Sikap dan gerakan menolak vaksin apapun adalah salah besar. Seharusnya, kalangan yang menolak vaksin, bersikap jeli: tolaklah vaksin yang tidak tepat, yang tidak "up-to-date", yang tidak aman, tidak manjur, dan yang serokonversinya rendah. Lalu, dukunglah program vaksinasi pemerintah yang memakai vaksin-vaksin yang tepat, up-to-date, aman, manjur dan memperlihatkan serokonversi tinggi.
Begitu juga, adalah salah jika orang menolak vaksin apapun lalu mendukung hanya prokes 3M plus sebagai ganti vaksinasi.
Sebab, prokes 3M yang dijalankan jangka sangat panjang, tanpa vaksinasi, akan menimbulkan dampak berat dan buruk pada psikologi manusia dan kegiatan sosial ekonomi yang luas. "New normal" itu beda sekali dari "Normal".
Kita sudah tahu dampak psikologis negatif dari prokes 3M pada anak-anak yang harus terlalu lama menjalankan "online schooling" dengan akibat pergaulan sosial mereka nyaris terhenti. Juga pada orang dewasa tertentu yang harus jangka panjang bekerja online dari rumah, "working from home". Belum lagi "covid-insomnia" dan "covid-anxiety and stress" yang melanda banyak orang di seluruh dunia, karena pandemi yang hebat dan juga karena pelaksanaan prokes 3M yang terlalu lama meski perlu.
Lantas? Ya untuk keluar dari labirin pandemi Covid-19, jalannya yang paling tepat adalah vaksinasi global dengan vaksin-vaksin apapun yang tepat, "up-to-date", aman, manjur dan memiliki serokonversi yang tinggi sehingga mampu, lewat aksi-reaksi sistem imun, membangkitkan antibodi-antibodi yang lengkap dengan durabilitas yang sangat panjang, 10 tahun atau selamanya.
Susahnya, antara lain lantaran imunitas yang dimiliki manusia dan seleksi alam, si virus SARS-CoV-2 kini tampak sedang bermutasi terus, bukan mutasi-mutasi minor yang dapat diabaikan, tetapi mutasi-mutasi mayor pada morfologi luar, termasuk pada protein "spike" mereka. Kayaknya, si virus sedang bermain petak umpet dan pasang puzzle dengan para vaksinolog.
Vaksin-vaksin teknologi baru mRNA yang sudah diproduksi, dan belum di-"adjust" dengan mutasi-mutasi besar si virus SARS-CoV-2 belakangan ini, apakah harus dibuang, karena mubazir? Dus, jutaan USD akan raib begitu saja? Atau tetap akan dijual dan disuntikkan dengan dalih "denial" bahwa vaksin-vaksin ini masih ampuh dalam menangkal, misalnya, si Mutant Covid Inggris dan si Mutant Covid Afrika Selatan? Susah menjawabnya. Business is business. Uupps, health is health, isn't it, Pfizer and Moderna?
Kasus infeksi di Indonesia yang pesat meningkat belakangan ini (per 26 Desember 2020, kasus positif mencapai 706.837), dan penularan komunitas (dalam satu keluarga dan dalam satu RT/RW) yang makin menggila, pasti ada penyebabnya. Apakah lantaran pengabaian prokes 3M yang disengaja? Ataukah karena virus SARS-CoV-2 di kawasan-kawasan Indonesia yang paling berat terdampak sudah bermutasi besar dengan menghasilkan strain baru yang lebih agresif dan lebih cepat menular?
Pertanyaan yang kedua itu hanya bisa dijawab oleh para ilmuwan lewat teknologi sekuensing genetik si virus yang menunjang! Yang tentu sangat mungkin adalah gabungan dua pertanyaan itu.
Adakah upaya lain? Ya ada.
Mari minta tolonglah rame-rame ke Santa Klaus supaya si santa suci ini bersama Piet Hitam dalam musim Natal di ujung Desember 2020 ini datang ke seluruh warga dunia, 8 milyar lebih manusia, dengan membagi-bagi gratis vaksin Covid-19 paling mujarab dan manjur abadi lewat cerobong asap dan jendela-jendela. Vaksin Santa ini "made in heaven".
Jadi, bangunlah cerobong-cerobong asap di rumah anda, dan buka jendela rumah dari jam 24 hingga jam 3 dini hari. Vaksin-vaksin Covid-19 gratis penolong dunia akan berjatuhan ke dalam rumah anda. Percaya gak? SAYA SIH MAUNYA PERCAYA. Maunya loh.
Salam,
Santa Klaus dan Piet Hitam
27 Desember 2020