Sunday, January 23, 2022

Pdt. Marto Marbun dan Hubungan dengan Yesus



Beriman itu mendaki..., makin tinggi,.., dan makin lebar dan luas melihat cakrawala


Tadi pagi, 23 Januari 2022, rekan saya dari GKI Perniagaan, Jakarta, Pdt. Marto Marbun, berkhotbah dalam ibadah tatap muka (dihadiri maksimal 150 orang, diatur begitu) di GKI Kepa Duri, Jakarta Barat, yang dimulai pk. 08:30 WIB.

Saya mengikuti ibadah tersebut lewat ibadah online live streaming, di rumah. Saya harus jauuuh datang ke GKI Kepa Duri kalau mau mengikuti ibadah tatap muka. Jadi, ya saya mencukupkan diri dengan ibadah online saja.

Dalam khotbahnya, Pdt. Marto Marbun menyelipkan cerita pendek tentang dirinya jatuh dari motor yang dikendarainya dengan kecepatan tinggi, lalu tiba-tiba dia harus rem motornya itu. Tentu ada sesuatu di depannya yang tidak dikisahkannya. Akibatnya, motornya terjatuh meliuk karena rem tangan yang ditariknya penuh.

Pdt. Marto terjungkal, tapi selamat, tak ada kendaraan lain yang menabraknya dari belakang. Tapi, sendi bahu kirinya jadi sakit sehingga dia kini bisa mengangkat tangan kirinya hanya sampai batas dada, tidak bisa lebih tinggi. Akibat lainnya, dia sekarang tidak bisa menggendong bayinya (usia 7 bulan) dengan kedua tangannya; hanya bisa dengan tangan kanannya.

Kasihan rekan kita ini. Kita doakan, supaya cedera di sendi bahu kirinya cepat sembuh, dan tidak memburuk.

Di ruang Live Chat kanal Youtube ibadah online tersebut, saya tadi pagi sudah menulis sebuah komentar pendek.

Saya tulis di situ kurang lebih kata-kata ini: Kita sudah tahu, ngebut berkendara itu berbahaya, jadi jangan kita lakukan.

Mustinya, Pdt. Marto sudah memahami hal itu. Eh, dia ngebut juga. Maka kecelakaan dialaminya, dan untungnya ada beberapa orang yang datang menolongnya.

Mungkin, ada warga gereja yang diam-diam bilang dalam hati di saat kebaktian online tadi pagi tersebut: Wah, Pak pendeta ini suka ngebut rupanya.

Ada sebuah pesan sponsor yang beberapa kali diulang dalam khotbah rekan kita, Pdt. Marto Marbun.

Saya sendiri tak mengerti mengapa pesan sponsor tersebut (entah dari siapa, tapi saya bisa menduga) dimunculkan dalam khotbah Pdt. Marto. Hemat saya, memasukkan pesan-pesan sponsor ke dalam suatu khotbah di mimbar gereja, adalah suatu tindakan yang tidak etis.

Pesan sponsor dari Pdt. Marto Marbun tersebut berkaitan dengan "kemelekatan" yang beberapa minggu lalu saya sempat tulis dan sudah saya pasang di Freidenk Blog saya dengan judul "Zazen: Jalan menuju pencerahan (3)".

Tulisan saya tersebut berperspektif Buddhis yang mengenal sebuah prinsip yang dinamakan Nekkhamma (kata Sanskrit) atau "ketidaklekatan" atau "detachment" atau "non-attachment".

Kalangan Buddhis dididik dan diajar untuk tidak melekatkan diri, total, habis-habisan, dengan hal apapun yang ada dalam dunia ini yang dikendalikan hukum impermanensi segala sesuatu.

Pdt. Marto herannya menerapkan pesan sponsor tersebut berkaitan dengan hubungan seorang Kristen atau gereja dengan Yesus. Menurutnya, setiap orang Kristen harus melekat atau terpaut pada Yesus. Saya setuju banget, tapi dalam arti apa? Baik, berikut ini saya akan uraikan.

Kita semua tentu setuju, bahwa Yesus tidak bisa disusutkan menjadi sebuah ide, sebuah doktrin, sebuah dogma, apalagi dijadikan sebuah tugu semen yang dihiasi dengan berbagai ornamen.

Hubungan kita dengan Yesus adalah hubungan dengan SUATU KEHIDUPAN, dengan kehidupan yang penuh makna ilahi. Kehidupan dari Tuhan yang hidup, the Living Lord

Hubungan kita dengan Yesus jadinya hubungan yang HIDUP dan DINAMIS, hubungan yang terus-menerus selalu baru, penuh dengan enerji kehidupan, tak pernah kehabisan makna, tak bisa diubah menjadi hubungan yang statis dengan sebuah ide atau sebuah doktrin atau sebuah dogma yang difosilkan.

Yesus selalu melampaui ide, doktrin atau dogma apapun, karena Yesus adalah Tuhan yang hidup, yang sudah mengalahkan kesengsaraan dan kematian, masuk ke dalam kemuliaan ilahi, yang tak mengenal kebinasaan. Alhasil, Yesus tidak bisa dikurung dalam sebuah ide, doktrin atau dogma yang fana apapun. 

Juga Yesus tidak dapat dikandangkan dalam suatu zaman dan suatu tempat. Dia selalu melampaui ruang dan waktu. 

Akan selalu ada faktor dan sisi plus, yang baru dan mengejutkan, memukau, dan selalu lebih besar dan lebih segar, dalam pengenalan dan perjumpaan kita, sebagai gereja, dengan Yesus Kristus, sang Tuhan yang hidup dan dinamis, dari zaman ke zaman, dari ruang ke ruang, dalam dunia ini.

Ya, Yesus selalu sudah bergerak ke masa depan, melewati dan melampaui masa lalu dan masa kini. Beriman kepada Yesus selalu beriman sebagai suatu proses dinamis dan progresif

Tentu, kita tetap memerlukan ide-ide, doktrin-doktrin, atau dogma-dogma, dan ruang dan waktu kita, dalam membangun hubungan dengan Yesus yang sudah dimuliakan oleh sang Bapa, menjadi Tuhan yang hidup. Tetapi, semua hal yang kita perlukan itu dinamis, tidak statis, dan hidup, tidak mati, bergerak ke depan dan tidak mandek. Sejarah pemikiran tentang Yesus atau kristologi sudah memperlihatkan hal ini. 

Yesus yang sudah ditinggikan dan dimuliakan adalah the Living Lord and the Living Word, sang Tuhan dan sang Firman yang selalu hidup, selalu dinamis, dan tak bisa dikerangkeng dalam sangkar emas apapun yang dikunci dan digembok mati.

Dengan Yesus, kita membangun hubungan yang hidup, dinamis, selalu terbuka, terarah ke masa depan, dalam ziarah atau perjalanan panjang yang tak pernah berakhir.

Jangan sekali-kali mengurung Yesus dalam ide, doktrin atau dogma apapun, atau dalam ruang, tempat dan zaman apapun, sebab Yesus itu Tuhan yang hidup dan dinamis, yang selalu lebih besar dari ide, doktrin atau dogma apapun, dan dari ruang dan waktu apapun. 

Sebagai Tuhan yang hidup, Yesus selalu melampaui imajinasi kita apapun tentang Tuhan dan ide ketuhanan.

Sebagaimana Roh Allah digambarkan secara simbolik sebagai sosok burung (merpati) yang terbang bebas dan riang di angkasa, bergerak bak udara terbuka yang tak terlihat, begitulah halnya dengan Yesus sebagai Tuhan yang hidup dan dinamis.

Tuhan kita Yesus Kristus adalah Tuhan yang hidup, sama sekali bukan Tuhan yang mati. Muliakan Dia sebagai Tuhan yang hidup.

Jangan cari Yesus di antara orang mati dan di antara fosil-fosil. Dia tidak ada di sana. Tetapi carilah Yesus di antara yang hidup dan dalam kehidupan.

Beriman kepada Yesus adalah beriman dengan hidup dan dinamis, kaya dengan kreativitas, dinamika, perubahan, enerji, pembaruan, spektrum, warna-warni, perspektif, semarak, kegembiraan, keriangan, puisi, tarian, dan nyanyian, kesenian dan juga matematika.

Beriman yang lincah dan kaya dengan kreativitas semacam itu terhadap Yesus, akan membersihkan jiwa, pikiran, hati, kalbu, dan kesadaran kita dari debu-debu kotor yang dihembuskan oleh kehidupan kita sehari-hari.

Selamat beriman kepada Yesus, rekan-rekanku. Beriman yang cerdas, hidup, dinamis, bergerak, mendaki, makin tinggi, tanggap, bertumbuh, berbunga, berbuah, dan riang-gembira. 

Yesus ada di dalam kita, tetapi Dia juga ada di luar diri kita dan berkarya dan bergerak bebas, melampaui diri individual kita dan gereja. 

Let Jesus be Jesus, the Living One. Let us follow the Living God, not the dead God.

ioanes rakhmat
Jakarta, 23 Januari 2022



Friday, January 14, 2022

Maka Menangislah Yesus!

 


MAKA MENANGISLAH YESUS!

Seperti tersihir kutengadah ke atas
Sungguh kulihat Engkau, ya Yesus
Berdiri di awan-awan putih bak kapas
Bercahya kemilau memancar lepas

Kegelapan langit tunggang-langgang
Ditendang jauh sang Maha Terang
Angkasa bercahaya gilang-gemilang
Para malaikat berdendang riang

Setan-setan durjana telah dihempas
Kembali di alam neraka dilepas
Dihukum abadi tanpa batas
Di sana mereka meratap habis memelas

Saat kutunduk melihat ke padang rumput nan hijau
Duuuh, di situ Yesus duduk dengan wajah berkilau
Dikerumuni kanak-kanak yang ramai bergurau
Mereka sungguh girang bercanda dengan Engkau

Engkau tertawa senang tak tertahan
Kanak-kanak Galilea riuh saling berebutan
Ramai-ramai meminta Kau gendong
Satu sama lain dorong-mendorong

Kesedihan kanak-kanak itu jauh terbuang
Mereka merasa tak ingin pulang
Karena di rumah menanti beban segudang
Terbiasa ditampar dan ditendang

Porak-poranda jiwa mereka
Rumah tinggal sudah jadi neraka
Sejak kecil hidup sudah celaka
Di saat sudah besar, mereka menebar petaka

Air mataku menitik haru tak tertahan
Yesus, sungguh, Engkaulah Tuhan
Bukan hanya di atas tak terjangkau tangan
Tapi Engkaulah Tuhan di bawah di tengah insan

Kanak-kanak di padang rumput hijau itu
Selalu merindukan dekapan Engkau
Yesus, ubahlah kehidupan mereka di depan
Agar dapat menjadi insan-insan teladan

Yesus, Engkaulah Tuhan yang insani
Engkau berada bukan lagi di angkasa tinggi
Kau telah turun dari kawasan tinggi
Berdiam di antara insan di Bumi sekarang ini

Kerajaan-Mu, ya Tuhan, ada di Bumi ini
Kehendak-Mu jadi di Bumi ini
Engkaulah Tuhan di Bumi ini
Engkau dijumpai real di Bumi ini

Tuhan telah menjadi manusia
Memiliki biologi anak manusia
Bertubuh, berdaging dan bertulang
Bukan hantu, juga bukan kepompong

Yesus bermain bersama kanak-kanak manusia
Terlihat bergembira bersama mereka
Mengapa kalian mencari-Nya di langit tinggi
Padahal Tuhan telah ada di Bumi ini?

Sungguh telah nyata kualami!
Yesus bagiku Tuhan yang insani
Sang Teman dan Penuntun sejati
Dalam jalan kehidupan yang harus kutapaki di Bumi

Yesus sang Immanuel sejati
Dalam kehidupanku hari demi hari
Imanku bukan cuma sebuah teori
Tapi suatu pengalaman hidup sejati

Lihat, lihat ke dalam dadaku
Di situ Yesus berdiam selalu
Tak pernah pergi berlalu
Membuatku selalu syahdu terharu

Imanmu sebuah teori belaka
Lewat mulutmu, Yesus kau puji-puji
Tapi mulutmu yang sama
Menyebar fitnah ke sana ke sini

Maka menangislah Yesus, Tuhanku!
Siapakah yang dapat menghibur Tuhanku?

Jakarta, 14 Januari 2022
ioanes rakhmat

 

Thursday, December 30, 2021

Sedikitnya 70 planet pengembara, tanpa bintang inang, baru ditemukan dalam Bima Sakti

 



Ilustrasi planet yang mengembara. Sumber ilustrasi: Video SciTechDaily.


N.B. diedit 3 Januari 2022


Suatu tim astronom, yang dipimpin Hervé Bouy, astronom dari Laboratoire d’Astrophysique de Bordeaux, Universitas Bordeaux, Prancis, baru-baru ini telah berhasil menemukan 70 sampai 170 planet pengembara (selanjutnya ditulis singkatan Inggrisnya FFPs, free-floating planets, planet-planet yang mengapung bebas, atau wandering planets) yang tidak mengorbit bintang-bintang inang di kawasan sejauh 420 tahun cahaya dari Bumi. 

FFPs yang baru ditemukan ini tergolong planet-planet besar seukuran Jupiter, dan merupakan sampel terbesar FFPs yang terlokalisasi dalam satu kelompok.

Kawasan lokasi penemuan FFPs ini dikenal sebagai kawasan asosiasi perbintangan Upper Scorpius OB dan Ophiucus, dalam galaksi Bima Sakti. Kawasan ini berisi sejumlah awan atau nebulae, dan yang paling dikenal adalah awan Rho Ophiuci, Nebula Pipe, Barnard 68, dan Coalsack.

Laporan penelitian mereka telah diterbitkan di jurnal Nature Astronomy, 22 Desember 2021. Penulis utama artikel riset ini adalah Núria Miret-Roig, juga dari Laboratoire d’Astrophysique de Bordeaux.

Kita sudah tahu, tentu saja, bahwa planet Bumi bukan sebuah FFP, yang mengapung dan bergerak bebas di angkasa luar, tetapi planet yang terikat pada, dan mengorbit, bintang Matahari sebagai bintang inang.

Dalam sistem Matahari kita, ada 8 planet yang mengorbit bintang inang Matahari, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Selain itu, ada juga objek-objek lain yang karena gravitasi terikat pada bintang Matahari, yakni planet-planet cebol (dwarf planets), misalnya Pluto (ditemukan 18 Februari 1930), juga berlusin-lusin bulan, jutaan asteroid, komet dan meteoroid.


Sistem Matahari kita. Sumber: Bigmamaearthacademy. Klik gambar untuk memperbesar.

Kita katakan, Bumi masuk dalam sistem Matahari. Planet-planet lain yang tidak masuk dalam sistem Matahari kita, dinamakan eksoplanet-eksoplanet.


Image Pluto yang pada 2006 dicopot dari statusnya sebagai planet, lalu digolongkan sebagai sebuah planet cebol./*/ Sumber image: NBCNews.

Nah, paling sedikit 70 FFPs di kawasan Upper Scorpius dan Ophiucus yang baru ditemukan itu tidak mengorbit bintang inang manapun. Saya mau menyebut mereka planet-planet yatim, orphaned planets, karena tidak memiliki bintang-bintang induk untuk diorbiti. Kasihan juga ya. Poor planets.

Tetapi saya jadi berpikir-pikir, apakah akhirnya FFPs tidak akan terdampar di suatu kawasan langit, menjadi anggota-anggota dari sistem- sistem eksoplanet yang memiliki satu atau lebih bintang inang? 

Baiklah kita bertanya, bagaimana FFPs dapat ada?

Sejumlah astronom yakin bahwa FFP terbentuk dari rontoknya suatu awan gas yang terlampau kecil untuk membentuk sebuah bintang. Alih-alih menjadi sebuah bintang, mereka berubah menjadi planet-planet (gas) pengembara. 

Atau, FFP adalah sebuah planet yang “ditendang ke luar” (“kicked out) atau dilontarkan atau diejeksi (“ejected) dari sistem bintang inang mereka yang masih dinamis dan tidak stabil, di dalam sistem-sistem eksoplanet-eksoplanet raksasa. Ejeksi kerap terjadi dalam 10 juta tahun pertama kehidupan suatu sistem eksoplanet.

Tetapi, ihwal bagaimana mekanisme pembentukan FFPs yang sebenarnya, masih belum diketahui.

Jika model ejeksi yang dipakai, maka mungkin ada lebih banyak FFPs yang seukuran Bumi dalam galaksi kita. 

Planet besar seukuran Jupiter (yang memiliki radius 69.911 km, atau 11 kali lebih lebar dibandingkan Bumi) sukar untuk ditendang ke luar dari sistem Mataharinya. Jadi, mungkin ada jauh lebih banyak FFPs yang seukuran Bumi yang sedang berkelana bebas dalam galaksi Bima Sakti.

Bagaimana FFPs dapat ditemukan dan citra atau image mereka diambil?

FFPs paling banyak ditemukan lewat survei-survei mikrolensing. Yakni, para astronom mengamati dalam waktu yang sangat singkat suatu eksoplanet ketika planet ini berada dalam satu garis pengamatan (dalam posisi “alignment”) dengan sebuah bintang yang melatarbelakanginya. 

Karena kejadian mikrolensing berlangsung hanya satu kali (lantaran planetnya berkelana tanpa tujuan), observasi-observasi lanjutan terhadap satu FFP tidak mungkin dilakukan.

Lazimnya, image suatu FFP mustahil dapat diperoleh lewat teleskop-teleskop berhubung planet ini tidak memantulkan cahaya yang diterimanya dari bintang manapun. Tetapi ada cara kedua, yang dipakai tim Núria Miret-Roig.

Astronom Núria Miret-Roig dan timnya berhasil memanfaatkan fakta bahwa beberapa juta tahun setelah pembentukan FFPs, planet-planet pengelana ini masih cukup panas untuk memancarkan cahaya sehingga dapat terdeteksi langsung oleh kamera-kamera yang sangat peka yang terpasang pada teleskop-teleskop besar.

Tim Núria Miret-Roig menggunakan 80.000 observasi (hasil kerja para astronom dari seluruh dunia selama 20 tahun) untuk mengukur cahaya semua anggota FFPs di kawasan Upper Scorpius dan Ophicus dengan menggunakan panjang gelombang optikal dan near-infrared.


Image di atas adalah lokasi 115 FFPs atau free-floating planets atau wandering planets, yang ditampilkan sebagai lingkaran-lingkaran kecil merah di kawasan langit Upper Scorpius dan Ophicus, Bima Sakti. Sumber gambar: SciTechDaily, 28 Desember 2021.

Sesudah itu, pengukuran dengan dua panjang gelombang itu digabung oleh mereka dengan pengukuran-pengukuran atas bagaimana FFPs tersebut bergerak melintasi langit, dalam hal ini gerakan-gerakan kecil, warna-warna dan pancaran cahaya puluhan juta sumber-sumber di kawasan langit yang luas diukur. Cara pengukuran gabungan ini memungkinkan pengidentifikasian yang stabil atas objek-objek yang paling samar di kawasan.

Temuan 70-170 FFPs ini dimungkinkan karena tim astronom tersebut memanfaatkan hasil-hasil observasi dan Arsip Astro Data observatorium NOIRLab NSF, Astro Data Lab Science Platform yang dioperasikan Community Science and Data Center (CSDC). Juga hasil-hasil observasi dari teleskop-teleskop di seluruh dunia yang berbasis di Bumi (seperti European Southern Observatory, Canada-France-Hawaii Telescope, and Subaru Telescope) dan yang mengorbit Bumi. 

Perlu diketahui, kamera Energi Gelap, dan kamera NEWFIRM (di Observatorium Kitt Peak National di Arizona), luar biasa membantu tim Núria Miret-Roig berhubung kedua kamera ini terhitung sebagai kamera-kamera widefield yang paling peka di dunia.

Sebetulnya, FFPs ditemukan pertama kali di tahun 1990-an. Tapi, temuan-temuan termutakhir di atas hampir mendobelkan jumlah FFPs yang hingga kini sudah ditemukan.

Sebagai penutup, saya ajak anda untuk membayangkan hal-hal apa yang akan terjadi jika planet Bumi ditendang mental, misalnya oleh Dewa Thor, dari sistem Matahari, lalu berubah menjadi sebuah planet pengembara yang luntang-lantung, tak jelas mau bergerak bebas ke mana, bergantung interaksi gravitasi-gravitasi yang dialaminya. 

Maka, apakah yang akan terjadi dengan semua bentuk kehidupan dan semua peradaban yang sudah dibangun manusia di planet Bumi? Tetapi, jangan khawatir, bayangan ini tidak akan terjadi sebab sistem Matahari kita sudah stabil dinamis, di usianya yang sudah mencapai 4,5 milyar tahun.

Jakarta, 30 Desember 2021
ioanes rakhmat



/*/ Catatan tentang Pluto

Pada 2006, International Astronomical Union (IAU) memutuskan mencopot status planet dari Pluto, lalu menggolongkannya sebagai sebuah planet cebol atau a dwarf planet.

Keputusan IAU itu didasarkan definisinya tentang sebuah planet. Yakni, sebuah planet harus berbentuk bulat, mengorbit bintang Matahari dan telah secara gravitasional “membersihkangaris orbitnya dari benda-benda langit lain. Dua syarat pertama dipenuhi Pluto; tapi karena garis orbital Pluto juga menjadi garis orbital objek-objek lain yang dinamakan plutino”, maka Pluto tidak lagi diberi status sebuah planet.

Namun, jika yang dipakai definisi dari abad ke-16 bahwa sebuah planet adalah suatu objek yang memiliki geologi yang aktif di ruang antariksa, maka bukan saja Pluto, tetapi juga asteroid-asteroid seperti Ceres dan Makemake, dan bulan-bulan Europa, Enceladus, Titan dan Triton, tergolong planet.

Tetapi juga ada masalah dengan definisi dari abad ke-16 tersebut, khususnya terkait kajian-kajian terhadap eksoplanet-eksoplanet yang lazimnya mustahil untuk ditentukan apakah memiliki geologi yang aktif atau nonaktif.

Lihat Tom Metcalfe, Should Pluto be a planet again? The debate rages on”, NBCNews, 30 December 2021, https://www.nbcnews.com/science/space/pluto-planet-debate-rages-rcna8848.


References

Association of Universities for Research in Astronomy (AURA), Largest Collection of Free Floating Planets Found in the Milky Way, Phys.org, 26 December 2021, https://phys.org/news/2021-12-largest-free-floating-planets-milky.html.

AURA, “At Least 70 Free-Floating Planets Discovered in a Nearby Region of the Milky Way”, SciTechDaily, 28 December 2021, https://scitechdaily.com/at-least-70-free-floating-planets-discovered-in-a-nearby-region-of-the-milky-way/.

Lihat artikel riset Núria Miret-Roig, Hervé Bouy, Sean N. Raymond, Motohide Tamura, Emmanuel Bertin, David Barrado, Javier Olivares, Phillip A. B. Galli, Jean-Charles Cuillandre, Luis Manuel Sarro, Angel Berihuete and Nuria Huélamo, “A rich population of free-floating planets in the Upper Scorpius young stellar association”, Nature Astronomy, 22 December 2021, https://www.nature.com/articles/s41550-021-01513-x.

Ikuti juga video Free Floating Planets Youtube STDaily 1 dan video Youtube STDaily 2.

Tom Metcalfe, Should Pluto be a planet again? The debate rages on”, NBCNews, 30 December 2021, https://www.nbcnews.com/science/space/pluto-planet-debate-rages-rcna8848.




Saturday, December 25, 2021

The Face of God



The loving God dwells amid humans. In His majesty and humbleness. Image source: Wikimedia Commons.


The Face of God

Are you men searching for God?
Yes, we are looking for Him
Have you found God?
Where to find Him?

Some people say
God is above the sky
If so, the birds have met Him
The clouds have touched Him

God is in the sea, others say
If so, waters've enveloped God
Fishes are swimming with God
The waves're dancing cheerfully

Other people believe firmly
God does exist
He is invisible, yet
He is formless anyway

For unbelievers God is only an idea
A cognitive projection
Of the human idea
About things in sheer perfection

Let angels tell you humans
God is among you creatures
God is visible and touchable
God is not an imaginary figure

Then, where is God?
Look at the man Jesus
If you gaze at the face of Jesus
You will see the face of God

Jesus is the human face of God
Let's know the human God
In Jesus, humans meet God
And become one with God

If you and Jesus are one
You then belong to God
And the Kingdom of God
Becomes your own home

The bright angels accompany you
Wherever you go and go
Whatever you do and do
Darkness can't overshadow you

The glorious star of Bethlehem
Shines down on you too
Tell, tell very clearly to them
The babe Jesus is so human too

The loving God dwells amid humans
In His majesty and humbleness
My tears roll down my cheeks
In quietness I love you, Jesus


Jakarta, December 25, 2021

We wish you a blissful Christmas all the time.



Friday, December 24, 2021

Zazen: Jalan menuju pencerahan (3)

 


Filsuf Heraklitus. Sumber gambar: npr.org.



Memoles batu bata


Ketika ditanya mengapa dia berlatih zazen, sang murid menjawab, “Karena aku ingin menjadi seorang Buddha.”

Maka, gurunya mengambil sebuah batu bata, dan mulai memolesnya. Sang murid pun bertanya, “Apa yang sedang engkau kerjakan?” Sang guru menjawab, “Saya sedang mencoba membuat sebuah cermin.”

“Bagaimana engkau dapat membuat sebuah cermin dengan memoles sebuah batu bata?”

“Bagaimana engkau dapat menjadi Buddha dengan berlatih zazen?

Jika engkau mengerti Zen duduk, maka engkau akan mengetahui bahwa Zen bukanlah tentang duduk atau berbaring.

Jika engkau ingin belajar Buddha yang duduk, ketahuilah bahwa Buddha yang duduk tidaklah memiliki bentuk yang sudah pasti apapun. 

Janganlah membeda-bedakan dharma yang tidak abadi. 

Jika engkau berlatih duduk sebagai Buddha, engkau harus membunuh Buddha. 

Jika engkau melekat pada bentuk duduk, engkau masih belum menguasai prinsip yang mendasar.”

Di saat sang murid mendengar nasihat itu, dia merasa seolah dia telah mengecap madu bunga yang manis.

-- Dōgen Zenji


Sudahkah anda membaca koan/1/ di atas dengan cermat, lalu merenunginya dalam-dalam?

Jika anda sedang merenunginya, perhatikanlah ke mana pikiran anda bergerak. Ikutilah, amatilah, perhatikan seberapa jauh horison-horison pikiran anda makin terbuka dan makin jernih.

Sang murid berlatih duduk bersila, berlatih zazen, supaya dia akhirnya dapat menjadi Buddha. Dia punya target, punya tujuan yang dibuatnya sudah pasti, sudah tetap, sudah difiksasi, sehingga tidak akan berubah lagi.

Segala latihan zazen duduk yang dijalankan sang murid dilekatkannya pada satu tujuan akhir, yakni menjadi Buddha.

Siapa atau apa itu Buddha? Buddha adalah orang yang mengalami pencerahan akal dan batin, orang yang sudah diterangi, dan memberi terang lewat ajaran, karya, kebajikan, keheningan, dan budi pekerti.

Begitu sang guru tahu bahwa muridnya itu melekatkan diri pada target menjadi Buddha, segera sang guru memperagakan suatu tindakan simbolik memoles sebuah batu bata.

Tentu saja, tindakan simbolik sang guru ini membuat sang murid bertanya keheranan, tidak paham.

Ya, sangatlah tidak mungkin untuk sebuah batu bata berubah menjadi sebuah cermin sekalipun telah dipoles sampai licin selicin-licinnya. Batu bata yang licin ya tetap sebuah batu bata, yang tidak bisa digunakan sebagai sebuah cermin.

Selain itu, mustahil membuat sebuah batu bata licin dan mengkilap, karena sifatnya yang rapuh, terbuat dari tanah liat yang dikeraskan lewat pemanasan, dan tidak terbuat dari bahan logam atau kaca.

Bagaimanapun juga, pertanyaan sang murid menjadi suatu pintu masuk bagi sang guru untuk membimbing sang murid ke hal-hal yang mendasar, yang esensial.

Ide utama yang diungkap sang guru dalam nasihatnya itu, dalam kata Sanskrit dikenal sebagai nekkhamma, ketidaklekatan, detachment.

Setiap insan Buddhis diajar, dididik dan dilatih untuk tidak melekatkan diri kepada hal apapun yang ada dalam dunia dan kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan religius dan pelatihan spiritual.

Jika kita melekatkan diri pada sesuatu, dan sesuatu itu jadi terlekat, attached, pada kita, sesungguhnya kita menambah besar peluang untuk didera lebih banyak kedukaan dan kesengsaraan.

Tetapi, jika kita sanggup tidak melekat pada sesuatu, kita mengambil posisi berjarak, atau posisi detached, maka apapun yang terjadi pada sesuatu itu--- misalnya hilang atau mati atau rusak atau busuk atau turun harganya dengan drastis---- kita tidak akan dibuat sengsara atau berduka atau tertekan berat.

Ketidaklekatan atau detachment hanya bisa menjadi sikap mental kita atau lambat-laun menjadi kebiasaan kita yang baik, jika kita juga menerima hukum impermanensi untuk segala hal dalam jagat semesta ini.

Tidak ada yang permanen, atau menetap abadi, tanpa perubahan, atau tanpa kepunahan, dalam alam semesta ini. Termasuk juga hal-hal yang menjadi bagian dari diri kita sebagai insan-insan biologis, dan semua hal yang mengiringi perjalanan kehidupan kita, sejak dilahirkan hingga wafat, sejalan dengan gerak panah waktu ke depan.

Tapi, apakah betul tidak ada yang permanen dalam jagat raya ini? Apakah benar tidak ada yang tidak berubah dalam kehidupan ini?

Menurut filsuf Yunani kuno, pra-Sokrates, Heraklitus (hidup sekitar 535-475 SM), ya ada hal yang tidak berubah. Katanya, Tidak ada sesuatupun yang permanen, kecuali perubahan itu sendiri.

Ya, yang permanen adalah impermanensi. Yang tidak berubah adalah perubahan. Yang abadi bukanlah keabadian itu sendiri, tetapi perubahan yang tidak pernah berakhir.

Kalau diibaratkan air, kehidupan ini adalah air yang terus-menerus mengalir, dari hulu sungai di puncak-puncak gunung atau dataran tinggi, hingga masuk ke muara di lelautan, lalu menguap, membubung ke atas, membentuk awan-awan di angkasa.

Pada waktunya, awan-awan pun turun atau jatuh lagi ke darat sebagai hujan. Air hujan pun mengalir lagi ke tempat-tempat yang lebih rendah, atau mengalir lebih lanjut lewat sungai-sungai.

Aliran air di sungai-sungai tak pernah berhenti, dan tidak pernah sama. Satu arus lewat, diteruskan oleh arus yang lain, terus demikian. 

Kata Heraklitus lagi, “Anda tidak dapat melangkah dua kali ke dalam sungai-sungai yang sama, sebab arus-arus air yang lainnya terus-menerus mengalir ke anda.”

Jika tidak ada satu hal pun yang permanen dalam jagat raya, termasuk kehidupan anda sendiri, dan hal-hal yang anda yakini sekarang, maka mengapa anda harus melekatkan diri anda habis-habisan pada sesuatu yang akan berubah, rusak, atau punah? 

Nah, prinsip nekkhamma dan impermanensi itulah yang menjadi dasar sang guru untuk sang murid membunuh Buddha jika dia sudah terfiksasi atau melekat kuat pada target pelatihan zazennya, yaitu menjadi Buddha yang duduk bersila.

Apapun ideal-ideal anda tentang Buddha, tentang sosok-sosok yang sudah mengalami penerangan budi, ideal-ideal anda itu tidak boleh difiksasi, diabsolutkan, dipaku mati, dibuat statis dan membeku.

Tak ada bentuk Buddha yang mutlak, yang tak berubah lagi. 

Buddha adalah sebuah kata kerja yang kontinual, bukan sebuah kata benda yang statis.

Buddha adalah suatu perjalanan, a voyage, bukan suatu tempat tujuan akhir atau a final destination.

Dengan demikian, menjadi Buddha adalah usaha-usaha yang terus-menerus, tanpa akhir, lewat latihan-latihan, untuk mengalami kemajuan-kemajuan dalam pencerahan budi.

Menjadi Buddha adalah panggilan untuk terus-menerus mengalami pencerahan-pencerahan baru, yang selalu dibarui, tanpa pernah selesai.

Ketika sang murid memahami ucapan-ucapan sang guru, dia merasakan betapa manisnya ucapan-ucapan sang guru, bak madu bunga.

Ya, sang murid kini telah paham bahwa sesuatu yang hidup itu, termasuk pelatihan spiritual, selalu berubah dan mengalir, tak dapat dikekang, tak dapat dibendung. Selalu mengalir, sebagai arus, dari momen ke momen, dari saat ke saat, yang terus-menerus memerlukan pengamatan, peninjauan, sekaligus kemajuan. Jika tidak begitu, maka sesuatu itu telah mati, mati kaku.


Jakarta, 24 Desember 2021
ioanes rakhmat


N.B. Ditulis di saat ibadah malam Natal gereja. 

Natal adalah datangnya sang Terang, datangnya Pencerahan ke dalam akal budi, hati, dan kehidupan setiap hari yang selalu datang.


Nikmati juga:

Zazen: Jalan menuju pencerahan (1)

Zazen: Jalan menuju pencerahan (2)

-------------


/1/ Koan adalah sebuah kisah atau sebuah dialog atau sebuah debat yang digunakan sebagai sebuah wahana sastra oleh para guru Zen untuk membimbing murid-murid mereka dalam pelatihan olah pikiran dan olah intuisi untuk tiba pada pencerahan budi.

Biasanya pelatihan semacam ini dilangsungkan para murid Zen dalam posisi duduk bersila, posisi teratai/lotus, dengan pikiran dibiarkan bergerak sendiri, dan mereka tinggal hanya mengikuti gerak pikiran ini. Titik awal untuk membuat pikiran selanjutnya bergerak sendiri adalah konsentrasi meditatif terhadap sebuah koan. Pelatihan semacam ini disebut zazen, yang bisa berlangsung berjam-jam lamanya, bergantung pada banyak koan yang mereka sedang renungi.

Zen adalah sebuah aliran dalam Buddhisme Mahayana, yang fokus ritual terpentingnya adalah olah pikiran dan konsentrasi pikiran dalam suatu zazen, dan bagi Zen Buddhisme pengalaman religius tertinggi adalah olah pikiran. Kata Zen sendiri berarti meditasi (Sanskrit: samādhidhyāna).

Dalam Zen Buddhisme, tak dikenal konsep teologis antropomorfik tentang Allah Yang Maha Esa/Kuasa, suatu konsep terpenting dalam agama-agama monoteistik. Keselamatan, bagi Zen Buddhisme, adalah penguasaan pikiran dan pencerahan akal budi, dan siapa diri kita ini ditentukan oleh apa yang ada dalam pikiran kita.

Menurut Zen Buddhisme, pikiran manusia adalah segalanya, dan mengendalikan pikiran adalah tugas paling mulia dalam kehidupan seorang manusia. Beragama, dalam Zen Buddhisme, bukanlah menyembah suatu Allah, melainkan mengontrol pikiran, dan lewat pikiran yang benar dan berani, orang disanggupkan melakukan kebajikan.