Updated 3 Mei 2015
Di tahun
2007, terbit dalam dua bulan berturut-turut (5 April 2007, dan 31 Mei 2007) dua
serial tulisan saya di ruang satu halaman penuh Bentara koran Kompas tentang kontroversi temuan
makam keluarga Yesus di Talpiot, Yerusalem Timur. Dua tulisan saya ini ternyata
waktu itu menimbulkan kontroversi tajam dan panjang di kalangan gereja-gereja di
Indonesia, khususnya dalam lingkungan kekristenan evangelikal.
Bagaimana tidak
kontroversial, lantaran oleh gereja-gereja sedunia Yesus dengan tubuhnya
lengkap dipercaya telah diangkat ke sorga, dus jasadnya, tulang-belulangnya,
tidak akan ada di dunia ini! Dogma keagamaan apapun, memang begitu, selalu mengeras, dan selalu
bersikap negatif terhadap temuan-temuan ilmiah yang merongrongnya.
Padahal, seharusnya, dogma itu dinamis dan terus berubah, karena sebuah
dogma pada dasarnya adalah sebuah formulasi kepercayaan keagamaan
sebagai tanggapan terhadap suatu situasi dan kondisi kehidupan yang
terus berubah.