Puisiku:
Lari ke Rumah Mentari
Aku sungguh ingin mandiri
Jauh dari-Mu bergegas pergi
Merantau tinggalkan negeri
Tegar menuju rumah Mentari
Tak enak dan tak elok
Hidup terus-menerus minta dikolok
Sedikit-sedikit rindu mengadu
Sedikit-sedikit meratap pilu
Jauh, jauh, jauh di langit tinggi
Bak elang sendirian menembus badai
Aku terbang lebih tinggi dari pelangi
Dalam keheningan tak terperi
Aku ingin sunyi sendiri
Tanpa Engkau menemani
Ku mau jadi lelaki sejati
Kuat, tegar dan kokoh sendiri
Tak lagi memanggil-manggil-Mu Bapa
Tak lagi menangis tanpa air mata
Tak lagi bak bayi rindu susu sang bunda
Tak lagi dituntun bak seorang buta
Akhirnya aku sampai
Di rumah hangat sang Mentari
Kosong sunyi tinggi tak terperi
Girang aku dalam hati sanubari
Dalam kesendirian tanpa kawan
Masuk dalam kesunyian
Kupikir aku telah merdeka
Tapi duuuuh sesuatu tetap membara
Menghanguskan kesendirianku
Menghangatkan batinku
Menggelorakan pikiranku
Melelehkan keakuanku
Siapakah itu yang tetap menyala?
Siapakah itu yang tetap mengikuti?
Siapakah itu yang tetap berbicara?
Siapakah itu yang kekeh berdiam di hati?
Jauh, jauh, jauh di langit tinggi
Bak elang sendirian menembus badai
Aku terbang lebih tinggi dari pelangi
Dalam keheningan tak terperi
Aku ingin sunyi sendiri
Tanpa Engkau menemani
Ku mau jadi lelaki sejati
Kuat, tegar dan kokoh sendiri
Tak lagi memanggil-manggil-Mu Bapa
Tak lagi menangis tanpa air mata
Tak lagi bak bayi rindu susu sang bunda
Tak lagi dituntun bak seorang buta
Akhirnya aku sampai
Di rumah hangat sang Mentari
Kosong sunyi tinggi tak terperi
Girang aku dalam hati sanubari
Dalam kesendirian tanpa kawan
Masuk dalam kesunyian
Kupikir aku telah merdeka
Tapi duuuuh sesuatu tetap membara
Menghanguskan kesendirianku
Menghangatkan batinku
Menggelorakan pikiranku
Melelehkan keakuanku
Siapakah itu yang tetap menyala?
Siapakah itu yang tetap mengikuti?
Siapakah itu yang tetap berbicara?
Siapakah itu yang kekeh berdiam di hati?
Dalam hening sesuatu menjawab
Dengan suara yang kukenal akrab
Engkau lagi, Engkau lagi, Engkau lagi
Yang selalu menemani tak pernah pergi
Duuuuh... di dalamku Kau tetap ada
Meski aku telah jauh lari mengembara
Sampai di rumah Mentari di angkasa
Pikirku, aku telah menjadi manusia
Di rumah tinggi sang Mentari
Aku ternyata tak seorang diri
Seandainya pun aku tiba di tepi jagat
Suara sunyi itu tetap akan terdengar kuat
Kini kusadari terpukau berkilau
Sungguh aku adalah Engkau
Sungguh Engkau adalah aku
Kita berdua telah kokoh menyatu
Tak ada gunanya aku lari
Lepas dari-Mu untuk berdikari
Di mana pun Engkau ada
Di situ pun aku juga ada
Di saat mana pun Engkau tidak ada
Di saat itu pun aku juga tiada
Ada dan tiada tidaklah berbeda
Ruang dan waktu tak lagi berkuasa
Dalam kefanaan, aku abadi
Apakah aku kini manusia sejati?
Kali ini Engkau membungkam sunyi
Membiarkan aku mencari jawab sendiri
Dengan suara yang kukenal akrab
Engkau lagi, Engkau lagi, Engkau lagi
Yang selalu menemani tak pernah pergi
Duuuuh... di dalamku Kau tetap ada
Meski aku telah jauh lari mengembara
Sampai di rumah Mentari di angkasa
Pikirku, aku telah menjadi manusia
Di rumah tinggi sang Mentari
Aku ternyata tak seorang diri
Seandainya pun aku tiba di tepi jagat
Suara sunyi itu tetap akan terdengar kuat
Kini kusadari terpukau berkilau
Sungguh aku adalah Engkau
Sungguh Engkau adalah aku
Kita berdua telah kokoh menyatu
Tak ada gunanya aku lari
Lepas dari-Mu untuk berdikari
Di mana pun Engkau ada
Di situ pun aku juga ada
Di saat mana pun Engkau tidak ada
Di saat itu pun aku juga tiada
Ada dan tiada tidaklah berbeda
Ruang dan waktu tak lagi berkuasa
Dalam kefanaan, aku abadi
Apakah aku kini manusia sejati?
Kali ini Engkau membungkam sunyi
Membiarkan aku mencari jawab sendiri
Pencarian yang tak pernah terakhiri!
Jakarta, 2 Juli 2021
ioanes rakhmat
Jakarta, 2 Juli 2021
ioanes rakhmat