Sunday, May 23, 2021

LIDAH (SEPERTI) API dalam KPR 2

Apa makna "LIDAH (SEPERTI) API" (Yunani: glôssa ôsei puros) dalam KPR 2?




Kalau "lidah api" dalam KPR 2 benar-benar lidah api, maka ruangan tempat "para rasul" dan orang percaya lainnya sedang berkumpul pasti terbakar. 

Jadi, "lidah api" ini pastilah suatu ungkapan figuratif. Makna teks Yunaninya memang makna figuratif, terlihat pada penambahan kata "seperti"  (Yunani: ôsei) di depan kata benda "api" (Yunani: puros).

Apa makna "lidah (seperti) api" ini?

Yang dimaksud dengan "lidah api" pada KPR 2 adalah metafora untuk Shekinah, yaitu "kehadiran ilahi dalam cahaya benderang", "the luminous presence of God". 

Catatan: Kata Shekinah sendiri baru masuk ke dalam kosakata teologis Yahudi pada era pasca-70 setelah Bait Allah dihancurkan oleh pasukan Romawi dalam Perang Yahudi Pertama melawan kekaisaran Romawi (66-74 M). 

Berhubung Ruang Maha Kudus tempat Allah berdiam dalam Bait Allah di tengah bangsa Yahudi sudah tidak ada, maka untuk menggambarkan TUHAN Israel tetap hadir dalam kemuliaan-Nya yang bercahaya-cahaya meski Bait Allah sudah tidak ada, para rabbi Yahudi menciptakan ungkapan baru Shekinah. Alhasil, TUHAN menjadi mahahadir, dan Bait Allah tidak dibutuhkan lagi (karena memang sudah hancur lebur).

Makna "lidah api" dalam KPR 2 sama dengan kehadiran ilahi yang kudus, yang dilihat Musa pada "semak duri yang bernyala tapi tidak habis dimakan api" (Keluaran 3).

Makna yang sama juga terdapat pada ungkapan "tiang api" yang menyertai bangsa Israel yang sedang dalam perjalanan menuju tanah Kanaan di bawah pimpinan Musa setelah mereka meninggalkan negeri Mesir yang sebelumnya memperbudak mereka.

Dikisahkan dalam kitab Keluaran 34 bahwa Shekinah tampak pada wajah Musa setelah Musa bertemu berhadapan muka dengan Allah di gunung Sinai. Wajah Musa bercahaya benderang. Orang Israel tidak tahan melihat Shekinah yang terpantul dari wajah Musa.

Pada Keluaran 24:16-17 ada rujukan ke Shekinah, demikian, "Kemuliaan TUHAN diam di atas gunung Sinai." Shekinah ini "kemuliaan Tuhan yang tampak sebagai api yang menghanguskan" di puncak gunung itu.

Dalam Perjanjian Baru, Shekinah juga dikisahkan menyelubungi wajah dan tubuh Yesus di sebuah gunung yang tinggi. Dikisahkan, di saat itu Yesus "berubah rupa", mengalami metamorfē (Latin: transfiguratio), wajah dan tubuh-Nya penuh Shekinah. 

Tiga murid-Nya menyaksikan metamorfē Yesus di puncak gunung itu, di saat mana juga, dikisahkan, terlihat Musa dan Elia. Dua nabi PL ini memang dikaitkan dengan "api kemuliaan" Tuhan juga. Musa mengalami metamorfē di gunung Sinai. Elia diangkat ke sorga dengan kereta berapi yang ditarik kuda berapi.

Jadi, pada hari Pentakosta dalam tuturan KPR umat Kristen awal dulu mengalami pencahayaan ilahi, dikuasai "the luminous presence of God", dipenuhi Shekinah.

Umumnya dikisahkan, Shekinah menaungi seseorang atau sekumpulan orang sebagai awal "penerangan budi ilahi" ("divine enlightenment") dan "pemberdayaan ilahi" ("divine empowerment") yang diperlukan dalam rangka menunaikan berbagai tugas ilahi, atau di akhir kehidupan seseorang ketika TUHAN memuliakan dan membawanya langsung ke hadapan-Nya di kawasan adikodrati. 

Nah, "lidah serupa api" dalam KPR 2 adalah suatu ungkapan figuratif yang bermakna bahwa para rasul dan orang-orang percaya lainnya sedang dianugerahi pencerahan budi dan pemberdayaan dari kawasan adikodrati. 

Itu mereka butuhkan dan punyai (kendati pun wajah dan/atau tubuh mereka tidak mengalami metamorfē) untuk melaksanakan amanat KPR 1:8, bahwa "kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung Bumi."


Jakarta, 23 Mei 2021

ioanes rakhmat

"Selamat Hari Pentakosta"