Monday, July 31, 2023

Sedikit kenangan dengan alm. Pdt. Em. Johannes Loing

 



Pdt. Em. Johannes Loing sudah tiada. Beliau dilahirkan 24 Oktober 1937; dan wafat Rabu, 26 Juli 2023. Dapat dikatakan, Pdt. Em. J. Loing berumur panjang (86 tahun), mungkin di atas rata-rata umur orang Indonesia.

Saya dan kawan-kawan aktivis Komisi Pemuda GKI Samanhudi, Jakarta, sudah mengenal Pdt. Loing di tahun 1980-an, sebelum beliau pindah pekerjaan ke GKI Kayu Putih, Pulomas, Jakarta Timur. Pdt. Loing akrab dan dekat dengan kami semasa kehidupan dan pekerjaannya di GKI Samanhudi.

Ketika beberapa hari lalu saya kebetulan membaca sebuah berita di WA pada HP saya bahwa Pdt. Em. J. Loing telah wafat, saya langsung memutuskan untuk menghadiri acara kebaktian penghiburan yang kedua di hari Rabu, tanggal 26 Juli 2023, mulai pukul 19:30, di GKI Kayu Putih. Bersama Enny Riani, isteri saya, kami datang melayat. Saya merasakan ada lem yang lengket antara Pak Loing almarhum dan diri saya.

Di sana, pada acara kebaktian penghiburan tersebut saya bertemu banyak orang yang kurang lebih seusia saya, jalan 65 tahun (maksud saya: 64 tahun lebih). Wajah dan rambut dan kebugaran tubuh kami sudah berubah. Panah waktu, the arrow of time, mengubah segala sesuatunya menjadi makin tua dan ringkih, sebelum runtuh dan binasa.





Di tengah percakapan dengan banyak teman lama, antara lain Pdt. Em. Robby Chandra dan Nyonya, mendekat ke saya Pdt. Em. Jimmer Lopez G. Saragih (dari GKI Sutopo, Tangerang) dan Pdt. Frida Situmorang (pendeta muda GKI Samanhudi, Jakarta). Setelah berbincang tak lama, Pdt. Jimmer Saragih mengajak Pdt. Frida Situmorang dan saya berfoto bersama, alias selfie. Fotonya saya pasang persis di atas paragraf ini. 

Foto itu memberi makna tertentu pada diri saya sebagai bagian dari gereja Yesus Kristus. Dalam gereja, menjadi seorang pendeta itu baik; tetapi setiap orang dalam gereja, termasuk saya, adalah sesama para murid Yesus dan pelayan-Nya. 

Ketika menyalami keluarga Loing yang sedang berduka, saya sempatkan diri bercakap dengan Ibu Anneke Loing yang telah kehilangan suami. Saya katakan kepadanya dan keluarga, di alam ini ada burung yang datang, tapi ada juga yang telah terbang jauh. Ada pohon bunga yang baru tumbuh, belum menghasilkan bunga-bunga, tapi ada juga yang sudah berdaun rimbun dan mengeluarkan banyak bunga. Semua berubah, termasuk berubah menjadi tiada. Hanya lewat ketiadaan, kematian, kita sementara ini masuk ke dalam keabadian dan ke dalam kondisi tanpa batas.

Baiklah, saya kembali ucapkan ikut berduka cita. RIP. Mari kita yang masih hidup meneruskan dengan kreatif dan tegar perjalanan dan ziarah kita menuju ketakterbatasan dan ketiadaan.

En tō endoksō onomati Iēsou

Jakarta, 31 Juli 2023
ioanes rakhmat