Aaaahhhhhhsssshhh... segar dan nikmat!
Selengkapnya, baca Temuan-temuan Sains Modern tentang LGBT.
Seseorang yang bernama Mr. Macho mengecam saya.
Katanya, “Anda membela LGBT karena anda telah menerima pendidikan
modern di Barat. Anda kini mempromosikan LGBT di Indonesia. Anda
penjilat pantat Barat yang kafir. Sementara anda mengecam Arabisasi atas
Indonesia. Itulah diri anda yang sebenarnya.”
Ya... kecamannya pedas dan hemat saya diucapkan tanpa pengetahuan dan kesadaran yang matang. Berikut ini respons saya dalam dua poin.
Poin pertama. Mengapa saya membela LGBT meskipun saya bukan aktivis LGBT dan orientasi seksual (OS) saya dan keluarga saya semuanya hetero (hingga saat ini)?
Saya membela karena saya melihat LGBT di Indonesia cenderung akan makin ditindas berdasarkan ketidaktahuan masyarakat hetero di Indonesia bahwa kondisi sebagai LGBT bukan dosa dan juga bukan suatu kelainan jiwa atau penyakit dan gangguan mental. Berikut ini alasan-alasan saya mengapa saya berpendapat demikian.
Tuhan yang saya yakini mahapencipta bukanlah Tuhan dengan OS tertentu. Tuhan melampaui atau mentransendir semua OS HLGBT. Karena itu, Tuhan mahapencipta merangkul, memelihara, memberi kehidupan dan cinta kepada semua manusia yang memiliki OS apapun.
Semakin anda meyakini Tuhan itu mahapencipta, maka dia juga sanggup mencipta bukan hanya OS hetero, tapi juga LGBT. Karena dia mahapencipta, maka dia juga sanggup menciptakan apapun yang tidak dikisahkan atau ditulis dalam semua kitab suci.
Karena OS LGBT itu sunatullah, kejadian natural yang diciptakan Tuhan, maka LGBT juga Tuhan kehendaki untuk tetap ada dan terawat dan bertahan dalam dunia ini. Barangsiapa mencintai Tuhan, mereka juga akan mencintai LGBT. Dari mana saya tahu LGBT itu sunatullah? Tentu bukan dari Prof. Sarlito Wirawan, mahaguru psikologi UI.
Ya saya tahu dari ilmu pengetahuan yang bersumber dari Allah yang mahatahu. Semakin anda percaya Tuhan anda itu mahatahu, maka semakin bersemangat anda dalam mencari pengetahuan-pengetahuan baru. Bahkan sebagai sang pencipta yang mahabaik dan mahatahu, Tuhan juga menghendaki manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dengan tanpa batas dan menemukan dan membangun ilmu pengetahuan baru juga tanpa batas.
Semakin Tuhan itu dipercaya mahacerdas, maka semakin kuat keinginan anda untuk berakal dan bernalar dengan cerdas. Tuhan yang mahatahu, sebagai orangtua kita yang sayang pada kita, akan luar biasa masygul di hati jika manusia memilih berjalan di jalan kedunguan tanpa batas. Ilmu pengetahuan kerap mencapai batas terjauh di suatu era. Tapi kedunguan itu, kata Albert Einstein, tak punya batas.
Nah dari ilmu pengetahuan, kini kita tahu OS HLGBT terbentuk dari interaksi sejumlah faktor yang sudah diobservasi, yakni faktor-faktor genetik, epigenetik, biologis, serebral, hormonal, fisiologis, psikologis; dan lingkungan kehidupan juga ikut memberi andil. Semua hal lain yang menyangkut bentuk fisik dan keadaan mental dan pembawaan serta kebiasaan hidup kita juga dibentuk oleh faktor-faktor yang sama. Informasi genetik, bagaimanapun juga, berperan besar dalam membentuk diri seseorang dalam banyak aspek kehidupan.
Nah, karena OS itu berbasis biologis dalam arti luas, tentu saja sejak manusia cerdas (Homo sapiens) ada di muka Bumi, OS HLGBT tentu juga sudah ada.
Jauh sebelum kejadian yang menimpa kota Sodom dan kota Gomorah yang melibatkan Nabi Lot (atau Luth)―yang kisahnya (cari tahu sendiri, apakah ini kisah faktual atau kisah fiktif!) selalu dijadikan landasan skriptural untuk mengecam dan mengutuk homoseksualitas―OS LGBT sudah pasti ada.
Suatu saat nanti, kalau paleobiologi sudah semakin maju, para saintis akan bisa menemukan bukti-bukti biologis bahwa OS LGBT sudah ada sama tuanya dengan usia keberadaan manusia di muka Bumi. Yang sekarang sudah diketahui adalah bahwa homoseksualitas juga ada pada 1.500 spesies hewan non-manusia. Ini lagi menunjukkan bahwa OS homoseksualitas adalah sunatullah.
Kapan manusia cerdas pertama muncul di muka Bumi? Menurut kitab suci tertua teisme (yakni Tanakh Yahudi), Adam dan Hawa adalah pasangan manusia pertama pria dan wanita yang diciptakan Allah langsung besar tanpa memiliki udel. Menurut literalis Katolik yang hidup di abad ke-17, uskup agung Almargh yang bernama James Usher, setelah dia menghitung-hitung hari-hari, kejadian-kejadian dan silsilah-silsilah yang dikisahkan dalam Alkitab (baginya Alkitab adalah sebuah kitab sejarah yang ajaib dan serba akurat), jagat raya atau “langit dan Bumi” diciptakan Allah persis pada hari Minggu tanggal 23 Oktober 4004 SM. Jadi, sekarang ini di abad ke-21 jagat raya baru berusia 6.000 tahun.
Sedangkan menurut sains modern, jagat raya kita yang tercipta lewat big bang sudah berusia 13,8 milyar tahun. Sistem Matahari kita sendiri sudah berusia 4,5 milyar tahun. Mikroba pertama muncul pertama kali di Bumi 3,7 milyar tahun lalu, yang selanjutnya berevolusi tahap demi tahap.
Nah, kalau pendapat James Usher diikuti, berarti Homo sapiens baru muncul di Bumi ya juga kurang lebih 6.000 tahun yang lalu. Atau kita bulatkan saja, baru muncul 10.000 tahun lalu.
Tetapi dari ilmu pengetahuan, yang memakai bukti paleo-DNA mitokondrial, kita tahu bahwa Homo sapiens muncul 300.000 tahun lalu di Afrika, bukan di Taman Eden di kawasan Mesopotamia 10.000 tahun lalu. Kalau kita telusuri sedikit jauh ke belakang, anekaragam hominid yang menjadi moyang terdekat Homo sapiens muncul 400.000 tahun lalu.
Nah, dengan memakai temuan sains ini, lebih jauh kita dapat katakan bahwa LGBT pasti juga sudah ada 300.000 hingga 400.000 tahun lalu, jauh sebelum kisah Nabi Lot ditulis. LGBT sudah ada sama tuanya dengan usia keberadaan Homo sapiens di muka Bumi, tapi baru dipelajari dan dikaji secara ilmiah di abad ke-20 M.
Dari tempat asalnya di Afrika, Homo sapiens HLGBT dulu sekali menyebar dan bermigrasi ke segala arah hingga akhirnya berada di seluruh muka Bumi, termasuk di tanah Arab di Timteng, juga di nusantara Indonesia dan di semua tempat lain di muka Bumi.
Jadi, pesan saya kepada para ideolog anti-LGBT, jangan anda picik memandang LGBT hanya milik Barat. Jangan karena kebencian pada Barat, anda, Mr. Macho, melampiaskan kebencian ini kepada kaum LGBT sebagai kompensasi dan demo kemarahan anda pada Barat. LGBT itu manusia, dan LGBT WNI itu sesama warganegara yang wajib kita dan pemerintah NKRI sayangi dan lindungi karena jumlah mereka sangat sedikit dan juga tak akan berkembang pesat selama puluhan tahun ke depan, dan karena mereka rentan dizalimi oleh kalangan hetero yang jumlahnya ratusan juta kepala.
Jadi tidak ada alasan atau basis ilmiah untuk orang kini memandang LGBT sebagai suatu gangguan mental yang perlu diobati atau orang LGBT dipandang rendah, sakit jiwa, atau dikutuk Allah.
Nah, sebagaimana ada banyak hetero yang sakit jiwa dan hidup tak setia pada satu suami/satu istri, hidup freesex, suka nonton pornografi urakan, suka pesta seks gila, terkena dan menularkan HIV/AIDS, depresif, mau bunuh diri, hal yang sama juga bisa terjadi pada LGBT. Jadi, dalam hal ini hetero tidak lebih unggul dari LGBT, khususnya LGBT tipe distonik.
Juga, sebagaimana banyak hetero berhasil jadi orang termashyur karena kecerdasan otak, kinerja dan prestasi mereka dalam berbagai bidang kehidupan dan pekerjaan, dan khususnya dalam dunia sains-tek dan senibudaya, hal yang sama juga terbukti bisa diberikan kaum LGBT kepada dunia dan umat manusia, sejak dulu hingga kini, khususnya LGBT tipe sintonik.
Jadi, daripada melakukan usaha sia-sia dan tak ilmiah untuk mereparasi LGBT, hal yang jauh lebih diperlukan adalah menemukan para LGBT sintonik yang cerdas di matematika atau dalam IPA, lalu mereka dimotivasi dan diberi beasiswa untuk sekolah setinggi-tingginya hingga akhirnya mereka menjadi para ilmuwan dunia yang terkenal.
Kembali ke Tuhan. Dia juga sanggup mencipta hukum-hukum alam yang tak pernah habis yang diberinya kuasa untuk berjalan dan berlaku sendiri tanpa kendalinya lagi. Dia juga sanggup membiarkan hukum-hukum alam berkembang dan berproses sendiri apapun akibatnya bagi dunia dan semua organisme dan non-organisme penghuni seluruh alam yang tanpa batas.
Dia juga memberi kehendak bebas atau freewill kepada bukan hanya manusia dan organisme sentien tapi juga kepada hukum-hukum alam untuk bekerja sendiri sejalan dengan kehendak internal hukum-hukum ini, termasuk hukum evolusi “by natural selection”, termasuk juga hukum fisika dan hukum kimiawi yang bekerja dalam tubuh setiap organisme sehingga setiap organisme dapat terbentuk, mula-mula sebagai embrio, lalu lahir dan tumbuh dan berkembang makin matang secara ragawi dan mental.
Poin kedua. Menurut saya, orang yang eling dan sehat mental adalah orang yang mau hidup maju terus, makin modern, menuju peradaban yang makin besar, dari peradaban Bumi menuju peradaban sistem Matahari. Dalam peradaban tahap dua lanjutan ini, Homo sapiens yang sudah merancang sendiri evolusinya akan mendiami bukan hanya planet Bumi, tapi juga planet-planet dan bulan-bulan lain dalam sistem Matahari dan membangun peradaban baru mereka di sana. Hanya orang yang mengalami masalah mental berat yang tak mau maju atau malah tak mau hidup lagi. Juga orang yang bodoh atau lahir dengan mental terbelakang.
Kemajuan peradaban realitanya berlangsung di dunia Barat modern, sebuah model dunia yang orang di dalamnya umumnya terbiasa berpikir saintifik. Sudah melek sains. Telah bebas dari buta sains. Dunia ini adalah dunia Amerika, Kanada, Eropa Barat, Australia, Jepang, Korsel, Rusia (pasca perang dingin) dan mungkin juga India dll negeri kecil di Asia. Juga Israel. Dengan Iran, saya tak yakin.
Barangsiapa ingin maju dan menjadi modern dan mau ambil bagian dalam pembangunan peradaban sistem Matahari strateginya hanya ini: bersahabat dengan Barat dan belajar dan mencari dan menguasai sains-tek Barat. Menjilat pantat Barat hanya dilakukan orang yang berjiwa kerdil dan bermental pengemis. Hanya akan menjadi budak Barat.
Alternatifnya yang kontras ya ini: Tetap saling membunuh dalam perang atas nama ideologi agama seperti yang kini sedang berlangsung di gurun-gurun pasir mulai dari negeri-negeri Arab di Timteng hingga Turki antar sesama negara Islam aliran-aliran berbeda. Perangnya perang agama. Ironinya, yang diperangi satu sama lain adalah agama yang sama, Islam itu sendiri. Barat intervensi? Tentu saja.
Anda pilih alternatif yang mana? Bawa budaya perang dan radikalisme agama Timteng ke NKRI yang akan memporakporandakan negeri luas ini? Atau mempertemukan budaya Indonesia nusantara yang saya lihat jauh lebih unggul dari budaya Arab dan mengawinkannya dengan modernitas supaya NKRI bisa ikut serta dalam membangun peradaban yang makin modern dan makin luas di luar planet Bumi sebagai peradaban sistem Matahari?
Kita semua perlu melahirkan Albert Einstein Indonesia. Martin Luther King Indonesia. Bill Gates Indonesia. Mark Zuckerberg Indonesia. Max Planck Indonesia. Fabiola Gianotti Indonesia. Peter Higgs Indonesia. Stephen Hawking Indonesia. Mozart Indonesia. Celine Dion Indonesia. Ray Kurzweil Indonesia. Michio Kaku Indonesia. Elon Musk Indonesia. Steven Allan Spielberg Indonesia. NASA dan ESA Indonesia.
Orang yang eling, cerdas dan tak taklid buta pada agama pasti akan pilih alternatif bersahabat dengan dan belajar dari Barat. Penjilat pantat itu bukan sahabat, tapi akan nantinya berubah jadi musuh yang akan menikam dari belakang.
Nah ini hal lain lagi. Ada juga orang yang menyatakan kepada saya dengan rasa cemas bahwa gerakan kaum LGBT yang marak dewasa ini sebetulnya punya tujuan jangka panjang untuk merebut kendali dunia dari tangan kalangan hetero yang kini sedang mengendalikan dunia. Katanya, para hetero yang anti-LGBT khawatir negeri-negeri berpenduduk besar seperti RRC dan Indonesia yang sekarang dipimpin para hetero nantinya akan jatuh ke tangan kalangan LGBT.
Apa tanggapan saya terhadap orang yang saya harus nilai sedang terkena neurotisisme paranoia itu? Dari semula mereka pakai alasan agama, kini mereka menambah alasan politik (konspirasi) dalam menyerang kaum LGBT. Berikut ini tanggapan saya lebih jauh.
LGBT di dunia ini minoritas dan mereka juga tak bisa membuat yang hetero jadi LGBT, karena jadi LGBT bukan pilihan sendiri, tapi berbasis genetis dan biologis. Pengaruh lingkungan bisa ada, tapi jauh lebih lemah dibandingkan sunatullah gen dan biologi secara umum.
Lagi pula tidak ada gerakan LGBT yang bertujuan mau mengubah seluruh warga masyarakat jadi LGBT. Yang sangat mungkin terjadi malah sebaliknya: kalangan hetero yang berideologi anti-LGBT punya banyak kekuatan untuk memusnahkan LGBT bak seekor gajah dengan tapak kakinya yang besar dengan tenang dan mudah menginjak seekor semut sampai lumat.
Di seluruh dunia, LGBT itu minoritas, juga di Indonesia. Maksimal di NKRI saya perkirakan hanya ada 0,5 persen saja yang LGBT dari 270 juta kepala, dan hanya sedikit yang sudah “coming out”, terang-terangan menyatakan diri kepada publik bahwa mereka ada. Sisanya tetap silent and hidden.
Jadi hanya orang yang paranoid saja yang berasumsi bahwa kaum LGBT akan merebut seluruh kendali dunia.
Lagipula, dengan sains-tek reproduktif baru, para homoseksual juga bisa punya anak sendiri yang satu gen dengan mereka lewat sel-sel kulit mereka yang dengan bantuan gen SOX17 dapat diubah menjadi sel-sel pendahulu sel sperma dan sel telur yang dapat dipertemukan untuk menghasilkan janin manusia yang sehat. Anak-anak dari orangtua LGBT tidak otomatis akan jadi LGBT juga. Ada banyak faktor lain yang berperan yang akan membentuk OS mereka.
Jadi paranoia semacam yang dibeberkan di atas sebaiknya disembuhkan dengan si penderitanya datang berobat pada psikiater. Bukan LGBT-nya yang dibawa ke psikiater untuk direparasi.
Daripada jilat pantat dan terkena paranoia, mari kita nikmati es krim saja dengan lidah kita. Nikmat dan fresh.
Jakarta, 28 Feb 2016
Ioanes Rakhmat
Sang Sunyi
Ya... kecamannya pedas dan hemat saya diucapkan tanpa pengetahuan dan kesadaran yang matang. Berikut ini respons saya dalam dua poin.
Poin pertama. Mengapa saya membela LGBT meskipun saya bukan aktivis LGBT dan orientasi seksual (OS) saya dan keluarga saya semuanya hetero (hingga saat ini)?
Saya membela karena saya melihat LGBT di Indonesia cenderung akan makin ditindas berdasarkan ketidaktahuan masyarakat hetero di Indonesia bahwa kondisi sebagai LGBT bukan dosa dan juga bukan suatu kelainan jiwa atau penyakit dan gangguan mental. Berikut ini alasan-alasan saya mengapa saya berpendapat demikian.
Tuhan yang saya yakini mahapencipta bukanlah Tuhan dengan OS tertentu. Tuhan melampaui atau mentransendir semua OS HLGBT. Karena itu, Tuhan mahapencipta merangkul, memelihara, memberi kehidupan dan cinta kepada semua manusia yang memiliki OS apapun.
Semakin anda meyakini Tuhan itu mahapencipta, maka dia juga sanggup mencipta bukan hanya OS hetero, tapi juga LGBT. Karena dia mahapencipta, maka dia juga sanggup menciptakan apapun yang tidak dikisahkan atau ditulis dalam semua kitab suci.
Karena OS LGBT itu sunatullah, kejadian natural yang diciptakan Tuhan, maka LGBT juga Tuhan kehendaki untuk tetap ada dan terawat dan bertahan dalam dunia ini. Barangsiapa mencintai Tuhan, mereka juga akan mencintai LGBT. Dari mana saya tahu LGBT itu sunatullah? Tentu bukan dari Prof. Sarlito Wirawan, mahaguru psikologi UI.
Ya saya tahu dari ilmu pengetahuan yang bersumber dari Allah yang mahatahu. Semakin anda percaya Tuhan anda itu mahatahu, maka semakin bersemangat anda dalam mencari pengetahuan-pengetahuan baru. Bahkan sebagai sang pencipta yang mahabaik dan mahatahu, Tuhan juga menghendaki manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dengan tanpa batas dan menemukan dan membangun ilmu pengetahuan baru juga tanpa batas.
Semakin Tuhan itu dipercaya mahacerdas, maka semakin kuat keinginan anda untuk berakal dan bernalar dengan cerdas. Tuhan yang mahatahu, sebagai orangtua kita yang sayang pada kita, akan luar biasa masygul di hati jika manusia memilih berjalan di jalan kedunguan tanpa batas. Ilmu pengetahuan kerap mencapai batas terjauh di suatu era. Tapi kedunguan itu, kata Albert Einstein, tak punya batas.
Nah dari ilmu pengetahuan, kini kita tahu OS HLGBT terbentuk dari interaksi sejumlah faktor yang sudah diobservasi, yakni faktor-faktor genetik, epigenetik, biologis, serebral, hormonal, fisiologis, psikologis; dan lingkungan kehidupan juga ikut memberi andil. Semua hal lain yang menyangkut bentuk fisik dan keadaan mental dan pembawaan serta kebiasaan hidup kita juga dibentuk oleh faktor-faktor yang sama. Informasi genetik, bagaimanapun juga, berperan besar dalam membentuk diri seseorang dalam banyak aspek kehidupan.
Nah, karena OS itu berbasis biologis dalam arti luas, tentu saja sejak manusia cerdas (Homo sapiens) ada di muka Bumi, OS HLGBT tentu juga sudah ada.
Jauh sebelum kejadian yang menimpa kota Sodom dan kota Gomorah yang melibatkan Nabi Lot (atau Luth)―yang kisahnya (cari tahu sendiri, apakah ini kisah faktual atau kisah fiktif!) selalu dijadikan landasan skriptural untuk mengecam dan mengutuk homoseksualitas―OS LGBT sudah pasti ada.
Suatu saat nanti, kalau paleobiologi sudah semakin maju, para saintis akan bisa menemukan bukti-bukti biologis bahwa OS LGBT sudah ada sama tuanya dengan usia keberadaan manusia di muka Bumi. Yang sekarang sudah diketahui adalah bahwa homoseksualitas juga ada pada 1.500 spesies hewan non-manusia. Ini lagi menunjukkan bahwa OS homoseksualitas adalah sunatullah.
Kapan manusia cerdas pertama muncul di muka Bumi? Menurut kitab suci tertua teisme (yakni Tanakh Yahudi), Adam dan Hawa adalah pasangan manusia pertama pria dan wanita yang diciptakan Allah langsung besar tanpa memiliki udel. Menurut literalis Katolik yang hidup di abad ke-17, uskup agung Almargh yang bernama James Usher, setelah dia menghitung-hitung hari-hari, kejadian-kejadian dan silsilah-silsilah yang dikisahkan dalam Alkitab (baginya Alkitab adalah sebuah kitab sejarah yang ajaib dan serba akurat), jagat raya atau “langit dan Bumi” diciptakan Allah persis pada hari Minggu tanggal 23 Oktober 4004 SM. Jadi, sekarang ini di abad ke-21 jagat raya baru berusia 6.000 tahun.
Sedangkan menurut sains modern, jagat raya kita yang tercipta lewat big bang sudah berusia 13,8 milyar tahun. Sistem Matahari kita sendiri sudah berusia 4,5 milyar tahun. Mikroba pertama muncul pertama kali di Bumi 3,7 milyar tahun lalu, yang selanjutnya berevolusi tahap demi tahap.
Nah, kalau pendapat James Usher diikuti, berarti Homo sapiens baru muncul di Bumi ya juga kurang lebih 6.000 tahun yang lalu. Atau kita bulatkan saja, baru muncul 10.000 tahun lalu.
Tetapi dari ilmu pengetahuan, yang memakai bukti paleo-DNA mitokondrial, kita tahu bahwa Homo sapiens muncul 300.000 tahun lalu di Afrika, bukan di Taman Eden di kawasan Mesopotamia 10.000 tahun lalu. Kalau kita telusuri sedikit jauh ke belakang, anekaragam hominid yang menjadi moyang terdekat Homo sapiens muncul 400.000 tahun lalu.
Nah, dengan memakai temuan sains ini, lebih jauh kita dapat katakan bahwa LGBT pasti juga sudah ada 300.000 hingga 400.000 tahun lalu, jauh sebelum kisah Nabi Lot ditulis. LGBT sudah ada sama tuanya dengan usia keberadaan Homo sapiens di muka Bumi, tapi baru dipelajari dan dikaji secara ilmiah di abad ke-20 M.
Dari tempat asalnya di Afrika, Homo sapiens HLGBT dulu sekali menyebar dan bermigrasi ke segala arah hingga akhirnya berada di seluruh muka Bumi, termasuk di tanah Arab di Timteng, juga di nusantara Indonesia dan di semua tempat lain di muka Bumi.
Jadi, pesan saya kepada para ideolog anti-LGBT, jangan anda picik memandang LGBT hanya milik Barat. Jangan karena kebencian pada Barat, anda, Mr. Macho, melampiaskan kebencian ini kepada kaum LGBT sebagai kompensasi dan demo kemarahan anda pada Barat. LGBT itu manusia, dan LGBT WNI itu sesama warganegara yang wajib kita dan pemerintah NKRI sayangi dan lindungi karena jumlah mereka sangat sedikit dan juga tak akan berkembang pesat selama puluhan tahun ke depan, dan karena mereka rentan dizalimi oleh kalangan hetero yang jumlahnya ratusan juta kepala.
Jadi tidak ada alasan atau basis ilmiah untuk orang kini memandang LGBT sebagai suatu gangguan mental yang perlu diobati atau orang LGBT dipandang rendah, sakit jiwa, atau dikutuk Allah.
Nah, sebagaimana ada banyak hetero yang sakit jiwa dan hidup tak setia pada satu suami/satu istri, hidup freesex, suka nonton pornografi urakan, suka pesta seks gila, terkena dan menularkan HIV/AIDS, depresif, mau bunuh diri, hal yang sama juga bisa terjadi pada LGBT. Jadi, dalam hal ini hetero tidak lebih unggul dari LGBT, khususnya LGBT tipe distonik.
Juga, sebagaimana banyak hetero berhasil jadi orang termashyur karena kecerdasan otak, kinerja dan prestasi mereka dalam berbagai bidang kehidupan dan pekerjaan, dan khususnya dalam dunia sains-tek dan senibudaya, hal yang sama juga terbukti bisa diberikan kaum LGBT kepada dunia dan umat manusia, sejak dulu hingga kini, khususnya LGBT tipe sintonik.
Jadi, daripada melakukan usaha sia-sia dan tak ilmiah untuk mereparasi LGBT, hal yang jauh lebih diperlukan adalah menemukan para LGBT sintonik yang cerdas di matematika atau dalam IPA, lalu mereka dimotivasi dan diberi beasiswa untuk sekolah setinggi-tingginya hingga akhirnya mereka menjadi para ilmuwan dunia yang terkenal.
Kembali ke Tuhan. Dia juga sanggup mencipta hukum-hukum alam yang tak pernah habis yang diberinya kuasa untuk berjalan dan berlaku sendiri tanpa kendalinya lagi. Dia juga sanggup membiarkan hukum-hukum alam berkembang dan berproses sendiri apapun akibatnya bagi dunia dan semua organisme dan non-organisme penghuni seluruh alam yang tanpa batas.
Dia juga memberi kehendak bebas atau freewill kepada bukan hanya manusia dan organisme sentien tapi juga kepada hukum-hukum alam untuk bekerja sendiri sejalan dengan kehendak internal hukum-hukum ini, termasuk hukum evolusi “by natural selection”, termasuk juga hukum fisika dan hukum kimiawi yang bekerja dalam tubuh setiap organisme sehingga setiap organisme dapat terbentuk, mula-mula sebagai embrio, lalu lahir dan tumbuh dan berkembang makin matang secara ragawi dan mental.
Poin kedua. Menurut saya, orang yang eling dan sehat mental adalah orang yang mau hidup maju terus, makin modern, menuju peradaban yang makin besar, dari peradaban Bumi menuju peradaban sistem Matahari. Dalam peradaban tahap dua lanjutan ini, Homo sapiens yang sudah merancang sendiri evolusinya akan mendiami bukan hanya planet Bumi, tapi juga planet-planet dan bulan-bulan lain dalam sistem Matahari dan membangun peradaban baru mereka di sana. Hanya orang yang mengalami masalah mental berat yang tak mau maju atau malah tak mau hidup lagi. Juga orang yang bodoh atau lahir dengan mental terbelakang.
Kemajuan peradaban realitanya berlangsung di dunia Barat modern, sebuah model dunia yang orang di dalamnya umumnya terbiasa berpikir saintifik. Sudah melek sains. Telah bebas dari buta sains. Dunia ini adalah dunia Amerika, Kanada, Eropa Barat, Australia, Jepang, Korsel, Rusia (pasca perang dingin) dan mungkin juga India dll negeri kecil di Asia. Juga Israel. Dengan Iran, saya tak yakin.
Barangsiapa ingin maju dan menjadi modern dan mau ambil bagian dalam pembangunan peradaban sistem Matahari strateginya hanya ini: bersahabat dengan Barat dan belajar dan mencari dan menguasai sains-tek Barat. Menjilat pantat Barat hanya dilakukan orang yang berjiwa kerdil dan bermental pengemis. Hanya akan menjadi budak Barat.
Alternatifnya yang kontras ya ini: Tetap saling membunuh dalam perang atas nama ideologi agama seperti yang kini sedang berlangsung di gurun-gurun pasir mulai dari negeri-negeri Arab di Timteng hingga Turki antar sesama negara Islam aliran-aliran berbeda. Perangnya perang agama. Ironinya, yang diperangi satu sama lain adalah agama yang sama, Islam itu sendiri. Barat intervensi? Tentu saja.
Anda pilih alternatif yang mana? Bawa budaya perang dan radikalisme agama Timteng ke NKRI yang akan memporakporandakan negeri luas ini? Atau mempertemukan budaya Indonesia nusantara yang saya lihat jauh lebih unggul dari budaya Arab dan mengawinkannya dengan modernitas supaya NKRI bisa ikut serta dalam membangun peradaban yang makin modern dan makin luas di luar planet Bumi sebagai peradaban sistem Matahari?
Kita semua perlu melahirkan Albert Einstein Indonesia. Martin Luther King Indonesia. Bill Gates Indonesia. Mark Zuckerberg Indonesia. Max Planck Indonesia. Fabiola Gianotti Indonesia. Peter Higgs Indonesia. Stephen Hawking Indonesia. Mozart Indonesia. Celine Dion Indonesia. Ray Kurzweil Indonesia. Michio Kaku Indonesia. Elon Musk Indonesia. Steven Allan Spielberg Indonesia. NASA dan ESA Indonesia.
Orang yang eling, cerdas dan tak taklid buta pada agama pasti akan pilih alternatif bersahabat dengan dan belajar dari Barat. Penjilat pantat itu bukan sahabat, tapi akan nantinya berubah jadi musuh yang akan menikam dari belakang.
Nah ini hal lain lagi. Ada juga orang yang menyatakan kepada saya dengan rasa cemas bahwa gerakan kaum LGBT yang marak dewasa ini sebetulnya punya tujuan jangka panjang untuk merebut kendali dunia dari tangan kalangan hetero yang kini sedang mengendalikan dunia. Katanya, para hetero yang anti-LGBT khawatir negeri-negeri berpenduduk besar seperti RRC dan Indonesia yang sekarang dipimpin para hetero nantinya akan jatuh ke tangan kalangan LGBT.
Apa tanggapan saya terhadap orang yang saya harus nilai sedang terkena neurotisisme paranoia itu? Dari semula mereka pakai alasan agama, kini mereka menambah alasan politik (konspirasi) dalam menyerang kaum LGBT. Berikut ini tanggapan saya lebih jauh.
LGBT di dunia ini minoritas dan mereka juga tak bisa membuat yang hetero jadi LGBT, karena jadi LGBT bukan pilihan sendiri, tapi berbasis genetis dan biologis. Pengaruh lingkungan bisa ada, tapi jauh lebih lemah dibandingkan sunatullah gen dan biologi secara umum.
Lagi pula tidak ada gerakan LGBT yang bertujuan mau mengubah seluruh warga masyarakat jadi LGBT. Yang sangat mungkin terjadi malah sebaliknya: kalangan hetero yang berideologi anti-LGBT punya banyak kekuatan untuk memusnahkan LGBT bak seekor gajah dengan tapak kakinya yang besar dengan tenang dan mudah menginjak seekor semut sampai lumat.
Di seluruh dunia, LGBT itu minoritas, juga di Indonesia. Maksimal di NKRI saya perkirakan hanya ada 0,5 persen saja yang LGBT dari 270 juta kepala, dan hanya sedikit yang sudah “coming out”, terang-terangan menyatakan diri kepada publik bahwa mereka ada. Sisanya tetap silent and hidden.
Jadi hanya orang yang paranoid saja yang berasumsi bahwa kaum LGBT akan merebut seluruh kendali dunia.
Lagipula, dengan sains-tek reproduktif baru, para homoseksual juga bisa punya anak sendiri yang satu gen dengan mereka lewat sel-sel kulit mereka yang dengan bantuan gen SOX17 dapat diubah menjadi sel-sel pendahulu sel sperma dan sel telur yang dapat dipertemukan untuk menghasilkan janin manusia yang sehat. Anak-anak dari orangtua LGBT tidak otomatis akan jadi LGBT juga. Ada banyak faktor lain yang berperan yang akan membentuk OS mereka.
Jadi paranoia semacam yang dibeberkan di atas sebaiknya disembuhkan dengan si penderitanya datang berobat pada psikiater. Bukan LGBT-nya yang dibawa ke psikiater untuk direparasi.
Daripada jilat pantat dan terkena paranoia, mari kita nikmati es krim saja dengan lidah kita. Nikmat dan fresh.
Jakarta, 28 Feb 2016
Ioanes Rakhmat
Sang Sunyi