Tuesday, September 23, 2014

Feminisme dan feminis

Feminisme itu sebuah ideologi dan gerakan untuk menempatkan kedudukan perempuan setara dengan kedudukan pria, dan memperlihatkan kaum perempuan mampu hidup mandiri tanpa pria pendamping manapun.

Feminisme dapat dikata menemukan kembali harga diri dan kehormatan diri serta martabat dan harkat perempuan yang dalam sejarah panjang perkembangan peradaban manusia pernah diperlakukan sebagai insan rendahan, kelas dua atau kelas tiga dalam masyarakat patriarkal.

Jadi, feminisme itu sebetulnya gerakan dan paham yang bagus. Sangat demokratis dan humanitarian, karena memperjuangkan manusia perempuan untuk diterima setara dengan manusia lelaki dalam kedudukan dan peran mereka. Sebagaimana dalam setiap ideologi dan gerakan, dalam feminisme juga ditemukan berbagai aliran yang masing-masing menekankan segi-segi khusus gerakan, dan setiap aliran ini membentuk perilaku dan watak yang spesifik dari setiap feminis.

Feminis adalah setiap orang, lelaki maupun perempuan, yang berkomitmen untuk merealisasi ideal-ideal dan tujuan-tujuan gerakan feminisme. Umumnya, yang biasa disebut feminis adalah kaum perempuan dalam gerakan feminisme.

Banyak feminis yang saya kenal berwatak ramah, elegan dan simpatik, sangat terbuka jika diajak berdiskusi hal apapun, termasuk jika yang mengajak orang lelaki yang sinis atau anti terhadap gerakan dan ideologi feminisme. Tidak sedikit di antara mereka adalah juga para ibu rumah tangga, selain banyak juga yang menjomblo. Feminis jenis ini melihat manusia lelaki dan manusia perempuan saling melengkapi dan harus bekerja sama untuk memajukan peradaban insani. Mereka tidak melihat dunia hitam atau putih yang terpisah dan terbelah. Perpaduan hitam dan putih, atau (memakai terminologi filsafat Timur) perpaduan dinamis Yin dan Yang, dilihat mereka sebagai sesuatu yang indah dan powerful.



Tetapi, dalam pengalaman saya, ada juga perempuan feminis yang berangasan, suka marah, dan terlalu percaya diri dan tertutup. Mereka yang tergolong feminis jenis ini sangat tidak suka bahkan sering berang dan emosional kalau dirinya dibicarakan dalam hubungan dengan kaum pria, termasuk jika prianya suaminya sendiri. Feminis jenis ini kerap kelihatan radikal dan penuh permusuhan terhadap dunia, yang dipersepsi mereka dengan keliru sebagai para penindas manusia perempuan. Feminis jenis ini umumnya memilih hidup tidak menikah seumur kehidupan mereka. Tetapi jika mereka menikah, mereka tidak mau direndengkan dengan suami mereka yang sah. Ini aneh, bukan?

Pengalaman pertama saya berjumpa dengan perempuan feminis pemberang terjadi di negeri Inggris. Ketika itu, saya ikut hadir dalam suatu acara gerakan feminis internasional, yang panitianya umumnya perempuan Inggris. Saya terlibat percakapan yang hangat dengan dua perempuan feminis saat itu. Mengasyikkan. Tetapi ketika saya bertanya kepada keduanya tentang bagaimana keadaan keluarga mereka, khususnya suami dan anak-anak mereka, dan bolehkah saya berkenalan dengan mereka, keduanya (saya sudah tahu mereka menikah) langsung berubah tidak ramah dan sekaligus berang. Saya kaget dan tidak paham. Langsung saya menghentikan percakapan.

Bagi kita sebagai orang Timur, adalah lazim dan baik jika kita bertanya tentang keadaan keluarga seseorang yang kebetulan kita jumpai, tanpa bermaksud mencampuri urusan rumah tangganya. Tetapi mungkin, hal ini dinilai tidak lazim dan terlalu rewel dan mau mencampuri urusan privat, oleh para perempuan Inggris yang feminis. Saya kadangkala ditanyai oleh para ibu dan para bapa yang kebetulan sudah lama tidak jumpa atau malah baru jumpa, bagaimana keadaan rumah tangga, dengan istri dan anak-anak, dengan pekerjaan, dengan kesehatan, dengan masa depan, dll. Saya malah senang ditanyai demikian. Bagi saya mereka ramah dan simpatik serta peduli. Jadi saya jawab dengan ringan dan happy, tanpa beban apapun.

Ternyata pengalaman pertama saya itu bukan yang terakhir. Saya menemukan makin jelas, memang ada banyak feminis yang memandang kehidupan mereka sebagai peperangan melawan dengan agresif struktur dan sistem yang mereka dengan sepihak nilai sebagai penindas perempuan, termasuk melawan orang-orang yang mendukung struktur dan sistem ini. Ideologi feminis mereka memang ideologi yang agresif dan ideologi kemarahan, alhasil mereka juga terbentuk sebagai pribadi-pribadi yang agresif dan suka berang.  

Apakah para feminis pemberang itu berwatak demikian hanya karena faktor-faktor bawaan lahir saja, sebagai perangai yang diwariskan, dan tidak ada hubungannya dengan ekologi sosial yang di dalamnya mereka hidup dan menerima ideologi feminisme aliran tertentu? Jawabannya sebenarnya sudah jelas. Selain faktor genetik (disebut juga faktor "nature"), watak dan kelakuan manusia juga dibentuk oleh faktor ekologi sosial dan ideologi-ideologi yang dianut dalam ekologi ini. Faktor kedua ini biasanya disebut sebagai faktor "nurture", atau dalam istilah genetikanya dinamakan faktor "epigenetik". Siapa diri kita, dibentuk oleh faktor genetik sekaligus oleh faktor epigenetik. Begitu juga halnya dengan watak dan kelakuan para feminis: watak dan kelakuan setiap feminis dibentuk selain oleh faktor genetik mereka, juga dibentuk oleh lingkungan sosial feminis yang di dalamnya mereka hidup dan oleh ideologi-ideologi feminis yang mereka yakini dan mereka jalankan. 

Jika anda feminis, termasuk jenis feminis apakah diri anda?

Apapun pilihan jenis feminisme anda, sebaiknya kita semua menyadari pentingnya feminisme berubah, dari gerakan kultural dan sosiopolitik yang penuh kemarahan (karena berakar pada sejarah yang penuh kepahitan), menjadi gerakan intelektual yang cerdas, kritis, jelas, ekspresif sekaligus santun, tenang, terpelajar dan bersahabat, sebagaimana patutnya sikap dan penampilan para intelektual. Jika perubahan ini terjadi, saya kira feminisme akan jauh lebih mudah dipahami, dimengerti dan diterima dalam masyarakat bahkan akan lebih kuat dan lebih luas didukung, termasuk dalam dunia Islam masa kini.