Thursday, June 6, 2019
Waspadai Bahaya Gadgets bagi Mental dan Raga
Saya termotivasi untuk menulis artikel ini setelah baru saja membaca sebuah artikel yang terbit di koran online Independent edisi 12 Agustus 2018 tentang bahaya kebutaan yang dapat ditimbulkan sinar biru ("blue light") yang memancar dari layar LCD laptop atau PC atau smartphone.
Setelah membaca beberapa artikel lain yang relevan, saya dapat menyumbangkan ke teman-teman pengetahuan penting di bawah ini. Semoga bermanfaat.
Sinar biru smartphones/laptops/PCs atau gadget lainnya yang terlalu tajam dan lama masuk ke dalam mata ditemukan mempercepat dan memperbesar risiko terserang penyakit Age-related Macular Degeneration (AMD) pada orang yang berusia 50 tahun ke atas.
AMD membuat pusat medan penglihatan terganggu, berakibat penglihatan makin buram atau si penderita akhirnya dapat cepat buta.
Lalu, bagaimana mengatasi bahaya sinar biru dari devices atau gadgets anda? Ya, anda dapat memakai sunglasses atau kaca mata hitam untuk filterisasi UV dan sinar biru dari luar.
Smartphones kini sudah dilengkapi dengan fitur filter sinar biru yang perlu diaktifkan (Settings>Display>Blue Light Filter On).
Selain itu, jangan menggunakan smartphone anda di tempat gelap atau di malam hari yang minim cahaya beberapa jam sebelum jam tidur anda tiba.
Sedikit lebih jauh tentang AMD (penyakit degenerasi atau penuaan dan penurunan fungsi makula pada insan lansia) dan terapinya sangat perlu diketahui.
Makula adalah suatu bagian kecil paling sensitif yang berada dekat bagian pusat retina (bagian belakang mata).
Makula diperlukan untuk orang dapat melihat dengan tajam dan terpusat objek-objek yang berada persis lurus di depan mata, dan membedakan cahaya dan objek-objek yang dilihat. Saya perlu beberkan lebih jauh.
AMD terjadi lebih dini jika mata terpapar lama dan terus-menerus pada cahaya dengan panjang-gelombang (wavelength) pendek (seperti cahaya biru smartphone) yang memicu terproduksinya molekul-molekul beracun dalam sel-sel mata yang sensitif cahaya.
Kebanjiran cahaya biru yang terus-menerus tidak dapat diblokir atau dipantulkan kembali oleh lensa dan kornea mata. Akibatnya, banjir cahaya biru itu langsung menyasar ke retina dan merusaknya, khususnya bagian makula pada retina, sehingga penglihatan memburam, dan mengurangi tahap demi tahap kemampuan-kemampuan lain seperti membaca, melihat jalan, membedakan warna, dan mengenali wajah.
Kondisi degeneratif penglihatan itu terjadi karena sel-sel yang sensitif cahaya dalam retina yang rusak itu akhirnya mati. Dalam kondisi mata yang sehat, sel-sel tersebut membutuhkan molekul-molekul yang dinamakan molekul retinal (suatu bentuk vitamin E) untuk mempersepsi dan menangkap cahaya dan memicu sinyal-sinyal penglihatan yang dikirim ke otak, sehingga orang dapat melihat.
Jika mata terpapar dalam waktu lama dan terus-menerus pada cahaya biru, sel-sel retinal memberi reaksi berantai yang bermuara pada terbentuknya molekul-molekul kimiawi yang beracun dalam sel-sel penerima dan penerus cahaya.
Jika cahaya biru dari smartphone masuk ke sel-sel retinal terus-menerus, sel-sel yang sudah terkontaminasi racun ini membunuh sel-sel penerima cahaya ketika molekul-molekul penerus sinyal-sinyal penglihatan pada membran plasma rusak.
Ketika sudah mati, sel-sel reseptor cahaya ini tidak akan terbentuk lagi, tak mengalami regenerasi lagi. Sekali rusak dan mati, ya seterusnya rusak dan mati.
Itulah lika-liku sampai orang menjadi buta karena penyakit AMD.
Sebetulnya, ada suatu molekul yang dinamakan molekul tokoferol alfa (TA; suatu antioksidan alamiah yang ditemukan dalam mata dan dalam tubuh) yang berfungsi menghentikan kematian sel-sel.
Tapi pada manula, molekul TA gagal memberi perlindungan apapun pada mereka dan juga pada orang yang sistem imunitas tubuh mereka telah ditekan./1/
AMD selama ini diobati dengan menginjeksikan obaf Anti-VEGF ("Anti-vascular endothelial growth factor") ke dalam mata, dalam jangka panjang secara berkala. Selain itu, AMD dapat ditangani lewat "terapi fotodinamik" yang melibatkan laser "dingin", juga dengan "bedah laser (panas)"./2/
Pengobatan AMD lewat injeksi cairan obat Anti-VEGF ke retina di bagian belakang mata memiliki risiko tinggi infeksi, juga memakan waktu panjang, dan menghabiskan biaya besar.
Syukurlah, tim ilmuwan dari Universitas Birmingham, Inggris, yang bekerjasama dengan perusahaan farmasi Macregen Inc, kini telah hampir rampung dalam membangun sebuah metode baru untuk menyembuhkan AMD lewat obat tetes mata.
Teknologi "suatu peptide penyusup sel" digunakan sebagai mediator yang akan mengalirkan obat tetes mata Anti-VEGF ke retina untuk menyembuhkan AMD, tidak lagi lewat injeksi.
Di musim semi 2019 ujicoba klinis obat tetes mata penyembuh AMD ini akan dilakukan. Selanjutnya, AMD dapat diobati sendiri dengan aman dan mudah di rumah dan dengan biaya yang ringan./3/
Begitulah seharusnya. Ilmu kedokteran harus menolong orang sakit, bukan menjadikan orang sakit sebagai objek perahan pabrik-pabrik obat untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Tentang cahaya biru yang dipancarkan sebuah smartphone, saya perlu beri tambahan penjelasan yang penting.
Layar smartphone memancarkan sinar atau cahaya biru yang terang supaya anda dapat jelas melihat layar LCD-nya meski hari sedang sangat terang karena cahaya kuat Matahari.
Tapi, pada malam hari otak kita menjadi bingung ketika kita menghidupkan smartphone dan menerima radiasi sinar birunya yang seperti sinar terang Matahari.
Keadaan itu membuat otak kita terkecoh, sehingga tak memproduksi hormon melatonin yang berfungsi memberi petunjuk dan tanda bahwa saat kita tidur sudah tiba.
Lantaran itulah, cahaya biru dari smartphone di malam hari mengganggu siklus tidur (atau ritme sirkadian) anda.
Ya jelas, akibatnya anda sulit jatuh tertidur. Akibat lanjutannya tentu akan menimpa kesehatan tubuh dan mental anda.
Tidak bisa tidur, atau kualitas tidur yang buruk, sudah diketahui dapat menjadi penyebab akar dari sebagian masalah serius kesehatan tubuh dan mental setiap orang.
Tidak bisa tidur yang disebabkan cahaya biru smartphone yang digunakan lama di malam hari memunculkan masalah-masalah kesehatan lanjutan, yakni:
1. Ketika bangun dalam kondisi tubuh yang tak segar, anda kehilangan konsentrasi dan menjadi pelupa.
2. Anda tentu saja jadi sulit belajar.
3. Dalam jangka panjang, gangguan tidur yang kronis membuat neurotoksin (limbah otak yang beracun) menumpuk, yang membuat anda makin sulit tidur.
4. Menyusutnya level melatonin dan kekacauan ritme sirkadian atau jam biologis anda yang membuat anda tidak bisa tidur akan memunculkan depresi. Tak bisa tidur dan depresi adalah kakak beradik.
5. Anda akan terkena AMD lebih dini, seperti sudah dikatakan di atas.
6. Mungkin sepasang mata anda menjadi rentan katarak. Riset lebih jauh masih diperlukan.
7. Risiko terkena kanker prostat dan kanker payudara meningkat. Hal ini masih terus dipelajari.
8. Melatonin yang defisit dan tidur yang terganggu berpengaruh pada hormon-hormon yang mengontrol rasa lapar; akibatnya risiko obesitas meningkat. Ya, sudah lazim, ketika orang tidak bisa tidur, mereka mencari makanan.
Jadi, meski mungkin sulit, usahakan jangan aktif dengan smartphone di malam hari, khususnya menjelang waktu anda biasa tidur malam./4/
Terkait dengan delapan masalah kesehatan tersebut di atas, saya perlu mengungkapkan dua hal lain yang sangat penting untuk diketahui.
Ditemukan, tidur cukup dan nyenyak dan olah raga yang teratur, bersifat neuroprotektif, maksudnya: melindungi sel-sel saraf otak, lewat pemeliharaan fungsi sistem glymfatik (SG) otak sebagai jejaring pembuluh-pembuluh darah, yang berfungsi untuk membuang limbah neural beracun ("neurotoxic waste") dari sistem saraf pusat, terutama ketika kita sedang tidur lelap.
Hasilnya: SG akan terpelihara dan sehat, dengan akibat mencegah kerusakan pembuluh-pembuluh darah dalam otak dan penuaan dini sel-sel otak, dan mencegah/memperlambat timbulnya penyakit neurodegeneratif seperti Dementia, Alzheimer, juga Parkinson, dan luka traumatik otak, depresi kortikal yang menyebar, dan stroke./5/
Sudah diketahui, gangguan tidur ringan atau sedang, termasuk insomnia, pada perempuan meningkatkan risiko hipertensi dan radang endothelial pembuluh darah yang akan dapat bermuara pada berbagai jenis penyakit kardiovaskular./6/
Nah, kita jadi tahu betapa berat dan luasnya risiko dari gangguan tidur yang kronis. Seram ya? Tidak kok. Cegah saja semua risiko ini dengan tidur lelap yang cukup setiap malam pada jam yang tetap, dan bangun pagi juga pada jam yang tetap. Matikan semua gadgets anda di malam hari, 1-2 jam sebelum jam tidur malam anda tiba.
Terus terang, kronotipe (kebiasaan yang konsisten jam berapa anda tidur malam dan jam berapa anda bangun pagi) yang sehat (tidur jam 20:30; bangun pagi jam 6:00) juga masih belum bisa saya pertahankan. Padahal kronotipe yang sehat ini akan membuat hidup siapapun lebih riang dan tubuh jadi lebih sehat, dan otak tetap tajam.
Sampai larut malam bahkan dini hari, saya lewat smartphone sering mencari dan membaca banyak artikel riset iptek mutakhir berbagai bidang untuk menjadi rujukan-rujukan tulisan-tulisan akademik saya.
Setelah tulisan-tulisan itu jadi (dan akan terus mengalami updating), saya publikasi untuk umum, demi pencerdasan masyarakat. Lalu saya merasa hepi dan hati dan pikiran terasa lapang tanpa dinding pembatas apapun, seluas dan sebesar balon jagat raya yang terus mengembang dengan makin cepat.
Lebih jauh tentang kronotipe, tentu anda tertarik untuk tahu.
Kronotipe dibagi tiga golongan: tipe tidur awal lalu bangun pagi; tipe tidur di saat mulai larut malam dan bangun sudah agak siang; dan tipe tidur jauh larut malam lalu bangun di siang bolong.
Suatu riset besar telah menemukan bahwa orang yang biasa tidur malam lebih awal dan bangun lebih pagi (kronotipe burung nuri) ternyata lebih tangguh terhadap serangan depresi dibandingkan orang yang biasa tidur larut malam dan bangun di siang bolong (kronotipe burung hantu). Burung nuri bangun sangat pagi lalu riang bernyanyi sambil terbang ke sana dan ke sini.
Riset yang besar itu (dengan partisipan 32.470 perempuan lansia dengan usia rata-rata 55 tahun, dengan memakai data prospektif longitudinal mulai 2009, kemudian 2011 dan 2013) menemukan bahwa kronotipe ikut berkontribusi signifikan pada tingkat daya tahan atau tingkat kerentanan anda terhadap serangan stres dan depresi.
Tentu, kerentanan terhadap serangan depresi dipengaruhi juga oleh faktor genetik dan faktor environmental (seperti gaya hidup, cara merawat kesehatan fisik, nutrisi, sikon pekerjaan harian, tingkat terpapar harian pada cahaya Matahari, dll). Sudah diketahui, varian genetik RORA dan PER2 terkait dengan ritme sirkadian atau jam biologis tubuh kita dan dengan risiko terkena depresi./7/
Nah, sekarang kita masuk ke dunia anak-anak dan remaja.
Menurut beberapa survei, anak-anak, termasuk orangtua mereka, menghabiskan waktu 9 hingga 12 jam per hari di depan monitor smartphones atau personal computers mereka./8/ Tidak ada menit tanpa smartphones. Belum ada Smartphone Free Day.
Tentu, devices ini sangat banyak membantu kalangan remaja dan mahasiswa dalam mengerjakan berbagai riset dan pekerjaan eksploratif dari sekolah atau universitas.
Orang dewasa juga menggunakan PCs atau smartphones untuk mengerjakan tugas-tugas yang berbeda bersamaan dengan berganti-ganti ("multitasking") entah di rumah atau di kantor.
Selain itu, devices memperlancar lalulintas komunikasi digital yang tak memerlukan kertas lagi, baik untuk kepentingan personal maupun untuk kepentingan komersial, bisnis, sosial, dan profesional.
Lewat aktivitas harian di smartphones dan info-info digital yang disebarkan lewat devices ini, jati diri dan gambaran watak setiap pengguna sudah dimiliki pihak-pihak yang berwenang untuk menjaga keamanan dan mengantisipasi kejahatan.
Perusahaan-perusahaan juga memakai dan mengevaluasi data dan info-info personal seseorang yang telah mengajukan lamaran kerja, yang lewat smartphones sudah masuk ke berbagai medsos yang terekam abadi sebagai data dan info digital personal yang tidak bisa dihapus.
Pada sisi lain, data dan banyak info privat tentang diri anda pun secara bertahap dan akumulatif jatuh ke dalam genggaman perusahaan-perusahaan penyedia dan pengelola apps medsos aneka ragam yang bergerak dan beroperasi global.
Mereka memiliki data dan info anda dkk anda dan kita semua atas izin anda dkk, saya dan kita semua; dan mereka memperdagangkan semua yang mereka sudah genggam ini, untuk sangat banyak keperluan dan tujuan.
Data dan info, bukan minyak atau logam mulia atau mata uang atau properti dll, adalah aset utama mereka yang membuat perusahaan-perusahaan mereka makin besar, kuat dan kaya raya.
Tapi, ingatlah, terlalu lama dalam satu hari terpaku di depan layar smartphones atau laptops atau PCs atau gadgets lain (khususnya untuk aktivitas penghiburan, misalnya getol main game online atau game offline, atau ber-FB-ria, ber-IG-ria, ber-Snapchat, ber-WA-ria, dll) juga menjadi salah satu penyebab serius banyak remaja masa kini terserang berbagai gangguan mental, khususnya depresi dan (keinginan) bunuh diri. Semoga anda sudah siap mendengar info ini.
Selain itu, mereka juga jadi susah/kurang tidur, dan kehilangan gairah untuk berkonsentrasi pada tugas-tugas lain, seperti belajar. Kesehatan fisik mereka mau tak mau terganggu juga.
Mereka cenderung menjauhi acara-acara sosial dan kolektif, dan tidak ingin berolahraga.
Orangtua mereka juga khawatir info-info detail tentang diri anak-anak mereka dan keluarga mereka tersebar luas lewat berbagai medsos, yang bisa berakibat buruk bagi mereka satu keluarga./9/
Sikon ini menimbulkan peluang serangan ke anak-anak kita dengan akibat yang serius. Saya perlu urai pendek hal ini.
Anak-anak, remaja dan orang muda umumnya yang berada pada posisi lemah, dus rentan terus-menerus diganggu dan diperlakukan dengan agresif, intimidatif, brutal dan kejam lewat ucapan atau tindakan (di-"bully") atau lewat komunikasi online ("cyber bullying"), akan mengalami gangguan fisik dan mental jangka panjang.
Mereka yang terus-menerus mengalami bullying atau perundungan ini akan mengalami penyusutan volume bagian-bagian otak mereka yang terkait dengan aktivitas pembelajaran, pengambilan keputusan, tindakan dan gerakan. Juga meningkatkan kecemasan dan berbagai gangguan fisik dan mental lain seperti kehilangan fokus, menyendiri, dan tak bisa tidur.
Dampak jangka panjangnya buruk, berupa ketidakmampuan membangun relasi sosial, gangguan dan kegagalan dalam sekolah, pekerjaan dan kegiatan ekonomi. Kerugiannya tak terbatas pada individu saja, tapi juga melanda keluarga dan masyarakat./10/
Nah, ada banyak risiko yang serius, bukan? Jadi, bantulah anak-anak dan para remaja untuk cuma 2-3 jam saja sehari aktif dengan smartphones mereka atau bermain video game, dan untuk memperbanyak pergaulan sosial langsung dan olah raga. Dalam hal-hal ini, anda sebagai orangtua perlu menjadi model bagi mereka. Jangan terbalik.
Ketahuilah bahwa interaksi sosial yang sehat adalah suatu sumber besar kebahagiaan. Olah raga yang teratur juga mengurangi risiko terserang stres dan depresi, selain untuk mempertahankan kebugaran tubuh.
Lewat studi klinis mutakhir, sudah ditemukan fakta kuat bahwa, selain terapi psikokognitif dan lewat obat antidepresan, ternyata olah raga yang teratur, dan keterlibatan dalam aktivitas fisik lainnya dalam suatu lingkungan alamiah yang asri dan menyegarkan dan keterpaparan pada cahaya Mentari yang cukup, mengurangi kecemasan dan berbagai simtom depresi. Efek terapeutik makin besar lagi jika dibarengi dengan mengedukasi pasien tentang nutrisi sehat yang perlu masuk ke dalam tubuh (mana nutrisi yang perlu dipilih, yang terjangkau oleh anggaran keuangan, dan bagaimana mempersiapkan makanan)./11/
Selain itu, sebuah studi mutakhir yang diadakan di Belanda menunjukkan bahwa pengurangan masuknya sinar biru dari gadget selama 1 minggu di malam hari memperbaiki kualitas tidur para remaja, selain juga mengurangi simtom kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, dan suasana mental yang labil./12/
Jika orang (remaja/pemuda/setengah baya) sudah tidak bisa melepaskan diri mereka dari ketergantungan pada gadgets, khususnya sudah kecanduan bermain video game, oleh WHO kondisi ini kini sudah dikategorikan sebagai gangguan kesehatan mental./13/
Jangan naif dan bangga ketika anda memiliki putera dan puteri balita yang sudah mahir dan getol video gaming lewat gadgets mahal yang anda telah beli untuk mereka. Fenomena ini saya temukan di mana-mana.
Ciri-ciri gangguan kesehatan mental ini, yang menurut WHO perlu dipantau dalam rentang waktu minimal 1 tahun diagnosis, adalah: frekuensi bermain video game yang makin meningkat; makin terbenam, tak terkendali lagi, dan tak bisa lepas lagi dari video game; hanya mau bermain video game dan tidak peduli lagi pada kegiatan lain; tidak bisa berhenti bermain, mau bermain terus tak terputus, kendati sudah merasakan akibat-akibat negatifnya.
Akibat semua gangguan itu adalah orang tak mampu lagi berfungsi dengan baik di bidang-bidang kehidupan yang penting, seperti kehidupan pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan, dan juga kesehatan tubuh dan pikiran, dan lain-lain./14/
Mereka menjalani kehidupan terisolasi meski tak ada orang lain manapun yang mengisolasi atau mengurung mereka. Tak ada kemampuan lagi pada mereka untuk melepaskan diri dari kondisi kecanduan gadget video game. Bukan diri mereka, tapi video game yang menjadi tuan atas diri mereka.
Itu suatu deskripsi klinis WHO tentang kecanduan gadget sebagai suatu gangguan mental (lihat International Classification of Disorders atau ICD-11 yang dimuat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 atau DSM-5). WHO tidak memberi petunjuk langkah-langkah pencegahan dan terapinya.
Meski tidak tepat, kecanduan kronik pada gadget yang oleh WHO telah digolongkan sebagai suatu gangguan kesehatan mental, yang mengakibatkan orang menarik diri dari kehidupan dan interaksi sosial, disejajarkan oleh banyak orang dengan suatu kondisi kejiwaan yang banyak melanda kaum muda pria Jepang yang dinamakan "hikikomori".
Kata tersebut berarti orang yang "menarik diri, mengurung diri, mengisolasi diri dari kehidupan sosial."
Kondisi kejiwaan penyendiri ini timbul di saat seluruh masyarakat dan keluarga-keluarga Jepang sedang beralih dari masyarakat dan keluarga-keluarga komunal (adat yang keras dipertahankan dan dijalankan orangtua yang tradisional) ke masyarakat dan keluarga-keluarga yang individualistik. Model keluarga berubah karena modernitas dan iptek.
Anak-anak muda Jepang ingin diberi kebebasan untuk menentukan pilihan sekolah, pekerjaan dan jalan kehidupan mereka, tanpa perlu diatur-atur dengan keras oleh orangtua mereka.
Ketika aspirasi kaum muda Jepang yang ingin mandiri ini, lepas dari kultur keluarga komunal, ditentang dan dikekang oleh ayah dan ibu mereka, mereka melawan dengan cara mereka yang memang aneh.
Mereka berubah menjadi hikikomori yang mampu mengurung diri sendiri selama 1 tahun dalam kamar masing-masing, tanpa hubungan sosial apapun. Mereka hanya makan, tidur-tiduran, nonton TV dan main video game.
Mereka jelas bukan para petapa hebat. Dalam jiwa mereka serentak ada api kemarahan yang bernyala besar di saat musim dingin, dan salju dingin dan keras isolasi diri di musim panas./15/
Kalau orangtua mereka bertindak, memaksa mereka menjalani terapi kejiwaan, di luar persetujuan mereka, maka para hikikomori ini akan memperlihatkan berbagai reaksi perlawanan yang sangat keras dan destruktif.
Diperlukan terapi lintasilmu, yang melibatkan sejumlah profesional kesehatan mental dan lingkungan sosial dll, untuk secara bertahap, dan membutuhkan waktu panjang, memulihkan kondisi mental mereka.
Baiklah kita kembali ke ihwal kecanduan gadget. Kecanduan yang sudah tergolong gangguan kesehatan mental ini, atau sebut saja hikikomori digital, menimbulkan banyak masalah kesehatan lain di luar yang telah disebut di atas. Yakni:
Kesulitan mengambil keputusan.
Sakit kepala, cekot-cekot di bagian belakang kepala, penglihatan buram, mata penat, mata kering, sakit punggung dan tulang leher, sakit pada sendi-sendi jemari tangan (semua ini simtom dari apa yang kini dinamakan Computer/Digital Vision Syndrome atau Digital Eye Strain).
Jika anda mengalami sindroma ini, tidak perlu anda terburu-buru langsung MRI kepala atau periksa mata menyeluruh atau ke rematolog untuk berobat. Cukup lepaskan semua gadget dan PC anda selama 2 hingga 4 minggu, dan mengambil liburan panjang.
Fertilitas terganggu karena terpapar terlalu banyak pada radiasi yang bersumber dari medan elektromagnetik gadget.
Stres, rasa cemas dan gangguan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial.
Dementia digital, yakni gangguan memori umum, yang timbul karena terlalu banyak menggunakan gadget. Gangguan ini melanda kimia otak dan sel-sel saraf otak yang berakibat dementia./16/
Nah, sekian info yang sudah dibeberkan di atas diharapkan dapat membantu kita semua untuk dapat lebih arif dan bertanggungjawab dalam menggunakan gadgets.
Sebagai orangtua, kita perlu dengan bijaksana membantu dan mengarahkan serta mendampingi anak-anak kita dalam menggunakan gadget mereka. Alhasil, alat yang berteknologi tinggi dan powerful ini akan mendatangkan kebaikan yang makin meningkat bagi mereka, bukan membuat mereka tercandu gadget yang terkategori sebagai gangguan kesehatan mental.
Jika ada dari antara putera atau puteri anda yang sudah terkena gangguan kesehatan mental ini, carilah para profesional yang akan menolong mereka. Anda yang lebih bersalah, bukan mereka. Jangan marahi, tapi sayangi dan sembuhkan mereka.
Kalau perlu, home theatre di rumah besar anda, sebaiknya anda ubah atau sulap diam-diam jadi sebuah taman bunga yang menawan atau sebuah apotek hidup yang ditumbuhi tetanaman herbal dan rempah-rempah.
Beri contoh ke anak-anak anda bagaimana berbicara dengan tetumbuhan, bagaimana membelai dan merawat serta membesarkan tetanaman sebagai sahabat-sahabat mereka. Ini jauh lebih edukatif, lebih sehat dan lebih membangun ketimbang anak-anak anda asyik berperang, tembak-menembak, bunuh-membunuh, lewat video gaming mereka.
Jangan-jangan sebelum taman atau apotek hidup itu jadi, seorang anak remaja anda yang sudah kecanduan kronis bermain video game akan menggempur anda dengan jurus-jurus perang yang telah dipelajari dan diingatnya lewat berbagai video game yang sudah dimainkannya ratusan atau ribuan kali. Hopefully not!
Jakarta, 6 Juni 2019
ioanes rakhmat
Sumber-sumber
/1/ Harriet Agerholm, "Why blue light from smartphones speeds up blindness", Independent, 12 August 2018, https://www.independent.co.uk/news/health/smartphones-blue-light-blindness-why-eyesight-macular-degeneration-a8485846.html.
Laporan penelitiannya, lihat Kasun Ratnayake, John L. Payton,..., Ajith Karunarathne, "Bluelight excited retinal intercepts cellular signaling", Scientific Reports 8, no. 1027 (2018), https://www.nature.com/articles/s41598-018-28254-8.
/2/ Info medik lebih jauh tentang AMD dan langkah-langkah pengobatan yang sudah dikenal selama ini, lihat NEI, "Facts About Age-Related Macular Degeneration", National Eye Institute, reviewed September 2015, https://nei.nih.gov/health/maculardegen/armd_facts. Lihat juga GHR, "Age-related macular degeneration", Genetics Home Reference, 14 August 2018, https://ghr.nlm.nih.gov/condition/age-related-macular-degeneration.
/3/ Zara Kassam, "Revolutionary eye drops to treat age-related macular degeneration", Drug Target Review, 20 July 2018, https://www.drugtargetreview.com/news/33522/eye-drops-amd/.
/4/ Kevin Loria, "How smartphone light affects your brain and body", Business Insider, 14 September 2015, https://www.businessinsider.com/how-smartphone-light-affects-your-brain-and-body-2015-9/?IR=T.
/5/ Nadia Aalling Jessen, Anne Sofie Finman Munk,..., Maiken Nedergaard, "The Glymphatic System-- A Beginner's Guide", Neurochemical Research, Dec 2015, 40 (12): 2583-2599. Published online 7 May 2015, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4636982/.
/6/ Brooke Aggarwal, Nour Makarem,...., Sanja Jelic, "Effects of Inadequate Sleep on Blood Pressure and Endothelial Inflammation on Women: Findings from the American Heart Association Go Red for Women Strategically Focused Research Work", Journal of the American Heart Association, 9 June 2018, https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/JAHA.118.008590.
/7/ Maria Cohut, "Early risers have lower risk of depression, study finds", MedicalNewsToday, 17 June 2018, https://www.medicalnewstoday.com/articles/amp/322159.
Artikel risetnya lihat CĂ©line Vetter, Shun-Chiao Chang,..., Eva S. Schernhammer, "Prospective Study of Chronotype and Incident depression among middle- and older-aged women in the Nurses Health Study", Journal of Psychiatric Research, vol. 103, May 25, 2018, hlm. 156-160, https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0022395617311652#/article/S0022-3956(17)31165-2/fulltext.
/8/ Jean Twenge, "Smartphones are damaging this generation's mental health", World Economic Forum, 17 November 2017, https://www.weforum.org/agenda/2017/11/smartphones-are-damaging-this-generations-mental-health.
/9/ Kelly Wallace, "How much time do parents spend on screens? As much as their teens", CNN, 6 Dec 2016, https://edition-m.cnn.com/2016/12/06/health/parents-screen-use-attitudes-tweens-teens/index.html.
/10/ Makalah asli lihat Dieter Wolke and Suzet T. Lereya, "Long-term effects of bullying", Archives of Disease in Childhood, Sept 2015, 100 (9): 879-885. Terbit online 10 Feb 2015, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4552909/.
Artikel populernya lihat Chiara Townley, "Bullying alters brain structure, raises risk of mental health problems", MedicalNewsToday, January 6, 2019, https://www.medicalnewstoday.com/articles/324089.php.
Petunjuk praktis mengenali remaja yang sedang di-"bully" dan langkah mengatasinya, baca Team Beenke, "Parent Alert: Possible Signs Your Child Is Being Bullied", Beenke.com, https://beenke.com/education/signs-your-child-is-being-bullied/. Juga Niki Chavanelle, "10 Signs Your Child Is Being Bullied", Active Kids.com, https://www.activekids.com/parenting-and-family/articles/10-signs-your-child-is-being-bullied.
/11/ Lihat artikel riset David Tomasi, Sheri Gates, Emily Reyns, "Positive Patient Response to a Structured Exercise Program Delivered in Inpatient Psychiatry", Global Advances in Health and Medicine, 21 May 2019, https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/2164956119848657.
Lihat ulasan populernya oleh Tim Newman, "Could exercise boost well-being among psychiatric inpatients?", MedicalNewsToday, 23 May 2019, https://www.medicalnewstoday.com/articles/325236.php.
/12/ Lihat Nadeem Badshah, "Limiting screen use for one week may improve teenagers' sleep--study", The Guardian, 20 May 2019, https://amp.theguardian.com/society/2019/may/20/limiting-screen-use-may-improve-teenagers-sleep-blue-light.
Lihat juga diskusi pro dan kontra tentang dampak sinar biru dari gadget pada mata dalam artikel Amy Fleming, "The truth about blue light: does it really cause insomnia and increased risk of cancer?", The Guardian, 28 May 2018, https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2018/may/28/blue-light-led-screens-cancer-insomnia-health-issues.
/13/ TNM Staff, "Video game addiction is a mental health disorder: World Health Organization", The New Minute, 19 June 2018, https://www.thenewsminute.com/article/video-game-addiction-mental-health-disorder-world-health-organisation-83307.
/14/ Lihat juga Susan Scutti, "WHO to recognize gaming disorder as mental health condition in 2018", CNN, 27 Dec 2017, https://edition-m.cnn.com/2017/12/27/health/video-game-disorder-who/index.html.
/15/ William Kremer dan Claudia Hammond, "Hikikomori: Why are so many Japanese men refusing to leave their rooms", BBC News, 5 July 2013, https://www.bbc.com/news/magazine-23182523.
/16/ OMH, "Addiction of Gadgets Could Lead to Digital Dementia", OnlyMyHealth, 17 Oct 2017, https://m.onlymyhealth.com/are-you-addicted-to-your-gadgets-1416221746.