Memancarkan terang....
Saya punya agama, namanya agama Kebaikan Hati. Dengan menghayati agama saya ini, saya tertantang terus-menerus untuk selalu berbuat baik hati, tidak boleh membenci, tidak boleh memaki, tidak boleh menghina, dan, apalagi, tidak boleh kejam kepada sesama makhluk, manusia, tetumbuhan dan hewan-hewan.
Bahkan
orang yang memusuhi dan membenci saya pun sebisa mungkin harus saya
balas dengan cinta kasih, dengan empati, bukan dengan permusuhan dan
kebencian lagi.
Agama saya ini sangat sulit dijalani, tetapi saya
percaya agama saya ini agama yang benar. Penjahatpun akan tunduk kepada
kita, jika kita perlihatkan kebaikan hati kepadanya.
Sebelum saya masuk ke persoalan utama tulisan saya ini, baiklah, Dear Dade, saya perkenalkan dulu ke anda agama saya, agama Kebaikan Hati, yang sudah saya beberkan dalam wujud sebuah puisi yang saya beri judul “Inilah Agamaku” . Berikut ini. Hayatilah sepenuh hati.
Agamaku sungguh sangat sederhana
Tidak rumit, tidak ribet, namun sakti
Namanya pun sangat melapangkan dada:
Agama kebaikan hati
Tanpa doktrin, akidah atau dogma
Tidak ada hierarki dari kepala hingga kaki
Hati nurani jadi pemandu utama
Ilmu pengetahuan menerangi setiap hati
Rumah ibadahku dunia luas terbentang
Tanpa atap, dinding dan tiang-tiang
Ke dalamnya siapapun boleh bertandang
Bahkan boleh tinggal sampai ajal datang
Kitab suciku langit malam luas terbentang
Penuh bintang bercahaya gilang-gemilang
Dikagumi dan dibaca semua insan rupawan
Penuh misteri yang membuat hati tertawan
Ritualku membaca dan menulis buku-buku
Untuk mencerahkan dunia dengan ilmu pengetahuan
Manusia menjadi cerdas dan tinggi berilmu
Serangga, rumput dan burung pun ikut tercerahkan
Syahadatku, “Aku cinta umat manusia dan kehidupan.”
Sederhana, pendek, tidak ribet dan tidak rumit
Namun sangatlah sulit kalau mau dilaksanakan
Tak cukup diikrarkan lewat mulut komat-kamit
Tuhanku sang Cinta Kasih Tanpa Batas
Bukan sebuah nama yang indah-indah dirancang
Atau yang diperebutkan insan-insan terbatas
Tapi sebuah kata kerja yang memacu kerja cemerlang
Nabiku diriku sendiri untuk diriku sendiri
Berdiam tenang dan agung dalam sanubari
Dia perintahkanku, “Kenalilah dirimu sendiri!”
Mengenal diri tanda keagungan diri sendiri
Doaku seluruh gerak kehidupanku hingga mati
Tidak diucapkan keras-keras ke angkasa raya
Tapi dilakoni diam-diam setiap hari dalam sunyi
Menghidupkan diriku sendiri dan seluruh semesta
Nyanyian rohaniku “Imagine” karya John Lennon
Tidak dilantunkan riuh dengan musik bergempita
Tapi ampuh menggerakkan hadirin dan penonton
Untuk menjadikan kedamaian isi jagat semesta
Komunitas keimananku umat manusia sejagat
Tanpa segregasi, alienasi, separasi dan diskriminasi
Hidup bersaudara dan saling mengasihi kuat-kuat
Tidak ada ideologi yang memecah dan menguasai
Ikrarku: mengabdi demi kebaikan dan kasih sayang
Demi kemanusiaan dan persaudaraan
Demi kesehatan dan umur panjang
Demi kecerdasan dan ilmu pengetahuan
Tulis di kolom agama KTP-mu
Agama: Kebaikan Hati
Tak ada yang bisa menolak kebaikan hatimu
Penjahat pun tunduk pada kebaikan hati
Marilah bersamaku bersatu ramai-ramai
Mengubah diri sendiri dan dunia luas tanpa tepi
Lewat agamaku yang sederhana namun membuai:
Agama kebaikan hati
Mari kita lanjutkan. Di banyak media sosial, di banyak kesempatan dan tempat, saya menemukan sangat banyak orang, dari berbagai agama, makin benci pada Islam. Ini fakta yang jauh lebih keras dan lebih mengerikan dibandingkan terorisme yang di mana-mana dilakukan dengan keliru atas nama Islam. Masa depan Islam sangat ditentukan oleh seberapa dalam tingkat kebencian dunia terhadap Islam.
Sebelum saya masuk ke persoalan utama tulisan saya ini, baiklah, Dear Dade, saya perkenalkan dulu ke anda agama saya, agama Kebaikan Hati, yang sudah saya beberkan dalam wujud sebuah puisi yang saya beri judul “Inilah Agamaku” . Berikut ini. Hayatilah sepenuh hati.
Agamaku sungguh sangat sederhana
Tidak rumit, tidak ribet, namun sakti
Namanya pun sangat melapangkan dada:
Agama kebaikan hati
Tanpa doktrin, akidah atau dogma
Tidak ada hierarki dari kepala hingga kaki
Hati nurani jadi pemandu utama
Ilmu pengetahuan menerangi setiap hati
Rumah ibadahku dunia luas terbentang
Tanpa atap, dinding dan tiang-tiang
Ke dalamnya siapapun boleh bertandang
Bahkan boleh tinggal sampai ajal datang
Kitab suciku langit malam luas terbentang
Penuh bintang bercahaya gilang-gemilang
Dikagumi dan dibaca semua insan rupawan
Penuh misteri yang membuat hati tertawan
Ritualku membaca dan menulis buku-buku
Untuk mencerahkan dunia dengan ilmu pengetahuan
Manusia menjadi cerdas dan tinggi berilmu
Serangga, rumput dan burung pun ikut tercerahkan
Syahadatku, “Aku cinta umat manusia dan kehidupan.”
Sederhana, pendek, tidak ribet dan tidak rumit
Namun sangatlah sulit kalau mau dilaksanakan
Tak cukup diikrarkan lewat mulut komat-kamit
Tuhanku sang Cinta Kasih Tanpa Batas
Bukan sebuah nama yang indah-indah dirancang
Atau yang diperebutkan insan-insan terbatas
Tapi sebuah kata kerja yang memacu kerja cemerlang
Nabiku diriku sendiri untuk diriku sendiri
Berdiam tenang dan agung dalam sanubari
Dia perintahkanku, “Kenalilah dirimu sendiri!”
Mengenal diri tanda keagungan diri sendiri
Doaku seluruh gerak kehidupanku hingga mati
Tidak diucapkan keras-keras ke angkasa raya
Tapi dilakoni diam-diam setiap hari dalam sunyi
Menghidupkan diriku sendiri dan seluruh semesta
Nyanyian rohaniku “Imagine” karya John Lennon
Tidak dilantunkan riuh dengan musik bergempita
Tapi ampuh menggerakkan hadirin dan penonton
Untuk menjadikan kedamaian isi jagat semesta
Komunitas keimananku umat manusia sejagat
Tanpa segregasi, alienasi, separasi dan diskriminasi
Hidup bersaudara dan saling mengasihi kuat-kuat
Tidak ada ideologi yang memecah dan menguasai
Ikrarku: mengabdi demi kebaikan dan kasih sayang
Demi kemanusiaan dan persaudaraan
Demi kesehatan dan umur panjang
Demi kecerdasan dan ilmu pengetahuan
Tulis di kolom agama KTP-mu
Agama: Kebaikan Hati
Tak ada yang bisa menolak kebaikan hatimu
Penjahat pun tunduk pada kebaikan hati
Marilah bersamaku bersatu ramai-ramai
Mengubah diri sendiri dan dunia luas tanpa tepi
Lewat agamaku yang sederhana namun membuai:
Agama kebaikan hati
Mari kita lanjutkan. Di banyak media sosial, di banyak kesempatan dan tempat, saya menemukan sangat banyak orang, dari berbagai agama, makin benci pada Islam. Ini fakta yang jauh lebih keras dan lebih mengerikan dibandingkan terorisme yang di mana-mana dilakukan dengan keliru atas nama Islam. Masa depan Islam sangat ditentukan oleh seberapa dalam tingkat kebencian dunia terhadap Islam.
Saya risau memikirkan fakta itu. Akankah Islam nanti lenyap dari panggung dunia? Saya sangat berharap,
tidak. Islam adalah sebuah agama besar yang, hemat saya, harus juga
menjadi salah satu kekayaan kultural dunia! Kita bersama harus berjuang untuk membuat Islam tetap jaya sebagai salah satu kekayaan kultural dunia.
Jika dunia tetap membenci Islam, mungkin nanti Islam masih bisa bertahan, tetapi hanya segelintir, itupun bertahan di pinggiran-pinggiran dunia modern, disfungsional, irelevan dan tanpa peran. Sains evolusi membuat kita paham, organisme apapun yang tidak bisa adaptif dengan ekologi mereka yang terus berubah, akan menjadi organisme yang kalah, binasa dan punah. Sebaliknya, jika suatu organisme mampu beradaptasi, organisme inilah yang akan bertahan hidup, menang dan menjadi berlipat ganda, untuk siap memasuki tahap-tahap evolusi selanjutnya.
Jika dunia tetap membenci Islam, mungkin nanti Islam masih bisa bertahan, tetapi hanya segelintir, itupun bertahan di pinggiran-pinggiran dunia modern, disfungsional, irelevan dan tanpa peran. Sains evolusi membuat kita paham, organisme apapun yang tidak bisa adaptif dengan ekologi mereka yang terus berubah, akan menjadi organisme yang kalah, binasa dan punah. Sebaliknya, jika suatu organisme mampu beradaptasi, organisme inilah yang akan bertahan hidup, menang dan menjadi berlipat ganda, untuk siap memasuki tahap-tahap evolusi selanjutnya.
Fakta sejarah sudah berbicara, bahwa bertahan atau tidaknya sebuah agama
dalam pentas dunia tidak ditentukan oleh langit, tetapi oleh manajemen
terhadap agama itu di Bumi oleh umat yang menganutnya.
Manajemen diri yang buruk menghancurkan semua organisme, dan juga perusahaan-perusahaan besar sekalipun, termasuk agama sebagai tubuh sosial.
Bagaimanapun juga, kita bersama harus berjuang supaya Islam tetap bertahan dan jaya sepanjang zaman sebagai sebuah agama yang agung.
Orang ateis di berbagai media sosial bahkan sudah sangat kuat dirasuk Islamofobia, kebencian kuat pada segala sesuatu yang terkait dengan Islam. Kata-kata mereka, tutur sapa mereka, tulisan-tulisan mereka, sarat dengan kebencian pada dunia Islam.
Orang ateis di berbagai media sosial bahkan sudah sangat kuat dirasuk Islamofobia, kebencian kuat pada segala sesuatu yang terkait dengan Islam. Kata-kata mereka, tutur sapa mereka, tulisan-tulisan mereka, sarat dengan kebencian pada dunia Islam.
Di suatu group Facebook, ada
sebuah permintaan dari admin group Facebook itu untuk
setiap anggota menulis hanya dua kata tentang Islam. Banyak sekali yang
sudah menjawab. Mengerikan. Anda tentu sudah bisa duga, semua dua kata
itu cacian keras kepada dunia Islam. Saya kebetulan membaca permintaan
si admin itu. Saya merasa, saya harus ikut juga isi di kolom komentar
dua kata yang diminta. Anda tahu, apa yang saya telah tulis dalam dua
kata? Saya tulis pendek saja: Gus Dur.
Saya percaya, selain para radikal Muslim yang jumlahnya banyak, dunia Muslim masih memiliki juga sosok-sosok besar seperti Gus Dur, dan kini juga KH Ahmad Mustofa Bisri yang lebih dikenal sebagai Gus Mus.
Saya percaya, selain para radikal Muslim yang jumlahnya banyak, dunia Muslim masih memiliki juga sosok-sosok besar seperti Gus Dur, dan kini juga KH Ahmad Mustofa Bisri yang lebih dikenal sebagai Gus Mus.
Sudah lama saya memutuskan
untuk tidak mengikuti orang ateis dan semua pembenci Islam lainnya.
Sebagai ganti Islamofobia, saya mencoba mengintrodusir lawan katanya,
Islamofile, orang yang mencintai Islam, sahabat Islam.
Dus, saya sedang membuat sebuah “cultural
war” baru, Islamofilia melawan Islamofobia; tentu
perlawanannya memakai cara-cara yang cerdas, agung, bermartabat dan terhormat. Sudah banyak kali saya melibatkan diri dalam debat cerdas dan santun
dengan banyak pengikut Richard Dawkins. Mereka rata-rata Islamofobia;
dan saya tandingi dengan Islamofilia, apapun risikonya (misalnya saya
pernah dicap pengecut, dikata-katai bullshit, dan sebagainya).
Itulah yang saya sedang coba lakukan, membangun rasa cinta kepada Islam, meskipun Islam sekarang ini, very sadly, nyaris identik sepenuhnya dengan kekerasan. Mengapa saya mau bersikap lain, tidak Islamofobik, tetapi Islamofilik.
Terus-terang, saya sedang
melanjutkan semangat Yesus dari Nazareth, meskipun sudah lama saya, very sadly,
mengambil jarak dari komunitas gereja.
Yesus orang Nazareth pastilah
akan membuat orang anti-kekerasan. Yesus dari Nazareth bukan sosok
pembela kekerasan; malah dia telah menjadi korban kekerasan imperium
Romawi yang mendikte para pemuka negeri Israel yang sedang mereka jajah.
Penyaliban Yesus, adalah fakta yang mengharuskan setiap pengikut Yesus
dari Nazareth menolak dan melawan kekerasan, lewat cara-cara
non-kekerasan. Tidak heran, jika Mahatma Gandhi, menerima sebagian
ilhamnya dari Yesus dari Nazareth.
Sebagai seorang pendeta gereja yang memperjuangkan kesamaan hak bagi orang kulit hitam Amerika, Martin Luther King Jr. menegaskan bahwa “non-kekerasan berarti bukan hanya menghindari kekerasan lahiriah, tapi juga kekerasan batiniah. Anda bukan saja menolak untuk menembak seseorang, tetapi juga menolak untuk membencinya.”
Kata Yesus, jika dari
antara 100 ekor dombamu, satu ekor tersesat, jatuh ke dalam jurang,
berdarah, hampir binasa, apa yang akan kamu lakukan? Semua orang Kristen
sudah tahu jawabannya: si gembala domba itu meninggalkan 99 ekor domba
yang sehat, aman, terjaga, untuk berlelah-lelah mencari satu ekor domba
yang tersesat dan terjatuh ke dalam jurang itu. Si gembala turun dan
naik jurang, lembah dan semua tempat berbahaya, dalam rangka mencari dan
menemukan satu ekor domba yang hilang itu, sampai akhirnya sang gembala
itu menemukan lagi satu ekor yang terhilang dan terluka itu.
Si gembala
tidak pakai hitung-hitungan bisnis, tetapi memakai bela rasa, compassion, yang menyebabkannya mau ambil risiko kehilangan 99 ekor dombanya yang sehat hanya demi mencari satu ekor yang telah hilang.
Nah, taruh kata, Islam sekarang ibarat sang domba yang terhilang itu, saya tidak boleh ikut membencinya; saya tidak boleh ikut meninggalkannya. Meninggalkan Islam, berarti saya meninggalkan sangat banyak teman saya yang Muslim, meninggalkan negeri saya sendiri, Indonesia, yang penduduknya 85 % Muslim.
Nah, taruh kata, Islam sekarang ibarat sang domba yang terhilang itu, saya tidak boleh ikut membencinya; saya tidak boleh ikut meninggalkannya. Meninggalkan Islam, berarti saya meninggalkan sangat banyak teman saya yang Muslim, meninggalkan negeri saya sendiri, Indonesia, yang penduduknya 85 % Muslim.
Jadi, bersama teman-teman Muslim saya lainnya saya harus mau mencari dan menemukan
Islam kembali, menemukan
kembali Islam sebagai agama rakhmat bagi seluruh alam. Memancarkan terang bintang-bintang bagi jagat raya. Saya merasa, ini
tugas titipan dari Yang Mahatinggi, Tuhan yang Al-Rahman dan Al-Rahim.
Mungkin anda akan berubah pikiran, mau bergabung dengan saya.
Mari kita gencarkan gerakan Islamofilia, gerakan mencintai Islam, gerakan menjadi sahabat Islam, ke dalam dan ke luar.
Mari kita gencarkan gerakan Islamofilia, gerakan mencintai Islam, gerakan menjadi sahabat Islam, ke dalam dan ke luar.
Ke dalam, berarti mengupayakan sungguh-sungguh berbagai perubahan penting dan mendasar dalam dunia Muslim internal sendiri. Ke luar, berarti
memperlihatkan dan membuktikan bahwa Islam betul-betul agama rakhmat
bagi seluruh alam.
Rakhmat ilahi adalah kasih sayang ilahi, kemurahan
ilahi, cinta ilahi, kebaikan ilahi, kelembutan ilahi. Jadikan rakhmat
ini fakta, SEKARANG!
Keluar, juga berarti kita dengan rendah hati, jujur dan bermartabat perlu memperlihatkan ada sangat banyak hal yang agung dalam dunia Islam, kepada para Islamofobik.
Jakarta, 15 Januari 2015
by ioanes rakhmat