Ilustrasi wajah Musa bercahaya setelah dia bertatap muka dengan TUHAN Allah. Sumber gambar pixy.org
Sabda Yesus, "Carilah, maka kamu akan mendapatkan!"
Teks Mazmur 27:8-9a memuat kata-kata ini:
Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku." Maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku.
Juga ditulis bahwa orang yang mencari wajah TUHAN akan menerima berkat, keadilan dan keselamatan dari TUHAN (Mazmur 24:5-6).
Wajah TUHAN akan bercahaya atas diri para pencarinya, dan mereka akan diselamatkan oleh kasih setia-Nya (Mazmur 31:17).
Orang yang mencari wajah TUHAN akan hidup dalam doa dan kerendahan hati, dan menjauhkan diri dari kejahatan, dan menerima pengampunan dosa (2 Tawarikh 7:14).
Bagi orang yang berdosa dan jahat, wajah TUHAN tersembunyi (Yesaya 59:2).
Terhadap orang yang tidak setia, bersalah, durhaka dan najis, TUHAN menyembunyikan wajah-Nya (Yehezkiel 39:23-14).
Dalam Perjanjian Lama, setidaknya ada dua orang yang diceritakan telah melihat wajah TUHAN, berhadapan muka, yakni Musa (Keluaran 33:11) dan Yakub (Kejadian 32:30).
Tetapi kita tidak akan pernah tahu, bagaimana rupa wajah TUHAN yang telah dilihat oleh Musa dan Yakub. Hanya dalam kisah teologis anthropomorfik, TUHAN yang mahatakterbatas dapat digambarkan dalam rupa (morfē) manusia (anthrōpos). Hal yang sudah pasti adalah bahwa pada wajah TUHAN yang ditatap Musa, terdapat juga bagian-bagian wajah Musa sendiri. Begitu juga halnya dengan Yakub: ada wajah Yakub pada wajah TUHAN yang dilihatnya.
Sebetulnya, Yesus Kristus sebagai "sang Firman yang telah menjadi manusia (Yunani: "sarks", daging)", dan "diam di antara kita" (Yohanes 1:14) adalah penampakan wajah TUHAN yang paling jelas dan real dalam tradisi kepercayaan Yahudi-Kristen.
Saya lama berada dalam situasi in search of the face of God, mencari-cari wajah TUHAN.
Puluhan tahun lalu, di masa remaja, ketika saya pertama kali berjumpa Yesus lewat pembacaan kitab-kitab Injil dalam Perjanjian Baru, saya percaya bahwa di dalam diri Yesus saya menemukan wajah TUHAN yang waktu itu saya cari-cari.
Memandang wajah Yesus, bagi saya, adalah memandang wajah TUHAN Allah sendiri. Yesus sesungguhnya adalah wajah insani TUHAN Allah sendiri, sang Bapa. Jesus is the human face of God, the divine Father.
Oleh karena itulah, Yesus adalah sang Putera Allah sendiri yang menampakkan wajah sang Bapa. Sebagaimana halnya dengan bapa, begitu juga halnya dengan anak.
Hingga kini, di masa lansia, pengenalan saya terhadap Yesus telah bertambah dalam dan luas. Dus, pengenalan saya terhadap TUHAN Allah sang Bapa--- yang wajah-Nya yang dipenuhi cahaya kemuliaan terlihat pada wajah Yesus sendiri--- juga makin dalam dan luas.
Berikut ini saya dapat menyebutkan sedikitnya lima cahaya wajah TUHAN Allah yang terpancar dari wajah Yesus.
• Wajah Allah yang penuh kasih karunia, belas kasih dan kebenaran;
• Wajah Allah yang penuh empati, berbelarasa, terhadap manusia, yang ikut menderita dan senantiasa mendampingi, ketika anak-anak-Nya sedang menderita;
• Wajah Allah yang telah mengalahkan kesengsaraan manusia, yang --- lewat peninggian dan pemuliaan --- telah menang atas maut, menjadi Tuhan yang hidup, yang memancarkan cahaya dan memberi kehidupan, dari tempat yang mahatinggi, melintasi segala langit.
• Wajah Allah yang penuh kuasa untuk melindungi, menjaga, memelihara, dan menyelamatkan umat-Nya, orang seorang, dari segala kesulitan, bahaya, ancaman, sakit-penyakit dan berbagai kelemahan tubuh.
• Wajah Allah yang menganugerahkan ketangguhan, daya tahan, daya juang, kegigihan, keuletan, ketabahan, dan kemenangan atas segala perkara yang dapat ditanggung karena Allah mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada setiap anak-Nya yang mencari dan memohon pertolongan dan kekuatan.
Itulah lima cahaya sorgawi yang saya sedang alami memancar dari wajah Yesus untuk saya, wajah TUHAN Allah sendiri yang mahapengasih dan mahapenyayang.
Saya ingin terus mengenal lebih dalam dan lebih luas lagi, dari berbagai sudut pandang, wajah Allah yang saya telah temukan pada wajah Yesus.
Ya, Yesus yang mengasihi saya dan yang saya kasihi, yang mengenal saya sedalam-dalamnya. Yang kepada-Nya saya mencurahkan isi hati, pikiran dan perasaan saya. Yesus sebagai Tuhan yang hidup, yang selalu menjaga, mengayomi dan menyelamatkan saya.
Saya tutup dengan sebuah doa pendek.
Ya, Yesus Tuhanku yang hidup, wajah sang Bapa, Engkau berdiam dalam diriku. Engkau juga melingkupi, menyelubungi, menaungi dan menyelimutiku, sehingga akupun berdiam di dalam Engkau. Jika Engkau berdiam di dalamku, dan selalu menyertai aku, maka segala badai dan gelora besar ombak laut kehidupan, akan mampu kutembus tanpa binasa, dan lewat hardikan-Mu, semuanya menjadi tenang teduh.
Jakarta, 18 Februari 2022
ioanes rakhmat
*Diedit 29 Oktober 2024