Tuesday, January 28, 2025

Artificial Intelligence (9) : Yann LeCun

 

Yann LeCun, dilahirkan 8 Juli 1960 di Soisy-sous-Montmorency, Prancis. Dia juga dijuluki "the Godfather of AI". Gelar Ph.D. di bidang sains komputer diperolehnya 1987 dari Université Pierre et Marìe Curie di Prancis. Untuk tesis Ph.D., LeCun mengajukan proposal suatu bentuk awal algoritma yang kini dikenal sebagai "error Backpropagation". Dari 2003-2008 dia menjadi Professor sains komputer di Courant Institute of Mathematical Sciences di New York University. Dari 2013-2018, dia menjadi direktur riset AI di Facebook (sekarang: Meta); kemudian (2018 hingga kini) menjabat sebagai VP (yang belakangan dilepaskannya) dan saintis utama AI Meta. Image credit: bell-labs.com. Sumber gambar: Perplexity.


LeCun mengajukan suatu ide bahwa Artificial Neural Networks (ANNs) yang meniru otak manusia akan memampukan komputer-komputer untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan yang sebaliknya tidak dapat diprogram secara manual. Pendapat ini dilawan dengan sengit oleh saintis-saintis komputer yang sudah mapan, yang telah lama mengabaikan konsep ANNs yang mereka anggap sebagai barang fiksi sains.




-- to be continued --


References

CDTeliot, "AI Visionary Yann LeCun's Lasting Impact", Perplexity, December 2024, https://www.perplexity.ai/page/ai-visionary-yann-lecuns-lasti-v1GyLWZDSXqehwbUcE2Y.w.

HoDS, "Yann LeCun: An Early AI Prophet", History of Data Science, 10 April 2021, https://www.historyofdatascience.com/yann-lecun/.

Datategy, "AI Origins: Yann LeCun", DATATEGY, 4 April 2024, https://www.datategy.net/2024/04/04/the-ai-origins-yann-lecun/.

Thomas Haigh, "Yann LeCun -- United States 2018, ACM A.M. Turing Award, https://amturing.acm.org/award_winners/lecun_6017366.cfm.

ACM, "Award Recipient: Yann LeCun", Award.ACM, https://awards.acm.org/award_winners/lecun_6017366.

Nandini Yadav, "Yann LeCun, chief AI scientist at Meta, says warnings about AI being a hazard are complete nonsense", India Today, 14 October 2024, https://www.indiatoday.in/technology/news/story/yann-lecun-chief-ai-scientist-at-meta-says-warnings-about-ai-being-a-hazard-are-complete-nonsense-2616686-2024-10-14.

Rajeev Chand, "A conversation with Yann LeCun, the Godfather of AI", Wing, 9 January 2025, https://www.wing.vc/content/rajeev-chand-yann-lecun-ai-research-predictions.



Sunday, January 26, 2025

Artificial Intelligence (8) : Geoffrey E. Hinton

 


Geoffrey Everest Hinton (lahir 6 Desember 1947, di Wimbledon, London, berusia 77 tahun), saintis komputer Inggris-Kanada, saintis kognitif, psikolog kognitif. Memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang Artificial Intelligence dari University of Edinburgh tahun 1978. Image credit: Chris Young/AP. Sumber gambar: Jessica Coates, The Independent.


Karena karya-karyanya di bidang jejaring neural buatan ("Artificial Neural Networks", ANNs) yang memakai model struktur jejaring dan fungsi neural otak manusia, yang diterapkan pada Machine Learning dan Deep Learning, dan ikut berkontribusi (bersama David Rumelhart dan Ronald William di tahun 1986) dalam merancang algoritma Backpropagation (BP), Hinton, bersama John Hopfield, menerima Hadiah Nobel bidang fisika tahun 2024. Nobel Prize dalam fisika diberikan kepada mereka karena "temuan-temuan dan invensi-invensi fondasional yang memungkinkan mesin belajar lewat jejaring neural buatan." ANNs, sebagai suatu teknologi yang berakar pada neurosains, sains kognitif, psikologi, matematik dan model-model komputasional, dan fisika, adalah bagian terpenting dari terobosan-terobosan baru AI dewasa ini. 

Hadiah Nobel yang diterima Hinton dan Hopfield menandakan suatu momen historis, yakni pengakuan bahwa fisika telah memainkan peran yang mendalam dan besar dalam mendorong revolusi AI. Hadiah Nobel AI dalam fisika tahun 2024 mengingatkan kita bahwa perjalanan menuju terobosan-terobosan baru AI sekarang ini telah dimulai berdekade-dekade lalu, dengan peneliti-peneliti yang yang visioner meletakkan karya-karya mendasar bagi suatu masa depan yang waktu itu hanya bisa dibayangkan. Karya John Hopfield dan Geoffrey Hinton yang berakar dalam fisika kini sedang membentuk teknologi yang memberi power bagi dunia modern kita.

Sebagaimana AI terus berevolusi, Hadiah Nobel ini tidak hanya merayakan prestasi-prestasi dari para pionir sains AI, tapi juga menyoroti peran kritis riset antarilmu itu --- khususnya antara fisika dan AI --- yang akan dimainkan di masa depan teknologi. 

Karya-karya Hinton yang sangat mendasar dalam membangun AI modern, khususnya Deep Learning, membuatnya dijuluki "The Godfather of AI". Selain itu, Hinton juga menerima penghargaan-penghargaan lain, seperti AAAI Fellow (1990), Rumelhart Prize (2001), NSERC Herzberg Canada Gold Medal (2010), IEEE Frank Rosenblatt Award (2014). Turing Award yang dinamakan juga "Hadiah Nobel komputing", diterima Hinton 2018 bersama dengan Yoshua Bengio dan Yann LeCun untuk karya mereka di bidang Deep Learning dan jejaring neural. 

Karya mereka ini telah merevolusi bidang-bidang yang beranekaragam seperti self-driving cars atau wahana-wahana otonomus, analitik kesehatan, pengenalan citra, pengenalan ucapan, pemrosesan bahasa alamiah atau Natural Language Processing, NLP, (seperti terjemahan bahasa, tafsiran yang sangat cepat oleh komputer atau real-time interpretation, peringkasan teks, analisis perasaan/pengharapan), chatbots (asisten virtual, pelayanan nasabah), diagnosis penyakit dan riset medik, ekonomi dan keuangan, sistem-sistem otonomus dan robotik, pendidikan dan riset, dan cybersecurity.

Ketika menjadi Profesor emeritus di Universitas Toronto, Kanada, Hinton juga membagi waktunya dengan bekerja di Google (Google Brain Team) dari 2013-2023. Namun di bulan Mei 2023, dia melepaskan pekerjaannya di Google karena pertimbangan-pertimbangan atas banyak risiko yang dapat ditimbulkan oleh AI. Dengan begitu, dia dapat bebas berbicara tentang risiko-risiko AI. Dia sangat peduli pada penyalahgunaan AI yang dipertimbangkan dengan cermat oleh aktor-aktor yang berbahaya, pengangguran di lapangan kerja teknologi, dan risiko eksistensial dari Artificial General Intelligence (AGI) atau "human-like intelligence" terhadap manusia.

Setelah Hinton mendapat Hadiah Nobel, dia mendesak diadakannya riset keamanan AI untuk menggambarkan ihwal bagaimana mengontrol sistem-sistem AI (sistem Artificial General Intelligence, atau humanoid AI, dan sistem Artificial Super-Intelligence atau ASI yang memiliki kecerdasan yang berada jauh di atas kecerdasan manusia).

Kata Hinton, "aktor-aktor buruk" yang akan menggunakan teknologi AI untuk membahayakan orang lain, harus dicermati dan dikontrol. Tanpa kontrol, katanya, teknologi ini akan meningkatkan risiko-risiko serangan-serangan cyber dan phishing, video-video palsu dan terus-menerus mencampuri urusan-urusan politik. Beberapa peneliti yang baik percaya bahwa di suatu waktu dalam 20 tahun ke depan ini AI akan lebih cerdas ketimbang manusia; dan kita perlu berpikir keras tentang apa yang akan terjadi pada waktu itu. Tetap ada kemungkinan "robotic apocalypse" atau "robot-pokalipsis" atau "doomerisme robotik" bisa terjadi, yakni punahnya manusia oleh AI dan Super-AI yang manusia ciptakan.

Selama ini karya-karya Hinton meletakkan dasar-dasar bagi Machine Learning (ML) dan Deep Learning (DL). ML adalah teknologi yang memungkinkan komputer-komputer untuk meniru kecerdasan manusia, yang dapat berpikir, belajar dan berkembang sendiri. Lebih rinci, ML adalah suatu bagian atau suatu subset AI yang memungkinkan komputer untuk belajar sendiri secara otomatis dari pengalaman tanpa programming yang eksplisit, sehingga kinerjanya kian bertambah baik dan berkembang cepat, dan makin mampu untuk mengadaptasi diri dengan data baru yang tak terlihat, ketika menjalankan tugas-tugas. Algoritma AI Backpropagation menjadi energi pendorong di balik pelatihan-pelatihan Deep Neural Networks (DNNs) sehingga sistem-sistem AI dapat belajar sendiri dari data yang tersedia luar biasa banyak. Sedangkan DL adalah suatu subset ML yang menggunakan jejaring neural yang memiliki lapisan-lapisan unit-unit neural yang majemuk. DL adalah suatu temuan revolusioner dalam dunia AI yang telah membentuk kembali AI dewasa ini, yang memungkinkan mesin-mesin memproses informasi dengan akurasi yang luar biasa. 

Namun belakangan ini Hinton, tentu karena pengalaman-pengalamannya sendiri, lebih memusatkan perhatiannya pada AI yang lebih aman, dan makin peka terhadap kemungkinan-kemungkinan penyalahgunaan AI. Sejawat Hinton, yang sama-sama menerima Turing Award 2018, Yann LeCun, saintis utama di Meta, menyebut doomerisme robotik Hinton sebagai "preposterously ridiculous", atau menggelikan dan mengada-ada.

Well, di suatu artikel online pada web History of Data Science ditulis bahwa "LeCun telah mendorong balik ketakutan-ketakutan yang disuarakan sejumlah orang, termasuk teknolog-teknolog terkemuka lainnya, bahwa AI pada akhirnya dapat menimbulkan bencana dan petaka. Manusia cenderung membayangkan bahwa robot-robot mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang negatif yang mendorong orang untuk membahayakan orang-orang lain, tetapi, kata LeCun, 'tidak ada alasan' untuk membayangkan bahwa mesin-mesin suatu saat nanti dapat memiliki sifat-sifat tersebut."

Pada pihak lain, kepada Wired di tahun 2014, tentang LeCun Hinton dapat menyatakan bahwa LeCun "dalam cara tertentu adalah pembawa obor yang melewati zaman-zaman kegelapan."

Hemat saya, ketimbang dihantui ketakutan-ketakutan terhadap potensi bahaya-bahaya mematikan bagi manusia yang dapat timbul dari Artificial Super-Intelligence (ASI) yang mungkin saja ada, para saintis Artificial Intelligence sebaiknya memikirkan dengan sungguh-sungguh ihwal bagaimana menciptakan ASI yang beretika, lalu mempertemukan, menyelaraskan dan, jika perlu, menyatukan mesin-mesin supercerdas dengan manusia-manusia biologis. Dengan kata lain, Super-AI yang mau kita hasilkan adalah AI-AI yang memiliki sekaligus hardskills (kecakapan teknis yang berdasar ilmu pengetahuan) dan softskills (empati, social intelligence, emotional intelligence, dan existential intelligence).


--- to be continued ---


References

Jessica Coates, "Geoffrey Hinton warns of AI's growing danger after Nobel Prize Win", The Independent, 09 October 2024, https://www.independent.co.uk/news/science/nobel-prize-university-of-toronto-british-nobel-prize-in-physics-google-b2626208.html.

Kyrlynn D., "Geoffrey Hinton, The God Father of Deep Learning and Neural Network Innovator", Quantum Zeitgeist, 8 October 2024, https://quantumzeitgeist.com/geoffrey-hinton/.

Will Douglas Heaven, "Geoffrey Hinton , AI Pioneer and figuredhead of doomerism, wins Nobel Prize", MIT Technology Review, 8 October 2024, https://www.technologyreview.com/2024/10/08/1105221/geoffrey-hinton-just-won-the-nobel-prize-in-physics-for-his-work-on-machine-learning/.

Jiajie Zhang, Ph.D., University of Texas Health Science Center at Houston (UT Health Houston), "AI Wins the 2024 Nobel Prize in Physics", UT Health Houston, 8 October 2024, https://sbmi.uth.edu/blog/2024/ai-wins-the-2024-nobel-prize-in-physics.htm.

HoDS, "Yann LeCun: An Early AI Prophet", History of Data Science, 10 April 2021, https://www.historyofdatascience.com/yann-lecun/.