+ Para saintis tak bisa menjawab
ketika kepada mereka diajukan pertanyaan: Sebelum “the big bang” terjadi, ada
apa? Betul, ’kan?
- Siapa yang bilang begitu?
+ Ya kami, para pendeta.
- Ya kalian, maaf, salah besar!
+ Uupps, kami salah besar?! Di mana
salah kami?
- Kepada Stephen Hawking pernah diajukan
pertanyaan yang sama, lalu dia menjawab: Pertanyaan itu meaningless, sama meaningless-nya
dengan pertanyaan: Ada apa di utara Kutub Utara Bumi? Atau, ada apa di selatan
Kutub Selatan Bumi? Nah, kalian, para pendeta, apakah bisa menjawab pertanyaan
yang meaningless ini? Jawaban apapun
terhadap pertanyaan yang meaningless
adalah jawaban yang meaningless juga.
Karena itu, sebuah pertanyaan yang meaningless
paling baik tidak dijawab.
+ Tapi, kami para rohaniwan punya
sebuah jawaban tegas terhadap pertanyaan: Ada apa sebelum the big bang?
- Coba kalian jawab, ada apa?
+ Bagi kami, sebelum the big bang terjadi, sudah ada Allah
sang Pencipta the big bang. Tanpa
sang Pencipta yang adikodrati ini, tidak akan ada the big bang.
- Ya, sepanjang apapun jawaban anda,
kaum agamawan, bagi para saintis tetap jawaban yang meaningless.
+ Apa yang anda maksudkan dengan “meaningless”?
- Ya, jawaban kalian, dilihat dari parameter
sains, bukanlah jawaban, melainkan pengakuan iman keagamaan. Diperhadapkan pada
sains, semua klaim iman keagamaan adalah klaim yang meaningless: tak ada bukti empirisnya sama sekali, tetapi
terus-menerus ngotot dipercaya benar. Dilihat dari kajian psikiatri, orang yang
ngotot percaya pada keberadaan sesuatu yang tak objektif ada, disebut orang
yang terkena delusi patologis yang berbahaya. Nah, jawaban yang delusional, bagi sains, adalah jawaban
yang meaningless.
+ Tapi, para saintis, hemat kami,
tetap terganjal dengan pertanyaan ada apa sebelum the big bang terjadi!
- Sebaiknya anda perlu tahu:
Alih-alih bertanya, Ada apa sebelum the
big bang terjadi, para saintis biasa bertanya, bagaimana alam semesta ini
terbentuk, yang diawali dengan the big
bang 13,72 milyar tahun lalu.
+ Oh, begitu ya pertanyaan para
saintis.
- Ya, dan sekarang para saintis
sudah bisa menjawabnya dengan memakai hukum-hukum sains. Mereka sudah
memastikan, awal sekali terbentuknya alam semesta adalah peristiwa quantum. Nah, hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa
quantum ini perlu diuraikan tersendiri panjang lebar. Tetapi pendek kata,
peristiwa quantum yang dimaksud adalah fluktuasi quantum, dibarengi
supersimetri.
+ Tetapi, bukankah hukum-hukum
sains, apapun isinya, dan apapun yang dimaksud dengan fluktuasi quantum, supergravitasi,
supersimetri, tokh... semuanya ini musti ada penggerak awalnya, yang berada di
luar semua kerja alam ini?
- Bagi kalian, kaum agamawan, apa
atau siapa penggerak awal itu semua?
+ Ya, bagi kami, tentu saja sang
penggerak awal itu adalah Allah!
- Ya, Aristoteles dan Thomas Aquinas
sekian abad silam sudah memunculkan sebutan “the unmoved prime mover” atau “the
uncaused cause” sebagai sang Pencipta jagat raya, yakni Allah, sang penggerak awal yang tak digerakkan oleh apapun sebelumnya.
+ Ya, kedua orang itu orang besar,
betul ’kan?
- Tapi mungkin kalian akan lebih
besar dari kedua orang itu jika kalian berpendapat bahwa Yesus dari Nazareth
sudah ada sebelum the big bang
terjadi, dan dialah yang menyundut sumbu bom the big bang 13,72 milyar tahun lalu!
+ Ya, kami sangat yakin, sesuai
dengan kesaksian Alkitab, Yesus dari Nazareth memang sudah ada sebelum
terjadinya the big bang, dan dialah, sang
Allah kami, yang telah menciptakan jagat raya dan segenap isinya lewat the big bang.
- Orang Yunani kuno, katakanlah, juga
bisa yakin sekali bahwa Dewa Zeus atau Dewa Atlas atau Dewi Astra adalah sang Allah penyundut sumbu bom nuklir the big bang yang mahadahsyat! Semua orang beragama, dengan memakai
keyakinan, bebas menyebut Allah mereka masing-masing sebagai penyundut sumbu
bom the big bang. Bagi para saintis,
semua klaim ini, pada satu segi, meaningless;
dan pada segi lainnya, dari logika saintifik, muncul pertanyaan lanjutan: Siapa
pencipta Allah? Siapa pencipta Dewa Zeus atau Dewa Atlas atau Dewi Astra? Siapa pencipta the God Yesus dari Nazareth? Kalian, para rohaniwan, harus bisa
menjawab pertanyaan ini, sama seperti kalian menghendaki para saintis menjawab
pertanyaan, Ada apa sebelum the big bang
terjadi! Para saintis sudah menjawab, awal sekali dari adanya jagat raya adalah
peristiwa quantum, persisnya fluktuasi quantum.
+ Tapi, pertanyaan kami belum anda
jawab, siapa yang menciptakan hukum-hukum alam atau fluktuasi quantum. Jawablah
jika anda bisa menjawabnya secara saintifik! He he he!
- Sangat bisa. Dari berbagai
observasi dan dari bukti-bukti yang sudah berhasil dikumpulkan, kita tahu
sekarang bahwa jagat raya kita belum
selesai terbentuk, masih terus membentuk dirinya sendiri, masih terus
mengalami evolusi kosmik, dan masih terus mengembang dengan makin cepat. Kalian
para pendeta salah telak kalau beranggapan bahwa jagat raya kita sudah selesai
diciptakan oleh Allah kalian dalam enam hari kerja hanya karena kitab suci
kalian menyatakannya demikian.
+ Haaa, jagat raya masih belum
selesai tercipta?
- Ya, jagat raya kita masih terus
membentuk dirinya sendiri, satu galaksi lenyap, muncul sebuah galaksi baru lainnya, sebuah bintang meledak, muncul sebuah bintang baru, semuanya sedang berlangsung lewat hukum-hukum sains, dan bisa
dijelaskan prosesnya secara saintifik, tidak memerlukan peran Allah apapun di
dalamnya. Jadi, hukum-hukum alam, dengan segala cara alamiah yang mungkin,
sudah ada dari dirinya sendiri, memperlihatkan dirinya sendiri secara objektif,
dan akan ada terus, dan cara kerjanya bisa dipantau dan diprediksi secara
saintifik, dan, hingga saat ini, tak terlihat adanya sosok Allah atau sosok Yesus dari Nazareth di dalam kerja
hukum-hukum alam di angkasa luar.
+ Ooooh!
- Jangan hanya melongo! Jawablah
pertanyaan para saintis, Siapa atau apa yang telah dengan objektif menciptakan
Allah kalian?
+ Oooh! Oooh!
- Dan lagi, jika para saintis telah dapat menemukan bukti-bukti objektif adanya the big bang 13,72 milyar tahun lalu, dan tentu, tanpa melibatkan Tuhan apapun, bisa mengulangi peristwa “dentuman besar” ini dalam skala kecil di CERN, dan berhasil dengan objektif memperlihatkan jagat raya masih belum selesai terbentuk lewat hukum-hukum alam yang juga diperlihatkan objektif ada dan dapat diprediksi kerjanya, maka para saintis juga meminta kalian, para pendeta, untuk secara objektif membuktikan adanya Tuhan kalian yang kalian percayai sebagai sang Pencipta the big bang. Buktikanlah sekarang bahwa Tuhan yang kalian percayai itu ada! Mampukah kalian?
+ Ooooh! Oooooh! Oooooooh!
- Dan lagi, jika para saintis telah dapat menemukan bukti-bukti objektif adanya the big bang 13,72 milyar tahun lalu, dan tentu, tanpa melibatkan Tuhan apapun, bisa mengulangi peristwa “dentuman besar” ini dalam skala kecil di CERN, dan berhasil dengan objektif memperlihatkan jagat raya masih belum selesai terbentuk lewat hukum-hukum alam yang juga diperlihatkan objektif ada dan dapat diprediksi kerjanya, maka para saintis juga meminta kalian, para pendeta, untuk secara objektif membuktikan adanya Tuhan kalian yang kalian percayai sebagai sang Pencipta the big bang. Buktikanlah sekarang bahwa Tuhan yang kalian percayai itu ada! Mampukah kalian?
+ Ooooh! Oooooh! Oooooooh!