Showing posts with label IBD. Show all posts
Showing posts with label IBD. Show all posts

Monday, November 9, 2020

Vitamin D3 sebagai imunomodulator makin penting di masa pandemi


Ada dua artikel medik yang saya akan rujuk untuk post ini. Keduanya mengupas seluk-beluk vitamin D3 sebagai imunomodulator, yakni sebagai bahan atau senyawa kimiawi yang berfungsi untuk meningkatkan daya dan kinerja sistem imun.

Artikel pertama ditulis Michelino Di Rosa, Lucia Malaguamera, et al., "Vitamin D3: A helpful immunomodulator", Immunology 134 (2): 123-39, Oct 2011. 

Ini linknya.

https://www.researchgate.net/publication/51620253_Vitamin_D3_A_helpful_immuno-modulator. 

Di bawah ini saya berikan abstrak (dalam bahasa Inggris) dari artikel yang pertama. Kenapa hanya abstraknya? Ya karena jika saya mau masuk ke keseluruhan artikel, saya perlu mengajukan permintaan dulu. Saya enggan melakukannya. Silakan seluruh abstrak ini dibaca sendiri. 

Ada bagian yang saya kutip lebih dulu dari abstrak itu, dan saya telah terjemahkan. Berikut ini. 

"Peran vitamin D3 dalam regulasi imunitas ("immunoregulation") telah menghasilkan konsep tentang suatu fungsi dual/ganda baik sebagai hormon sekosteroid yang meregulasi homeostasis kalsium dalam tubuh maupun sebagai suatu senyawa organik yang esensial yang telah diperlihatkan memiliki efek yang krusial pada respons-respons imun (atau sel-sel imun)." 

Sekarang abstraknya saya salin. Berikut ini. 

Abstract

The active metabolite of vitamin D, 1α, 25-dihydroxyvitamin D3 [1,25(OH)(2) D3], is involved in calcium and phosphate metabolism and exerts a large number of biological effects. Vitamin D3 inhibits parathyroid hormone secretion, adaptive immunity and cell proliferation, and at the same time promotes insulin secretion, innate immunity and stimulates cellular differentiation. The role of vitamin D3 in immunoregulation has led to the concept of a dual function as both as an important secosteroid hormone for the regulation of body calcium homeostasis and as an essential organic compound that has been shown to have a crucial effect on the immune responses.

Altered levels of vitamin D3 have been associated, by recent observational studies, with a higher susceptibility of immune-mediated disorders and inflammatory diseases. This review reports the new developments with specific reference to the metabolic and signalling mechanisms associated with the complex immune-regulatory effects of vitamin D3 on immune cells."

Selanjutnya, uraian bersumber pada artikel yang lain  yang dimuat dalam jurnal Nutrient. 

Francesca Sassi, Cristina Tamone, Patrizia D'Amelio, "Vitamin D: Nutrient, Hormone, and Immunomodulator", Nutrient 10 (11): 1656, 3 Nov 2018.

Ini link ke artikelnya.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6266123/. 

Sekian poin berikut saya sarikan dari artikel persis di atas (yang sangat padat informasi). 

1. Beberapa studi memperlihatkan adanya suatu peran penting vitamin D sebagai modulator; dan data yang kuat menunjukkan peran molekul aktif vitamin D, yaitu 1,25 (OH)2D3, dalam meningkatkan sistem imun bawaan kelahiran ("innate") untuk memerangi patogen-patogen (seperti virus dan bakteri patogenik). 

Tapi, data efek molekul aktif vitamin D dalam modulasi (= peningkatan daya dan kinerja sistem imun) terhadap sistem imun "adaptif" atau sistem imun "acquired" (yang dapat mengembangkan kemampuannya lewat pembelajaran terhadap patogen-patogen lantaran sistem imun ini memiliki suatu memori imunologis) lebih menimbulkan perbedaan pendapat. 

2. Observasi-observasi dan studi-studi eksperimental menunjukkan suatu peran penting vitamin D dalam peningkatan dan pemeliharaan fungsi sistem imun. Molekul aktif vitamin D, yaitu 1,25 (OH)2 D3, dapat mengontrol fungsi imun pada level-level yang berlainan. 

Vitamin D dan reseptor vitamin D (VDR) bersama-sama memiliki suatu peran penekan/supresif pada otoimunitas dan suatu efek anti-inflamasi.

Studi pada hewan-hewan memperlihatkan suatu peran penting suplementasi molekul aktif 1,25 (OH)2 D3 dalam mengendalikan penyakit-penyakit otoimun eksperimental seperti encefalomylitis (EAE) dan arthritis yang ditimbulkan kolagen (CIA). Dalam dua kondisi penyakit ini, molekul aktif vitamin D mencegah timbulnya penyakit-penyakit ini dan mengurangi peningkatan atau progres keduanya


3. Vitamin D adalah salah satu faktor dari relasi-relasi yang ruwet antara mikrobiota perut atau gut microbiota (yaitu mikroorganisme yang berdiam dan hidup dalam perut manusia) dan modulasi sistem imun. Pemberian vitamin D mempengaruhi komposisi mikrobiota perut; dan dalam data in vitro diperlihatkan bahwa vitamin D meningkatkan kemampuan makrofag untuk membunuh bakteri E. coli

4. Pasien-pasien IBD (Inflamatory Bowel Disease, atau penyakit radang perut) mengalami reduksi yang signifikan pada ekspresi reseptor VDR (kurang lebih 50%) dalam epithelium usus besar (colon). Reduksi besar ini timbul dari efek yang berbeda pada komposisi mikrobiota perut di saat dosis oral tinggi vitamin D3 diberikan ke pasien-pasien penyakit Crohn (salah satu penyakit IBD). Vitamin D yang diberikan sebagai suplemen ke pasien-pasien IBD berefek pada mikrobiota perut, dan juga menimbulkan bakteri-bakteri yang bersifat anti-inflamasi

Pasien penyakit sistik fibrosis mengalami kekurangan atau defisiensi vitamin D, terkait dengan mikrobiota yang berbeda, yang hidup dalam perut dan pada saluran pernafasan. Pemberian oral vitamin D sebanyak 50.000 IU per minggu berpengaruh signifikan pada komposisi mikrobiota. 

5. Molekul pasif ("bentuk terhidroksilat") vitamin D, yakni 25 (OH) D3, mensupres imunitas adaptif. Dalam eksperimen-eksperimen, molekul ini menurunkan level respons imun yang diperantarai sel-sel "T-helper (Th)1"; dengan demikian, menghambat produksi sitokin-sitokin  yang pro-inflamasi atau pro-peradangan.

Itu lima poin yang dapat saya bagikan, yang saya lihat penting dalam artikel medik di atas. Artikel medik yang menjadi sumber acuan lima point tersebut masih lebih kompleks dari yang dapat saya sajikan di sini. Jadi anda masih harus membaca sendiri keseluruhannya.

Silakan post ini anda share jika dirasa bermanfaat untuk orang lain di masa pandemi Covid-19. Minumlah vitamin D3 dengan teratur dan dalam dosis yang pas untuk memperkuat imunitas.

☆ ioanes rakhmat

9 November 2020


Thursday, July 5, 2018

Crohn dan Ulcerative Colitis


Sistem cerna insani (ketuk atau klik gambar untuk dapat ukuran lebih besar dan huruf yang jelas terbaca)

Sebuah artikel medik mutakhir yang penting baru dipublikasi di MedicalNewsToday 28 Juni 2018 tentang kajian penyakit otoimun IBD ("Inflammatory Bowel Disease", atau penyakit radang perut) dengan fokus populasi spesifik dari "sel-sel CD4T efektor"./1/

Laporan ringkas riset ilmiahnya terbit di Journal of Experimental Medicine yang dipublikasi online 18 Juni 2018./2/ Tim yang melakukan riset ini berasal dari Universitas Alabama, Birmingham.

Sistem cerna insani

IBD yang umum minimal ada dua: Crohn yang menyerang usus-usus, membentuk timbunan massa yang berbentuk bebatuan bulat dan menumbuhkan banyak pseudopolip pada dinding sebelah dalam usus-usus (usus besar dan usus kecil)/3/ dan "ulcerative colitis" atau radang usus besar yang kerap disertai borok dan bisul yang bernanah./4/


Dua gambar di atas: Crohn dan Ulcerative colitis

IBD, khususnya Crohn, dapat menyerang saluran cerna ("gut" or "gastrointestinal tract") mulai dari mulut hingga anus./5/


Ada banyak faktor yang dapat menimbulkan IBD. Mulai dari gaya hidup dan jenis makanan sebagai faktor pemicu, warisan genetik, hingga otoimunitas (kondisi sistem imunitas tubuh yang berubah fungsi menjadi penyerang sel-sel tubuh sendiri yang semula sehat dan normal).

Riset tersebut di atas fokus pada peran "sel-sel CD4T efektor" dalam sistem imunitas tubuh yang ditunjuk sebagai penyebab otoimunitas (seperti penyakit Crohn dan "ulcerative colitis") dan penyakit-penyakit inflamasi kronis lain seperti artritis rheumatoid, dan juga tipe 1 diabetes.

Tentu termasuk juga penyakit gastritis tipe A yang dinamakan gastritis atrofis otoimun. Pada gastritis jenis ini sel-sel otoimun membinasakan sel-sel parietal dalam seluruh lambung yang memproduksi asam lambung dan zat penyerap vitamin B12. Jika sel-sel parietal makin kurang, si penderita akan mengalami kekurangan zat besi, folat, dan akhirnya vitamin B12./6/

Yang paling umum adalah gastritis tipe B yang berupa radang, iritasi dan kadang borok pada selaput mukosa dinding sebelah dalam lambung bagian bawah. Penyakit gastritis ini timbul karena infeksi virus, dan khususnya infeksi bakteri Helicobacter pylori (H. pylori) yang jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan borok dan bahkan kanker lambung./7/

Gastritis tipe B ini juga timbul sebagai akibat stres kronik, rasa mual yang tak kunjung hilang, efek negatif obat-obatan seperti aspirin atau obat-obatan antiradang nonsteroidal (NSAIDs), kebanyakan minum alkohol, anemia, luka bekas operasi, dan makanan tertentu yang menimbulkan iritasi lambung seperti laktosa dan gluten. Selain itu, juga karena refluks (aliran balik) cairan empedu (yang berfungsi membantu mencerna lemak) ke dalam lambung dari saluran empedu (yang menghubungkan organ hati dan kandung empedu)./8/

Kembali ke sel-sel CD4T. Sel-sel ini yang bersifat patogenik merupakan sel-sel imun yang belum matang yang berasal dari "stem cell" (atau sel master), yang dalam perkembangannya berhenti pada tahap "progenitor" atau "cikal bakal" atau "pendahulu" sel-sel imun lain. Diketahui, enzim glycosyltransferase ST6Gal-I mengaktifkan fitur-fitur stem cell pada "effector CD4T cells".

Sel-sel CD4T yang patogenik ini memiliki "tandatangan genetik" yang konsisten dengan sel-sel T yang mampu membarui diri dan dengan sel-sel progenitor hematopoietik.

Sel-sel CD4T  memproduksi:

☆ molekul interferon gamma dalam level tinggi dalam sistem saluran cerna yang terserang radang kronis;

☆ Sel-sel CD4T yang masih memiliki fitur-fitur stem cell dan tetap bertahan dalam tahap "progenitor" kemudian mendiferensiasi diri dengan membentuk sel-sel imun lain yang aktif, di antaranya "T helper cell" yang dikaitkan dengan IBD yang membuat penyakit radang ini tak kunjung sembuh.

Ke depan ini, upaya pencegahan dan terapi IBD kronis difokuskan pada peran sel-sel CD4T patogenik ini. Ini sebuah fokus terapi medik baru.

Salah seorang anggota tim peneliti, Prof. Laurie E. Harrington, menyatakan bahwa jika sel-sel CD4T yang menjadi penyebab IBD tidak kunjung sembuh dapat ditangani, hal ini akan memberi efek kuratif pada IBD.

5 Juli 2018
ioanes rakhmat

N.B. Tolong isi tulisan ini jangan di-copypaste berhubung akan mengalami editing atau updating sewaktu-waktu. Cukup copy link-nya saja. 

/1/ Lihat Catherine Paddock, "Could treating these immune cells cure IBD?", MedicalNewsToday, 28 June 2018, https://www.medicalnewstoday.com/articles/322299.php.

/2/ Boyoung Shin, Robert L. Kress,.., Susan L. Bellis, Laurie E. Harrington, "Effector CD4T cells with progenitor potential mediate chronic intestinal inflammation", Journal of Experimental Medicine, 2 July 2018, no. 215 (7): 1803. Terbit online 18 Juni 2018, http://jem.rupress.org/content/215/7/1803.

/3/ Tentang Crohn lihat misalnya "Crohn's Disease", John Hopkins Medicinehttps://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/conditions/digestive_disorders/Crohns_Disease_22,CrohnsDisease.

/4/ Tentang "ulcerative colitis" lihat misalnya panduan lewat 25 slideshow, "Slideshow: A Visual Guide to Ulcerative Colitis", WebMD, medically reviewed 14 August 2017, https://www.webmd.com/ibd-crohns-disease/ulcerative-colitis/ss/slideshow-uc-overview.

/5/ Tentang sistem saluran cerna dan gangguan-gangguan yang dapat terjadi padanya, dan bagaimana mengobatinya, lihat antara lain Modi Ramos, "8 Warning Signs of An Unhealthy Gut", Gut Health Projecthttps://www.guthealthproject.com/8-common-health-issues-caused-by-an-unhealthy-gut/.

/6/ Tentang gastritis atrofis otoimun, lihat misalnya "Autoimmune atrophic gastritis", NIH-GARD, last updated 28 November 2016, https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/10310/autoimmune-atrophic-gastritis.

/7/ Tentang gastritis, lihat Jennifer Robinson, "What Is Gastritis", WebMD, 11 September 2016, https://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-gastritis. Lihat juga Stanley J. Swierzewski, "Gastritis Overview", Health Communities, 28 Feb 2008, last modified 17 September 2015, http://www.healthcommunities.com/gastritis/gastritis-overview.shtml.

/8/ Tentang kandung empedu dan refluks cairan empedu, lihat misalnya Matthew Hoffman, "Human Anatomy: Picture of the Gallbladder", WebMD, 11 March 2017, lihat https://www.webmd.com/digestive-disorders/picture-of-the-gallbladder.