Friday, December 18, 2020

Si "Mutant Covid" Inggris Jadi Perhatian. Akan Mubazirkah Vaksin yang Ada?

SUATU VARIAN BARU virus SARS-CoV-2 yang menyebar dan berkembang lebih cepat telah diidentifikasi di Inggris selatan dan timur. Muncullah sebutan "SUPER COVID" atau "MUTANT COVID" untuk si virus varian baru ini.



Pertama kali terdeteksi akhir September 2020, lalu diikuti terus, dan mulai makin dikenali, hingga saat ini. Baru dalam minggu-minggu terakhir ini virus corona varian baru ini mulai meluas menjadi perhatian publik setelah seorang pejabat eselon atas pemerintah Inggris yang berwenang mengumumkannya (Senin, 14 Desember 2020), dan para ilmuwan membicarakannya.

Mutasi genetik melahirkan varian-varian baru virus-virus. Mutasi adalah bagian dari kehidupan setiap spesies, sesuatu yang lumrah. Sejak awal pandemi Covid-19, virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit ini, sudah mengalami luar biasa banyak mutasi yang berbeda dalam banyak "strains" dan "silsilah spesies" yang berbeda, di berbagai bagian dunia yang luas.

Virus-virus bermutasi genetik ya karena mereka ingin bertahan hidup, berhubung orang yang sudah imun terhadap virus varian-varian lama sudah makin banyak. Manusia menjadi imun karena kesembuhan yang diperoleh lewat obat-obatan, terapi (misalnya terapi plasma konvalesen), dan kini dan seterusnya karena vaksin-vaksin.

Si virus "membenci" imunitas manusia. Si virus melawan terhadap berbagai "immune pressure" ini dengan bermutasi genetik. Kebanyakan mutasi ini sudah dikenali para ilmuwan, dan sejauh ini terpantau tidak memberi efek lebih berbahaya bagi manusia.

Ya, kebanyakan mutasi genetik pada virus tidak bermanfaat bagi si virus, tidak membantunya untuk lebih cepat memperbanyak diri, tetapi malah melumpuhkannya. Ada sedikit mutasi yang bermanfaat; tetapi sisanya mendatangkan hanya sedikit efek tertentu. Ada juga mutasi genetik yang netral atau acak, yang terjadi secara kebetulan, dan umumnya terjadi pada populasi kecil suatu spesies (ini yang dinamakan "genetic drift" atau "pergeseran lambat genetik").

Tetapi, sekali lagi tetapi, pada varian baru Super Covid ini, para ilmuwan Inggris menemukan 17 mutasi yang tidak biasa yang dapat berpengaruh pada bentuk atau morfologi virus, dan kebanyakan mutasi ditemukan pada segmen genom si virus yang mengkodekan protein "spike" luarnya, yang menonjol ke luar. Protein "spike" ("protein paku") ini memungkinkan si virus mengikat reseptor sel-sel (ACE2) pada orang yang sudah terinfeksi, sebelum menyusup masuk ke dalam sel-sel.

Sementara, kita tahu, vaksin-vaksin yang sudah ada dirancang untuk memberi reaksi, lewat sistem imun tubuh manusia, terhadap virus-virus berdasarkan morfologi luar mereka. Apakah perubahan morfologi viral si Mutant Covid ini akan membuat vaksin-vaksin Covid-19 yang sudah tersedia tidak efektif lagi, mubazir? Segera dijawab. Sabar saja.




Belum dapat dipastikan apakah varian baru coronavirus ini lebih berbahaya 
dibandingkan varian lainnya yang sudah diketahui. Mungkin juga ya, tetapi bukti-bukti masih sedang dicari dan dikumpulkan.

Yang sudah terpantau, si Super Covid ini sangat cepat berbiak, menjadi varian yang dominan, dan lebih cepat menular, "more transmissible", sehingga kasus-kasus infeksinya membubung. Dinyatakan virus varian baru ini memberikan tantangan yang "potentially serious", dan memperlihatkan diri "more harmful", lebih berbahaya.

Si Mutant Covid ini ditemukan lebih banyak, lebih dominan menguasai kawasan-kawasan, bisa karena muncul kemampuan baru dari 17 mutasi genetiknya. Tapi bisa juga karena apa yang dinamakan "founder effect", yakni varian baru ini kebetulan saja berada lebih awal di suatu wilayah geografis (dibandingkan varian lain yang belum tiba) di mana penularan si virus kemudian menjadi umum. Si virus varian baru ini ibaratnya sedang menancapkan tonggak pendirian kerajaan mereka di kawasan-kawasan Inggris tenggara. Ini penjelasan simpelnya tanpa kaitan dengan 17 mutasinya. Ini juga baru dugaan saja. Studi-studi atas si Mutant Covid Inggris ini masih berjalan.

Syukurnya, menurut beritanya, dua vaksin Covid-19 teknologi baru yang sudah tersedia, yakni vaksin mRNA Pfizer BioNTech dan vaksin mRNA Moderna, dapat dengan mudah disesuaikan, di-"adjust", di-"tweak", atau "disetel kembali", untuk merespons dan mematahkan kemampuan si virus varian baru ini untuk mengelakkan respons imun tubuh terhadap vaksin lewat bentuk dan protein "spike" luarnya yang sudah berubah lewat mutasi-mutasi. Sepintar-pintarnya si virus, tentu saja lebih pintar manusia. Ya dooong. Tetapi, pandemi... memang menyakitkan hati semua orang.

Ya, betapa fleksibelnya vaksin-vaksin teknologi baru messenger-RNA, meskipun kita belum punya pengalaman sama sekali dengan vaksin-vaksin baru ini (yang dapat dikembangkan kurang dari satu tahun) terkait efek-efek samping jangka panjang, "long-term adverse reactions", vaksin-vaksin baru ini. 

Bagaimanapun juga si virus varian baru Super Covid tersebut lebih cepat menyebar dan tumbuh dan berbiak, dan mungkin juga lebih berbahaya, perubahan-perubahan ini dapat ditangkal jika warga masyarakat umum tetap memakai masker wajah, menjalankan distansi fisik/sosial, menghindari dan tidak membuat kerumunan orang.

Selain itu, juga dengan memperkuat kinerja sistem imun melalui penjagaan kondisi tubuh dan mental untuk tetap bugar dan rileks, jauh dari stres, juga lewat makanan dan minuman yang sehat dan bergizi tinggi, dan vitamin serta suplemen yang berfungsi sebagai imunomodulator seperti vitamin D3 dan madu hutan hitam.

Selebihnya, misalnya urusan sekuensing genetik si Mutant Covid, dan termasuk "menyetel kembali" vaksin-vaksin mRNA yang fleksibel, serahkan saja ke para ilmuwan. Doakan mereka ini, yang sedang berjuang mendatangkan, mempertahankan dan menyelamatkan kehidupan manusia, suatu tugas dan panggilan yang agung dan mulia.