Tuesday, November 13, 2012

Yesus dari Nazareth sang pencipta the big bang! Kata para pendeta loh!

+ Para saintis tak bisa menjawab ketika kepada mereka diajukan pertanyaan: Sebelum “the big bang” terjadi, ada apa? Betul, ’kan?

- Siapa yang bilang begitu?

+ Ya kami, para pendeta.

- Ya kalian, maaf, salah besar!

+ Uupps, kami salah besar?! Di mana salah kami?

- Kepada Stephen Hawking pernah diajukan pertanyaan yang sama, lalu dia menjawab: Pertanyaan itu meaningless, sama meaningless-nya dengan pertanyaan: Ada apa di utara Kutub Utara Bumi? Atau, ada apa di selatan Kutub Selatan Bumi? Nah, kalian, para pendeta, apakah bisa menjawab pertanyaan yang meaningless ini? Jawaban apapun terhadap pertanyaan yang meaningless adalah jawaban yang meaningless juga. Karena itu, sebuah pertanyaan yang meaningless paling baik tidak dijawab.

+ Tapi, kami para rohaniwan punya sebuah jawaban tegas terhadap pertanyaan: Ada apa sebelum the big bang?

- Coba kalian jawab, ada apa?

+ Bagi kami, sebelum the big bang terjadi, sudah ada Allah sang Pencipta the big bang. Tanpa sang Pencipta yang adikodrati ini, tidak akan ada the big bang.

- Ya, sepanjang apapun jawaban anda, kaum agamawan, bagi para saintis tetap jawaban yang meaningless.

+ Apa yang anda maksudkan dengan “meaningless”?

- Ya, jawaban kalian, dilihat dari parameter sains, bukanlah jawaban, melainkan pengakuan iman keagamaan. Diperhadapkan pada sains, semua klaim iman keagamaan adalah klaim yang meaningless: tak ada bukti empirisnya sama sekali, tetapi terus-menerus ngotot dipercaya benar. Dilihat dari kajian psikiatri, orang yang ngotot percaya pada keberadaan sesuatu yang tak objektif ada, disebut orang yang terkena delusi patologis yang berbahaya. Nah, jawaban yang delusional, bagi sains, adalah jawaban yang meaningless.

+ Tapi, para saintis, hemat kami, tetap terganjal dengan pertanyaan ada apa sebelum the big bang terjadi!

- Sebaiknya anda perlu tahu: Alih-alih bertanya, Ada apa sebelum the big bang terjadi, para saintis biasa bertanya, bagaimana alam semesta ini terbentuk, yang diawali dengan the big bang 13,72 milyar tahun lalu.

+ Oh, begitu ya pertanyaan para saintis.

- Ya, dan sekarang para saintis sudah bisa menjawabnya dengan memakai hukum-hukum sains. Mereka sudah memastikan, awal sekali terbentuknya alam semesta adalah peristiwa quantum. Nah, hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa quantum ini perlu diuraikan tersendiri panjang lebar. Tetapi pendek kata, peristiwa quantum yang dimaksud adalah fluktuasi quantum, dibarengi supersimetri.

+ Tetapi, bukankah hukum-hukum sains, apapun isinya, dan apapun yang dimaksud dengan fluktuasi quantum, supergravitasi, supersimetri, tokh... semuanya ini musti ada penggerak awalnya, yang berada di luar semua kerja alam ini?

- Bagi kalian, kaum agamawan, apa atau siapa penggerak awal itu semua?

+ Ya, bagi kami, tentu saja sang penggerak awal itu adalah Allah!

- Ya, Aristoteles dan Thomas Aquinas sekian abad silam sudah memunculkan sebutan “the unmoved prime mover” atau “the uncaused cause” sebagai sang Pencipta jagat raya, yakni Allah, sang penggerak awal yang tak digerakkan oleh apapun sebelumnya.

+ Ya, kedua orang itu orang besar, betul ’kan?

- Tapi mungkin kalian akan lebih besar dari kedua orang itu jika kalian berpendapat bahwa Yesus dari Nazareth sudah ada sebelum the big bang terjadi, dan dialah yang menyundut sumbu bom the big bang 13,72 milyar tahun lalu!

+ Ya, kami sangat yakin, sesuai dengan kesaksian Alkitab, Yesus dari Nazareth memang sudah ada sebelum terjadinya the big bang, dan dialah, sang Allah kami, yang telah menciptakan jagat raya dan segenap isinya lewat the big bang.

- Orang Yunani kuno, katakanlah, juga bisa yakin sekali bahwa Dewa Zeus atau Dewa Atlas atau Dewi Astra adalah sang Allah penyundut sumbu bom nuklir the big bang yang mahadahsyat! Semua orang beragama, dengan memakai keyakinan, bebas menyebut Allah mereka masing-masing sebagai penyundut sumbu bom the big bang. Bagi para saintis, semua klaim ini, pada satu segi, meaningless; dan pada segi lainnya, dari logika saintifik, muncul pertanyaan lanjutan: Siapa pencipta Allah? Siapa pencipta Dewa Zeus atau Dewa Atlas atau Dewi Astra? Siapa pencipta the God Yesus dari Nazareth? Kalian, para rohaniwan, harus bisa menjawab pertanyaan ini, sama seperti kalian menghendaki para saintis menjawab pertanyaan, Ada apa sebelum the big bang terjadi! Para saintis sudah menjawab, awal sekali dari adanya jagat raya adalah peristiwa quantum, persisnya fluktuasi quantum.

+ Tapi, pertanyaan kami belum anda jawab, siapa yang menciptakan hukum-hukum alam atau fluktuasi quantum. Jawablah jika anda bisa menjawabnya secara saintifik! He he he!

- Sangat bisa. Dari berbagai observasi dan dari bukti-bukti yang sudah berhasil dikumpulkan, kita tahu sekarang bahwa jagat raya kita belum selesai terbentuk, masih terus membentuk dirinya sendiri, masih terus mengalami evolusi kosmik, dan masih terus mengembang dengan makin cepat. Kalian para pendeta salah telak kalau beranggapan bahwa jagat raya kita sudah selesai diciptakan oleh Allah kalian dalam enam hari kerja hanya karena kitab suci kalian menyatakannya demikian.

+ Haaa, jagat raya masih belum selesai tercipta?

- Ya, jagat raya kita masih terus membentuk dirinya sendiri, satu galaksi lenyap, muncul sebuah galaksi baru lainnya, sebuah bintang meledak, muncul sebuah bintang baru, semuanya sedang berlangsung lewat hukum-hukum sains, dan bisa dijelaskan prosesnya secara saintifik, tidak memerlukan peran Allah apapun di dalamnya. Jadi, hukum-hukum alam, dengan segala cara alamiah yang mungkin, sudah ada dari dirinya sendiri, memperlihatkan dirinya sendiri secara objektif, dan akan ada terus, dan cara kerjanya bisa dipantau dan diprediksi secara saintifik, dan, hingga saat ini, tak terlihat adanya sosok Allah atau sosok Yesus dari Nazareth di dalam kerja hukum-hukum alam di angkasa luar.

+ Ooooh!

- Jangan hanya melongo! Jawablah pertanyaan para saintis, Siapa atau apa yang telah dengan objektif menciptakan Allah kalian?

+ Oooh! Oooh! 

- Dan lagi, jika para saintis telah dapat menemukan bukti-bukti objektif adanya the big bang 13,72 milyar tahun lalu, dan tentu, tanpa melibatkan Tuhan apapun, bisa mengulangi peristwa “dentuman besar” ini dalam skala kecil di CERN, dan berhasil dengan objektif memperlihatkan jagat raya masih belum selesai terbentuk lewat hukum-hukum alam yang juga diperlihatkan objektif ada dan dapat diprediksi kerjanya, maka para saintis juga meminta kalian, para pendeta, untuk secara objektif membuktikan adanya Tuhan kalian yang kalian percayai sebagai sang Pencipta the big bang. Buktikanlah sekarang bahwa Tuhan yang kalian percayai itu ada! Mampukah kalian?

+ Ooooh! Oooooh! Oooooooh!   






Sunday, November 4, 2012

Kapan dinosaurus lenyap dari muka Bumi, dan mengapa?

Tulisan ini sudah diperluas dan dimutakhirkan dalam tulisan saya yang ini http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2014/10/kapan-dinosaurus-lenyap-dan-mengapa.html. Silakan manfaatkan tulisan yang mutakhir ini. Thanks.

Musnah dan munculnya makhluk-makhluk hidup sepenuh-penuhnya adalah kejadian-kejadian alamiah biasa yang bisa dijelaskan oleh sains dengan sangat memuaskan, dan tanpa intervensi makhluk-makhluk adikodrati apapun.
ioanes rakhmat


Melanjutkan kajian yang baru, yang sebelumnya sudah dilaksanakan oleh Walter dan Luis Alvarez, sebuah panel yang terdiri atas 41 orang ilmuwan dari berbagai tempat di muka Bumi (Eropa, Amerika Serikat, Meksiko, Kanada, dan Jepang) pada 4 Maret 2010 melakukan tinjauan ulang menyeluruh atas penelitian yang sudah berlangsung selama 20 tahun untuk mencoba mengonfirmasi apa penyebab “kemusnahan massal Kretaseous-Tertiari (K-T)”./1/ 
“Kemusnahan massal Kretaseous-Tertiari” (Cretaceous-Tertiary Mass Extinction) adalah sebuah terminologi baku yang menunjuk pada kemusnahan massal spesies-spesies fauna dan flora yang berlangsung dalam suatu kurun geologis yang pendek di muka Bumi pada 65,5 juta tahun yang lalu; terminologi ini juga dikenal sebagai “kemusnahan K-T” . Belakangan, kemusnahan K-T disebut juga kemusnahan Kretaseous-Paleogene, atau kemusnahan K-Pg. Istilah “Tapal batas K-T” (K-T boundary) menunjuk pada suatu lapisan tipis sedimentasi geologis yang ditemukan di berbagai tempat di muka Bumi, yang terbentuk selama kurun kemusnahan K-T.

Menurut kesimpulan panel ini, sebuah asteroid atau komet raksasa dari angkasa luar yang lebarnya sampai 15 kilometer (= 9 mil) yang menumbuk muka Bumi di Chicxulub di semenanjung Yucatan (sekarang dikenal sebagai Meksiko) adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal mengapa terjadi kemusnahan K-T, mengapa dinosaurus/2/ lenyap dari muka Bumi.

Kejadian alam maha dahsyat ini menciptakan suatu “lingkungan seperti neraka” sekitar 65,5 juta tahun yang lalu dan melenyapkan lebih dari separuh spesies di muka Planet Bumi, termasuk dinosaurus, pterosaurus yang seperti burung dan reptilia yang hidup di laut. Para ilmuwan yang melakukan pengkajian ini menganalisis hasil-hasil penelitian 20 tahun terakhir ini yang telah dilakukan para pakar paleontologi, pakar kimia bumi dan atmosfir, pakar pembuat model iklim, pakar geofisika dan pakar sedimentologi, yang terus masih mengumpulkan bukti-bukti mengenai kemusnahan K-T ini.

dua dinosaurus ini sedang kebingungan melihat apa 
yang sedang berlangsung di hadapan mereka...

Asteroid raksasa ini dipikirkan telah menerjang muka Bumi dengan suatu kekuatan yang besarnya satu milyar kali lebih kuat dari kekuatan bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Tabrakan yang kekuatannya tak terbayangkan ini menimbulkan api maha besar di mana-mana, gempa bumi di mana-mana yang berkekuatan lebih dari 10 skala Richter, tanah-tanah longsor seluas benua yang menciptakan tsunami dahsyat di mana-mana. “Paku terakhir pada peti mati dinosaurus” datang ketika bahan-bahan reruntuhan yang terlempar dari tumbukan mahadahsyat ini terbang ke atas memasuki atmosfir sehingga planet Bumi terbungkus oleh kegelapan yang amat mengerikan, dan hal ini menimbulkan suatu musim dingin global yang mematikan, yang membunuh banyak sekali spesies yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan kehidupan yang sudah seperti neraka ini. 

Rekam jejak geologis memperlihatkan bahwa peristiwa dahsyat yang menyebabkan kematian dinosaurus ini dengan cepat menghancurkan ekosistem darat dan ekosistem laut. Rekam jejak fosil menunjukkan telah terjadi kemusnahan massal sekitar 65,5 juta tahun lalu (waktu yang kini dikenal sebagai batas K-Pg). Kurun yang menjadi neraka bagi dinosaurus ini, yang menandakan berakhirnya masa kekuasaan dinosaurus di muka bumi selama 160 juta tahun, ternyata menjadi suatu hari akbar bagi makhluk mammalia. Tetapi sudahlah jelas, kemusnahan dinosaurus tidak dipersiapkan siapa-siapa untuk membuka jalan bagi kedatangan spesies homo sapiens yang baru muncul di muka Bumi 300.000 tahun lalu saja di Afrika,/3/ sementara umur Bumi sendiri sudah 4,5 milyar tahun. Musnah dan munculnya makhluk-makhluk hidup sepenuh-penuhnya adalah kejadian-kejadian alamiah biasa yang bisa dijelaskan oleh sains dengan sangat memuaskan, dan tanpa intervensi makhluk-makhluk adikodrati apapun.

Sedikitnya ada dua bukti yang langsung menghubungkan tumbukan asteroid ini dan kemusnahan K-T.

Pertama, berlimpahnya iridium dalam sampel-sampel geologis di seluruh dunia yang berasal dari kurun kemusnahan K-T. Iridium sangat jarang ditemukan pada kerak Bumi, tetapi sangat umum ditemukan pada asteroid. Langsung setelah lapisan geologis yang berisi iridium, jumlah fosil dan spesies yang ditemukan berkurang sangat jauh, dan keadaan ini menunjukkan bahwa kemusnahan K-T terjadi sangat segera setelah tumbukan asteroid ini.

Kedua, berlimpahnya mineral kwarsa (quartz mineral) yang “terkejut” di dalam lapisan-lapisan batu karang di seluruh dunia yang berasal dari kurun kemusnahan K-T. Mineral kwarsa terkejut ketika ditumbuk dengan sangat cepat oleh suatu kekuatan besar, dan mineral kwarsa dalam kondisi “terkejut” ini ditemukan hanya pada situs-situs ledakan nuklir dan situs-situs tumbukan meteor di muka Bumi. Kesimpulannya, suatu tumbukan meteor yang masif terjadi pada saat kemusnahan K-T secara massal.

Namun pada awal tahun 2011, tim peneliti dari Universitas Alberta, yang dipimpin oleh Larry Heaman dari Department of Earth and Atmospheric Sciences, berhasil menentukan usia sebongkah fosil tulang paha hadrosaurus yang ditemukan di New Mexico, yakni 64,8 juta tahun, dan ini berarti dinosaurus amfibi pemakan tetumbuhan ini hidup 700.000 tahun setelah kemusnahan K-T. Penentuan usia fosil tulang paha hadrosaurus ini dilakukan dengan memakai sebuah metode baru yang belum dipakai sebelumnya, yakni metode yang dinamakan U-Pb (Uranium-Plumbum, atau Uranium-Timah hitam)./4/

Teknik baru ini bukan saja memungkinkan penentuan usia fosil tulang, tetapi juga potensial dapat membedakan jenis makanan yang dimakan seekor dinosaurus. Tulang makhluk hidup berisi hanya sedikit uranium, tetapi selama proses fosilisasi (umumnya kurang dari 1000 tahun setelah kematian) tulang diperkaya oleh banyak unsur kimiawi, seperti uranium. Atom-atom uranium dalam tulang perlahan-lahan berubah menjadi timah hitam, dan ketika proses fosilisasi selesai maka jam uranium-plumbum berdetak. Komposisi isotop timah hitam yang didapat dalam tulang paha hadrosaurus ini dengan demikian menentukan usia mutlak fosil tulang paha ini.

Penemuan yang dibuat Larry Heaman dkk ini menunjukkan bahwa hadrosaurus yang fosil tulang pahanya ditemukan di New Mexico ini berhasil bertahan hidup melewati bencana alam dahsyat yang menyebabkan kemusnahan K-T. Menurutnya, adalah mungkin pada 65,5 juta tahun yang lalu di beberapa kawasan tetumbuhan tidak ikut lenyap dan sejumlah spesies hadrosaurus bertahan hidup. Tim ilmuwan ini berpendapat mungkin sekali ada banyak telur dinosaurus yang luput dari kemusnahan K-T, dan karenanya perlu dieksplorasi. Larry Heaman dkk percaya, jika teknik U-Pb baru mereka dipakai untuk menentukan usia lebih banyak sampel fosil dinosaurus, maka paradigma kemusnahan K-T dan berakhirnya zaman dinosaurus akan harus direvisi. Sampai sejauh mana keyakinan Heaman dkk benar, masih harus kita lihat. 


Kita tunggu para pakar yang mengkaji topik ini meninjau dan mengevaluasi temuan-temuan yang sudah didapat Heaman dkk; tetapi, yang sudah pasti, kalaupun harus ada revisi, revisi ini tidak akan radikal amat. Misalnya, tidak akan ada revisi yang membuat anda harus percaya (dengan tidak waras) bahwa berbagai jenis dinosaurus hidup bersama homo sapiens yang baru muncul 300.000 tahun lalu di Afrika, atau bahwa berbagai macam dinosaurus masih hidup pada zaman kehidupan Yesus dari Nazareth di abad pertama M di tanah Palestina, bahwa sang nabi ini bersama Maria Magdalena, dan juga gubernur Pontius Pilatus, mengendarai seekor dinosaurus yang sudah dijinakkan ke mana pun mereka pergi─hal-hal yang tidak waras ini dibayangkan kalangan kreasionis Kristen sebagai fakta-fakta./5/

Perlu juga dikemukakan pada kesempatan ini mengenai sebuah pendapat berbeda tentang apa yang menjadi penyebab “kemusnahan K-T”, yang sudah cukup lama berusaha menyaingi pendapat yang sudah dikemukakan di atas. Menurut Gerta Keller, seorang geolog dari Universitas Princeton, “kemusnahan K-T” terjadi bukan karena tumbukan sebuah asteroid raksasa pada planet Bumi, tetapi karena aktivitas vulkanik di kawasan yang sekarang dikenal sebagai India. Dalam kurun “kemusnahan K-T”, lahar vulkanik mengalir selama puluhan ribu tahun dari suatu kawasan vulkanik dekat Mumbai di negeri India yang sekarang, kawasan yang dikenal sebagai Deccan Traps. Aliran lahar ini, yang mengalir sampai hampir seribu mil (1.603 km), menyebabkan sulfur dan carbon dioksida dalam jumlah yang mematikan masuk ke atmosfir Bumi, yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global dan meningkatnya kadar asam (proses aksidifikasi) di lautan karena curahan hujan asam. Kondisi inilah, menurut Keller, yang menjadi penyebab “kemusnahan K-T”./6/ Tetapi beberapa pakar geologi lain menjelaskan bahwa vulkanisme yang diteorikan Keller bisa berperan hanya sebagian saja dalam kemusnahan dinosaurus, ketimbang sebagai satu-satunya penyebabnya. Selain itu, Keller juga mengakui bahwa tumbukan meteor, meskipun bukan sebagai penyebab, dapat memperburuk kemusnahan massal dinosaurus, 65,5 juta tahun lalu.


Salam,
ioanes rakhmat

Catatan-catatan:

/1/ Laporan tim ilmuwan ini dapat dibaca pada jurnal Science 2010:327 (5970):1214-1218.

/2/Kata “dinosaurus” dibentuk dari dua kata Yunani δεινός (deinos = dahsyat, sangat kuat, menakjubkan) dan σαυρος (sauros = kadal, reptilia).

/3/Penetapan kurun kemunculan homo sapiens ini didasarkan pada bukti-bukti arkeologis; lihat L. Vigilant et al., “African Populations and the Evolution of Human Mitochondrial DNA”, dalam Science 253, no. 5027 [1991], hlm. 1503-1507. Kalau lewat agama, baru manusia mengonsep adanya Tuhan, dari bukti-bukti arkeologis juga kita tahu bahwa agama tertua umat manusia baru muncul 70.000 tahun lalu, di antara orang Barsawa di Ngamiland, Afrika Selatan, yang menjadikan ular sanca raksasa (python) sebagai sang Dewa yang dipercaya telah melahirkan, dan terus menjaga, mereka (sebagaimana dilaporkan dalam http://www.afrol.com/articles/23093). Artinya: Suatuhakikat” yang berkuasa, yang dipandang ada di atas manusia (apapun sebutannya), baru hadir dalam pentas kehidupan manusia 70.000 tahun lalu; dus, tentu saja, ketika dinosaurus lenyap dari muka Bumi, 65,5 juta tahun lalu, Dewa/Allah apapun belum ada.   

/4/Seperti dilaporkan dalam jurnal Geology 2011; 39 (2):159. 

/5/Lihat tulisan saya, Dinosaurus, Nabi Nuh, dan Yesus dari Nazareth

/6/ Lihat laporan Tia Ghose, “Volcanoes, not meteorite, killed dinosaurs, scientist argues”, 07 Desember 2012, terpasang online pada http://www.livescience.com/25324-volcanoes-killed-dinosaurs.html.


Saturday, November 3, 2012

Apakah betul dinosaurus hidup bersama Nabi Nuh dan ditunggangi Yesus dari Nazareth?



Tulisan ini telah dikembangkan jauh lebih luas di sini http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2014/10/kapan-dinosaurus-lenyap-dan-mengapa.html.


Ide-ide keagamaan yang sudah berurat dan berakar dalam pikiran orang-orang beragama pada umumnya, membuat mereka sangat sulit untuk menerima pandangan-pandangan ilmu pengetahuan modern yang tidak sejalan dengan ide-ide keagamaan mapan yang mereka pertahankan. Apakah memang sudah kodratnya bahwa iman keagamaan sangat kuat memblokir pemikiran saintifik manusia? Jika ya, patutlah kita semua, anda dan saya, meratap sedalam-dalamnya, kepada Tuhan Yang Mahatahu, sumber dan tujuan semua ilmu pengetahuan!
─ ioanes rakhmat 


Kaum kreasionis (“Intelligent Design”) Kristen,/1/ dengan enteng saja menyatakan bahwa karena “segala binatang melata dan segala jenis binatang liar” diciptakan Allah bersamaan dengan penciptaan manusia di hari keenam menurut teks Kejadian 1:24-31, maka dinosaurus, sebagai salah satu spesies binatang melata (reptil), tentu hidup bersama manusia; dan juga bersama Nabi Nuh, karena Nuh, kata mereka, telah membawa masuk sepasang dinosaurus ke dalam bahteranya ketika air bah melanda dunia sehingga hewan ini luput dari kebinasaan. Tak terpikir oleh mereka bahwa dinosaurus itu banyak jenisnya dan hampir semuanya ganas, dan bahwa kisah Alkitab tentang Air Bah yang konon melanda dunia adalah sebuah mitologi Yahudi yang dibangun dengan memakai Epik Gilgamesh (dari Mesopotamia) sebagai modelnya!/2/

Bahkan mereka mengembangkan imajinasi mereka lebih jauh, dengan menyatakan “mungkin sekali Yesus dari Nazareth juga menunggang seekor dinosaurus”. Imajinasi mereka ini, yang mungkin membuat anda yang waras terperanjat bukan alang-kepalang, diajarkan kepada anak-anak sekolah Minggu di gereja-gereja mereka. Di atas adalah contoh halaman bergambar Yesus menunggang seekor dinosaurus, yang diambil dari sebuah buku pelajaran anak-anak sekolah Minggu. Perhatikan kata-kata yang tertulis pada gambar itu!

Problem apa yang ada berkaitan dengan tafsiran mereka ini? Problemnya: tafsiran mereka tafsiran literalistik. Tafsiran yang literalistik ini dipertahankan mereka, padahal seluruh Kejadian 1:1-2:4a sama sekali bukan sebuah uraian sejarah kronologis literalis tentang hal apa saja yang Allah telah ciptakan selama enam hari, melainkan, dilihat dari jenis sastranya, sebuah narasi syahadat yang disusun para imam Yahudi ketika bangsa Israel sedang mengalami pembuangan di Babilonia (587-538 SM), suatu negeri yang penduduknya mempercayai astrologi dan menyembah banyak benda langit khususnya Matahari dan Bulan sebagai dewa-dewa mereka.

Untuk bangsa Israel tidak terjatuh ke dalam kepercayaan dan penyembahan berhala semacam ini, para imam itu menyusun syahadat ini dengan memakai sistem kalender Babilonia yang membagi 1 minggu ke dalam 7 hari sebagai bingkai narasi. Di dalam syahadat ini diikrarkan dengan sangat kuat bahwa semua hari adalah sama baik (melawan astrologi Babilonia), dengan puncaknya hari ketujuh, hari Sabat, sebagai hari yang dikuduskan Allah, dan bahwa Matahari dan Bulan hanyalah benda-benda langit yang Allah telah ciptakan untuk masing-masing memberi terang pada siang hari dan pada malam hari, bukan dewa-dewa yang harus disembah (melawan agama Babilonia). 

Adanya rujukan ke hari Sabat dengan kuat menyatakan bahwa syahadat dalam Kejadian 1:1-2:4a adalah syahadat khas Yahudi, bukan syahadat yang berlaku universal, dan juga sama sekali bukan sebuah laporan sejarah faktual tentang proses terciptanya “langit dan bumi”, melainkan sebuah syahadat yang disusun para imam Yahudi untuk melawan agama Babilonia dan untuk membentengi serta menjaga kepercayaan Yahudi.

Bahwa Kejadian 1:1-2:4a sama sekali tidak bisa dipahami secara literal, juga sangat nyata dari pengetahuan kita sekarang bahwa jagat raya (dalam perikop ini disebut sebagai “langit dan bumi”) sama sekali tidak tercipta dalam 6 x 24 jam (atau: 6 x 1.000 tahun, jika 1 hari Alkitab dianggap sama dengan 1.000 tahun).

Sejak saat terbentuknya jagat raya kita 13,8 milyar tahun yang lalu, saat yang disebut sebagai big bang, jagat raya ini sekarang masih terus mengembang dengan makin cepat, dan masih terus mengalami evolusi. Fakta bahwa jagat raya kita terus mengembang adalah fakta objektif, ada bukti-buktinya./3/

Dalam jagat raya kita, banyak bintang lenyap dalam suatu ledakan yang disebut supernova, tapi pada pihak lain banyak bintang baru juga terbentuk. Banyak galaksi lenyap dalam suatu tabrakan dengan galaksi-galaksi lain, yang kemudian membentuk galaksi-galaksi baru yang lebih besar. Hingga saat ini dan terus ke depan untuk waktu yang sangat panjang, jagat raya kita masih belum selesai terbentuk, masih aktif membentuk dirinya sendiri, masih mengalami evolusi kosmologis, tampaknya tanpa akhir, dan tanpa Allah apapun mengontrolnya, sebab segala hal yang berlangsung dalam evolusi kosmik ini dengan sangat baik dapat dijelaskan oleh sains modern sebagai kejadian-kejadian yang sepenuhnya alamiah, dan sama sekali tidak ilahi, tidak melibatkan makhluk supernatural apapun.

Selain itu, dari sains kosmologi, astronomi dan fisika, kita tahu Matahari dan Bulan menjadi benda-benda penerang hanya dalam konteks sistem matahari kita (solar system), tidak berlaku bagi seluruh jagat raya. Kita juga tahu, ada tak terhitung banyaknya sistem-sistem matahari lain dalam jagat raya kita, dari sistem yang bintang mataharinya cuma satu (seperti sistem matahari kita) sampai sistem dengan banyak bintang mataharinya, dua atau tiga atau empat dan seterusnya.

Nah, pengetahuan kita yang menakjubkan mengenai jagat raya ini, sama sekali tidak diketahui para imam Yahudi yang menyusun syahadat Yahudi mereka dalam Kejadian 1:1-2:4a. Jadi, sangat salah dan sangat naif, dan sangat tidak relevan, jika kesaksian dalam kitab Kejadian ini diperlakukan sebagai sebuah laporan terbentuknya jagat raya secara faktual. Literalisme sama sekali tidak boleh dipakai dalam menafsirkan teks-teks apapun dalam kitab suci anda. 

Selain itu, karena kalangan literalis kreasionis Kristen tak pernah memikirkan dengan seksama teks apapun dalam kitab suci mereka, maka mereka tak bisa melihat betapa mustahilnya pohon-pohon bisa bertunas dan berdaun pada hari ketiga (Kejadian 1:11-13), sementara Matahari yang cahayanya dibutuhkan daun-daun untuk fotosintesis baru diciptakan pada hari keempat (Kejadian 1: 14-19). Fotosintesis adalah suatu aktivitas fisika kimiawi untuk menciptakan makanan (glukosa, misalnya) dengan menggunakan hanya energi Matahari untuk mengikat CO2 dan air; dari proses ini oksigen terlepas sebagai limbah.

Selain itu, mereka juga tidak bisa melihat betapa mustahilnya menyebut hari-hari sebagai “hari pertama”, “hari kedua” dan “hari ketiga”, sementara sang Matahari yang terbitnya umumnya dipakai untuk menentukan tibanya hari yang baru, baru diciptakan pada hari keempat.

Masih banyak hal yang bisa saya perlihatkan bahwa memahami teks Kejadian 1:1-2:4a secara literalis adalah sebuah kesalahan fatal dalam memahami kesaksian para imam Yahudi dalam bagian teks kitab pertama dalam Alkitab ini. Untuk sementara ini, cukuplah sudah saya memperlihatkan masalah-masalah yang berkaitan dengan penafsiran kalangan kreasionis ini. 

Pendek kata, adalah sesuatu yang tidak waras, insane, jika ada orang beranggapan bahwa dinosaurus hidup bersama Nuh di zaman purbakala, atau ditunggangi Yesus dari Nazareth di abad pertama Masehi. 

Mengapa tidak waras? Karena dari sains tahulah kita bahwa berbagai jenis dinosaurus telah lenyap dari muka Bumi 65,5 juta tahun yang lalu, ketika planet Bumi kita dihantam sebuah meteor raksasa di suatu kawasan yang sekarang dikenal sebagai Meksiko./4/ 

Anda tahu, kapan manusia, Homo sapiens, muncul di muka Bumi? Berdasarkan bukti-bukti arkeologis, kita tahu, manusia baru muncul 300.000 tahun yang lalu di Afrika,/5/ sementara usia Bumi sendiri sudah 4,5 milyar tahun.  

Jika kalangan kreasionis yakin pada keyakinan mereka sendiri bahwa Yesus dari Nazareth betul-betul menunggang seekor dinosaurus kemana pun Dia pergi, sudah seharusnya mereka menyusun sebuah injil baru, namakanlah Injil Dinosaurus, yang perlu mereka tambahkan ke dalam Perjanjian Baru.

Jika anda tahu ada gereja-gereja di kota anda yang mengajarkan pandangan-pandangan kalangan kreasionis ini kepada anak-anak sekolah Minggu mereka, lakukanlah tindakan yang anda anggap perlu, berhubung gereja-gereja semacam ini sedang melakukan tindakan pembodohan atas anak-anak kita yang akan merusak masa depan mereka.

Salam, 
ioanes rakhmat


Catatan-catatan

/1/ Kalangan kreasionis menolak keras sains evolusi, dan percaya bahwa segala organisme yang ada dalam alam ini, teristimewa manusia, diciptakan langsung jadi dalam kondisi fisik seperti yang kita lihat sekarang ini, tanpa melewati tahap-tahap evolusi biologis sebelumnya; dan mereka juga percaya bahwa  segala sesuatu dalam alam ini, termasuk sejarah manusia, ada dengan suatu maksud dan tujuan tertentu, yang telah ditanamkan oleh Allah, sang pencipta, sebagai sang perancang cerdas (the intelligent designer) semua itu. 

/2/ Epik Gilgamesh disusun pada millennium ketiga SM; lihat N.K. Sandars (penerjemah dan pengintrodusir), The Epic of Gilgamesh (London: Penguin Books, 1960, 1972) 108-113. Tentang epik ini, lihat juga http://en.wikipedia.org/wiki/Epic_of_Gilgamesh.

/3/ Bukti saintifik pertama yang sebenarnya bahwa jagat raya ini memiliki suatu permulaan muncul tahun 1920-an, ketika Edwin Hubble melakukan observasi-observasi atas jagat raya dengan memakai teleskop 100 inchi di Gunung Wilson, di kawasan bebukitan di atas Pasadena, California. Dengan menganalisis spektrum cahaya yang dipancarkan galaksi-galaksi, Hubble dapat menetapkan bahwa hampir semua galaksi bergerak menjauh dari kita, dan semakin jauh galaksi-galaksi ini berada semakin cepat gerakan mereka. Pada 1929 dia mempublikasi suatu hukum yang berhubungan dengan besaran angka gerak menjauh galaksi-galaksi itu dari kita, dan menyimpulkan bahwa jagat raya mengembang, expanding. 

Jika sekarang terlihat bahwa jagat raya mengembang, maka jika kita mundur sangat jauh, pada titik yang paling jauh di belakang, jagat raya diawali oleh suatu titik (disebut “singularitas”) yang sangat massif dan berenergi sangat besar, yang kemudian mendentum sebagai big bang, “dentuman besar” (kini kita tahu, ini terjadi 13,72 milyar tahun lalu). Menurut Stephen Hawking, titik yang disebut singularitas ini mendentum (pada fase pertamanya, dentuman ini disebut inflasi) dengan kekuatan yang sangat besar, setara dengan dengan sebuah koin berdiameter 1 cm yang tiba-tiba meledak sampai mencapai sepuluh juta kali lebar galaksi Bima Sakti. 

Bukti-bukti alamiah lainnya yang membenarkan adanya “dentuman besar” pada awal mula terbentuknya jagat raya adalah adanya radiasi gelombang mikro kosmik yang melatarbelakangi dan memenuhi seluruh jagat raya (CMBR= Cosmic Microwave Background Radiation). Selain itu, para astronom juga telah menemukan sidik-sidik jari lainnya yang mendukung gambaran tentang the big bang sebagai suatu jagat raya awal yang kecil dan panas. Sebagai contoh, selama menit-menit pertama, jagat raya lebih panas ketimbang pusat suatu bintang yang tipikal. Selama periode ini seluruh jagat raya bertindak selaku suatu reaktor fusi nuklir. Reaksi nuklirnya berhenti ketika jagat raya mengembang dan cukup mendingin. Menurut teori, ketika ini terjadi jagat raya yang dihasilkan adalah jagat raya yang terdiri terutama atas hidrogen, tetapi juga 23 persen helium, dengan jejak-jejak lithium. Kalkulasi yang diprediksi ini ternyata sejalan dengan jumlah helium, hidrogen, dan lithium yang diobservasi manusia. 

/4/ Tentang kurun kemusnahan dinosaurus, lihat tulisan saya di http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2012/11/kapan-dinosaurus-lenyap-dari-muka-bumi.html.

/5/ Lihat L. Vigilant et al., “African Populations and the Evolution of Human Mitochondrial DNA”, dalam Science 253, no. 5027 [1991], hlm. 1503-1507.