Tuesday, September 9, 2014
Sang Musafir
My mystical poem
SANG MUSAFIR
Dalam malam kelam yang terus tenggelam
Dalam kesendirian yang dalam dan kelam
Aku merasa dengan kau aku berdua
Meskipun aku tetap sendiri jua
Engkau dekat tapi juga jauh
Engkau jauh tapi juga dekat
Rindu dan tak rindu bertarung dalam jiwaku luruh
Kapankah aku betul-betul akan rehat?
Sebetulnya aku sudah tak tahan ingin pergi mendekatimu
Tapi engkau yang dekat selalu menjauh ketika kudatangi
Tak pernah terpuaskan rasa rinduku padamu
Akibatnya kumerasa sunyi sendiri dan rindu sendiri
Aku selalu rindu untuk jumpa engkau dan memeluk engkau
Kapan engkau mau bertandang abadi dalam rumah jiwaku?
Tanpa akhir aku terus menunggumu
Sekalipun sampai berjuta-juta windu berlalu
Engkaulah Sang Musafir
Bertandang pernah engkau ke rumah jiwaku cuma hanya sebentar
Lalu engkau meneruskan ziarahmu yang tak pernah berakhir
Membuat batin dan akalku di belakang jejakmu senyap tersihir
Aku telah sediakan sebuah kendi tanah liat di depan rumahku
Supaya engkau mereguknya saat kau haus dalam perjalananmu
Seraya kuberharap kau mau lagi mampir
Lalu kau memberkatiku supaya aku serba mahir menyihir
Tapi kau hanya menatap tajam sepasang mataku dalam-dalam
Kutangkap pesan-pesanmu yang abadi bagi jiwaku
Sungguh kuingin mendekap engkau
Tapi kau mengelak lalu melangkah terus dengan diam
Aku sungguh tak tahan
Lalu aku mengikutimu dari belakang dengan diam-diam
Sekali-kali kau menoleh ke belakang ke arahku perlahan tertahan
Tapi kau berjalan terus sampai tiba kelam temaram
Saat malam gelap tiba bagi jiwaku
Aku lelah dan mengambil rehat
Tapi engkau yang abadi teguh meneruskan ziarahmu
Membuat jiwaku sungguh merana, haus dan penat
Kau Sang Musafir abadi sejati
Aku hanyalah kekasihmu yang mengabdi sejati hati
Tak dapat aku menggenggammu sampai aku mati
Bagiku kau serba teka-teki abadi
Dalam kesendirian di malam yang kelam
Aku menatap sunyi menembus dinding
Tapi aku tahu aku berdua denganmu bermalam-malam
Bayang-bayangmu yang hitam terang menutup diriku berkeliling
Aku rindu terhadap rindu
Sampai kapankah aku terpuaskan?
Tidak pernah! Itu abadi! Itu takdirku!
Kuterima dengan ikhlas dan rela nian!
Sang Malam sunyi sendirian
Kelam tak berteman
Walau bintang-bintang terang bertaburan
Memantik Nur dalam kalbu tak tertahan
Kau Sang Musafir
Aku hanya sang penanya yang tak mahir
by ioanes rakhmat
Jakarta, 9 September 2014