perjalanan ke angkasa luar lewat fantasi mistikal dalam era mitologis
Era nabi-nabi adalah era di mana worldview mitologis mengendalikan cara pandang manusia atas kenyataan. Dalam worldview mitologis, dunia adikodrati dan dunia kodrati menyatu tak terpisah, Allah dan malaikat-malaikat diyakini berada bersama manusia dalam dunia material.
Dalam worldview mitologis yang menaklukkan segala sesuatu pada kehendak dunia adikodrati, pemikiran ilmiah atas segala fenomena alam tidak muncul. Semua peristiwa alamiah dipersonifikasi sebagai peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan dewa-dewi. Dalam worldview mitologis, mukjizat dipandang sebagai hal yang normal, karena Allah dipandang campurtangan penuh dalam segala urusan manusia dan dalam semua aktivitas alam.
mengelilingi planet Bumi lewat angkasa
dengan pesawat jet dalam era saintifik
dengan pesawat jet dalam era saintifik
Ketika revolusi saintifik terjadi pada abad ke-17 di Eropa, diawali oleh Kepler dan Galilei, worldview mitologis tergempur dan ambruk. Revolusi saintifik memperkenalkan sebuah worldview baru, yakni worldview saintifik, yang bertabrakan dengan worldview mitologis. Era modern adalah era di mana worldview saintifik mengendalikan cara manusia memandang dan menjelaskan semua fenomena alam.
Dalam era saintifik, ketika manusia ingin mengetahui masa depan, mereka tidak mencari nabi-nabi, tapi datang kepada para saintis futurologi (atau futuris) yang mampu memprediksi masa depan dengan memakai berbagai metode pengkajian saintifik. Ketika mencari orang-orang pintar, dalam era saintifik kita tak datang ke nabi-nabi, tapi ke para ilmuwan. Dalam era saintifik, di kalangan terpelajar, buku yang paling banyak dibaca adalah buku-buku sains, bukan lagi kitab-kitab suci.
Dalam worldview saintifik, ketika mau melanglang angkasa luar, manusia merancang wantariksa, dan tak memakai jalur fantasi neurologis perjalanan mistik lagi. Kalau dulu hanya para mistikus bisa keliling angkasa lewat fantasi perjalanan mistik, kini siapapun dengan menumpang sebuah pesawat jet bisa keliling angkasa dan memutari planet Bumi, dan dalam beberapa dekade di depan akan bisa berwisata ke Bulan bahkan ke planet Mars dengan menumpang wantariksa berbahan bakar nuklir.
Dalam era saintifik, hukum-hukum alam tidak ditakuti dan tidak disembah lagi, tetapi dikaji secara saintifik lalu melahirkan sains. Dalam era saintifik, hukum-hukum alam menjadi bagian dari hukum-hukum sains dan dipandang berlaku abadi dalam jagat raya kita. Dalam era saintifik, misteri-misteri jagat raya tidak dikeramatkan lagi, tidak dijaga sebagai misteri ilahi, tapi dieksplorasi secara saintifik tanpa henti, alhasil sains maju dan berkembang. Dalam era saintifik, berbagai kejadian alam tidak lagi dipandang sebagai pekerjaan para dewa, tetapi sebagai kejadian-kejadian alamiah biasa yang bisa dijelaskan dengan sempurna oleh sains modern.
Dalam era saintifik, kita menemukan hukum-hukum alam sebagai fondasi dan pilar-pilar eksistensi jagat raya yang aktif. Dus, melanggar hukum-hukum alam sama dengan membuat keseluruhan jagat raya ambruk berkeping-keping. Karena itu, dalam era saintifik, mukjizat yang dipandang sebagai kejadian-kejadian yang melanggar hukum-hukum alam dinyatakan tak pernah ada.
Dalam era mitologis, kisah-kisah tentang mukjizat ditulis untuk berbagai kepentingan religio-politik, bukan sebagai kisah-kisah faktual. Dalam kitab-kitab suci, kisah-kisah tentang mukjizat umumnya adalah kisah-kisah “post factum”, yang ditulis sesudah kejadian sebenarnya yang alamiah belaka, yang ditafsir dan dituturkan dengan sangat dilebih-lebihkan demi melayani kepentingan-kepentingan religio-politik pihak-pihak tertentu. Kisah-kisah mukjizat pada era mitologis sangat efektif untuk mengangkat citra religio-politis figur-figur yang ditakzimkan.
Kalau dulu klaim-klaim individual tentang mukjizat membuat si pengklaim termashyur, sekarang, dalam era saintifik, klaim-klaim semacam itu ditanggapi dengan sangat skeptis. Kalau dulu klaim-klaim tentang mukjizat menjadi bagian dari bahasa devosi keagamaan, kini semua klaim itu akan diperiksa secara saintifik dengan secermat mungkin dan tanpa pilih bulu. Dalam era saintifik, berlaku ini: extraordainary claims require extraordinary evidence.
Kalau dulu agama dan para nabi memandu perjalanan kehidupan manusia dan kebudayaannya, kini sains dan para saintis, tentu bersama para praktisi seni-budaya, mengambilalih peran pemandu ini. Kalau dalam era mitologis, orang pintar hanya sedikit sebagai para nabi, kini siapapun bisa menjadi pandai dan berwawasan luas dan jauh lewat pendidikan modern di sekolah-sekolah yang terbuka luas untuk umum.
Kalau dulu, dalam era mitologis, sakit influenza dianggap pekerjaan setan yang tak terlihat, kini virus-virus ditemukan sebagai setannya dan ditangkal lewat obat-obat anti-virus. Kalau dulu ritual agama dilakukan untuk mengusir setan dari orang yang sedang sakit perut, kini berbagai jenis antibiotika mengalahkan si setan, dengan mematikan bakteri-bakteri mikrobial jahat yang hidup dalam perut.
Kalau dalam era mitologis, teokrasi dan elitisme mencirikan kehidupan masyarakat, sekarang demokrasi modern dan pendidikan umum mengambil alih. Kalau dulu pengetahuan-pengetahuan tinggi dikuasai segelintir orang dan dirahasiakan, kini ilmu-ilmu tinggi (high sciences) dibeberkan kepada setiap orang yang sedang belajar, yang diminta untuk mengembangkan ilmu-ilmu ini lebih jauh lagi.
Masih sangat banyak perubahan positif yang sudah terjadi dalam era saintifik jika dibandingkan era mitologis. Apakah anda dan bangsa anda sekarang sudah hidup dalam era saintifik, atau masih terpenjara dalam era mitologis? Anda bersalah jika membiarkan bangsa dan negeri anda tetap terkungkung dalam penjara era mitologis, tidak beranjak ke era saintifik, sementara negeri-negeri tetangga anda di Asia, China, Jepang, Korea dan Taiwan, terus melesat dalam pencapaian teknologis dan pengembangan sains.