mengobati Covid-19, dan uraian-uraian tentang virus SARS-CoV-2 dan pandemi. 

Ya, ujilah semua yang anda terima itu, apakah digambarkan, diutarakan atau ditulis berdasarkan studi-studi dan riset-riset ilmiah mutakhir.

Sebab banyak juga yang sebetulnya tidak betul atau tidak tepat. Ada banyak motivasi dan tujuan, dari yang positif hingga yang negatif, ketika orang menyusun video, merekam audio, membuat tulisan, terkait pandemi Covid-19 dan perkembangan si virus SARS-CoV-2.

Jelas, ada juga video-video propaganda dan berita-berita di media massa online yang bertujuan untuk mendiskreditkan pemerintah Indonesia lewat penyebaran informasi yang salah dan ditelikung tentang usaha penanggulangan pandemi oleh negara dan hal-hal lain yang berkaitan.

Video-video dan berita-berita semacam itu mempolitisasi secara sempit dan tendensius nyaris segala kebijakan dan langkah penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah. Jika anda mendapat kiriman video-video semacam ini, langsung di-delete saja. Termasuk juga video propaganda teori-teori konspirasi yang terus diubah dan diganti.

Ya, ada yang menulis atau memberi info yang salah dan menyesatkan. Ada juga yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Ada juga sekedar mau nimbrung saja, bikin rame, tanpa memikirkan akibat-akibatnya. Untuk bisa memilah, bertanyalah tanpa sungkan ke orang-orang yang berpengetahuan yang benar. Bacalah report studi-studi di jurnal-jurnal ternama internasional, jika anda mau berlelah-lelah dan jika anda mampu.

Sebetulnya, akal sehat juga akan menghindarkan kita dari bahaya dan kebodohan yang disebarkan lewat sekian video, audio dan tulisan.

Apakah akal sehat anda akan mengizinkan anda untuk menghirup dengan mulut dan menyedot dengan hidung uap air panas yang keluar mengepul-ngepul dari corong sebuah teko yang berisi air panas yang sudah dicampuri dengan minyak kayu putih, yang sedang dijerang di atas api kompor? Jawablah sendiri.

Saya perlu ingatkan, bahwa si virus bermutasi genetik, adalah hal yang lumrah, berhubung sudah makin banyak orang yang imun terhadap infeksi si virus.

Imunitas diperoleh lewat kesembuhan dari sakit lewat minum obat-obatan (kapsul Tiongkok Lian Hua Qingwen, antara lain, efektif menyembuhkan) dan terapi (misalnya terapi plasma konvalesen), dan kini juga bisa lewat vaksinasi dengan vaksin-vaksin Covid-19 yang aman dan efektif dan memperlihatkan serokonversi yang persentasenya tinggi (yaitu kemampuan suatu vaksin untuk membangkitkan antibodi lengkap dan banyak lewat kerja sistem imun manusia).

Karena si virus ingin bertahan hidup, maka mereka melawan imunitas dengan cara bermutasi genetik.

Mutasi genetik virus yang dengan serius akan berpengaruh pada kemampuan antibodi-antobodi untuk menyerang virus yang menginfeksi adalah mutasi genetik yang terkait dengan morfologi atau bentuk luar si virus yang sudah dikenali sebelumnya oleh sistem imun.

Sejauh ini, mutasi genetik yang paling serius baru ditemukan pada si MUTANT COVID Inggris yang kini sedang dikaji terus oleh para ilmuwan Inggris. Varian virus ini bukan "canggih", tetapi mutasi-mutasi yang sudah terjadi luar biasa, tak seperti sangat banyak mutasi sebelumnya.

Anda tak perlu khawatir dengan mutasi-mutasi si virus yang kebanyakan tidak membuat mereka lebih berbahaya atau lebih cepat menular. Anda cukup jalankan prokes 3 M plus pasang ventilasi yang cukup dan bekerja bagus. Serta tingkatkan kinerja sistem imun anda.

Ketahuilah, kasus infeksi akan terus membubung jika prokes 3M diabaikan, dan orang tak mau memasang ventilasi yang cukup dalam ruang indoor publik, dan kinerja sistem imun tidak prima. Bukan terutama karena virusnya sudah makin "canggih". Uupps.... kok virus bisa makin canggih? Emangnya teknologi?

Banyak kalangan kini sengaja mengabaikan prokes, ya antara lain karena mereka menganggap penyakit Covid-19 hanya khayalan yang dibangun negara-negara, atau virus SARS-CoV-2 adalah virus yang lemah, yang akan lenyap sendiri jika musim panas tiba (seperti diyakini Donald Trump sekian bulan lalu) atau jika suatu wilayah dibanjiri cahaya Matahari dengan berlimpah.



Dus, mereka anggap negara tak ada, dan menantang si virus untuk menginfeksi mereka. Apa yang disebut "Covid Party" tak lain adalah anak-anak milenial yang membuat keramaian pesta di mana beberapa orang dari antara mereka telah terinfeksi SARS-CoV-2 dan diharapkan virus akan tertular ke rekan-rekan mereka yang lain, yang akan menerima hadiah uang yang telah dikumpulkan jika terbukti benar bahwa mereka sudah tertular virus yang lemah ini. Mereka inilah yang disebut Covanarkis dan Covidiots. Mereka ada di seluruh dunia. Tetapi ada juga kalangan yang mengabaikan atau melepaskan prokes karena merasa sudah lelah dan bosan saja. Karena itu semua, jumlah kasus terinfeksi global dan nasional terus meningkat dengan cepat.

Nanti, di awal 2021, jika di Indonesia sudah resmi tersedia vaksin-vaksin Covid-19 yang aman, manjur dan sudah teruji lama (misalnya vaksin "inactivated" produk Tiongkok), vaksinasikan diri anda dan keluarga anda. Jangan ikuti gerakan anti-vaksin.

Selebihnya, serahkan ke para ilmuwan tulen, dan jangan dibuat puyeng oleh hal-hal yang tak perlu. Yang utama, pertahankan kestabilan dan ketenangan emosi anda. Jauhkan diri anda dan keluarga anda dari "cov-anxiety and sress", dari kecemasan dan stres yang timbul karena pandemi Covid-19 dan berbagai cara dan langkah mitigasi dan penanggulangannya.

Semoga bermanfaat. 

Be blessed. Stay happy and healthy. Don't forget to pray for yourself and your family and for the suffering world as well.

☆ ioanes rakhmat
22 Des 2020

Sunday, December 20, 2020

Datanglah Kerajaan-Mu! Jadilah Kehendak-Mu di Bumi!

Dalam pandangan Yesus, kerajaan Allah adalah kawasan kehidupan para murid-Nya sehari-hari yang dibimbing dan dituntun Allah sebagai sang Raja yang rahmani dan rahimi, yang berbelarasa, yang memberdayakan mereka, Allah sebagai sang Raja, sang Bapa dan sang Gembala yang baik, yang menjaga dan melindungi domba-dombanya, yang membebaskan mereka dari segala yang jahat, dari sekarang ini hingga selamanya.

Kata Yesus, kerajaan Allah ada di antara kamu. Jika demikian, ke manapun kita pergi dan di manapun kita berada, kerajaan Allah kita datangkan kepada orang-orang di sekitar kita. Di manapun kita berada, isak tangis dus berubah jadi suka cita, putus asa berganti pengharapan, kelemahan diganti kekuatan.

N.B. Ditambahkan gambar 17 Oktober 2021


Saya tergerak untuk menulis refleksi ini, tentang seruan doa Yesus "Datanglah Kerajaan-Mu", setelah mendengar tiga pemudi gereja menyanyikan lagu Doa Bapa Kami dalam kebaktian Minggu online, 20 Desember 2020, di GKI Kepa Duri, Jakarta. 

Mereka bernyanyi dengan bagus, diiringi ketukan istrumen organ. Lihatlah screencapture di bawah ini. Tap atau ketuk gambarnya untuk dapat ukuran lebih besar dan jelas terlihat.




Pengkhotbah dalam kebaktian ini adalah Sdr. Christyan Adi Pamungkas. Tema khotbah masih di sekitar kalender masa penantian kedatangan Yesus (atau masa Adventus), yaitu masa penantian antara Natal (atau "kelahiran Yesus" yang sudah terjadi di abad pertama) dan Parousia (atau "kedatangan kembali" Yesus yang masih ditunggu).

Saya tidak bermaksud mengulas isi khotbah yang sudah disampaikan. Fokus saya dalam tulisan ini adalah bagian-bagian tertentu Doa Bapa Kami, lebih spesifik lagi ihwal kerajaan Allah dalam pemahaman Yesus orang Nazareth.

Dalam doa yang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya, yang dikenal sebagai Doa Bapa Kami, ada bagian awal yang berbunyi "Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di Bumi seperti di sorga." (Matius 6:10; Lukas 11:2)

Dilihat dari tata-bahasanya ("aorist imperfect"), seruan "Datanglah (Yunani: elthatô) ..." adalah seruan untuk kerajaan Allah datang terus-menerus, tidak cuma satu kali lalu selesai di masa lalu, juga bukan untuk baru datang nanti di masa depan yang tak jelas.

Murid Yesus, yaitu gereja, tidak diminta Yesus terbang ke langit naik ke sorga, meninggalkan dan mengabaikan Bumi. Dibetot ke angkasa tinggi, melawan gravitasi, mungkin dengan memakai tenaga jet. 

Seruan Yesus untuk kerajaan sorga datang, juga tidak berada dalam bingkai ide sorga yang dibenturkan dengan ide neraka, seperti termuat dalam kitab Daniel 11-12 yang, sebagai satu kitab, ditulis pada abad ke-2 SM dalam konteks perang antara pasukan keluarga Makkabeus dan kerajaan Syria. 

Tetapi sebaliknya, Yesus mengajak para pengikut-Nya untuk bersama Tuhan mendatangkan dan mewujudkan kerajaan sorga di Bumi ini dan menjadikan kehendak Tuhan terlaksana di Bumi ini seperti di sorga. Sekarang ini dan seterusnya. Kerajaan yang presentis, di Bumi ini, bukan di akhir sejarah nanti di kawasan lain. Bukan "hereafter" di "akhir zaman", tapi di sini sekarang ini, "here and now".

Bumi adalah tempat gereja berpijak dan melayani, dan mewujudkan serta menjalani kehendak Allah, sang Abba, sekarang ini. Sesudah mati, tidak ada lagi pelayanan dan kegiatan apapun. Di angkasa juga tak ada gereja, komunitas gereja ataupun gedung gereja. Tak ada kegiatan bernyanyi kekal selamanya.

Tetapi, musti jelas dulu, apa yang Yesus maksudkan dengan kerajaan Allah. 

Kerajaan Allah

Kerajaan Allah tidak pernah dimaksudkan Yesus sebagai kerajaan alternatif pengganti kekaisaran Romawi. Yesus tidak pernah menggerakkan para murid-Nya untuk angkat senjata, memerangi dan menghancurkan Imperium Romanum yang sedang menjajah negeri Yesus, eretz yisrael

Yesus tidak pernah membentuk dan melatih angkatan perang. Yesus tidak pernah mengumpulkan senjata, pedang, kelewang dan badik, apalagi pistol dan mortil serta tank, yang akan digunakan untuk berperang melawan kekaisaran Romawi. 

Tak ada ajaran dan perintah Yesus untuk para murid-Nya dan para pengikut-Nya berjuang sampai mati di jalan Tuhan dengan berperang dan membunuh. Tak ada bukti apapun untuk mengklaim hal-hal sebaliknya.

Fakta-fakta di atas menjadi kendala kuat terhadap setiap usaha menafsirkan sejumlah teks dalam injil-injil Perjanjian Baru dari sudut politik militeristik, yang bermuara pada suatu kesimpulan yang dipaksakan bahwa Yesus dari Nazareth adalah seorang messias politis militeristik. Teks-teks yang semacam ini memang ada, tak banyak, tetapi bisa dijelaskan berbeda.

Memang sebutan Yesus tentang kerajaan Allah, dan ajaran-ajaran-Nya yang disampaikan lewat perumpamaan-perumpamaan-Nya tentang kerajaan Allah atau kerajaan sorga, yang disampaikan berulang-ulang di banyak wilayah di Galilea, dapat disalahartikan, atau disalahtafsirkan. Bahwa Yesus dari Nazareth sedang menggalang kekuatan rakyat dan menanamkan ideologi alternatif untuk menumbangkan kekaisaran Romawi.

Kerajaan Allah yang diberitakan Yesus dapat disalahpahami sebagai kerajaan Yahudi yang akan menggantikan paksa Imperium Romanum atau kekaisaran Romawi yang sedang menjajah negeri Israel, sebagai kerajaan politik dengan ideologi teokratisme ("Allah sebagai Raja yang memerintah") yang ditarik dari Perjanjian Lama. Kerajaan teokratis Yahudi dengan Yesus sebagai sang Raja. Dus, Yesus jadi dapat dituduh sebagai satu sosok pemberontak.

Dan itulah yang memang telah terjadi. Sejarah tak bisa diubah, tapi bisa dijelaskan dengan lebih bertanggungjawab. 

Dakwaan yang salah

Yesus dihukum mati karena dakwaan bahwa Dia telah mengklaim diri sebagai Raja Orang Yahudi, dus sebagai sosok berbahaya yang menentang dan menolak Kaisar Romawi sebagai penguasa yang sah atas tanah jajahan mereka, tanah Israel. 

Tuduhan ini real historis, sebagaimana terbaca pada Titulus crucis yang dipantekkan pada kayu salib Yesus. Pada titulus itu ditulis kata-kata "Yesus orang Nazareth. Raja orang Yahudi" dalam tiga bahasa, Ibrani, Yunani dan Latin. 



Titulus crucis (dalam tiga bahasa). Atas, konon aslinya. Bawah, tiruannya.


Ya, Yesus telah dihukum mati atas dakwaan yang salah. Salah, lantaran banyak sebab, antara lain karena hasutan para pemuka agama Yahudi di zaman-Nya, atau karena info yang salah yang disampaikan salah satu atau lebih pengikut-Nya (yang mengaitkan Yesus dengan raja Daud sebagai "keturunan" atau "anak" Daud). Atau karena hasutan dan laporan para penguasa Bait Allah di Yerusalem yang di salah satu sisinya, yang dinamakan Stoa Salomo (TB LAI: serambi Salomo), Yesus sempat membuat keributan, berdemo kecil, tetapi sangat riskan di musim Paskah Yahudi. 

Juga karena Yesus tidak memahami rumitnya relasi-relasi politik antara Bait Allah dan keamanan serta ketertiban masyarakat yang berlaku di negeri-Nya di masa kolonialisme Romawi, khususnya di musim Paskah Yahudi yang berlangsung dalam 7 hari, yakni musim merayakan dan menapaktilaskan Eksodus atau pembebasan moyang bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Dalam musim ini, ratusan ribu orang memadati kota Yerusalem sehingga kontrol dan pengawasan terhadap kamtibmas meningkat tinggi.

Dakwaan yang salah, karena tidak ada satu pun bukti material bahwa Yesus sedang menggalang pemberontakan dan perang melawan kolonial Romawi. Bahwa Dia sedang bergerak bawah tanah untuk menegakkan teokrasi Israel. 

Dakwaan yang salah, lantaran Yesus tidak pernah mengklaim diri-Nya sang Raja Israel pelanjut dinasti Daud. Bagi Yesus, hanya Allah, sang Abba, yang menjadi Raja bagi para pengikut-Nya, bagi bangsa Yahudi. Paling jauh, Yesus melihat diri-Nya anak Allah atau putera sang Abba. Anak tidak pernah bisa menjadi Bapa, dan juga sebaliknya, dalam arti biologis, pun dalam arti hubungan spiritual yang akrab.

Lantas, apa yang sebetulnya dimaksudkan Yesus sebagai "kerajaan Allah" atau "kerajaan sorga" (kata "sorga" dipakai untuk mengganti kata "Allah" berhubung orang Yahudi dilarang keras menyebut nama Allah)?

Yesus memaknai lain

Ide "kerajaan sorga" (Yunani; hē basilea tou ouranou) atau "kerajaan Allah" (Yunani: hē basilea tou theou) dalam injil-injil Perjanjian Baru, dan dalam ajaran Yesus, tentu memiliki latarbelakang pada ide tentang
"malkuth hashamayim" (bahasa Ibrani: מלכת השמים), "kerajaan sorga", dalam kosa kata Ibrani (sebetulnya, terminologi khusus kalangan Farisi).

Tetapi Yesus dengan kreatif menafsirkan kembali atau memberi makna lain terhadap gagasan tentang kerajaan sorga dalam tradisi Yahudi.

Bagi Yesus, kerajaan sorga adalah suatu kesempatan, suatu kairos, dan suatu kawasan, di saat mana dan di mana Tuhan Allah dengan kerahiman dan kerahmanian-Nya, dengan belarasa-Nya, dengan "compassion"-Nya, bukan dengan angkatan perang-Nya, dialami dengan nyata-nyata oleh para murid dan para pengikut-Nya yang terdiri atas orang-orang kecil dan sederhana. 

Murid-murid Yesus tidak kenal senjata. Tak pernah dilatih bertempur melawan musuh. Yang mereka sedang perangi adalah rasa lapar, rasa haus, rasa takut akan hari esok, rasa tak berdaya, rasa bodoh tak punya talenta, rasa terasing dari sesama, rasa ditinggalkan Tuhan, Allah mereka, rasa bersalah karena tidak bisa membayar pajak Bait Allah, rasa terbeban karena banyak hutang, rasa kedinginan karena tak punya baju dan jubah, rasa tak terlindungi, rasa rentan.

Allah menjadi Raja karena Allah adalah sang Bapa, sang Abba, yang pengasih dan penyayang, yang memelihara, menjaga, merawat, memulihkan dan mempertahankan kehidupan, kehidupan manusia, kehidupan kanak-kanak, domba-domba, burung-burung, bunga, pepohonan dan tanaman. 

Sebagai Raja, sang Abba ini mampu dan berkuasa melindungi dan memberdayakan rakyat kecil, empowering the people, sehingga mereka dapat bertahan hidup, bebas dari ketakutan dan ketidakberdayaan, dari keterhilangan, dari kekerasan, dari penyakit, dari kerentanan, dan tak khawatir lagi dengan hari esok, kendatipun mereka sedang hidup dalam masa penjajahan yang berat dan sangat menyusahkan. 

Lewat ajaran dan tindakan Yesus, baik tindakan aktual maupun tindakan simbolik, semua kekuasaan Allah sang Abba sebagai Raja dialami real oleh para pengikut-Nya.

Allah sang Abba sebagai Raja tidak pernah dipikirkan Yesus dalam suatu model militeristik dari dunia Perjanjian Lama, yakni sebagai Allah sang Panglima Perang seperti digambarkan dalam kisah-kisah tentang "perang suci" atau "holy wars" dalam bagian-bagian tertentu Perjanjian Lama, kitab suci Yahudi yang mereka namakan Tenakh.

Kalau pun Yesus melihat diri-Nya diberi tugas dan peran sebagai sang Anak oleh Allah, Bapa-Nya, yang di sorga, tugas dan peran ini bukanlah tugas dan peran Anak sang Bapa sebagai "sang Messias petempur", "a warrior Messiah", yang akan menggerakkan pemberontakan untuk melawan dan mengusir penjajah negeri mereka. Sebutan pertama tentang "Kurios Khristos" sebagai "seorang Messias perang" muncul dalam sebuah karya sastra pseudepigrafis yang ditulis dalam bahasa Yunani antara tahun 63 SM dan tahun 37 SM yang berjudul Mazmur-mazmur Salomo atau Psalmoi Solomontos (Yunani) (17:30 dyb).

Tentu, Yesus yang dalam pimpinan roh Allah sang Abba memberdayakan rakyat, dapat menghimpun rakyat setahap demi setahap sehingga menjadi besar. Lalu, pengikut yang sudah dalam jumlah besar ini, jika Yesus mau, dapat dilatih berperang, dan akhirnya dimobilisasi untuk memberontak terhadap kolonial Roma. 

Ya, ada petunjuk-petunjuk dalam kitab-kitab injil, bahwa ada kalangan tertentu yang ingin mengangkat Yesus sebagai raja, dan kalangan lain yang ingin menekan dan mengarahkan Yesus untuk angkat senjata memerangi kekaisaran Romawi. Yesus tentu tahu betul hal ini. 

Tapi,... Yesus selalu menolak kemauan mereka. Yesus tetap memilih untuk berada di jalan-Nya sendiri: jalan pemberdayaan rakyat, lewat kuasa Allah sang Abba, tanpa kekerasan fisik dan kekerasan mental. 

Jalan tanpa kekerasan

Yesus memilih jalan perjuangan tanpa kekerasan. Perjuangan untuk memperoleh pembebasan dari beban-beban kehidupan yang membuat orang letih dan lesu, untuk dapat hidup lega, untuk dapat langsung mendatangi Allah sang Bapa, untuk dapat langsung mengalami kerahiman Allah sebagai Raja mereka yang selalu peduli. Tentu pilihan Yesus ini diambil setelah melewati suatu proses perenungan yang mendalam dan pergolakan batin yang berat.

Garakan kecil Yesus untuk memihak dan memberdayakan rakyat jelata Yahudi adalah suatu gerakan tanpa kekerasan wacana dan tanpa kekerasan tindakan. A non-violent movement by the non-violent Son of the non-violent God. Mahatma Gandhi menarik banyak inspirasi dari ajaran-ajaran Yesus, khususnya Khotbah di atas Bukit, dan dari gerakan-Nya. Seperti Yesus, Gandhi pun dibunuh.

Tetapi bagaimana dengan perkataan "keras" Yesus dalam Matius 10:34, "Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai (Yunani: hē eirēnē) di atas Bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang (Yunani: hē makhaira)."? Teks alternatifnya berbunyi "... melainkan pertentangan dan pedang (Yunani: hē makhē kai hē makhaira)." 

Lukas 12:52 memuat teks paralelnya, "Kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas Bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai melainkan pertentangan (Yunani: diamerismos)."

Kalau dua teks tersebut di atas dipahami dalam konteks sastra perikop masing-masing seutuhnya, jelaslah bahwa "pedang" adalah kiasan untuk "pertentangan", "perselisihan" atau "perpecahan" atau "percekcokan" yang timbul dalam setiap keluarga karena ada anggota-anggotanya yang memutuskan untuk mengikut Yesus. 

Pada era penjajahan tanah Israel oleh kekaisaran Romawi dan antek-antek Yahudi mereka, keluarga-keluarga hidup dalam relasi yang tidak seimbang dan tidak setara antar anggota-anggotanya. 

Nah, Yesus mau sungguh-sungguh membereskan situasi dominasi pihak yang satu terhadap pihak yang lainnya dalam setiap keluarga Yahudi. Caranya? 

Ya dengan menggantikan hierarki dan dominasi dengan kesederajatan dan kesetaraan. Inilah komitmen Yesus, "pedang" Yesus, untuk mewujudkan kehadiran Allah yang rahmani dan rahimi dalam setiap keluarga sebagai miniatur masyarakat kerajaan Allah yang dicita-citakan Yesus. Dalam keluarga-keluarga, relasi hierarkis vertikal sedang diganti Yesus dengan relasi kesetaraan horisontal.

Ingat juga, di taman Getsemani di saat Yesus mau ditangkap, ada seorang pengikut-Nya yang memotong sampai putus telinga seorang hamba Imam Besar. Yesus tidak mendukung tindak kekerasan ini. Kata Yesus, "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa mengunakan pedang, akan binasa oleh pedang" (Matius 26:52; bdk. Lukas 22:49-51; Markus 14:47; Yohanes 18:10).

Kalaupun Yesus memerlukan pedang, dua bilah pedang yang ada pada murid-murid-Nya dikatakan oleh Yesus "sudah cukup". Dua pedang tentu sangat tidak cukup untuk mengobarkan pemberontakan bersenjata melawan Roma. Oleh penulis Injil Lukas, dua pedang itu dijadikan suatu alasan mengapa Yesus nanti, saat dibunuh di kayu salib, akan "terhitung di antara pemberontak-pemberontak" (Lukas 22:35-38, par. Yesaya 53:12). 

Pas jika tuturan tentang tersedianya dua pedang tersebut dilihat sebagai tuturan yang dikarang penulis Injil Lukas dalam suatu skema "nubuat dan pemenuhan".

Alih-alih para murid Yesus akan langsung mulai melakukan perlawanan dan pemberontakan bersenjata ketika Yesus ditangkap di taman Getsemani, malah mereka semua melarikan diri karena ketakutan (Matius 26:56b; Markus 14:50).

Yesus tidak buta politik

Yesus tidak buta politik, tetapi Dia tahu politik itu kerap mengubah orang jadi "serigala", sebutan kepada Herodes Antipas dalam TB LAI Lukas 13:32. Sebetulnya kata benda feminin Yunani hē alôpēks berarti "rubah", tapi oleh Yesus diberi makna negatif dan merendahkan, yakni "anjing betina yang liar" atau sebuah allegori "perempuan jalang". 

Atau jadi "legion" (Yunani: legiôn) (satuan besar pasukan Romawi yang terdiri atas pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki, berjumlah 6.000 orang) yang akhirnya hanya pantas mati tenggelam di dalam danau setelah diusir Yesus (Markus 5:9).



Relief seorang personil Legion XI Claudia yang dibentuk Julius Caesar di tahun 58 SM. Credit: Caralo Raddato. Sumber gambar World History Encyclopedia, artikel Donald L. Wasson, 12 Oktober 2021. 


Atau jadi "orang kuat" (ho iskhuros) tanpa pamor yang cuma pantas diikat (Markus 3:27). Orang kuat bisa diartikan Beelzebul atau penghulu setan; dan bisa juga simbolik ke pihak penguasa kerajaan religiopolitik yang kuat atau ke petempur yang kuat dalam perang.

Mentor-Nya, Yohanes Pembaptis, Yesus tahu, telah dibunuh atas perintah raja Herodes Antipas yang merasa terancam oleh para pengikut Yohanes Pembaptis yang banyak (ini penjelasan sejarawan Yahudi Flavius Josephus).

Semua persepsi Yesus itu, dan juga pengalaman-Nya sejak kecil hidup di Galilea yang dikuasai Herodes Antipas, membuat Yesus tidak bisa menaruh harapan pada politik dan para politikus untuk menolong rakyat Yahudi. Dia menghindari apa yang sekarang kita sebut "politik praktis". Yesus punya suatu wawasan lain.

Pawai Yesus di saat Dia dan murid-murid-Nya masuk kota Yerusalem di awal musim Paskah berlangsung dengan aman dan semarak. Dibiarkan saja oleh penguasa setempat, meskipun mempunyai makna politis messianik karena oleh pengisah Injil Markus diberi acuan teks messianik ucapan syukur atas kemenangan sang raja dalam perang, yakni Mazmur 118:26, dalam Markus 11:1-10. Juga dalam teks Markus ini ada acuan ke teks Zakharia 9:9-10 yang menyebut sang raja Yerusalem yang menunggang seekor keledai beban yang muda, yang membawa pesan kerendahan hati, perdamaian dan penghentian perang.

Artinya, pawai itu lebih bermakna simbolik ketimbang sebagai unjuk kekuasaan. Tak ada orang besar lain baik dari pemuka Yahudi maupun dari wakil gubernur Pontius Pilatus, penguasa provinsi Yudea, yang bergabung. 

Bagi para penguasa, pawai itu cuma acara hura-hura. Acara kerumunan. Sosok yang menunggang seekor keledai dan disanjung-sanjung massa hanyalah sosok kecil dari Galilea yang tak berarti. Tak ada tindak lanjut politis militeristik keras oleh Yesus setelah acara pawai ini. Begitu pawai dilaksanakan, langsung gembos sendiri.

Ketika makin banyak rakyat Yahudi diberdayakan, di provinsi Galilea, maka makin nyata kerajaan Allah sedang datang, sudah dan akan terus berada di antara para pengikut Yesus. Inilah kerajaan Allah yang presentis, sedang hadir, bukan futuris di hari akhir. Kata Yesus kepada orang banyak, "Sesungguhnya kerajaan Allah ada di tengah-tengah kalian!" (Lukas 11:20; 17:21). Tidak ada di atas langit. Tidak ada di dalam lautan. Juga tidak ada di dalam tanah.

Kalau kerajaan Allah ada di angkasa di langit, burung-burung sudah menguasainya lebih dulu. Jika kerajaan Allah ada dalam lautan, ikan-ikan akan lebih dulu mendudukinya. Kalau kerajaan sorga ada di bawah tanah, dalam kuburan, cacing-cacing sudah lebih dulu ada di situ.

Kairos kedatangan sang Abba sebagai Allah yang hadir dan berkarya dan memimpin, sudah tiba, sedang tiba dan akan terus dialami. Kairos yang presentis. Kawasan di mana sang Abba yang rahmani dan rahimi hadir, berkarya dan memerintah dengan kerahiman-Nya, adalah kawasan kehidupan sehari-hari para pengikut-Nya di Bumi, bukan di angkasa di balik langit, bukan di dalam laut atau di bawah tanah, juga bukan di istana dengan takhta megah di dalamnya. 

Bebaskan kami dari yang jahat!

Jelaslah, kehidupan di Bumi, yang dibebaskan dari "segala hal yang jahat" (Yunani: ho ponēros), menjadi fokus utama kehidupan Yesus, dus juga menjadi perhatian utama pelayanan gereja. 

Jangan abaikan Bumi. Jangan binasakan kehidupan. Jangan biarkan hal yang jahat berkuasa dan merajalela. Kata Yesus dalam doa yang diajarkan-Nya itu, "Jangan biarkan kami jatuh ke dalam pencobaan [TB LAI: "Jangan bawa kami ke dalam pencobaan."]; tapi bebaskan kami dari yang jahat (Yunani: alla rhusai hēmas apo tou ponērou)!"

Hal yang jahat ini bisa mengambil banyak wujud, rupa, bentuk, ide dan tindakan. Bisa hal yang tak terlihat, kuasa jahat yang membuat orang kerasukan. Bisa manusia busuk. Bisa Herodes Antipas. Bisa para penguasa Bait Allah. Bisa sakit-penyakit. Bisa bencana alam. Dan...kekaisaran Romawi juga bisa dilihat sebagai kekuasaan penjajah yang jahat, kekuasaan batil yang sementara.

Kata Yesus terkait dengan "hal yang jahat" dan "kuasa" Allah, "Jika Aku mengusir setan dengan kuasa [harfiah: "jari"; Yunani: ho daktulos] Allah, maka sesungguhnya kerajaan Allah sudah ada di antara kalian!" (Lukas 11:20).

Dalam pemahaman religius Yahudi, setan yang dilawan dan dikalahkan Yesus adalah suatu kuasa anti-Allah yang terus ada dalam pentas dunia insani, berbeda dari kekuasaan Imperium Romanum yang temporer, yang sementara, yang suatu saat akan tumbang dan lenyap.

Jadi, fokus Yesus lebih kepada hal yang jahat yang terus-menerus, sepanjang zaman, merongrong kekuasaan sang Bapa yang tidak sementara, tidak temporer, tetapi yang sekarang ada, besok ada, tetap ada "sampai selama-lamanya". Dalam doa-Nya itu, penutupnya berbunyi ".... karena Engkaulah, Abba, yang mempunyai kerajaan, kekuasaan, dan kemuliaan sampai selama-lamanya (Yunani: tous aionas)".

Mewariskan suatu visi universal

Yesus orang Nazareth tidak memperjuangkan hal-hal yang sementara. Dia ingin mewariskan suatu visi universal dan langgeng tentang pembebasan manusia terus-menerus dari hal-hal yang jahat, yang selalu ada dalam kehidupan manusia, di zaman dan tempat-Nya, dan di zaman-zaman lain dan di kawasan-kawasan lain.

Imperium Romanum akan kandas dan tenggelam. Tetapi "hal yang jahat" selalu mengancam manusia dari zaman ke zaman, di segala tempat. Hanya bersama Allah, sang Abba yang rahmani dan rahimi, hal yang jahat ini dapat ditangkal oleh gereja-Nya sepanjang masa dan di segala tempat.

Pendek kata, yang diperjuangkan Yesus bukan hal-hal yang sementara, yang temporer, tetapi pembebasan manusia dari hal-hal yang terus ada, yang membelenggu dan melemahkan manusia, para murid-Nya, selama Bumi dan kehidupan masih ada. Jadi, memerangi Imperium Romanum, memimpin pemberontakan berdarah, sama sekali jauh dari visi dan tindakan Yesus. 

Yesus menjauhkan diri-Nya dari segala kaitan politik praktis lokal temporer yang bisa mengubah manusia jadi "rubah betina yang jalang", jadi "legion" yang cuma pantas terbenam dalam dasar danau, atau jadi "orang kuat" tanpa martabat yang diikat dengan penuh kehinaan.

Politik belarasa Yesus

Tetapi jelas, Yesus bukan seorang sekuler modern yang memisahkan politik dari agama, dan agama dari politik. 

Yesus tetap mempunyai wawasan politik, tetapi bukan politik militeristik, bukan politik keras perang melawan Roma secara frontal, bukan politik mati di jalan Tuhan, melainkan politik pemberdayaan rakyat lewat "divine compassion", kerahiman atau belarasa Allah.

Ringkas kata, politik Yesus adalah politik belarasa, politik yang lahir dari sanubari terdalam, dari hati yang peka, hati yang beraura ilahi, bukan dari syahwat kekuasaan dan ketamakan insan-insan kegelapan.



Gambar "the sacred heart of Jesus" yang lazim dikaitkan dengan visi Suster Faustina dari Polandia. Digunakan di sini sebagai ilustrasi Politik Belarasa Yesus, politik yang memancar dari hati suci yang beraura keilahian.


Di dalam masyarakat Yesus, di mana compassion, belarasa, sudah diganti dengan intimidation dan coercion, intimidasi dan ancaman dan tekanan, jelaslah politik belarasa Yesus adalah suatu politik alternatif yang berbahaya, yang merongrong kemapanan dan kenyamanan kalangan penguasa, baik penguasa Yahudi mau pun penguasa Romawi.

Karena belarasa-Nya, Yesus mengundang orang banyak, "Marilah kepada-Ku hai kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).

Ya, kelegaan, seperti orang yang sedang rehat setelah deras berpeluh dan berkeringat, karena mengalami kerahiman dan kerahmanian Allah. Karena mengalami pembebasan dari hal-hal yang jahat oleh kuasa sang Bapa yang berbelarasa, yang ikut merasakan dan mengalami derita dan duka lara setiap insan. Lewat Yesus dan di dalam Yesus kita berjumpa Allah dalam wajah insani. Berjumpa sang Bapa dalam diri sang Anak. Mengalami kuasa sang Bapa lewat tangan sang Anak.

Ingat, membebaskan Bumi dan kehidupan manusia dari segala hal yang jahat, dalam berbagai manifestasinya, adalah tugas dan panggilan yang tak pernah berakhir. Hal yang selalu ada. Hal yang selalu memanggil. Itulah kehendak Allah, sang Bapa. Jangan tunggu sorga nanti. Wujudkan sorga kini di Bumi ini. Datangkan sorga, bukan datangi sorga. Itu kemauan Yesus, visi Yesus, perjuangan Yesus.

Penutup

Sungguh, lewat doa yang diajarkan-Nya, Doa Bapa Kami, Yesus meminta kita melakukan hal yang benar dan perlu, bukan satu atau dua kali saja, tetapi selamanya.

Fokus Yesus adalah kehidupan di Bumi sekarang ini. Menangkan dan bela kehidupan, kalahkan apapun yang jahat, seperti juga Allah sang Bapa berkehendak mencipta, menjaga dan memelihara kehidupan. 

Bagi, share, sumber-sumber daya kehidupan, seperti, ujar Yesus, sang Bapa memberi Matahari sumber enerji yang menghidupkan kepada semua orang. Jangan berlaku tamak dan jahat dengan menguasai sumber enerji kehidupan hanya buat diri sendiri.

Kalahkan yang jahat, bebaskan manusia dari yang jahat, dengan memberdayakan diri sendiri dan memberdayakan orang lain. Sementara menjalankan tugas panggilan yang dikehendaki Allah sang Bapa ini, waspadailah politik kotor yang sanggup ubah "manusia domba" menjadi "manusia serigala".

Waspadailah bahwa yang jahat itu, sang "serigala" itu, pertama-tama berdiam dalam diri kita sendiri, dan selalu kita pelihara dan beri makan. Dari kecil hingga besar. 

Periksa dulu bagian internal kita, "the self within", pikiran kita, perbendaharaan jiwa kita. Sebab dari situ mengalir ke luar segala sesuatu. Dari buah yang keluar, kamu kenal pohonnya, akarnya. Serigala tak pernah melahirkan anak domba. Sebaliknya juga, domba tak akan melahirkan anak serigala.

Maaf, maaf, kepada hewan serigala yang real. Kalian tidak jahat. Cuma manusia terbiasa memakai gambaran serigala sebagai simbol kejahatan dan keculasan. Saya jadi ikut meminjam simbolik ini. Cuma meminjam. Tapi saya menyayangi hewan serigala. Seperti saya juga suka hewan domba. Kalian berdua adalah hewan yang bersaudara. 

ioanes rakhmat
20.12.2020 

Friday, December 18, 2020

Si "Mutant Covid" Inggris Jadi Perhatian. Akan Mubazirkah Vaksin yang Ada?

SUATU VARIAN BARU virus SARS-CoV-2 yang menyebar dan berkembang lebih cepat telah diidentifikasi di Inggris selatan dan timur. Muncullah sebutan "SUPER COVID" atau "MUTANT COVID" untuk si virus varian baru ini.



Pertama kali terdeteksi akhir September 2020, lalu diikuti terus, dan mulai makin dikenali, hingga saat ini. Baru dalam minggu-minggu terakhir ini virus corona varian baru ini mulai meluas menjadi perhatian publik setelah seorang pejabat eselon atas pemerintah Inggris yang berwenang mengumumkannya (Senin, 14 Desember 2020), dan para ilmuwan membicarakannya.

Mutasi genetik melahirkan varian-varian baru virus-virus. Mutasi adalah bagian dari kehidupan setiap spesies, sesuatu yang lumrah. Sejak awal pandemi Covid-19, virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit ini, sudah mengalami luar biasa banyak mutasi yang berbeda dalam banyak "strains" dan "silsilah spesies" yang berbeda, di berbagai bagian dunia yang luas.

Virus-virus bermutasi genetik ya karena mereka ingin bertahan hidup, berhubung orang yang sudah imun terhadap virus varian-varian lama sudah makin banyak. Manusia menjadi imun karena kesembuhan yang diperoleh lewat obat-obatan, terapi (misalnya terapi plasma konvalesen), dan kini dan seterusnya karena vaksin-vaksin.

Si virus "membenci" imunitas manusia. Si virus melawan terhadap berbagai "immune pressure" ini dengan bermutasi genetik. Kebanyakan mutasi ini sudah dikenali para ilmuwan, dan sejauh ini terpantau tidak memberi efek lebih berbahaya bagi manusia.

Ya, kebanyakan mutasi genetik pada virus tidak bermanfaat bagi si virus, tidak membantunya untuk lebih cepat memperbanyak diri, tetapi malah melumpuhkannya. Ada sedikit mutasi yang bermanfaat; tetapi sisanya mendatangkan hanya sedikit efek tertentu. Ada juga mutasi genetik yang netral atau acak, yang terjadi secara kebetulan, dan umumnya terjadi pada populasi kecil suatu spesies (ini yang dinamakan "genetic drift" atau "pergeseran lambat genetik").

Tetapi, sekali lagi tetapi, pada varian baru Super Covid ini, para ilmuwan Inggris menemukan 17 mutasi yang tidak biasa yang dapat berpengaruh pada bentuk atau morfologi virus, dan kebanyakan mutasi ditemukan pada segmen genom si virus yang mengkodekan protein "spike" luarnya, yang menonjol ke luar. Protein "spike" ("protein paku") ini memungkinkan si virus mengikat reseptor sel-sel (ACE2) pada orang yang sudah terinfeksi, sebelum menyusup masuk ke dalam sel-sel.

Sementara, kita tahu, vaksin-vaksin yang sudah ada dirancang untuk memberi reaksi, lewat sistem imun tubuh manusia, terhadap virus-virus berdasarkan morfologi luar mereka. Apakah perubahan morfologi viral si Mutant Covid ini akan membuat vaksin-vaksin Covid-19 yang sudah tersedia tidak efektif lagi, mubazir? Segera dijawab. Sabar saja.




Belum dapat dipastikan apakah varian baru coronavirus ini lebih berbahaya 
dibandingkan varian lainnya yang sudah diketahui. Mungkin juga ya, tetapi bukti-bukti masih sedang dicari dan dikumpulkan.

Yang sudah terpantau, si Super Covid ini sangat cepat berbiak, menjadi varian yang dominan, dan lebih cepat menular, "more transmissible", sehingga kasus-kasus infeksinya membubung. Dinyatakan virus varian baru ini memberikan tantangan yang "potentially serious", dan memperlihatkan diri "more harmful", lebih berbahaya.

Si Mutant Covid ini ditemukan lebih banyak, lebih dominan menguasai kawasan-kawasan, bisa karena muncul kemampuan baru dari 17 mutasi genetiknya. Tapi bisa juga karena apa yang dinamakan "founder effect", yakni varian baru ini kebetulan saja berada lebih awal di suatu wilayah geografis (dibandingkan varian lain yang belum tiba) di mana penularan si virus kemudian menjadi umum. Si virus varian baru ini ibaratnya sedang menancapkan tonggak pendirian kerajaan mereka di kawasan-kawasan Inggris tenggara. Ini penjelasan simpelnya tanpa kaitan dengan 17 mutasinya. Ini juga baru dugaan saja. Studi-studi atas si Mutant Covid Inggris ini masih berjalan.

Syukurnya, menurut beritanya, dua vaksin Covid-19 teknologi baru yang sudah tersedia, yakni vaksin mRNA Pfizer BioNTech dan vaksin mRNA Moderna, dapat dengan mudah disesuaikan, di-"adjust", di-"tweak", atau "disetel kembali", untuk merespons dan mematahkan kemampuan si virus varian baru ini untuk mengelakkan respons imun tubuh terhadap vaksin lewat bentuk dan protein "spike" luarnya yang sudah berubah lewat mutasi-mutasi. Sepintar-pintarnya si virus, tentu saja lebih pintar manusia. Ya dooong. Tetapi, pandemi... memang menyakitkan hati semua orang.

Ya, betapa fleksibelnya vaksin-vaksin teknologi baru messenger-RNA, meskipun kita belum punya pengalaman sama sekali dengan vaksin-vaksin baru ini (yang dapat dikembangkan kurang dari satu tahun) terkait efek-efek samping jangka panjang, "long-term adverse reactions", vaksin-vaksin baru ini. 

Bagaimanapun juga si virus varian baru Super Covid tersebut lebih cepat menyebar dan tumbuh dan berbiak, dan mungkin juga lebih berbahaya, perubahan-perubahan ini dapat ditangkal jika warga masyarakat umum tetap memakai masker wajah, menjalankan distansi fisik/sosial, menghindari dan tidak membuat kerumunan orang.

Selain itu, juga dengan memperkuat kinerja sistem imun melalui penjagaan kondisi tubuh dan mental untuk tetap bugar dan rileks, jauh dari stres, juga lewat makanan dan minuman yang sehat dan bergizi tinggi, dan vitamin serta suplemen yang berfungsi sebagai imunomodulator seperti vitamin D3 dan madu hutan hitam.

Selebihnya, misalnya urusan sekuensing genetik si Mutant Covid, dan termasuk "menyetel kembali" vaksin-vaksin mRNA yang fleksibel, serahkan saja ke para ilmuwan. Doakan mereka ini, yang sedang berjuang mendatangkan, mempertahankan dan menyelamatkan kehidupan manusia, suatu tugas dan panggilan yang agung dan mulia.