Hingga sekarang ini, orang umumnya terfokus pada ancaman penularan virus SARS-CoV-2 lewat sentuhan terhadap permukaan benda-benda padat yang diwaspadai telah terkontaminasi virus. Tangan yang telah menyentuh permukaan benda-benda padat yang sudah terkontaminasi akan menyentuh mulut, hidung atau mata, atau luka yang terbuka, yang menjadi "pintu masuk" virus ke dalam tubuh. Maka penularan terjadi. Inilah yang disebut "fomite transmission" (FT).
Kewaspadaan terhadap FT telah membuat orang di mana-mana menghabiskan biaya, tenaga dan waktu, untuk melap atau membersihkan dengan disinfektan permukaan benda-benda padat yang ada dalam ruangan-ruangan. Bahkan pakaian yang sedang dipakai juga diharuskan didisinfektan lewat cara-cara dan mesin-mesin penyemprot tertentu yang dapat membahayakan kulit dan mata orang yang memakainya.
Tetapi studi-studi lebih lanjut menunjukkan bahwa FT tidak terjadi, atau kalaupun terjadi kasusnya sedikit. Tak ada bukti, atau hanya ada sedikit bukti, bahwa FT dapat berlangsung. Pengetahuan ini juga ditopang oleh temuan-temuan yang menunjukkan bahwa kalau pun permukaan benda-benda padat telah terkontaminasi virus, virusnya sudah mati, atau sekarat, sehingga tak punya kemampuan menginfeksi lagi, sudah tidak infeksius lagi.
Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa penularan terbesar terjadi lewat udara indoor yang stagnan, relatif tidak bergerak, di dalam ruang indoor tertutup apapun yang tak memiliki ventilasi dan filtrasi yang baik dan memadai.
Virus cepat sekali terakumulasi dan terkonsentrasi dan makin bertambah banyak dalam ruang-ruang indoor yang tertutup seiring makin banyaknya orang yang keluar masuk dan yang berada lama di ruang-ruang tersebut. Kondisi ini dijumpai di ruang tertutup restoran, bar, nightclub, rumah ibadah, perkantoran, ruang pertemuan, studio, ruang kelas, bus, MRT dan LRT, pasar swalayan, toko-toko, bahkan ruang dalam rumah, dll.
AC bukanlah ventilasi. Udara dalam ruang ber-AC tidak mengalir keluar ruangan, tetapi stagnan,... ya berhembus, terasa fresh, tetapi tidak berganti secara teratur dengan udara luar. Udara dalam ruang indoor ber-AC mutar-mutar di tempat.
Di dalam ruang indoor yang tertutup dan tak berventilasi, lewat hembusan nafas, suara dari mulut, bersin, batuk, menguap, orang yang membawa virus menyebarkan virus yang ada di dalam sangat banyak droplet kecil atau mikrodroplet atau aerosol yang terhembus, lalu lewat udara indoor menyebar dalam ruang.
https://news.yahoo.com/coronavirus-airborne-indoors-were-still-200413633.html
https://www.nature.com/articles/d41586-020-02058-1
Meski aerosol berukuran sangat kecil, yakni kurang dari 5 um (atau 5 mikrometer), dus memuat sedikit virus, bahaya muncul jika aerosol terakumulasi dalam jumlah besar dan berada stagnan dalam ruang indoor yang tak memiliki ventilasi yang cukup, dan juga bergerak mengikuti gerak udara ruang indoor yang terjadi seiring gerakan manusia di dalamnya. Jika orang menghirup udara dalam ruang ini, aerosol tersedot masuk ke saluran pernafasan. Droplet yang lebih besar akan langsung jatuh ke tanah/lantai, bisa sampai 1,5 m dari mulut yang memuncratkannya.
Ketika orang melakukan gerak apapun dalam ruang indoor yang tertutup, udara pun ikut bergerak, dan mikrodroplet ikut bergerak. Tidak bergerak terbuang ke luar, masuk ke ruang outdoor, tetapi stagnan dalam ruang indoor, mutar-mutar di ruang yang sama. Hembusan AC mempercepat gerak udara indoor dalam ruang yang itu itu saja.
Nah, dalam ruang indoor yang tertutup tanpa ventilasi (yang terasa dingin dan segar jika AC dipasang), orang juga menarik nafas. Maka mikrodroplet-mikrodroplet yang bermuatan virus, yang menyebar dalam udara ruang indoor, ikut tersedot, masuk ke dalam saluran pernafasan semua orang yang ada dalam satu ruang indoor yang besar atau yang kecil. Penularan pun terjadi, bisa luas. Orang pun kemudian jatuh sakit. Inilah yang dinamakan "airborne transmission" (AT) atau penularan lewat udara.
Membuat ventilasi yang cukup dan baik adalah jalan terbaik untuk mengurangi atau meredam AT dalam ruang indoor apapun.
Salah seorang direktur Van der Walls-Zeeman Institute, Universitas Amsterdam, Daniel Bonn, menegaskan bahwa "Ventilasi yang modern membuat risiko terinfeksi aerosol yang berisi virus tidak besar. Jumlah virus dalam mikrodroplet relatif sedikit, tetapi akan jadi berbahaya jika anda berada lama dalam satu ruang yang ventilasinya buruk bersama orang-orang lain yang sudah terinfeksi atau sesudah orang yang terinfeksi batuk-batuk di dalam ruang itu."
https://scitechdaily.com/aerosol-microdroplets-not-very-effective-at-spreading-the-covid-19-virus/
Ya, aerosol menjadi berbahaya dan mengancam jika terakumulasi, terhimpun, tergabung, membentuk suspensi, di dalam udara ruang indoor yang tak bersirkulasi, tak ganti-berganti dengan udara luar yang bersih dan tak terkontaminasi kuman-kuman.
Dalam sebuah artikel riset yang terbit di jurnal The Lancet edisi 24 Juli 2020, Kevin P. Fennelly, MD, menyatakan bahwa "Aerosol yang infeksius adalah himpunan patogen-patogen dalam partikel-partikel dalam udara, yang tunduk pada hukum-hukum fisika dan biologis. Ukuran partikel adalah penentu terpenting dari perilaku aerosol. Partikel-partikel yang berukuran 5 ug atau lebih kecil dapat bertahan dalam udara tanpa batas waktu di dalam kebanyakan kondisi ruang indoor, kecuali aerosol ini disingkirkan lewat aliran udara atau lewat ventilasi pembuang udara."
https://www.thelancet.com/journals/lanres/article/PIIS2213-2600(20)30323-4/fulltext
Nah, AT dalam ruang indoor yang tanpa ventilasi, atau yang udaranya tidak tersaring, tidak terfiltrasi, harus dengan serius diwaspadai, jauuuhh perlu diwaspadai dan dihindari dibandingkan mewaspadai permukaan benda-benda padat.
Penularan coronavirus yang sangat cepat di seluruh dunia adalah penularan lewat udara yang berisi sangat banyak aerosol yang mengandung virus.
Hari ini, 26 November, kasus terinfeksi global mencapai jumlah 60.346.970, dengan total kematian 1.420.462 orang, meliputi 191 negara/wilayah. Ini data dari Johns Hopkins Coronavirus Resource Center.
https://coronavirus.jhu.edu/map.html
Jadi, kewaspadaan terhadap AT harus jauh di atas kewaspadaan terhadap FT. Bahkan ketika anda berada dalam ruang kamar di rumah anda sendiri, atau di tempat kost atau di asrama anda, sejauh ada orang lain yang kedapatan sudah terinfeksi. Di tempat-tempat ini orang menghembuskan nafas ke udara yang sama, dan juga menghisap oksigen dari udara yang sama.
Untuk menekan angka AT, setiap ruang indoor, publik atau privat, harus berventilasi cukup dan baik, dan udaranya tersaring.
AC yang dijalankan dalam sebuah restoran yang tertutup, dan tanpa ventilasi, memang menyegarkan, tapi juga membahayakan. Anda mau, ramai-ramai makan enak di sebuah restoran sejuk segar ber-AC tetapi tidak mempunyai ventilasi yang cukup dan filtrasi udara yang bagus, namun beberapa hari setelah itu anda terpapar virus corona baru? Tentu tidak mau, bukan?
Jika kamar tidur anda ber-AC, dan anda akan tidak bisa tidur malam jika AC tidak dihidupkan, ya gunakanlah, lalu di pagi hingga sore hari bukalah pintu dan jendelanya supaya udara di dalamnya bersirkulasi dan cahaya Matahari yang kaya UV-A dan UV-B dapat masuk (sinar UV-C yang ampuh membunuh virus tidak bisa sampai ke permukaan Bumi, tetapi dapat diciptakan lewat berbagai instrumen teknologis).
Jika anda sekarang memutuskan untuk secara berkala menyemprotkan disinfektan dalam ruang-ruang indoor rumah anda atau tempat tinggal anda, lakukanlah dengan cara yang benar dan dengan memakai disinfektan yang aman dan tidak berbahaya.
Jangan masuk dan berada lama dalam ruang-ruang indoor yang tertutup, yang tidak memiliki ventilasi, dan yang udaranya tidak terfiltrasi. Entah ruang restoran, ruang tunggu di sebuah rumah sakit, ataupun ruang rumah ibadah anda. Tentu jika di dalam ruang-ruang indoor itu ada banyak orang, terhimpun padat.
Jangan lupa, memakai masker wajah itu menyelamatkan, jauh lebih perlu ketimbang menjaga jarak tetapi tidak memakai masker.
Akhirnya, mungkin ada yang akan bertanya, Masuk ke sebuah supermarket yang ramai padat, amankah? Ya, relatif aman sejauh anda memakai masker wajah (plus perisai wajah, "face shield"), dan tidak berlama-lama di dalamnya, meski ambil jarak 1,5 m hingga 2 m mustahil dapat dilakukan. Protokol kesehatan memakai masker memberi perlindungan 90 % ke anda dari bahaya tertular virus. Tetapi jika mungkin, pilihlah supermarket yang tidak terlalu ramai, dan ruang indoor-nya berventilasi baik dan cukup.
Kita bernafas sepanjang waktu, tetapi kita menyentuh benda-benda padat tidak sepanjang waktu. Bernafaslah dalam udara yang bergerak, yang tidak terkontaminasi virus, dan dengan tidak menyebarkan virus. Ini salah satu protokol kesehatan lagi.
Jakarta, 20 November 2020
Dimutakhirkan 26 November 2020
ioanes rakhmat