Sebuah Interpretasi Puitis
Anyaman duri tajam mencucuk kepalamu
Mengucur darah ke sekujur tubuhmu
Engkau berteriak teramat pilu:
"Ya Allahku, ya Allahku,
Mengapa Kau meninggalkanku?"
Kepada Allah, Bapamu, engkau percaya:
Engkau akan selalu dijaga-Nya
Mustahil engkau sengsara sebatang kara
Mustahil kau terlantar nelangsa tanpa asa
Tapi lain faktanya saat engkau tersalib sendirian
Teramat berat dan pahit nian kau pikul beban
Kesakitan sendirian
Meregang nyawa sendirian
Teriakanmu ke langit hanya ditelan awan
Awalnya engkau begitu yakin
Para malaikat sorgawi akan pasti turun
Tuk lepaskan engkau dari ancaman kematian
Engkau menunggu tenang dan yakin nian
Tapi pintu langit sedikit pun
Tak terbuka menjawab erangan
Padahal maut sudah terlihat di hadapan
Menyeringai kelaparan
Kaki dan tanganmu terpantek mengerikan
Tak berdaya untuk menendang dan melawan
Sang maut tertawa sangat menyeramkan
Tatapannya bagai seekor serigala hutan kelaparan
Tiba-tiba engkau merasa takut luar biasa
Bergoncang tubuhmu kuat bak gempa
Engkau teramat kecewa
Engkau jatuh putus asa
Azabmu makin berat terasa
Sahabatmu hanya derita dan tetesan air mata
Temanmu cuma kesendirian yang tak terucap kata
Kesunyian tiada tara tiada wicara
Teriakanmu ke langit menggelegar sunyi
Sorga terlihat tak peduli
Alam pun meninggalkanmu sepi sendiri
Tak satu pun malaikat datang menghampiri
Tak satu pun mukjizat terjadi
Tirai Bait Allah pun sobek terbelah
Dari atas hingga ke bawah
Sang Shekinah telah pergi dari Bait Allah
Di manakah kini Dia berumah?
Oh Yesus, kehidupanmu berakhir sia-siakah?
Engkau tak pelak lagi sudah kalahkah?
Sobatmu cuma kesendiriankah?
Yang masih bersamamu cuma kesunyiankah?
Di manakah ayah bundamu?
Di manakah murid-muridmu?
Di manakah kekasih-kekasihmu?
Di manakah Maria Magdalena sobat setiamu?
Percumakah engkau giat mondar-mandir melangkah
Saat engkau mewujudkan kerahiman Allah
Di tengah rakyat jelata yang tiap hari hidup lelah
Di tanah Yahudi yang sedang dijajah?
Akhirnya engkau mengerang teramat hebat
Gelegarnya sampai ke tepi jagat
Langit di atas berubah hitam pekat
Allah tak terlihat barang sekelebat
Sang Anak Allah mati sendirian tersalib tersayat
Dirimu sudah tamat!
Taaaaammaaat!
Tapi.....
Mataku terarah ke tubuhmu kaku yang penuh darah
Bak sesosok patung tanah merah
Kata-kataku melesat bak tombak sebilah:
"Yesus, engkau sama sekali tidak kalah!"
Allahmu tidak meninggalkanmu
Bait-Nya ditinggalkan berlalu
Lalu Dia pindah ke dalam dirimu
Untuk menyatu padu dengan azabmu
Untuk ikut di dalammu tersalib kaku
Derita dan luka Allah ya derita dan lukamu
Sebelum engkau bertanya ke langit penuh lara
Allah sang langit sudah berdiam tanpa bicara
Dalam dirimu yang teramat sengsara
Di saat kau berteriak ke ketinggian langit
Kubah sorga sudah menyelimutimu hangat
Keringat dinginmu gagal menggigit kuat
Ketika kubah langit berubah hitam
Ke dalam batinmu cahaya langit telah menyelam
Batinmu pun menjadi terang bagi dunia yang kelam
Di saat hidupmu tenggelam
Terang terus berenang di saat kelam
Di saat alam semesta berdiam diri
Sehingga segalanya menjadi sunyi
Engkau pun menjadi sang sunyi
Kesendirianmu kesunyianmu yang abadi
Ketika engkau sengsara mati
Eranganmu berakhir hening sunyi
Alam sunyi pun kau masuki
Ketiadaan baka pun engkau hampiri
Kekosongan abadi pun kau renangi
Keheningan pun mengambil wujud ragawi
Ketika engkau mati
Allah hidup dalam dirimu yang sunyi
Allah yang tersembunyi
Allah yang ada dalam sepi
Allah yang ada dalam keheningan tanpa tepi
Allah yang membisu abadi
Allah yang ada dalam ketiadaan lestari
Ya Yesus, sang Anak Allah yang telah mati
Dalam kematianmu yang menyayat hati
Kutemukan Allah yang sunyi sepi tersembunyi
Yang kosong penuh berisi
Yang bersenandung dalam hening sepi
Tak terhitung jumlah malaikat yang mengitari
Mereka datang ramai dalam sunyi
Turun tanpa tangga sorga ditapaki
Terlihat lewat mata hati yang suci
Memandang engkau yang tersalib mati
Aku menjadi penuh berisi
Aku menjadi berani
Aku merasa ditemani
Aku merasa dihadiri
Oleh kesunyian tak terperi
Oleh keheningan abadi
Hidup pun terasa bernilai
Walau maut mengintai di sana-sini
Ya Allahku, ya Allahku
Memang Engkau kosong, tiada, sepi dan sunyi!
Aku pun bernyanyi gembira
Walau mataku dipenuhi air mata lara
Dalam kesunyian tiada tara
Kutaklukkan duka lara
☆ ioanes rakhmat
29 Februari 2020