Saturday, January 30, 2021

Kini Diperlukan "Vaksin-vaksin Antisipatif" Multilinier Covid-19


MUTAN-MUTAN varian virus corona baru (mutan-mutan Inggris, Afrika Selatan, Brazil, plus Columbus Ohio, dan yang masih akan muncul) yang telah menyebar ke seluruh dunia, kini ditemukan RESISTEN dalam tingkat yang variatif terhadap vaksin-vaksin yang sudah ada.

Ya, terhadap semua vaksin. Termasuk vaksin Pfizer dan vaksin Moderna, menyusul segera vaksin Novavax dan vaksin Johnson & Johnson. Juga, masih ditunggu, vaksin Arcturus dan vaksin Vaxart (tablet dan sirup). Tentu juga vaksin-vaksin Tiongkok dan negeri-negeri lain.

Kini setiap kasus positif memerlukan sekuensing genetik virus! Tidak cukup test PCR dan penelusuran kontak saja! Jadi, problem dunia makin berat dan rumit terkait penanggulangan pandemi Covid-19.

Apakah Indonesia mampu melakukan langkah penanggulangan yang makin berat dan rumit ini? Kita berharap ya.

Terkait vaksin, kini langkah-langkah penting diperlukan:

1. Melakukan "adjustment" atau "penyetelan ulang" vaksin-vaksin yang sudah ada. Setelah itu, perlu uji klinis dan otorisasi penggunaan darurat lagi.

2. "Adjustment" atas vaksin yang sudah ada atau atas vaksin yang sedang dikembangkan harus bisa menghasilkan vaksin-vaksin yang mampu jauh mengantisipasi mutasi-mutasi besar virus corona.

Dus, dibutuhkan vaksin-vaksin yang semua komponen kimiawi dalam vaksin-vaksin ini memiliki kapasitas untuk melampaui banyak mutasi besar genetik yang sedang dan akan terjadi secara multilinier pada strain semula virus corona baru (yaitu strain Wuhan, Desember 2019).

"Vaksin antisipatif" ini mengharuskan usaha keilmuan yang lebih cerdas, yang dijalankan interaktif bersama dunia real yang liar, yang berada di luar dunia uji klinis ilmiah yang terkontrol.

Lewat vaksin antisipatif ini, replikasi diri virus-virus corona baru harus dapat dihentikan jika pandemi ingin dapat ditanggulangi "penuh". Mutasi genetik viral berlangsung saat replikasi diri. Kita butuh vaksin-vaksin unggulan yang mampu sepenuhnya mencegah replikasi diri mutan-mutan virus corona baru. Dus, vaksin-vaksin antisipatif masa depan ini akan menjadi vaksin-vaksin editor DNA/RNA virus yang hidup (virion) yang telah menginfeksi tubuh manusia.

Jadi, tampaknya itu akan menjadi suatu usaha sains-tek vaksinologis yang besar, ruwet, dan membutuhkan waktu sangat panjang dan daya tahan mental dan raga dan ketabahan kita semua sebagai individu dan populasi.

3. Vaksin-vaksin yang sudah ada--- yang tentu tidak akan dibuang ke laut karena "sudah basi", maksudnya: tidak efektif lagi dalam membangun antibodi-antibodi lengkap terhadap mutan-mutan virus--- tetap dapat disuntikkan sebagai dosis pertama untuk menangkal virus corona strain lama.

Sesudah jeda waktu yang variatif antar-vaksin, harus segera disusul dengan suntikan vaksin booster/penguat yang mampu menangkal mutan-mutan virus corona baru.

Dus, penyakit Covid-19 pasti akan menjadi penyakit endemik yang akan terus ada bersama kita, dan harus dilawan dengan vaksinasi vaksin-vaksin booster secara berkala (mungkin 6 bulan sekali atau 12 bulan sekali). Serupa dengan penanganan wabah influenza yang muncul musiman di kawasan-kawasan non-tropis.

Vaksin-vaksin booster ini tentu memerlukan "adjustment" atau penyesuaian ulang terus-menerus sejalan dengan mutasi-mutasi virus corona yang terus berlangsung di saat mereka mereplikasi diri.

Sudah ditulis di atas, sangat diperlukan vaksin-vaksin booster atau vaksin-vaksin baru yang mampu jauh mengantisipasi sangat banyak mutasi genetik besar virus corona baru yang berlangsung dalam trajektori tidak unilinier, tapi multilinier.

Para ilmuwan global perlu bekerjasama dan bergabung dalam meneropong ke depan trajektori mutasi-mutasi genetik viral yang multilinier ini. Perlu ada "fusion of horizons" (terma Gadamer) antar para ilmuwan peneliti dan perusahaan-perusahaan farmasi pengembang vaksin-vaksin yang antisipatif.

Jadi, ya masa pandemi dan masa endemi Covid-19 akan dan sedang menjadi masa kesukaran besar umat manusia. Suatu kesengsaraan global. Suatu azab alamiah, bukan azab buatan manusia, dan juga bukan azab dari Langit.

Pandemi yang lalu berubah menjadi endemi Covid-19 akan berlangsung satu generasi atau lebih manusia. Kecuali untuk negeri-negeri maju kecil seperti Singapura dan New Zealand. Dampak-dampak global akan pasti terjadi pada kehidupan sosial, ekonomi, kesehatan, daya tahan tubuh, dan gaya kehidupan kita semua, serta hubungan internasional.

Semoga sains-tek maju vaksinologis, dalam interaksi dengan dunia nyata yang berjalan dalam hukum-hukumnya sendiri, akhirnya, dengan perkenan dan bantuan besar Tuhan YMPengasih, dapat menghentikan replikasi diri semua mutan virus corona dalam sel-sel tubuh manusia. Ini suatu target sains-tek yang luar biasa besar yang sangat sulit dicapai, tetapi tidak mustahil dapat diraih.

Temukanlah makna kehidupan anda di masa kesusahan besar pandemi Covid-19 yang sedang dan akan berlangsung jangka sangat panjang. Peran bermakna apa yang dapat anda jalankan, kecil sekalipun?

Kata almarhum psikoterapis beken Viktor E. Frankl asal Austria, kesengsaraan adalah bagian dari kehidupan, sukar sekalipun. Sebagaimana kita ingin kehidupan kita bermakna, maka kita sendirilah yang harus menemukan dan menciptakan makna dalam penderitaan berat sekalipun di era pandemi ini.

Jakarta, 30 Januari 2021
ioanes rakhmat

Sumber rujukan yang diperhatikan

https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-01-30/covid-mutations-undercut-optimism-even-as-more-vaccines-get-near

https://ta6b7wzz5qeeqta24rhs3hppna-adwhj77lcyoafdy-www-bbc-com.translate.goog/news/amp/uk-55850352

https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-01-29/j-j-single-dose-vaccine-provides-strong-shield-against-covid-19

https://www.channelnewsasia.com/news/singapore/covid19-4-5-years-prolong-pandemic-risks-virus-mutate-14050198

https://www.channelnewsasia.com/news/world/covid19-moderna-vaccine-booster-south-africa-uk-strain-14039612