PTSD singkatan dari “post-traumatic stress disorder”, artinya “gangguan stres pasca-trauma”. Trauma artinya “luka ragawi”, atau “pengalaman mental yang sangat menghancurkan jiwa”.
PTSD adalah suatu gangguan mental yang serius, yang timbul karena pengalaman-pengalaman traumatik di masa sebelumnya. Baik pengalaman kejiwaan maupun pengalaman fisik. Sebagai suatu gangguan psikiatrik, PTSD timbul berkepanjangan, terus-menerus datang setelah si penderita mengalami “kejut dan kesakitan mental dan raga” atau “trauma” yang berat.
PTSD penting untuk kita ketahui, sebab pengetahuan ini mungkin bisa membantu kita untuk membangun masyarakat Indonesia yang lebih teduh. Masyarakat yang tidak anarkhis, tidak chaotic. Dan kelompok-kelompok yang sukanya memecahbelah dan mengadudomba sesama WNI yang berasal dari anekaragam latarbelakang SARA, tidak lagi bisa berbuat semau mereka. Tidak sedikit dari antara mereka juga terkena PTSD.
Trauma akar yang memicu PTSD adalah kejadian-kejadian yang berat di masa sebelumnya, atau yang nyaris merenggut nyawa si penderita. Misalnya: menyaksikan pembunuhan, atau nyaris terbunuh, mengalami kecelakaan berat, berada dalam situasi perang, penganiayaan, kekejaman luar biasa, atau mengalami pelecehan seksual di masa kecil atau ketika dewasa, atau berada dalam situasi teror, kerusuhan besar, pertumpahan darah, bencana alam yang dahsyat, dll.
Semua peristiwa buruk ini membekas kuat dalam pikiran dan batin. Ditekan dan dipendam ke alam bawah sadar, tapi selalu muncul lagi ke permukaan, entah berupa mimpi buruk kilas-balik, kegelisahan luar biasa di saat tidur, gangguan tidur yang serius, atau berupa halusinasi dan visi-visi yang menyeramkan, atau ketakutan dan kepanikan, kehilangan kontrol diri, dan kondisi gampang kaget dan ingin lari.
Ingatan tentang semua peristiwa traumatik itu tak bisa dihapus, tapi muncul terus sebagai kilas-balik yang mengakibatkan sejumlah gangguan mental berkepanjangan: rasa gelisah, cemas, takut, stres, kenangan yang muncul membandel atas masa lalu yang mengerikan, keinginan lari dari realitas, isolasi diri, sensitivitas perasaan mati, tak bisa percaya orang, ketaktahuan sedang merasakan apa dan harus berbuat apa, kondisi tak bisa bekerja, tak dapat berkonsentrasi, tercekam perasaan dan pikiran harus terus siaga dan waspada, akhirnya putus asa, depresi, yang mendorong pasien untuk lari dari realitas atau mencoba bunuh diri.
In short, PTSD tampak dalam empat simtom yang berkaitan satu sama lain, tapi muncul tidak linier.
1. Re-experiencing symptoms
Peristiwa mengerikan di masa lalu yang tetap membekas selalu dirasakan dialami kembali, bisa muncul begitu saja, dan bisa juga karena ada pemicunya. Bisa sebentar, bisa juga berlarut-larut. Kedamaian jiwa sirna. Dunia terasa mencekam, tidak bersahabat. Seolah dibawa sebuah mesin waktu, mengalami kilas-balik, kembali masuk ke masa lampau saat peristiwa-peristiwa traumatik semula betulan dialami.
2. Avoidance and “numbing” symptoms
Si penderita ingin selalu menghindar dari orang atau hal-hal yang dapat memicu ingatan kembali trauma masa lalunya. Menjauhkan diri dari relasi sosial. Memilih hidup terisolasi. Menyendiri. Tertekan. Depresi. Pasif total.
Saat diminta untuk menjelaskan apa yg sedang dirasakan dan dipikirkan ketika PTSD datang, si penderita merasa mati rasa, dan pikirannya dirasakan sudah tak bekerja lagi. Mati rasa dan mati pikiran. Tak tahu dan tak berdaya harus berkata apa, atau harus berpikir apa, atau berbuat apa atau merasakan apa. Seolah semua indra, kehendak, dan kemampuan kognitif dan emosi telah lumpuh, tidak hidup lagi, mati. “Numbing” ini bagian dari “avoidance”.
3. Hyperarousal, or increased emotional arousal, or increased feeling on guard and alert symptoms
Orang yang terkena PTSD selalu membangun sikap waspada dan siaga yang sangat tinggi terhadap segala sesuatu yang dilihat, dialami atau yang sedang mendatangi dirinya. Selalu curiga dan was-was. Dia sangat khawatir kejadian traumatik di masa lalunya terjadi lagi yang dibayangkannya akan menyiksanya kembali.
Karena itu dia selalu supersiaga, superwas-was, superwaspada, paranoid, seolah sikon buruk yang dulu dialami akan segera terjadi lagi. Jiwa para veteran perang banyak yang terganggu dan mereka merasa seolah perang belum selesai. Suasana pertempuran yang mencekam seolah akan dialami lagi. Kecelakaan seolah akan terjadi lagi. Darah seolah akan membanjir lagi. Seolah si penderita akan dianiaya lagi, atau akan diperkosa lagi. Seolah gempa bumi dan tsunami segera terjadi lagi. Seolah penganiayaan dan pembunuhan akan ada lagi. Seolah para teroris, penjarah dan pemerkosa akan segera menyerang dan merusak semuanya lagi.
Padahal mereka adalah para penyintas, “survivors”. Mereka sudah dibebaskan dan sudah diselamatkan, sudah kembali aman di rumah mereka. Tapi mereka merasa masih sedang disandera, ditawan, disekap, dianiaya, atau akan diperkosa lagi, atau masih berada di daerah bencana, atau di zona perang.
4. Substance-abuse and aggressive behavior
Pada sisi lain, lantaran beban mental sangat berat dan ingin lari dari dunia, si penderita berubah menjadi pecandu miras dan NAPZA. Mereka mudah murka, agresif, kasar, asosial, pembuat keributan dalam rumah atau dengan tetangga dan dalam masyarakat, gagal kerja, introvert, hidup eskapis. Semua ini akhirnya akan membinasakan diri mereka.
Hingga kini PTSD masih terus dipelajari. Banyak seginya yang belum dipahami betul. Yang pasti, para penderitanya perlu empati, mendapatkan terapi medik yang profesional dengan melibatkan para seniman dan budayawan. Pendampingan jangka panjang jelas dibutuhkan mereka.
Juga cek, jangan-jangan kita sendiri menderita PTSD dalam tahap-tahap awal. Menurut data yang tersedia, banyak sekali orang di dunia ini yang sudah terkena PTSD, tapi mereka mengganggap gangguan mental ini enteng saja seolah cuma stres ringan yang bisa reda sendiri. Padahal trauma psikiatrik PTSD tidak bisa hilang sendiri, tapi membutuhkan penanganan medik.
Sepuluh langkah praktis
Saya bukan seorang psikiater. Tapi saya punya pengalaman sendiri untuk mengatasi gejala-gejala awal stres. Berikut ini beberapa poin yang sudah teruji.
- Hiduplah dengan santai. Relaxed. Banyak rekreasi, melihat alam terbuka, olah raga ringan, dan bermain, akan memulihkan dan membangun kesehatan mental kita.
- Libatkan diri dalam berbagai bentuk pelayanan sosial. Seringlah berkumpul bersama dengan teman-teman. Kepikunan dini dan depresi umumnya tidak datang cepat-cepat ke orang yang giat di banyak kelompok sosialkeagamaan dan sosialbudaya.
- Latihan meditasi vipassana dengan teratur akan sangat membantu. Bisa berlatih sendiri, atau dengan bimbingan seorang pemandu yang sudah berpengalaman. Tidak ada hal yang klenis dalam meditasi vipassana.
- Jika suka dengan hewan-hewan peliharaan dalam rumah, pelihara dan bergaullah akrab dengan mereka. Liur anjing yang masuk ke dalam tubuh lewat jilatan anjing peliharaan ikut membantu meredakan stres dan memperkuat imunitas tubuh. Jalan berkeliling dengan ditemani anjing peliharaan yang setia sangat membantu mengurangi rasa stres sekaligus sendi, otot dan tulang tetap terpelihara bugar, tidak cepat regeneratif.
- Seringlah bernyanyi dengan riang. Nyanyikan madah-madah yang mengagungkan Tuhan dengan penuh penghayatan. Bernyanyi seperti ini akan merangsang aliran hormon keteduhan dan kedamaian yang dikeluarkan kelenjar-kelenjar dalam tubuh, yang akan membuat kita merasa tenteram dan damai. Jika tidak bernyanyi, dengarkan lagu-lagu teduh dan resapi semua unsurnya. Jika anda ateis, ya carilah dan nyanyikan lagu-lagu sekuler yang bisa menimbulkan efek yang sama pada mental anda.
- Jika suka melukis, isilah waktu dengan kegiatan melukis, walaupun masih di tingkat pemula. Ungkap suasana batin dan pikiran anda lewat lukisan-lukisan anda sendiri. Atau mulai biasakan menuangkan semua isi hati dan pikiran anda ke dalam buku harian elektronik anda, setahap demi setahap, hari demi hari.
- Jika bisa sendiri, atau dengan bantuan orang lain, dapatkan teman-teman yang betul-betul bisa merasakan isi hati dan pikiran anda, mampu berempati, dapat dipercaya, dan sanggup mendengarkan semua curhat anda, bahkan ikhlas menerima kemarahan anda dengan penuh pengertian.
- Jika anda pernah percaya pada satu sosok agung yang disucikan dalam agama anda, misalnya Gautama, atau Yesus, atau Krishna, dll, sering-sering visualisasikan diri mereka dalam batin dan pikiran anda sebagai sosok-sosok cahaya agung yang tetap mencintai anda dan memahami sikon kehidupan anda, dan akan mampu menolong dan menyembuhkan anda. Berdoalah.
- Lawan, jika muncul keinginan untuk merusak diri sendiri. Lawan, jika muncul keinginan untuk mencoba NAPZA atau miras sebagai tempat dan kegiatan pelarian anda. Bangkitkan optimisme anda. Bangkitkan.
- Sebisa mungkin, jangan rutin meminum obat-obat antidepresi. Datangi psikiater jika dirasa memang perlu untuk berkonsultasi.
Itulah uraian sederhana yang bisa saya berikan tentang PTSD. Semoga berguna. Sudah banyak artikel dan buku kajian ilmiah tentang PTSD ditulis. Selanjutnya, teman-teman perlu mendalami sendiri.
Silahkan share.
Tak perlu minta izin dulu.
Thank you.
Jakarta, 9.03.2017
ioanes rakhmat
Sumber:
http://www.ptsd.ne.gov/what-is-ptsd.html.
https://healingfromcomplextraumaandptsd.wordpress.com/tag/trust-2/.