Sunday, March 7, 2021

"Monster Virus" di Amerika



Pemerintah Amerika Serikat menginjeksi lebih dari 1,4 juta warganya per hari dengan dosis tunggal vaksin-vaksin unggulan (vaksin-vaksin mRNA Pfizer dan Moderna, plus vaksin adenovirus Johnson&Johnson).

Dengan "vaccination rate" yang tinggi itu, dalam 2-3 bulan terakhir ini, sudah ada 86 juta penduduk Amerika yang sudah divaksinasi dosis pertama, yang akan disusul dengan dosis kedua (untuk vaksin mRNA yang ada). Sedangkan untuk vaksin adenovirus Johnson&Johnson, lengkap cukup 1 dosis saja.

Dengan kecepatan vaksinasi yang luar biasa tinggi itu, optimisme kembali ke kehidupan normal sedang berkembang di Amerika dalam memasuki musim semi dan musim panas mendatang.

Tetapi para pakar dan lembaga-lembaga kesehatan Amerika mengingatkan bahwa "herd immunity" masih jauh untuk dicapai bagi negara yang berpenduduk 332.915.073 orang per hari ini di 2021. Bulatkan saja, jadi 333 juta orang.

Jika "herd immunity" atau "kekebalan populasi" dapat dicapai dengan menciptakan kekebalan atau imunitas pada 75% dari total populasi suatu negara atau kawasan, itu berarti Amerika harus sudah mengvaksinasi dosis ganda lengkap 249.750.000 penduduknya. Bulatkan jadi 250 juta orang.

Sekarang ini, yang sudah divaksinasi dosis tunggal baru 86 juta orang, dalam kurang lebih 2,5 bulan terakhir. Baru Juni 2021, 86 juta orang ini akan sudah divaksinasi dosis lengkap.

Jika dalam 6 bulan Amerika bisa mengvaksinasi dosis lengkap 86 juta warganya, maka dibutuhkan waktu 18 bulan untuk mencapai angka 75% warganya. Itu berarti, awal fase "herd immunity" Amerika baru akan tercapai sekitar bulan Juli atau Agustus 2022 yang akan datang.

Jadi, "ancaman" si virus masih serius buat warga Amerika dalam 1,5 tahun ke depan, meski Amerika kini menjadi salah satu negara dari 10 negara kaya yang memborong vaksin-vaksin unggulan yang ada.

Belum lagi kalau mutasi-mutasi besar virus diperhitungkan dengan serius. Mutasi-mutasi besar akan membuat vaksin-vaksin tidak efektif lagi, dan orang-orang yang sebelumnya sudah divaksinasi akan tidak imun lagi. Dus, vaksinasi akan jadi perlu dilakukan berkala (6 bulan atau 12 bulan sekali), dan vaksin-vaksin yang sudah ada juga perlu disetel ulang atau di-"adjust" berkala juga. Ini bukan cuma pandemi, tapi sekaligus juga endemi global.

Nah, sekarang ini di banyak lokasi dan negara bagian Amerika, protokol kesehatan ("precautions") 4-5 M sudah mulai dilonggarkan atau malah diangkat sepenuhnya. Sementara, kasus-kasus terinfeksi oleh mutan-mutan virus makin meningkat, dari semula 1-2%, menjadi 20-30% dari keseluruhan kasus positif. Angka ini akan makin meningkat drastis jika yang menginfeksi adalah "mixed mutant" seperti mutan virus Portland, Oregon.

Tak heran, diperhadapkan pada fakta-fakta di atas, dan pada watak hidup ingin bebas orang Amerika, seorang pakar penyakit infeksius Amerika mengingatkan bahwa kini penduduk Amerika "sedang berjalan masuk ke mulut si monster virus".

Ya, mutan virus Portland adalah salah satu monster yang sudah terdeteksi, dengan baru satu kasus. Tapi tak bisa disepelekan.

Mutan virus SARS-CoV-2 yang terdeteksi di Portland, Oregon, Amerika, ternyata adalah suatu "mixed mutant" yang telah bermutasi gabungan, menyerap sekaligus mutasi-mutasi yang telah ditemukan pada mutan-mutan Afrika Selatan, Inggris, Brazil, dan kota New York.

Si "mixed mutant" Portland ini jauh lebih cepat menular dan lebih mematikan. Diperkirakan juga akan membuat vaksin-vaksin unggulan yang telah ada tidak akan bekerja efektif lagi.

Kasus-kasus terinfeksi di masa-masa yang akan datang di Amerika dilihat akan jauh lebih banyak kasus terinfeksi "mixed mutant" Portland ini.

Berabe ya. Ruwet. Jangan tidak peduli.

Virus-virus mau hidup terus dalam tubuh inang manusia, tapi orang yang imun sudah makin banyak lewat kesembuhan, dan segera lewat vaksinasi jika vaksin-vaksin akan efektif untuk jangka panjang. Lantas?

Ya si virus memutasi diri, begitu rupa, besar-besaran, tak terkontrol, bahkan menggabung mutasi-mutasi yang sudah terjadi sebelumnya di seluruh dunia.

Prinsip "survival of the fittest" dalam fakta evolusi memang real. Mutasi virus adalah bagian dari evolusi virus. Untuk bertahan hidup, virus SARS-CoV-2 mengadaptasi diri dengan dunia yang makin kuat melawan dan menggempurnya. Adaptasi ya lewat mutasi-mutasi, dalam tubuh manusia di saat mereka mereplikasi diri.

Sekarang, ya.... adu pintar dan adu cepat antara si virus yang bermutasi terus dan makin kuat, dan makin "deadly", dengan para ilmuwan dan perusahaan-perusahaan farmasi pengembang vaksin-vaksin.

Kabarnya, Pfizer-BioNTech telah "menyetel ulang" atau "meng-adjust" vaksin mRNA mereka sebagai respons terhadap mutan-mutan virus corona. Sekarang, mereka sedang menguji "kehebatan" vaksin mRNA generasi kedua dalam memerangi mutan-mutan.

Tak terdengar berita apakah vaksin yang sedang dipakai di Indonesia, vaksin SinoVac, juga perlu di-"adjust", sementara kita tahu vaksin ini dikembangkan berdasarkan sekuens genetik SARS-CoV-2 yang dideteksi di Wuhan, China, Desember 2019.

Mereka yang mengerti dipenuhi pertanyaan. Jawaban yang tersedia masih sedikit, atau tidak ada sama sekali. Mungkin semua orang di dunia berharap, alam segera mengulurkan tangan untuk melenyapkan semua virus penyebab penyakit Covid-19. Tapi para pakar epidemiologi bertanya, apakah alam bisa.


Minggu, 7 Maret 2021
ioanes rakhmat


https://www.cnn.com/2021/03/06/health/us-coronavirus-saturday/index.html

https://www.usnews.com/news/health-news/articles/2021-03-05/scientists-discover-mutation-of-uk-coronavirus-strain-in-oregon