“Di hadapan-Ku, tutup akalmu rapat-rapat!”
Itu sabda sang Tuhan mahakuat
Teriak temanku di telingaku kuat-kuat
Mulutku pun melongo bulat-bulat
Dengan bingung kian ke mari aku bertanya
Oh, Tuhan siapa dia?
Ooh, Tuhan yang mana?
Oooh, Tuhan beragama apa dia?
Belum puas, kian hebat aku terus bertanya
Tinggal di mana dia? Di mana? Di mana?
Seberapa tinggi pengetahuannya?
Tuhan yang mahatahukah dia?
Dari neraka pun tak datang jawaban yang kucari
Akhirnya akalku menjawabku sendiri:
Sangat, sangatlah mungkin
Dia Tuhan yang berpengetahuan miskin
Mungkin, mungkin sekali
Dia Tuhan yang berpengetahuan dangkal
Alhasil tuk berdebat dia tidak punya nyali
Kalau berargumen dia pasti terjungkal
Orang yang cerdas berbudi dan berakal
Yang otaknya tidak digembok kuat-kuat
Tak tertahan akan selalu berjawabsoal
Tentang Tuhan yang mahapembuat
Pedih perih banyak orang saleh salah berpikir
Tuhan tak boleh didebat dan disoal
Hanya boleh dia disembah dalam zikir
Ditaati bulat-bulat hingga zaman berakhir total
Tapi sayang, akibatnya mahal dan fatal!
Teologi tak lagi berkembang, tak lagi berbuah
Tapi mandek, bantut, apek dan bikin mual
Saat berubah jadi fosil-fosil purba busuk tanpa ruah
Dengarkan kearifan ini yang sungguh tak biasa:
Semakin Tuhanmu kau percaya mahatahu
Semakin dia ingin kau terus-menerus banyak tahu
Sampai akhirnya kau pun jadi cerdas luar biasa
Semakin sang Tuhanmu tahu segala
Semakin dia ingin kau juga paham segala
Sampai seluruh misteri jagat raya berserah rela
Diketahui olehmu tanpa prahara tanpa kendala
Tuhan itu orangtua yang mahabaik
Dia ingin kau jadikan jagat raya ini sekolahmu yang laik
Dari dalamnya kau gali ilmu pengetahuan terbaik
Ke ujung-ujungnya kau terus membubung naik, naik, naik
Terbang naik, kian tinggi, tinggi, tinggi sekali
Kiri kanan atas bawah depan belakang kau lihat saja
Banyak rahasia jagat yang tak kunjung habis tergali
Banyak misteri Tuhan yang menunggu disua
Tuhan itu sang guru agung tak terkata
Tak pernah dia rendahkan semua muridnya
Selalu siap dia didebat, ditanyai dan disanggah
Lewat debat dia ingin kau terus bertumbuh megah
Ketika kau ragukan ada atau tidak adakah dia
Malah dia mengajak kau bermain petak umpet
Duniamu yang luas tempat bermain riang gembira
Sebentar dia muncul sebentar dia mengumpet
Hadir dan absen dua sisi wajah sang Tuhan
Hidup beriman jadinya selalu riang menantang
Sebentar dia tampak begitu dekat nian
Tapi sebentar lagi dia sangat jauh bukan kepalang
Tuhan itu sang kawan bermain yang piawai
Tubuh bugar karena kian kemari kita berlari
Main petak umpet dengan Tuhan sepanjang hari
Mencarinya membuat terasah otak dan hati
Selalu dia sebuah teka-teki besar pengasah akal
Selalu dia sebuah pertanyaan yang kian membesar
Tanpa teka-teki iman yang kuat pun akan jadi abal-abal
Tanpa bertanya hidup beriman pun akan tersasar
Ibrahim yang akbar bersoaljawab dengan Tuhannya
Yakub si pemberani bertarung dengan Tuhannya hingga fajar
Ayub menggedor langit saat mendakwa Tuhannya
Mereka pendebat cemerlang seterang mercusuar
Tanpa teologi, dogma dan doktrin direvisi
Agama apapun akan bantut tak relevan lagi
Nama Tuhan pun hanya akan tinggal kenangan
Permainan petak umpet dengan sedih terbubarkan
Kehidupan pun jadi tak lagi menantang
Akal pun berhenti berkembang riang
Ajal pun langsung datang menerjang
Jagat raya pun runtuh tak tertatang
Kosong kosong melompong!
Anjing pun tak lagi menggonggong
Kucing pun tak lagi mengeong
Serigala pun berhenti melolong
Rerumputan tidak lagi bergoyang
Para penari jelita berhenti melenggok
Serangga dan burung tidak lagi terbang
Sungai-sungai berhenti mengalir berkelok
Permainan petak umpet sudah diakhiri
Kanak-kanak letoi dan mati muda
Tawa riang dan canda sudah pergi
Tuhan tak lagi bermain dengan kita
Jakarta, 8 Juli 2015
Ioanes Rakhmat