Saat acara jumpa
pers di Universitas Bung Karno, Cikini, Jakarta, 12 Desember 2013, Rachmawati,
yang kecewa karena film ini sedang diputar di bioskop-bioskop, menyatakan bahwa
“film tentang Soekarno yang digarap Multivision Plus dan disutradarai Hanung
Bramantyo tidak sesuai dengan sosok Soekarno asli. Film Soekarno memalukan.” Pertikaian ini menyangkut juga hak cipta film Soekarno. Menurut Rachmawati, karena dia adalah pengusul pembuatan film ini, dia telah disepakati sebagai pemegang hak ciptanya.
Ada tiga
adegan dalam film ini yang kata Rachmawati tidak pernah terjadi pada ayahnya,
Soekarno, semasa hidupnya. Yakni: Adegan Soekarno ditampari oleh seorang polisi
militer dan kepalanya dihantam popor senjata sampai dia terjatuh di lantai
(kata Rachmawati adegan ini merendahkan ayahnya); adegan Soekarno merayu
seorang perempuan yang berpakaian seronok di dalam sebuah kamar (adegan ini
kata Rachmawati sangat melecehkan Soekarno); dan adegan Soekarno mendiktekan
teks Naskah Proklamasi kepada Hatta yang menjadi penulis naskah, padahal naskah
itu dibuat oleh Bung Hatta sendiri, bukan oleh ayahnya (dus, adegan ini menurut
Rachmawati telah memutarbalik fakta sejarah)./2/