Musnah dan munculnya makhluk-makhluk hidup sepenuh-penuhnya adalah kejadian-kejadian alamiah biasa yang bisa dijelaskan oleh sains dengan sangat memuaskan, dan tanpa intervensi makhluk-makhluk adikodrati apapun.
─ ioanes rakhmat
Melanjutkan kajian yang baru, yang
sebelumnya sudah dilaksanakan oleh Walter dan Luis Alvarez, sebuah panel yang
terdiri atas 41 orang ilmuwan dari berbagai tempat di muka Bumi (Eropa, Amerika
Serikat, Meksiko, Kanada, dan Jepang) pada 4 Maret 2010 melakukan tinjauan
ulang menyeluruh atas penelitian yang sudah berlangsung selama 20 tahun untuk
mencoba mengonfirmasi apa penyebab “kemusnahan massal Kretaseous-Tertiari
(K-T)”./1/
“Kemusnahan massal Kretaseous-Tertiari” (Cretaceous-Tertiary Mass Extinction) adalah sebuah terminologi baku yang menunjuk pada kemusnahan massal spesies-spesies fauna dan flora yang berlangsung dalam suatu kurun geologis yang pendek di muka Bumi pada 65,5 juta tahun yang lalu; terminologi ini juga dikenal sebagai “kemusnahan K-T” . Belakangan, kemusnahan K-T disebut juga kemusnahan Kretaseous-Paleogene, atau kemusnahan K-Pg. Istilah “Tapal batas K-T” (K-T boundary) menunjuk pada suatu lapisan tipis sedimentasi geologis yang ditemukan di berbagai tempat di muka Bumi, yang terbentuk selama kurun kemusnahan K-T.
Menurut kesimpulan panel ini, sebuah
asteroid atau komet raksasa dari angkasa luar yang lebarnya sampai 15 kilometer
(= 9 mil) yang menumbuk muka Bumi di Chicxulub di semenanjung Yucatan (sekarang
dikenal sebagai Meksiko) adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal mengapa
terjadi kemusnahan K-T, mengapa dinosaurus/2/ lenyap dari muka Bumi.
Kejadian alam maha dahsyat ini
menciptakan suatu “lingkungan seperti neraka” sekitar 65,5 juta tahun yang lalu
dan melenyapkan lebih dari separuh spesies di muka Planet Bumi, termasuk
dinosaurus, pterosaurus yang seperti burung dan reptilia yang hidup di laut.
Para ilmuwan yang melakukan pengkajian ini menganalisis hasil-hasil penelitian
20 tahun terakhir ini yang telah dilakukan para pakar paleontologi, pakar kimia
bumi dan atmosfir, pakar pembuat model iklim, pakar geofisika dan pakar
sedimentologi, yang terus masih mengumpulkan bukti-bukti mengenai kemusnahan
K-T ini.
dua dinosaurus ini sedang kebingungan melihat apa
yang sedang berlangsung di hadapan mereka...
yang sedang berlangsung di hadapan mereka...
Asteroid raksasa ini dipikirkan
telah menerjang muka Bumi dengan suatu kekuatan yang besarnya satu milyar kali
lebih kuat dari kekuatan bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Tabrakan
yang kekuatannya tak terbayangkan ini menimbulkan api maha besar di mana-mana,
gempa bumi di mana-mana yang berkekuatan lebih dari 10 skala Richter,
tanah-tanah longsor seluas benua yang menciptakan tsunami dahsyat di mana-mana.
“Paku terakhir pada peti mati dinosaurus” datang ketika bahan-bahan reruntuhan
yang terlempar dari tumbukan mahadahsyat ini terbang ke atas memasuki atmosfir
sehingga planet Bumi terbungkus oleh kegelapan yang amat mengerikan, dan hal
ini menimbulkan suatu musim dingin global yang mematikan, yang membunuh banyak
sekali spesies yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan kehidupan yang
sudah seperti neraka ini.
Rekam jejak geologis memperlihatkan bahwa peristiwa dahsyat yang menyebabkan kematian dinosaurus ini dengan cepat menghancurkan ekosistem darat dan ekosistem laut. Rekam jejak fosil menunjukkan telah terjadi kemusnahan massal sekitar 65,5 juta tahun lalu (waktu yang kini dikenal sebagai batas K-Pg). Kurun yang menjadi neraka bagi dinosaurus ini, yang menandakan berakhirnya masa kekuasaan dinosaurus di muka bumi selama 160 juta tahun, ternyata menjadi suatu hari akbar bagi makhluk mammalia. Tetapi sudahlah jelas, kemusnahan dinosaurus tidak dipersiapkan siapa-siapa untuk membuka jalan bagi kedatangan spesies homo sapiens yang baru muncul di muka Bumi 300.000 tahun lalu saja di Afrika,/3/ sementara umur Bumi sendiri sudah 4,5 milyar tahun. Musnah dan munculnya makhluk-makhluk hidup sepenuh-penuhnya adalah kejadian-kejadian alamiah biasa yang bisa dijelaskan oleh sains dengan sangat memuaskan, dan tanpa intervensi makhluk-makhluk adikodrati apapun.
Rekam jejak geologis memperlihatkan bahwa peristiwa dahsyat yang menyebabkan kematian dinosaurus ini dengan cepat menghancurkan ekosistem darat dan ekosistem laut. Rekam jejak fosil menunjukkan telah terjadi kemusnahan massal sekitar 65,5 juta tahun lalu (waktu yang kini dikenal sebagai batas K-Pg). Kurun yang menjadi neraka bagi dinosaurus ini, yang menandakan berakhirnya masa kekuasaan dinosaurus di muka bumi selama 160 juta tahun, ternyata menjadi suatu hari akbar bagi makhluk mammalia. Tetapi sudahlah jelas, kemusnahan dinosaurus tidak dipersiapkan siapa-siapa untuk membuka jalan bagi kedatangan spesies homo sapiens yang baru muncul di muka Bumi 300.000 tahun lalu saja di Afrika,/3/ sementara umur Bumi sendiri sudah 4,5 milyar tahun. Musnah dan munculnya makhluk-makhluk hidup sepenuh-penuhnya adalah kejadian-kejadian alamiah biasa yang bisa dijelaskan oleh sains dengan sangat memuaskan, dan tanpa intervensi makhluk-makhluk adikodrati apapun.
Sedikitnya ada dua bukti yang
langsung menghubungkan tumbukan asteroid ini dan kemusnahan K-T.
Pertama, berlimpahnya iridium dalam
sampel-sampel geologis di seluruh dunia yang berasal dari kurun kemusnahan K-T.
Iridium sangat jarang ditemukan pada kerak Bumi, tetapi sangat umum ditemukan
pada asteroid. Langsung setelah lapisan geologis yang berisi iridium, jumlah
fosil dan spesies yang ditemukan berkurang sangat jauh, dan keadaan ini
menunjukkan bahwa kemusnahan K-T terjadi sangat segera setelah tumbukan
asteroid ini.
Kedua, berlimpahnya mineral kwarsa (quartz
mineral) yang “terkejut” di dalam lapisan-lapisan batu karang di seluruh
dunia yang berasal dari kurun kemusnahan K-T. Mineral kwarsa terkejut ketika
ditumbuk dengan sangat cepat oleh suatu kekuatan besar, dan mineral kwarsa
dalam kondisi “terkejut” ini ditemukan hanya pada situs-situs ledakan nuklir
dan situs-situs tumbukan meteor di muka Bumi. Kesimpulannya, suatu tumbukan
meteor yang masif terjadi pada saat kemusnahan K-T secara massal.
Namun pada awal tahun 2011, tim peneliti dari
Universitas Alberta, yang dipimpin oleh Larry Heaman dari Department of Earth
and Atmospheric Sciences, berhasil menentukan usia sebongkah fosil tulang paha
hadrosaurus yang ditemukan di New Mexico, yakni 64,8 juta tahun, dan ini
berarti dinosaurus amfibi pemakan tetumbuhan ini hidup 700.000 tahun setelah
kemusnahan K-T. Penentuan usia fosil tulang paha hadrosaurus ini dilakukan
dengan memakai sebuah metode baru yang belum dipakai sebelumnya, yakni metode
yang dinamakan U-Pb (Uranium-Plumbum, atau Uranium-Timah hitam)./4/
Teknik baru ini bukan saja
memungkinkan penentuan usia fosil tulang, tetapi juga potensial dapat
membedakan jenis makanan yang dimakan seekor dinosaurus. Tulang makhluk hidup
berisi hanya sedikit uranium, tetapi selama proses fosilisasi (umumnya kurang
dari 1000 tahun setelah kematian) tulang diperkaya oleh banyak unsur kimiawi,
seperti uranium. Atom-atom uranium dalam tulang perlahan-lahan berubah menjadi
timah hitam, dan ketika proses fosilisasi selesai maka jam uranium-plumbum
berdetak. Komposisi isotop timah hitam yang didapat dalam tulang paha
hadrosaurus ini dengan demikian menentukan usia mutlak fosil tulang paha ini.
Penemuan yang dibuat Larry Heaman
dkk ini menunjukkan bahwa hadrosaurus yang fosil tulang pahanya ditemukan di
New Mexico ini berhasil bertahan hidup melewati bencana alam dahsyat yang
menyebabkan kemusnahan K-T. Menurutnya, adalah mungkin pada 65,5 juta tahun
yang lalu di beberapa kawasan tetumbuhan tidak ikut lenyap dan sejumlah spesies
hadrosaurus bertahan hidup. Tim ilmuwan ini berpendapat mungkin sekali ada
banyak telur dinosaurus yang luput dari kemusnahan K-T, dan karenanya perlu
dieksplorasi. Larry Heaman dkk percaya, jika teknik U-Pb baru mereka dipakai
untuk menentukan usia lebih banyak sampel fosil dinosaurus, maka paradigma
kemusnahan K-T dan berakhirnya zaman dinosaurus akan harus direvisi. Sampai sejauh mana keyakinan Heaman dkk benar, masih harus kita lihat.
Kita tunggu para pakar yang mengkaji topik ini meninjau dan mengevaluasi temuan-temuan yang sudah didapat Heaman dkk; tetapi, yang sudah pasti, kalaupun harus ada revisi, revisi ini tidak akan radikal amat. Misalnya, tidak akan ada revisi yang membuat anda harus percaya (dengan tidak waras) bahwa berbagai jenis dinosaurus hidup bersama homo sapiens yang baru muncul 300.000 tahun lalu di Afrika, atau bahwa berbagai macam dinosaurus masih hidup pada zaman kehidupan Yesus dari Nazareth di abad pertama M di tanah Palestina, bahwa sang nabi ini bersama Maria Magdalena, dan juga gubernur Pontius Pilatus, mengendarai seekor dinosaurus yang sudah dijinakkan ke mana pun mereka pergi─hal-hal yang tidak waras ini dibayangkan kalangan kreasionis Kristen sebagai fakta-fakta./5/
Perlu juga dikemukakan pada kesempatan ini mengenai sebuah pendapat berbeda tentang apa yang menjadi penyebab “kemusnahan K-T”, yang sudah cukup lama berusaha menyaingi pendapat yang sudah dikemukakan di atas. Menurut Gerta Keller, seorang geolog dari Universitas Princeton, “kemusnahan K-T” terjadi bukan karena tumbukan sebuah asteroid raksasa pada planet Bumi, tetapi karena aktivitas vulkanik di kawasan yang sekarang dikenal sebagai India. Dalam kurun “kemusnahan K-T”, lahar vulkanik mengalir selama puluhan ribu tahun dari suatu kawasan vulkanik dekat Mumbai di negeri India yang sekarang, kawasan yang dikenal sebagai Deccan Traps. Aliran lahar ini, yang mengalir sampai hampir seribu mil (1.603 km), menyebabkan sulfur dan carbon dioksida dalam jumlah yang mematikan masuk ke atmosfir Bumi, yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global dan meningkatnya kadar asam (proses aksidifikasi) di lautan karena curahan hujan asam. Kondisi inilah, menurut Keller, yang menjadi penyebab “kemusnahan K-T”./6/ Tetapi beberapa pakar geologi lain menjelaskan bahwa vulkanisme yang diteorikan Keller bisa berperan hanya sebagian saja dalam kemusnahan dinosaurus, ketimbang sebagai satu-satunya penyebabnya. Selain itu, Keller juga mengakui bahwa tumbukan meteor, meskipun bukan sebagai penyebab, dapat memperburuk kemusnahan massal dinosaurus, 65,5 juta tahun lalu.
Kita tunggu para pakar yang mengkaji topik ini meninjau dan mengevaluasi temuan-temuan yang sudah didapat Heaman dkk; tetapi, yang sudah pasti, kalaupun harus ada revisi, revisi ini tidak akan radikal amat. Misalnya, tidak akan ada revisi yang membuat anda harus percaya (dengan tidak waras) bahwa berbagai jenis dinosaurus hidup bersama homo sapiens yang baru muncul 300.000 tahun lalu di Afrika, atau bahwa berbagai macam dinosaurus masih hidup pada zaman kehidupan Yesus dari Nazareth di abad pertama M di tanah Palestina, bahwa sang nabi ini bersama Maria Magdalena, dan juga gubernur Pontius Pilatus, mengendarai seekor dinosaurus yang sudah dijinakkan ke mana pun mereka pergi─hal-hal yang tidak waras ini dibayangkan kalangan kreasionis Kristen sebagai fakta-fakta./5/
Perlu juga dikemukakan pada kesempatan ini mengenai sebuah pendapat berbeda tentang apa yang menjadi penyebab “kemusnahan K-T”, yang sudah cukup lama berusaha menyaingi pendapat yang sudah dikemukakan di atas. Menurut Gerta Keller, seorang geolog dari Universitas Princeton, “kemusnahan K-T” terjadi bukan karena tumbukan sebuah asteroid raksasa pada planet Bumi, tetapi karena aktivitas vulkanik di kawasan yang sekarang dikenal sebagai India. Dalam kurun “kemusnahan K-T”, lahar vulkanik mengalir selama puluhan ribu tahun dari suatu kawasan vulkanik dekat Mumbai di negeri India yang sekarang, kawasan yang dikenal sebagai Deccan Traps. Aliran lahar ini, yang mengalir sampai hampir seribu mil (1.603 km), menyebabkan sulfur dan carbon dioksida dalam jumlah yang mematikan masuk ke atmosfir Bumi, yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global dan meningkatnya kadar asam (proses aksidifikasi) di lautan karena curahan hujan asam. Kondisi inilah, menurut Keller, yang menjadi penyebab “kemusnahan K-T”./6/ Tetapi beberapa pakar geologi lain menjelaskan bahwa vulkanisme yang diteorikan Keller bisa berperan hanya sebagian saja dalam kemusnahan dinosaurus, ketimbang sebagai satu-satunya penyebabnya. Selain itu, Keller juga mengakui bahwa tumbukan meteor, meskipun bukan sebagai penyebab, dapat memperburuk kemusnahan massal dinosaurus, 65,5 juta tahun lalu.
Salam,
ioanes rakhmat
Catatan-catatan:
/1/ Laporan tim ilmuwan ini dapat dibaca pada jurnal Science
2010:327 (5970):1214-1218.
/2/Kata “dinosaurus” dibentuk dari dua kata Yunani δεινός (deinos = dahsyat, sangat kuat, menakjubkan) dan σαυρος (sauros = kadal, reptilia).
/3/Penetapan kurun kemunculan homo sapiens ini didasarkan pada bukti-bukti arkeologis; lihat L. Vigilant et al., “African Populations and the
Evolution of Human Mitochondrial DNA”, dalam Science 253, no. 5027
[1991], hlm. 1503-1507. Kalau lewat agama, baru manusia mengonsep adanya Tuhan, dari
bukti-bukti arkeologis juga kita tahu bahwa agama tertua umat manusia
baru muncul 70.000 tahun lalu, di antara orang Barsawa di Ngamiland,
Afrika Selatan, yang menjadikan ular sanca raksasa (python) sebagai sang Dewa yang dipercaya telah melahirkan, dan terus menjaga, mereka (sebagaimana dilaporkan dalam http://www.afrol.com/articles/23093). Artinya: Suatu “hakikat” yang berkuasa, yang dipandang ada di atas manusia (apapun sebutannya), baru hadir dalam pentas kehidupan manusia 70.000 tahun lalu; dus, tentu saja, ketika dinosaurus lenyap dari muka Bumi, 65,5 juta tahun lalu, Dewa/Allah
apapun belum ada.
/4/Seperti dilaporkan dalam jurnal Geology 2011; 39 (2):159.
/5/Lihat tulisan saya, Dinosaurus, Nabi Nuh, dan Yesus dari Nazareth .
/4/Seperti dilaporkan dalam jurnal Geology 2011; 39 (2):159.
/5/Lihat tulisan saya, Dinosaurus, Nabi Nuh, dan Yesus dari Nazareth .
/6/ Lihat laporan Tia Ghose, “Volcanoes, not meteorite,
killed dinosaurs, scientist argues”, 07 Desember 2012, terpasang online pada http://www.livescience.com/25324-volcanoes-killed-dinosaurs.html.