Tuhan Yang Mahatahu adalah sumber dan tujuan semua ilmu pengetahuan, sumber yang tak pernah habis dan tujuan yang tak pernah tuntas dicapai. Inilah spiritualitas saintifik, yang menjadikan setiap ilmuwan sejati hamba-hamba Tuhan.
― ioanes rakhmat
+ Maaf, Pak, apakah anda sekarang seorang ateis?
- Apa yang membedakan seorang beragama dari seorang ateis?
+ Seorang beragama percaya pada adanya Allah, seorang ateis tidak percaya.
- Apakah Allah itu dalam pemahaman anda?
+ Allah itu suatu entitas di luar dunia, yang maha kuasa, transenden, maha
agung.
- Lalu apa hubungan Allah yang semacam itu dengan dunia, dengan anda?
+ Allah yang transenden itu menciptakan agama-agama untuk kehidupan manusia
dalam dunia, dan saya memilih percaya pada satu agama.
- OK-lah, jika Allah bagi anda suatu entitas yang transenden, saya juga
percaya pada suatu hakikat yang transenden.
+ Oh, jadi anda masih percaya pada Allah? Betulkah?
- Oh saya tak katakan saya percaya pada Allah seperti yang anda percayai,
tapi saya akui ada suatu Hakikat Besar yang transenden.
+ Jika hakikat besar yang transenden yang anda akui itu bukan Allah, habis
apa?
- Saya sedang berpikir dalam kerangka sains, ilmu pengetahuan, ketika saya
mengatakan ada suatu hakikat yang transenden.
+ Saya tak paham, bisa anda jelaskan?
- Semua ilmuwan, khususnya yang bergelut dalam dunia material, tahu/sadar,
objek kajian sains tak pernah bisa habis. Kalangan saintis tahu, selalu ada
wilayah yang lebih besar, yang belum bisa dimasuki sains untuk dikaji, dan
terus menantang sains.
+ Wilayah yang kudus, wilayah “the sacred”, wilayah ilahikah?
- Uups, saya tak mengatakan itu wilayah ilahi, tapi wilayah yang selalu
mentransendir sains, kawasan yang selalu “beyond the present science”.
+ Wilayah yang bagaimana, apakah dalam wilayah yang anda sebut itu ada
hakikat yang dinamakan Allah?
- Nah, sebaiknya anda mendengar dulu, jangan terus mendesakkan keyakinan
anda.
+ OK deh, saya bersedia mendengar dulu.
- Kalangan saintis tahu, selalu ada kawasan “beyond the current science”,
yang menantang untuk mereka eksplorasi terus, lalu menjelaskannya.
Kawasan ini,
kalau boleh, saya sebut kawasan “super-scientific”, kawasan yang selalu berada
di atas/melampaui sains yang dikenal pada masa kini. Jadi, sebagaimana orang
bertuhan menganggap ada kawasan “supernatural”, adi-kodrati, ada juga kawasan
“super-scientific”, kawasan adi-saintifik.
Sebagaimana
ada makhluk yang adi-insani, super-human, begitu juga ada kawasan yang
adi-saintifik, melampaui sains yang dikenal sekarang.
Sekalipun sekarang fisika Newton dan
prinsip-prinsip relativitas Einstein bisa menjelaskan “kerja” jagat raya, dan
“the standard model” untuk fisika partikel bisa menjelaskan dunia tak kasat
mata sub-atomik,/1/ penjelasan-penjelasan dan model-model ini belum mencapai
garis “finish”, terbuka kemungkinan di masa depan harus “re-modelled”, dibuat
modelnya kembali, dan penjelasan-penjelasan baru harus diajukan, jika
misteri-misteri alam makin terkuak. Seperti baru saja ditulis Michael Slezak, misalnya, suatu “fisika baru
diperlukan dengan sangat mendesak berhubung model standard tidak menyebut
materi gelap, membuat prediksi-prediksi yang tidak benar mengenai anti-materi
jagat raya dan memerlukan ‘penyetelan kembali’ yang janggal untuk memasukkan
massa Higgs.”/2/
Masih banyak
fenomena alam yang belum bisa dijelaskan oleh sains sekarang, dan hukum-hukum alam juga belum sepenuhnya kita mengerti. Masih sangat banyak hal
dalam alam ini yang belum kita tahu. Selalu masih ada kawasan “beyond the
present science”, tapi kawasan ini bukan kawasan ilahi seperti yang dipahami
agama-agama.
Kalaupun
seluruh jagat raya kita dan semua fenomena alam dan hukum-hukum alam di
dalamnya sudah bisa dijelaskan, ini bukanlah titik finish.
Menurut
teori dawai (“string theory”), jagat raya kita bukan satu-satunya jagat raya;
masih ada nyaris tak terhitung jumlahnya jagat raya lain. Kalau satu jagat raya
kita saja nyaris tak bisa dijelaskan tuntas, apalagi kalau kita masih harus
menjelaskan jagat-jagat raya lain. Mission impossible!
Anda tahu,
berapa jumlah jagat raya yang mungkin ada menurut prediksi teori dawai?
Jumlahnya fantastis: 10500 (10 pangkat 500) (yakni angka 1 diikuti
angka nol sebanyak 500)!
Sekarang,
para saintis memakai bukan lagi kata “universe” (satu jagat raya tunggal), tapi
“multiverse” (jagat raya berganda-ganda). Jangan dulu kita berkhayal bahwa multiverse
akan kita bisa masuki sekarang ini. No
way!
Dalam jagat
raya kita saja, sekarang ini salah satu misteri besar yang belum dapat
dijelaskan adalah misteri adanya apa yang para saintis namakan “energi gelap” (dark
energy), yang tak terlihat, dan hingga kini mereka belum bisa menjelaskan
hakikatnya, kendatipun energi gelap ini merupakan 73 persen (bayangkan!) dari
isi seluruh jagat raya kita dan mengisi “ruang-waktu vakum” (yang dinamakan
“kekosongan kosmik”, cosmic voids)
dalam jagat raya kita. Dalam perhitungan mereka, energi gelap ini terbentuk
ketika jagat raya kita berusia 8 milyar tahun setelah the big bang, dan
sejak terbentuk energi ini sudah menguasai jagat raya kita dan diketahui
merupakan energi yang makin mempercepat pengembangan jagat raya kita./3/
Tetapi, ada
satu dunia lainnya yang sangat menawan.
Kalau anda
masuk ke dunia tak kasat mata, dunia sub-atomik, yang biasa disebut dunia
mekanika quantum, anda akan tercengang tak paham atas apa yang sebenarnya
berlangsung di dalamnya. Kata Feynman, Jika seseorang mengklaim sudah paham
sepenuhnya dunia quantum, orang ini sesungguhnya belum memahaminya sama sekali.
+ Dunia sub-atomik mencengangkan? Memang ada apa di dalamnya?
- Dalam dunia sub-atomik, dunia yang kata para saintis “weird”, dunia
mekanika quantum, anda menemukan banyak “marvel”. Sekalipun dunia quantum sudah
dapat dijelaskan oleh “the standard model” (fisika partikel), tetap saja dunia
ini weird dan marvellous.
+ Marvel? Jadi mukjizat itu nyata?
- Ya boleh disebut “marvel”, keajaiban, tapi bukan “marvel” seperti yang
anda sedang pikirkan sebagai orang bertuhan.
+ Loh? Habis apa?
- Dalam dunia sub-atomik mekanika quantum, terdapat sekian fenomena
aneh/“weird”, yang memusingkan sekaligus menantang para saintis.
Sejauh yang
saya sudah ketahui, selain sekian fenomena di dalamnya sudah bisa dijelaskan, namun
ada sekian lagi yang masih tak terpahami benar, karena sangat weird.
Dalam dunia
sub-atomik quantum, ada kejadian-kejadian yang timbul begitu saja tanpa
penyebab, “without cause, from nothing to something”.
“Prinsip
ketidakpastian” Werner Heisenberg dirumuskan justru dari fenomena dalam dunia
yang sangat kecil, dunia quantum mechanics.
Dalam dunia
mekanika quantum, sudah terpantau, “penyebab” bisa menjadi “akibat”, dan
“akibat” bisa menjadi “penyebab”. Puzzling
indeed!
Ada yang
berpendapat, “cause” bisa menjadi “effect” and vice versa, dalam dunia quantum,
karena partikel-partikel di dalamnya bergerak melebihi kecepatan cahaya. Tapi,
mungkinkah prinsip relativitas khusus Einstein tak berlaku dalam dunia quantum?
Masih harus dibuktikan!
Apapun usaha
para saintis untuk menjelaskan dunia quantum, dunia ini tetap weird, bizarre
and marvellous.
Tapi ingat,
kendatipun dunia quantum sangat weird,
tetap tak ada roh tuhan immaterial di dalamnya: Higgs Boson bukan partikel tuhan apapun.
+ Lah, katanya Higgs Boson itu bukti adanya tuhan?! Kok anda bisa katakan
begitu?
- Higgs Boson itu sebuah partikel (berwujud “material”), sangat penting
karena berfungsi memberi massa pada semua materi dalam jagat raya.
Tanpa Higgs
Boson, tak akan ada materi massif dan kohesif dalam jagat raya, dus jagat raya
tak akan terbentuk, juga tubuh anda dan kancing-kancing baju anda. Higgs Boson itu bak seorang pengantin perempuan yang luar
biasa cantik didandani dan luar biasa harum lembut, sehingga menarik semua tamu
untuk berada dan terkonsentrasi di dekatnya, ketika dia baru memasuki ruang
perjamuan kawin.
+ Oh, begitu ya duduk perkaranya. Kalau begitu selama ini saya telah memegang sebuah pandangan keliru tentang Higgs Boson.
- Ya, banyak orang beragama terperdaya oleh info-info keliru tentang sains
tanpa mereka sadari. Mereka ignorantly korban pembodohan.
Nah, apa
arti semua hal yang saya sudah kemukakan ini? Anda tentu tak sabar ingin tahu,
bukan?
+ Ya saya ingin segera tahu, apa arti semua hal yang anda telah katakan.
- Artinya sebetulnya sudah jelas: saya menerima, dalam jagat raya kita dan
jagat-jagat raya lain, selalu ada kawasan yang mentransendir sains.
Kawasan ini
sangat menakjubkan, weird, bizarre, marvellous, so
great, and scientifically transcendent. Inilah kawasan
adi-saintifik: melampaui sains, tapi tidak menentang sains, dan hanya bisa
dimasuki oleh sains secara parsial dan kumulatif.
Harus
dicatat, kendatipun kawasan ini adi-saintifik, kawasan ini tidak ilahi, tidak divine,
tapi tetap kawasan material duniawi.
Meskipun
kawasan adi-saintifik ini tidak ilahi, kawasan ini sangat menakjubkan,
menimbulkan rasa hormat, kerendahan hati, dan cinta. Karena semakin misteri-misteri
jagat raya terungkap tahap demi tahap lewat sains, anda akan makin mencintai
jagat raya ini dan semua isi di dalamnya, sebab lewat sains kita menjadi tahu
bahwa kita adalah sama dan bagian tak terpisah dari jagat raya.
Pada level
fundamental, dalam dunia quantum, sains sudah menunjukkan, kita ini dan semua
materi dalam jagat raya terdiri dari partikel-partikel yang sama: quark,
proton, neutron, positron, dan elektron.
Pada level
fundamental, anda tidak beda dari kecoak, simpanse, tanah liat, batu kali,
cacing, kubis, pisang, pohon beringin, toge, debu bintang, abu gosok, komet, mouse
di tangan anda, dan Coca Cola yang sedang anda hirup.
Kita dan
jagat raya bersaudara, yang pada level mekanika quantum sehakikat, sebentuk.
Maka cinta mengalir deras dalam diri kita, tertumpah ke seluruh jagat raya.
Anda harus mengasihi tanah liat, genteng dan kendi dan tempayan, karena, kata
kitab-kitab suci agama teistik, anda berasal dari situ. Jika anda bisa
mencintai genteng dan kendi, pastilah anda bisa mencinta semua orang lain yang
ada di sekitar anda, termasuk orang-orang yang anda harus cap bidah, heretik,
kafir berhubung anda ditekan para pemimpin agama anda.
Jika rasa
takjub, rasa hormat, kerendahan hati dan cinta ini dapat disebut sebagai
spiritualitas, saya memiliki spiritualitas ini.
Spiritualitas
ini tidak ilahi, tapi tetap transenden, adi-saintifik, juga saintifik,
sekaligus imanen dan material, dan super-human, adi-insani.
+ Kalau tidak ilahi, ya Allah tetap ditolak. Jadi, tetap ateis, apakah demikian?
- Nah, tentang
poin ini, saya sekarang ini ingin berbicara cukup banyak.
+ Silakan.
- Orang beragama jelas akan menuduh orang ateis telah menolak Allah; tapi,
apakah seorang Kristen tidak menolak Allah Muslim, tidak menolak Allah sang
Nabi Musa? Apakah seorang Muslim tidak menolak Allah bangsa Yahudi (sementara
sebagian Muslim hingga saat ini bebuyutan benci benar terhadap bangsa Yahudi),
tidak menolak dengan keras tanpa kompromi Allah Kristen yang ada tiga namun
tetap bersatu, Tritunggal, the three-in-one, yang mereka pandang sebagai
kemusyrikan? Semua orang beragama, to the point saja, adalah teis, sekaligus
ateis! This is the real fact! Jangan sangkal fakta ini!
Tetapi,
fakta ini sudah dan terus disangkal oleh kebanyakan umat dari tiga agama
monoteistik, Yahudi, Kristen dan Islam, bahkan juga oleh para pemuka keagamaan
mereka masing-masing yang sebenarnya terpelajar. Umumnya mereka mengklaim,
bahwa mereka semua sama-sama percaya dan menyembah Satu Allah, Allah Yang Maha
Esa, Allah yang satu dan sama. Benarkah? Saya khawatir, ini sama sekali tidak benar! Klaim ini
hanya mitos, bukan fakta. Orang yang beragama Yahudi (Yudaisme), orang Kristen
(yang menyembah the divine three-in-one), dan umat Muslim, meskipun
masing-masing mengklaim percaya dan menyembah Satu Allah, konsep (baca:
teologi) mereka tentang Allah Yang Esa ini berbeda tajam di sana-sini, bahkan
bertentangan dalam banyak segi!
Bagi bangsa
Yahudi YHWH itu Allah, bagi umat Kristen Bapa di sorga (dan Yesus, dan Roh
Kudus) itu Allah, dan bagi umat Muslim Allohu Akbar itu Allah. Problem buat
mereka semua: konsep mereka masing-masing tentang Allah tidak ada yang sama,
bahkan dalam sekian hal berbenturan satu sama lain. Allah mana yang paling benar, paling asli,
dari tiga Allah agama monoteistik ini? Masing-masing akan mengklaim, Allah sendirilah
yang paling benar, paling asli, lalu mereka berkelahi, saling menjelekkan,
saling bersaing memperebutkan para pengikut, dan... kedamaian hilang!
Orang
Kristen mengklaim, Allah Yang Maha Esa sudah menjelma menjadi satu manusia suci
yang bernama Yesus Kristus, yang menjadi satu-satunya mediator yang
menghubungkan sorga dan Bumi, Allah dan manusia, lewat dirinya dan lewat
ajaran-ajarannya; tapi, orang Yahudi hingga kini tidak bisa menerima klaim
Kristen ini, sebab bagi mereka, mediator mulia dan agung antara YHWH dan bangsa
Yahudi hanyalah Nabi Musa yang memberi bangsa Israel Taurat Allah.
Begitu juga, sangat mustahil seorang Muslim bisa menerima kepercayaan teologis
Kristen bahwa Allah YME telah menjelma menjadi manusia, yang namanya Yesus
Kristus; sebab, dalam pandangan agama Islam, Allah YME, yang mereka panggil
Allohhu Akbar SWT, adalah Allah yang sangat transenden, berada jauh di atas
dunia kodrati, sang Khalik yang berbeda sangat tajam dari manusia sebagai
makhluk. Konsep teologis inkarnasi (“Allah menjadi daging/manusia”)
hanya ada dalam kekristenan, tidak ada dalam Islam dan dalam Yudaisme.
Sementara
orang Kristen mengklaim bahwa kitab suci Yahudi (yang orang Yahudi namakan Tanakh,
yang dengan keliru dan pejoratif dinamakan Perjanjian Lama orang-orang Kristen)
sudah digenapi oleh tulisan-tulisan apostolis yang mereka namakan Perjanjian
Baru, orang Yahudi tidak menerima klaim ini, dan mereka memandang kitab suci
mereka, Tanakh mereka, sudah penuh dan sempurna pada dirinya sendiri dan
tak perlu digenapi oleh kitab-kitab suci lain yang ditulis belakangan.
Selain itu,
bagi orang Yahudi, Allah Yang Esa yang mereka sembah, mustahil disamakan dengan
seorang manusia yang bernama Yesus Kristus; syahadat mereka mengenai keesaan
Allah, yang dikenal sebagai Shema, melarang keras mereka untuk
menyamakan manusia manapun dengan Allah Yang Maha Esa yang mereka sembah. Jadi,
sementara orang Kristen tidak bisa hidup jika tidak menyembah Tuhan
Yesus, orang Yahudi akan mati jika menyembah manusia Yesus, apalagi
menyamakan sang manusia ini dengan Yahweh Elohim mereka. Selain itu, sebagai
seorang mukmin Yahudi yang memegang kuat-kuat Tawhid Yahudi, yang diungkap
dalam syahadat Shema, mustahil Yesus dari Nazareth memandang dirinya
sendiri sebagai Tuhan Allah. Orang Kristen musti menyadari, kalau mereka
yakin bahwa Yesus itu Tuhan, ini bukan karena Yesus dari Nazareth oleh dirinya sendiri mengaku Tuhan (Yahweh Elohim bangsa Yahudi), melainkan karena gereja awal dulu erat-erat mempertalikan Yesus dengan Yahweh Elohim bangsa Yahudi dan memberi-Nya glorifikasi puncak, yang keluar dari kasih mereka kepada Yesus. Ini disebut deifikasi atau apotheosis --- sebuah praktek religio-politis yang lazim
dilakukan di dunia Yunani-Romawi, kawasan yang dari dalamnya kekristenan
dilahirkan.
Masih banyak
hal yang sebetulnya bisa diperlihatkan bahwa kendatipun umat Yahudi, umat
Kristen dan umat Muslim masing-masing mengklaim percaya pada Allah Yang Esa,
teologi mereka berbeda tajam di sana dan di sini, dan bertolakbelakang dalam
banyak segi. Untuk saat ini, ulasan-ulasan yang saya sudah berikan di atas
cukup memadai. Hanya perlu ditegaskan sekali lagi: Klaim bahwa mereka percaya
dan menyembah Allah Yang Esa yang sama dan sebangun, adalah mitos. Jika klaim
ini bukan mitos, mustinya tidak pernah terjadi persaingan sengit, bahkan
peperangan, antara umat tiga agama ini yang masing-masing menyatakan diri sebagai
penganut monoteisme, dan mustinya tiga agama mereka sudah bisa menjadi satu atau sekawan dengan harmonis sejak dulu, demi kemenangan monoteisme di atas politeisme
atau ateisme.
Nah, pendek
kata, saya sudah tak mau lagi hidup dalam dunia keagamaan yang takabur dan
bengis semacam itu, yang penuh konflik dan penuh kemunafikan. Tapi, saya punya
sebuah alternatif yang signifikan, sebuah
spiritualitas alternatif.
+ Oh begitu ya keputusan anda.
- Ya.
+ Bisa jelaskan lebih jauh tentang spiritualitas anda ini?!
- Isi
spiritualitas yang saya hayati tidak bisa diberi nama apapun, karena melampaui
dan ada di atas semua nama, beyond every name, above every name,
scientifically transcendent.
Di hadapan
kawasan yang mentransendir sains ini, kawasan yang weird and marvellous, so
great to be conquered by the human mind, saya tunduk. Seperti tunduknya
Albert Einstein di hadapan kemahabesaran jagat raya yang dilihatnya tertata
dengan begitu mengagumkan, yang membuatnya terpesona, dazzled, sementara
dia sendiri sudah tidak bisa lagi percaya pada Allah YHWH personal yang
ditakuti nenek moyang Yahudinya. Sama seperti Baruch de Spinoza, juga seorang
Yahudi, bisa menemukan Allah hanya sebagai nature, jagat raya, alam ini,
sehingga dia menulis Deus sive Natura!
Kawasan yang
mentransendir sains ini juga too great, too big, too weird, too huge, to be
conquered and absorbed by any religious system.
Kawasan yang
di hadapannya saya tunduk ini too immense, too enermous, too large, to be
absorbed completely by any holy books.
Agama dan
kitab suci apapun, sistem kepercayaan keagamaan apapun, meskipun semuanya signifikan bagi kehidupan manusia, jauh terlalu kecil,
jauh terlalu terbatas, far too limited, far too small, untuk bisa
menyerap kawasan transenden ini.
Media yang
dapat mendekati kawasan yang “scientifically transcendent” ini bukan agama,
tetapi sains dan nalar manusia, dan human affection, cinta kasih yang
ada pada manusia.
Nah, jika
orang mau menamakan penghayatan saya yang semacam itu tentang dunia transenden
saintifik, sebagaimana sudah saya katakan di atas, sebagai “spiritualitas”, silakan.
+ Oh, saya mulai memahami anda; jadi anda meyakini punya spiritualitas juga?
- Ya, saya memiliki spiritualitas yang sangat dalam, sebuah “spiritualitas saintifik”, dalam terma-terma yang sudah saya uraikan tadi. Dalam spiritualitas saintifik ini, tak ada akidah, tak ada dogma; yang ada adalah keterpesonaan, kegentaran dan kekaguman tanpa batas terhadap kosmos, pemikiran saintifik, dan cinta. Jika kondisi mental ini mau anda sebut religius, ya saya tak berkeberatan.
+ Jadi, pendek kata, anda bukan seorang ateis?
- Hingga saat ini saya tak pernah menyatakan diri saya
ateis kok. Cuma, dari antara orang-orang yang tak kenal saya, ada yang dengan semberono menuduh saya
ateis, lalu mengancamkan ini dan itu kepada saya. Para penuduh saya ini,
maklumlah, adalah orang-orang beragama yang anti-sains. Too young to know
me! Terlalu muda untuk bisa kenal saya! Too proud to be humble! Terlalu
sombong untuk bisa rendah hati!
Menutup percakapan kita, saya mau mengutip sebuah ucapan Richard P. Feynman, “Pandangan-pandangan saintifik bermuara pada rasa takjub dan misteri, terhilang di ambang ketidakpastian, tetapi pandangan-pandangan ini tampak sangat dalam dan sangat mengesankan, sehingga teori yang menyatakan bahwa segala sesuatu telah dirancang dan disusun sebagai suatu tahap untuk Allah mengawasi pergumulan manusia antara hal yang baik dan hal yang buruk tampak tidak memadai.”/4/
Catatan-catatan
/1/ Sejauh ini, hanya dalam
kajian-kajian fisika atas “black hole” prinsip relativitas umum Einstein dan
mekanika quantum dapat diterapkan bersama-sama, suatu kasus yang tak sama
dengan kasus-kasus lainnya dalam jagat raya di mana objek-objek pada skala
subatomik diatur oleh mekanika quantum dan pada skala makro oleh relativitas
umum; tentang ini, lihat Jennifer Quellette dan Simons Science News, “Black
Hole Firewalls Confound Theoretical Physicists”, Scientific American, 21 Desember 2012, http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=black-hole-firewalls-confound-theoretical-physicists&print=true.
/2/ Michael Slezak, “Higgs Boson is too saintly and supersymmetry too shy” (23 November 2012), http://www.newscientist.com/article/mg21628923.800-higgs-boson-is-too-saintly-and-supersymmetry-too-shy.html.
/2/ Michael Slezak, “Higgs Boson is too saintly and supersymmetry too shy” (23 November 2012), http://www.newscientist.com/article/mg21628923.800-higgs-boson-is-too-saintly-and-supersymmetry-too-shy.html.
/3/ Lihat ulasan pendek tentang dark energy, http://www.ras.org.uk/news-and-press/219-news-2012/2167-dark-energy-is-real-say-portsmouth-astronomers; juga tulisan Anil Ananthaswamy, “Dark energy hints hidden in cosmic voids” (22 November 2012), http://www.newscientist.com/article/mg21628924.100-dark-energy-hints-hidden-in-cosmic-voids.html. Tanpa diyakini Einstein sendiri, gagasan tentang adanya “dark energy” sebetulnya sudah muncul dalam persamaan matematis baru yang diajukan Einstein, ketika Erwin Schroedinger, di tahun 1918, memindahkan geometri ruang-waktu di sebelah kiri persamaan Einstein ke sebelah kanan (yang sebelumnya menjadi tempat energi), sehingga geometri ruang-waktu ini berubah menjadi suatu sumber energi bagi jagat raya; tentang ini lihat Lisa Grossman, “Einstein was first to dream up dark energy”, 10 December 2012, http://www.newscientist.com/article/dn22608-einstein-was-first-to-dream-up-dark-energy.html?full=true&print=true.
/4/ Lihat http://www.brainyquote.com/quotes/authors/r/richard_p_feynman.html.