religion is power in the name of Heaven!
Seorang Muslim yang mengaku liberal semustinya sudah tak ingin lagi menghasilkan muallaf, apapun alasannya.
Maka itu saya tak mengerti sekaligus sangat kaget mengetahui kalau Mas Abdul Moqsith, seorang pentolan gerakan Jaringan Islam Liberal, mengajak seseorang baca syahadat Islam karena orang itu mengaku mau masuk Islam. Hemat saya, semustinya Mas Moqsith menasihati orang itu untuk pulang kembali dan mendalami dengan lebih serius agamanya semula.
Apapun alasannya, membuat orang lain masuk ke agama sendiri sama dengan memandang enteng agama semula orang lain ini. Keliberalan seseorang justru seharusnya membuat dia tak akan lagi mengubah agama orang lain dengan menjadikannya muallaf.
Banyak orang yang mengaku liberal religius, tapi terus-menerus melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan kalangan konservatif. Tak salah kalau saya menyatakan, label liberal religius seringkali hanya sekadar pemanis bibir, atau label pura-pura mau tampil beda.
Apapun yang sudah saya katakan barusan, saya tetap menghormati keputusan Mas Moqsith untuk me-muallaf-kan seseorang, mengislamkannya. Tetapi menghormati tidak sama dengan membenarkan. Kalau calon muallaf itu dengan sadar berkeras tetap mau masuk Islam, lebih bermartabat jika Mas Moqsith menyuruhnya datang ke ustadz lain.
Wahai kalangan liberal religius, jangan kotori tangan kita dengan tindakan-tindakan yang melawan nilai agung liberalisme religius!
Apapun alasannya, me-muallaf-kan seorang baru, adalah suatu tindakan yang mengkhianati keagungan liberalisme religius.
Tak usahlah seorang liberal religius mengurusi pertambahan jumlah umat agamanya sendiri; masih banyak urusan lain yang dia musti tangani.
Seorang liberal religius yang suka mengkritik agamanya sendiri sangat aneh jika juga mau menggemukkan agamanya sendiri lewat kegiatan proselitisasi. Sangat aneh, seorang liberal yang menentang keras kristenisasi malah melakukan sendiri islamisasi!
Panggilan seorang liberal bukanlah menggemukkan agamanya sendiri, tapi mengkritiknya dan mendekonstruksinya.
Panggilan seorang liberal bukanlah menjadikan orang lain muallaf, tetapi mencerahkan akal budinya.
Seorang liberal religius bukan lagi warga umat agamanya sendiri, tapi warga dunia kosmopolitan agama-agama! Seorang liberal religius tak mungkin lagi me-muallaf-kan orang baru, apalagi sampai mengikatnya dengan syahadat agamanya sendiri.
Tentu saja menjadi Muslim atau menjadi Kristen atau menjadi Buddhis, bukan masalah bagi seorang liberal religius. Seorang liberal religius tentu saja mengakui HAM seseorang untuk pindah agama.
Tapi yang sangat tak konsisten adalah apabila seorang liberal religius mau menjadi juru dakwah agama tradisionalnya untuk hasilkan muallaf.
Seorang liberal religius tentu sudah paham bahwa kwalitas sebuah agama tak dapat diukur dari jumlah penganutnya. Seorang liberal malah menilai, suatu agama yang digandrungi banyak orang adalah agama populis, yang anggota-anggotanya tak mampu berpikir kritis.
Tugas seorang liberal religius adalah menjadi bagian dari minoritas kreatif pembaharu agama dan dunia, bukan sibuk mengurusi ritual.
Maka itu saya masih kaget dengan tindakan Mas Moqsith: me-muallaf-kan orang baru, dan melakukan ritual proselitisme!
Selama ini, jika seseorang datang ke saya untuk cari tahu cara masuk Kristen, saya tanya padanya, apa agamanya semula. Kalau dia bilang sekarang dia masih Buddhis, tapi mau pindah ke Kristen, saya ajak dia berdialog tentang Buddhisme. Biasanya setelah sekian waktu berdialog, si calon Kristen itu malah berubah menjadi lebih paham Buddhisme, dan tak mau lagi pindah agama.
Sekian tahun lalu, ada seorang aktivis JIL meminta saya menerangkan agama Kristen sedalam-dalamnya karena dia mau masuk Kristen. Di hadapan aktivis JIL ini saya tertawa, lalu memperlihatkan kepadanya sangat banyak kekurangan dan keburukan dalam kekristenan. Akhirnya, aktivis JIL ini (inisial namanya AEP) tak mau lagi masuk Kristen, dan saya anjurkan dia dalami Islam dengan lebih serius.
Bagi saya, semakin seseorang mendalami agamanya sendiri dengan bebas, semakin dia menjadi warga dunia kosmopolitan agama-agama.
Sekali lagi, sebagai seorang liberal, saya mengakui HAM setiap orang untuk pindah agama, satu kali atau bahkan berkali-kali.
Sekali lagi, sebagai seorang liberal, saya bisa memahami kalau para agamawan tradisional berkomitmen menggemukkan agamanya sendiri lewat dakwah dan proselitisasi.
Sekali lagi, sebagai seorang liberal, saya mengerti kalau jumlah umat yang banyak dicita-citakan kaum agamawan tradisional. Saya bisa menegaskan, kuantitas umat yang besar adalah juga kekuatan politik!
Tetapi, hal yang sangat tidak konsisten adalah jika seorang liberal religius dengan tidak kritis mengikuti dengan lugu semua gerakan populis ini.
Di mana integritas seorang liberal religius jika dia juga setuju bahwa umat agamanya harus digemukkan lewat dakwah dan proselitisasi demi kemenangan politik!?
Mengapa sebagai seorang liberal, saya tak mendukung proselitisme, sekalipun saya mengakui HAM setiap orang untuk pindah agama?
Bagi saya dunia jauh lebih memerlukan orang yang bisa menjadi warga dunia agama-agama ketimbang warga satu agama saja. Kalau seseorang menjadi warga dunia agama-agama, dan tak diam mati dalam agamanya sendiri, orang ini lebih mungkin menjadi duta perdamaian. Dia bisa menjadi duta perdamaian ke dalam agamanya sendiri dan ke dalam dunia majemuk agama-agama.
Saya memilih memberi nilai plus pada keyakinan keagamaan seseorang dengan menambahkan informasi esensial tentang agama-agama lain kepadanya. Ketimbang membuat seorang Muslim jadi Buddhis, saya lebih memilih menjadikan dia Muslim plus, dengan meningkatkan pengetahuannya tentang Buddhisme. Seorang Muslim yang juga seorang Buddhis, bisa menjadi jembatan perdamaian bagi kedua agama ini.
Kalau anda melakukan proselitisme, dan tegas meminta si muallaf melupakan sama sekali agama lamanya, maka anda rugi besar! Kalau anda berdagang, maka anda tidak mau rugi, bukan? Begitulah juga seharusnya sikap anda terhadap praktek proselitisme!
Tolak proselitisme, apalagi sampai mengikat mati seseorang lewat ritual agama, tapi jadikan dia warga dunia agama-agama!
Kalau kegiatan dakwah Islamiah berhasil menjadikan seluruh dunia Islam, bagi saya ini sebuah kerugian maha besar! Dunia rugi besar jika Islam menang dengan biaya besar melenyapkan semua agama lain!
Mas Moqsith pasti menolak menjadikan seseorang muallaf Islam, jika mas ini cinta agama-agama lain dan ingin melanggengkan semua agama di bumi!
Bagi saya, dunia rugi besar dan bersalah jika kekristenan menang dengan menenggelamkan agama Islam!
Bagi saya, Islam dan Kristen sama-sama sederajat dan bersaudara, sehingga tak perlu terjadi perpindahan umat di antara keduanya.
Yang perlu seorang liberal bantu adalah bagaimana setiap individu yang beragama berbeda, dapat memperkaya satu sama lain, bukan malah berdakwah dan mengganti agama orang lain.
Mustahil Mas Moqsith tak tahu, bahwa praktek proselitisasi yang gencar dilakukan umat-umat yang berlainan agama di dalam masyarakat kerap berakhir dengan keributan dan huru-hara antar umat.
Begitulah pandangan saya, sementara rasa kaget saya terhadap tindakan Mas Moqsith belum juga hilang.
Bagaimanapun juga, sekali lagi saya mau menyatakan bahwa saya sangat menghormati tindakan Mas Moqsith itu, dan dalam batas-batas tertentu sangat bisa juga memahaminya, tetapi saya sama sekali tidak dapat membenarkan tindakannya!