Friday, January 4, 2008

Injil Thomas (114 Ucapan Yesus)


Potongan papirus (abad ketiga M) Injil Thomas. Koleksi British Library


Injil Thomas
The Gospel of Thomas (NHC II,2)

N.B. Dalam kasih karunia Tuhan, teks lengkap Injil Thomas dalam bahasa Indonesia telah dihasilkan oleh Ioanes Rakhmat. Apa pesan injil ini sebagai satu kesatuan, juga sudah ditulisnya; klik di sini. Semoga semuanya berguna bagi studi teks-teks Kristen ekstrakanonik. Diperiksa kembali dan ditambahkan ilustrasi 8 Agustus 2021.



Inilah ucapan-ucapan tersembunyi yang Yesus yang hidup katakan dan Yudas Thomas si Kembar (= Didymus) mencatatnya.

(1) Dan Dia berkata, “Barangsiapa menemukan penafsiran atas ucapan-ucapan ini, dia tidak akan mengecap kematian.” (Bdk Yoh 8:51-52)

(2) Yesus berkata, “Barangsiapa mencari, janganlah berhenti mencari sampai dia menemukan. (Bdk Injil Thomas 92; 94) Ketika dia menemukannya, dia akan susah hati. Ketika dia susah hati, dia akan terpana dan akan berkuasa atas segalanya.” (Papyrus Oxyrhynchus 654.8-9 menambahkan “dan [setelah berkuasa atas segalanya], dia akan beristirahat.”) (Bdk Mat 7:7-8; Luk 11:9-10)



Jika kerajaan Allah ada di sorga, maka burung-burung di udara akan mendahuluimu!


(3) Yesus berkata, “Jika para pemimpinmu berkata, ‘Lihatlah, kerajaan itu ada di sorga,’ maka burung-burung di udara akan mendahului kamu. Jika mereka mengatakan, ‘Kerajaan itu ada di laut’, maka ikan-ikan akan mendahului kamu. Sesungguhnya, kerajaan itu ada di dalam dan di luar kamu. (Bdk Luk 17:20-21) Pada saat kamu mengenal dirimu sendiri, maka kamu akan dikenal, dan kamu akan mengetahui bahwa kamu adalah anak-anak dari Bapa yang hidup. Tetapi jika kamu tidak mengenal dirimu sendiri, kamu hidup di dalam kemiskinan dan kamu sendiri kemiskinan itu.” (Bdk Gal 4:8-9; 1 Kor 8:1-3; 13:12)

(4) Yesus berkata, “Seorang yang lanjut usianya tidak akan ragu bertanya kepada bayi berusia tujuh hari mengenai tempat kehidupan, dan orang itu akan hidup. Sebab banyak yang pertama akan menjadi yang terakhir (Bdk Mat 20:16; Luk 13:30; Mat 19:30; Mrk 10:31) dan mereka akan menjadi satu tunggal.”



Jika kerajaan itu ada di laut, maka ikan-ikan akan mendahului kamu!


(5) Yesus berkata, “Kenalilah apa yang ada di hadapan wajahmu, dan apa yang tersembunyi darimu akan dinyatakan kepadamu. Sebab tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan.” (Bdk Mrk 4:22; Luk 8:17; Mat 10:26; Luk 12:2)

(6) Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Apakah Engkau ingin kami berpuasa? Bagaimanakah kami harus berdoa? Haruskah kami memberi sedekah? Pantangan apakah yang harus kami perhatikan?” (Bdk Mat 6:1-18) Yesus menjawab, “Jangan berdusta dan jangan melakukan apa yang kamu benci, sebab segala sesuatu disingkap di hadapan sorga. Sebab tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, (Bdk Injil Thomas 5:2) dan tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang dibiarkan tetap tertutup.”

(7) Yesus berkata, “Diberkatilah singa yang akan dimakan manusia, sehingga sang singa itu akan menjadi manusia. Terkutuklah manusia yang akan dimakan singa itu, dan singa itu akan menjadi manusia.”

(8) Dan Dia berkata, “Manusia itu seperti seorang penjala ikan yang bijaksana yang menebarkan jalanya ke laut. Ketika dia mengangkat jalanya dari laut, jala itu penuh dengan ikan kecil. Di antara ikan-ikan kecil itu, penjala itu menemukan seekor ikan yang besar dan baik. Maka dilemparkannya semua ikan kecil itu kembali ke laut dan dia memilih ikan besar itu tanpa kesulitan. Barangsiapa bertelinga untuk mendengar, hendaklah dia mendengar.” (Bdk Mat 13:47-50)

(9) Yesus berkata, “Lihatlah, seorang penabur pergi keluar, memenuhi tangannya dengan benih, lalu menyerakkannya. Sebagian benih jatuh di jalan; burung-burung datang, membawanya terbang. Sebagian lagi jatuh di tanah berbatu-batu, tidak berakar di tanah dan tidak menghasilkan bulir-bulir gandum. Sebagian lainnya jatuh di antara semak-semak duri; semak-semak duri itu menggencetnya dan cacing-cacing memakannya. Tetapi sebagian lainnya jatuh di tanah yang baik dan menghasilkan buah yang baik. Ada yang menghasilkan enam puluh per petak, dan ada yang seratus dua puluh per petak.” (Bdk Mat 13:3-9; Mrk 4:2-9; Luk 8:4-8)

(10) Yesus berkata, “Aku telah melemparkan api ke bumi dan, lihatlah, Aku menjaganya sampai api itu bernyala besar.” (Bdk Luk 12:49)

(11) Yesus berkata, “Langit akan berlalu dan apa yang ada di atasnya akan lenyap. (Bdk Mat 24:35; Mrk 13:31; Luk 21:33; Mat 5:18; Luk 16:17) Yang mati tidak hidup dan yang hidup tidak mati. Pada waktu kalian memakan apa yang mati, maka kalian akan membuatnya hidup. Apabila kalian berada di dalam terang, apa yang akan kalian perbuat? Ketika kalian tunggal, kalian menjadi dua. Tetapi ketika kalian menjadi dua, apa yang akan kalian kerjakan?”

(12) Murid-murid berkata kepada Yesus, “Kami tahu Engkau akan meninggalkan kami. Lalu, siapakah yang akan menjadi pemimpin kami?” Yesus berkata kepada mereka, “Tidak peduli dari manapun kalian berasal, kalian pergilah kepada Yakobus Yang Adil. Langit dan bumi diciptakan untuknya.”

(13) Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Bandingkan Aku dengan sesuatu dan katakan kepada-Ku seperti apakah Aku.” Simon Petrus berkata kepada-Nya, “Engkau seperti seorang bentara yang adil.” Matius berkata kepada-Nya, “Engkau seperti seorang filsuf yang bijaksana.” Thomas berkata kepada-Nya, “Guru, mulutku sama sekali tidak sanggup mengatakan seperti apa Engkau.” Yesus berkata, “Aku bukanlah gurumu. Karena kamu telah mabuk, mabuk oleh pancaran air berbuih-buih yang Aku telah takarkan.” Lalu Dia membawa Thomas, memisahkannya dari yang lain, dan menyampaikan tiga kata kepada-Nya. Ketika Thomas kembali kepada murid-murid lainnya, mereka bertanya, “Apa yang Yesus telah katakan kepadamu?” Thomas berkata kepada mereka, “Jika aku beritahukan satu saja dari kata-kata yang Dia telah sampaikan kepadaku, maka kalian akan memungut batu dan melemparkannya kepadaku. Dan api akan muncul dari batu-batu itu dan membakar habis kalian.”

(14) Yesus berkata kepada mereka, “Jika kalian berpuasa, kalian akan mendatangkan dosa kepada diri kalian sendiri. Dan jika kalian berdoa, kalian akan menghukum diri kalian sendiri, dan jika kalian memberi sedekah, kalian akan melakukan yang jahat terhadap roh kalian sendiri.” “Pada waktu kalian masuk ke suatu negeri dan mendatangi kampung-kampungnya, jika mereka menerima kalian, makanlah apa pun yang mereka suguhkan kepada kalian. Sembuhkan yang sakit di antara mereka. (Bdk Mat 10:8; Luk 10:8-9; 1 Kor 10:27) Sebab apa yang masuk ke dalam mulutmu tidak akan menajiskan dirimu, tetapi apa yang keluar dari mulutmu akan menajiskan dirimu.” (Bdk Mat 15:11; Mrk 7:15)

(15) Yesus berkata, “Pada waktu kalian melihat Dia yang tidak lahir dari seorang perempuan, tundukkan wajahmu dan sembahlah Dia. Dialah Bapamu.” (Bdk Yoh 10:30)

(16) Yesus berkata, “Orang mengira Aku telah datang untuk membawa damai di bumi, tetapi mereka tidak tahu bahwa Aku telah datang membawa pertentangan di bumi ini: api, pedang, perang. Sebab akan ada lima orang di sebuah rumah: tiga akan melawan dua dan dua akan melawan tiga, ayah melawan anak laki-laki, dan anak laki-laki akan melawan ayahnya;dan mereka akan berdiri sendirian.” (Bdk Mat 10:34-36; Luk 12:49, 50, 51-53)

(17) Yesus berkata, “Aku akan memberikan kepadamu apa yang mata belum pernah lihat, apa yang telinga belum dengar dan tangan belum sentuh, dan apa yang tidak muncul dalam hati manusia.” (Bdk 1 Kor 2:9; Yes 64:4)

(18) Murid-murid-Nya berkata kepada Yesus, “Katakan kepada kami bagaimana akhir kami.” (Bdk Mat 24:3; Mrk 13:3-4; Luk 21:7) Yesus menjawab, “Apakah kamu sudah menemukan awal, sehingga kamu mencari akhir? Di tempat di mana ada awal, di situ akan ada akhir. Diberkatilah orang yang berdiri di awal: dia akan mengetahui akhir dan tidak akan mengecap kematian.”

(19) Yesus berkata, “Diberkatilah dia yang telah ada sebelum dia diciptakan. Jika kamu menjadi murid-murid-Ku dan mendengarkan kata-kata-Ku, batu-batu ini akan melayani kamu. Sebab ada lima pohon di sorga yang tidak berubah di musim panas atau di musim dingin dan yang daun-daunnya tidak berguguran. Barangsiapa mengenal pohon-pohon itu, dia tidak akan mengecap kematian.”

(20) Murid-murid-Nya berkata kepada Yesus, “Katakanlah kepada kami, seperti apa kerajaan sorga itu?” Dia berkata kepada mereka, “Kerajaan sorga itu seumpama sebutir biji sesawi, paling kecil dari semua biji. Tetapi ketika jatuh ke tanah yang sudah disiapkan, biji ini menghasilkan suatu pohon besar dan menjadi suatu tempat berlindung bagi burung-burung di angkasa.” (Bdk Mat 13:31-32; Luk 13:18-19; Mrk 4:30-32)

(21) Maria berkata kepada Yesus, “Seperti apakah murid-murid-Mu itu?” Dia berkata, “Mereka itu seperti anak-anak kecil yang tinggal di suatu padang yang bukan milik mereka. Ketika pemilik-pemilik padang itu datang, mereka akan berkata, ‘Berikan kepada kami tanah padang kami.’ Murid-murid itu melepaskan pakaian mereka di hadapan para pemilik padang itu lalu menyerahkannya kepada mereka, dan mereka mengembalikan tanah padang itu kepada mereka. (Bdk Injil Thomas 37) Karena itu, Aku berkata, jika si pemilik rumah tahu kapan pencuri akan datang, dia tentu akan tetap berjaga sebelum pencuri itu datang dan tidak akan membiarkan si pencuri mendobrak, masuk ke rumah lalu mengambil barang-barang. (Bdk Injil Thomas 103; Mat 24:43; Luk 12:39) Jadi, kamu harus berjaga-jaga terhadap dunia. Persenjatai dirimu dengan kekuatan besar, supaya para perampok tidak mendapat jalan untuk mendatangi dirimu, sebab kesulitan yang kamu nanti-nantikan itu akan datang. Hendaklah ada di antaramu seorang yang mengerti. Pada waktu panen tiba, si pemilik datang segera dengan ani-ani di tangannya dan menuai hasil sawahnya. (Bdk Mrk 4:29; Yoel 3:13) Barangsiapa bertelinga untuk mendengar, hendaklah dia mendengar.”

(22) Yesus melihat anak-anak kecil sedang menyusu, dan Dia berkata kepada murid-murid-Nya, “Anak-anak yang sedang menyusu ini seperti orang-orang yang masuk ke dalam kerajaan.” Mereka bertanya kepadanya, “Jika kami anak-anak, akankah kami masuk ke dalam kerajaan?” Yesus berkata kepada mereka, “Pada waktu kamu membuat dua menjadi satu, dan pada waktu kamu membuat bagian dalam seperti bagian luar, dan bagian luar seperti bagian dalam, dan bagian atas seperti bagian bawah, dan ketika kamu membuat yang laki-laki dan yang perempuan menjadi satu tunggal sehingga yang laki-laki bukan lagi laki-laki dan yang perempuan bukan lagi perempuan, ketika kamu menjadikan mata menggantikan mata, tangan menggantikan tangan, kaki menggantikan kaki, dan sebuah gambar menggantikan sebuah gambar, maka kamu akan masuk ke dalam kerajaan.” (Bdk Gal 3:27-28; Injil Thomas 114)

(23) Yesus berkata, “Aku akan memilih kamu, satu dari antara seribu, dan dua dari antara sepuluh ribu, dan mereka akan berdiri sebagai satu tunggal.” (Bdk Ul 32:30; Pkh 7:28)

(24) Murid-murid-Nya berkata kepada-Nya, “Tunjukkan kepada kami tempat di mana Engkau berada, sebab kami harus mencarinya.” Dia berkata kepada mereka, “Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah dia mendengar. Ada terang di dalam seorang manusia terang dan terangnya ini menerangi seluruh dunia. Pada waktu terang tidak bercahaya lagi, maka di situlah kegelapan.” (Bdk Mat 6:22-23; Luk 11:34-35, 36)

(25) Yesus berkata, “Kasihilah saudaramu seperti jiwamu sendiri; jaga dan peliharalah dia seperti biji matamu.” (Bdk Mat 22:39; Mrk 12:31; Luk 10:27; Im 19:18)

(26) Yesus berkata, “Suban di mata saudaramu engkau lihat, tetapi balok di matamu sendiri tidak engkau lihat. Kalau engkau sudah mengeluarkan balok itu dari matamu sendiri, barulah engkau bisa melihat dengan jelas untuk mengeluarkan suban dari mata saudaramu itu.” (Bdk Mat 7:3-5; Luk 6:41-42)

(27) “Jika engkau tidak berpuasa dari dunia ini, maka engkau tidak akan menemukan kerajaan itu. Jika engkau tidak memelihara Sabat sebagai suatu Sabat, maka engkau tidak akan melihat sang Bapa.”

(28) Yesus berkata, “Aku berdiri di tengah di dunia ini dan Aku tampak oleh mereka di dalam daging. (Bdk Yoh 1:14; 1 Tim 3:16; Ams 1:20-33) Aku dapati mereka semuanya sedang mabuk, tetapi Aku tidak menemukan satu pun dari antara mereka yang haus. Jiwa-Ku rindu pada anak-anak manusia karena hati mereka buta dan mereka tidak melihat, sebab mereka datang tanpa membawa apa-apa ke dalam dunia; dan mereka juga berupaya untuk meninggalkan dunia ini tanpa membawa apapun. Adapun mereka itu mabuk. Pada saat mereka membuang anggur mereka, maka mereka akan bertobat.”

(29) Yesus berkata, “Jika daging ada karena roh, maka ini suatu keajaiban. Tetapi jika roh ada karena tubuh, ini adalah suatu keajaiban dari segala keajaiban. Aku terpana bagaimana kekayaan seagung itu telah tinggal dalam kemiskinan ini.” (Bdk Injil Thomas 7; 87; 112)

(30) Yesus berkata, “Di mana ada tiga Allah, mereka ilahi. Di mana ada dua atau satu, di situ Aku berada bersama yang satu.”

(31) Yesus berkata, “Tidak ada nabi yang diterima di kampungnya sendiri; seorang tabib tidak menyembuhkan orang-orang yang mengenalnya.” (Bdk Mat 13:57; Mrk 6:4; Luk 4:23-24; Yoh 4:44)

(32) Yesus berkata, “Sebuah kota yang dibangun di atas bukit yang tinggi dan dibentengi, tidak dapat jatuh, juga tidak bisa tetap tersembunyi.” (Bdk Mat 5:14; 7:24-25; Luk 6:47-48)

(33) Yesus berkata, “Apa yang engkau akan dengar dengan telingamu, perdengarkan itu di telinga satunya lagi dari atap rumahmu. Sebab tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, atau menempatkannya di suatu tempat tersembunyi. Melainkan, dia akan meletakkannya di atas kaki dian sehingga setiap orang yang keluar masuk dapat melihat terangnya.” (Bdk Mat 5:15; Luk 11:33; Mrk 4:21; Luk 8:16)





(34) Yesus berkata, “Jika seorang buta menuntun seorang buta, maka keduanya akan jatuh ke dalam sebuah lubang.” (Bdk Mat 15:14; Luk 6:39)

(35) Yesus berkata, “Kamu tidak dapat masuk ke rumah seorang kuat dan merebutnya dengan paksa jika tidak lebih dulu mengikat tangannya. Kalau tangan orang kuat itu sudah diikat, barulah kamu dapat menjarah rumahnya.” (Bdk Mat 12:29; Mrk 3:27; Luk 11:21-22)

(36) Yesus berkata, “Jangan kamu kuatir dari pagi sampai petang dan dari petang sampai pagi mengenai apa yang akan kamu pakai.” (Bdk Mat 6:25-33, 34; Luk 12:22-31, 32) (Versi Yunaninya, Oxyrhynchus Papyrus 655.1-17, berbunyi demikian: “Jangan kamu kuatir dari pagi sampai senja atau dari petang sampai pagi tentang makananmu, tentang apa yang akan kamu makan, atau tentang pakaianmu, tentang apa yang akan kamu pakai. Kamu jauh lebih baik dari bunga-bunga bakung yang tidak memintal dan juga tidak menenun. Jika kamu tidak mempunyai pakaian apapun, maka apa yang akan kamu kenakan? Siapa yang akan menambahkan tinggi tubuhmu? Dia akan memberikan kepadamu pakaianmu.”)

(37) Murid-murid-Nya berkata, “Kapan Engkau akan tampak kepada kami dan kapan kami akan melihat-Mu?” Yesus berkata, “Pada waktu kamu menanggalkan pakaianmu tanpa merasa malu, dan mengambil pakaianmu dan meletakkannya di bawah kakimu seperti yang dilakukan kanak-kanak dan menginjak-injaknya, maka di saat itulah kamu akan melihat Anak dari Dia Yang Hidup dan kamu tidak akan takut.” (Bdk Injil Thomas 21)

(38) Yesus berkata, “Banyak kali kamu ingin mendengar kata-kata ini, kata-kata yang Aku sedang ucapkan kepadamu, dan tidak ada seorang lain pun yang darinya kamu akan mendengar kata-kata ini. Akan tiba saatnya ketika kamu mencari Aku, kamu tidak akan menemukan Aku.” (Bdk Mat 13:17; Luk 10:24; 17:22; Yoh 7:33-36; Ams 1:23-28)

(39) Yesus berkata, “Orang-orang Farisi dan para ahli kitab telah mengambil kunci-kunci pengetahuan, tetapi mereka menyembunyikan kunci-kunci itu. Mereka tidak masuk ke dalamnya, juga tidak mengizinkan orang lain yang ingin memasukinya. (Bdk Mat 23:13; Luk 11:52) Tetapi hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati!” (Bdk Mat 10:16)

(40) Yesus berkata, “Sebatang pohon anggur telah ditanam jauh dari sang Bapa. Karena pohon ini tidak kuat, maka akan dicabut sampai ke akar-akarnya lalu akan mati.” (Bdk Mat 15:13; Yoh 15:5-6; Yes 5:1-7; Injil Thomas 57; Mat 13:24-30)

(41) Yesus berkata, “Barangsiapa memiliki sesuatu di tangannya, maka kepadanya akan ditambahkan lagi. Barangsiapa tidak memiliki apa pun, maka yang paling kecil pun yang ada padanya akan diambil.” (Bdk Mat 13:12; Mrk 4:24-25; Luk 8:18; Mat 25:29; Luk 19:26)

(42) Yesus berkata, “Jadilah musafir.”

(43) Murid-murid-Nya berkata kepada-Nya, “Siapakah Engkau ini sampai Engkau harus mengatakan hal-hal ini kepada kami?” “Kamu tidak mengenal siapa Aku dari apa yang Aku katakan kepadamu. (Bdk Yoh 14:8-11) Tetapi kalian telah menjadi seperti orang-orang Yahudi! Mereka menyukai pohonnya tetapi membenci buahnya; mereka menyukai buahnya tetapi membenci pohonnya.” (Bdk Luk 6:43-44; Mat 7:16a, 16b, 19-20; 12:33a-b, 33c)

(44) Yesus berkata, “Barangsiapa menghujat sang Bapa, dia akan diampuni. Dan barangsiapa menghujat sang Anak, dia akan diampuni. Tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, dia tidak akan diampuni, di bumi maupun di sorga.” (Bdk Mat 12:31-32; Luk 12:10; Mrk 3:28-29)

(45) Yesus berkata, “Anggur tidak dituai dari semak duri; demikian juga buah ara tidak dari rumput duri. Semak dan rumput duri tidak menghasilkan buah. Seorang yang baik menghasilkan yang baik dari perbendaharaannya; seorang yang jahat mengeluarkan yang jahat dari perbendaharaan jahat di dalam hatinya, dan akan berkata-kata jahat. Sebab dari perbendaharaan hatinya, dia akan menghasilkan yang jahat.” (Bdk Luk 6:43-45; Mat 7:16a, 16b, 17, 18, 19-29; 12:33a-b, 33c, 34a, 34b-35; Yak 3:12)

(46) Yesus berkata, “Dari Adam sampai Yohanes Pembaptis, di antara orang yang dilahirkan perempuan, tidak ada yang lebih besar dari Yohanes Pembaptis; maka janganlah berpaling dari pandangan matanya. Tetapi Aku berkata bahwa barangsiapa di antaramu menjadi seperti seorang anak, dia akan mengetahui kerajaan dan akan lebih besar dari Yohanes.” (Bdk Mat 11:11; Luk 7:28)

(47) Yesus berkata, “Orang tidak dapat menunggang dua ekor kuda atau menarik dua busur panah. Seorang hamba tidak dapat melayani dua tuan; sebab dia akan menghormati yang satu, tetapi menghina yang lainnya. (Bdk Mat 6:24; Luk 16:13) Tidak ada orang yang sedang meminum anggur tua, mendadak ingin meminum anggur baru. Anggur baru tidak disimpan dalam kantung-kantung kulit tua, sebab kantung-kantung kulit itu akan koyak; dan anggur tua tidak akan dituang ke dalam kantung kulit baru, karena anggur tua itu bisa rusak. (Bdk Mat 9:17; Mrk 2:22; Luk 8:37-39) Tidak ada orang menambalkan suatu potongan kain tua pada suatu pakaian baru, sebab pakaian baru itu akan koyak.” (Bdk Mat 9:16; Mrk 2:21; Luk 5:36)

(48) Yesus berkata, “Jika dua orang saling berdamai dalam satu rumah, mereka akan berkata kepada gunung ini: ‘Terangkatlah dari sini!’ Maka gunung itupun terangkat.” (Bdk Injil Thomas 106; Mat 18:19; 17:20b; Luk 17:6b; Mat 21:21; Mrk 11:23; 1 Kor 13:2)

(49) Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang sendirian (Koptik: monakhos) dan yang terpilih, karena kamu akan mendapatkan kerajaan itu. Karena kamu telah datang dari sana, maka kamu akan kembali lagi ke sana.” (Bdk Injil Thomas 18)

(50) Yesus berkata, “Jika mereka berkata kepadamu, ‘Darimana asalmu?’, katakan kepada mereka, ‘Kami telah datang dari terang, dari tempat di mana terang telah ada dari dirinya sendiri, (Bdk Injil Thomas 61; 83) memantapkan dirinya sendiri, dan telah menampakkan diri di dalam gambar mereka.’ Jika mereka bertanya kepadamu, ‘Siapakah kamu?’, maka jawablah, ‘Kami adalah anak-anak-Nya, dan kami adalah orang-orang pilihan dari Bapa yang hidup.’ Jika mereka bertanya kepadamu, ‘Apa bukti bahwa Bapamu ada di dalammu?’, maka katakan kepada mereka, “Buktinya adalah gerak dan rehat.’”

(51) Murid-murid-Nya berkata kepada-Nya, “Kapankah rehat [kebangkitan?] bagi orang mati akan terjadi, dan bilamana dunia baru akan datang?” Dia berkata kepada mereka, “Rehat yang kamu sedang nanti-nantikan telah datang, tetapi kamu tidak mengetahuinya.” (Bdk Luk 17:20 21; Injil Thomas 113; Yoh 3:18-19; 5:25; 2 Tim 2:17-18)

(52) Murid-murid-Nya berkata kepada-Nya, “Dua puluh empat nabi telah berbicara di Israel, dan mereka semua berbicara tentang Engkau.” Dia berkata kepada mereka, “Kalian telah mengabaikan Dia Yang Hidup yang ada di hadapan kalian, tetapi malah membicarakan orang orang yang sudah mati.”

(53) Murid-murid-Nya berkata kepada-Nya, “Bermanfaat atau tidakkah sunat itu?” Dia berkata kepada mereka, “Seandainya bermanfaat, maka ayah mereka akan melahirkan mereka dalam keadaan bersunat dari dalam kandungan ibu mereka. Tetapi sunat sejati di dalam roh itu berharga dalam segala hal.” (Bdk Rm 2:25-29)

(54) Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang miskin. Sebab engkaulah yang empunya kerajaan sorga.” (Bdk Mat 5:3; Luk 6:20)

(55) Yesus berkata, “Barangsiapa tidak membenci ayahnya dan ibunya, dia tidak dapat menjadi murid-Ku; dan barangsiapa tidak membenci saudara-saudaranya laki-laki dan saudara-saudaranya perempuan dan tidak memikul salibnya sama seperti Aku, maka dia tidak berharga bagi-Ku.” (Bdk Mat 10:37-38; Luk 14:26-27; Mat 16:24; Mrk 8:34; Luk 9:23; Injil Thomas 101)

(56) Yesus berkata, “Barangsiapa telah mengenal dunia ini, dia telah menemukan mayat. Dan barangsiapa telah mendapatkan mayat, baginya dunia ini tidak berharga.” (Bdk Injil Thomas 80)

(57) Yesus berkata, “Kerajaan sang Bapa itu seumpama seorang yang memiliki benih yang baik. Pada malam hari musuhnya datang dan menaburkan lalang-lalang di antara benih yang baik itu. Tetapi orang itu tidak mengizinkan pekerja-pekerjanya mencabut lalang-lalang itu. Dia berkata kepada mereka, ‘Jangan cabut, sebab kalau kalian mencabut lalang-lalang itu, tanaman gandum pun akan ikut tercabut.’ Pada waktu panen nanti, lalang-lalang itu akan kelihatan jelas. Barulah lalang-lalang itu dicabut dan dibakar.” (Bdk Mat 13:24-30)

(58) Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang telah bekerja keras dan telah menemukan kehidupan.” (Bdk Ams 8:34-36; Injil Thomas 68-69)

(59) Yesus berkata, “Carilah Dia Yang Hidup sementara kamu masih hidup, atau kamu akan mati lalu berusaha melihat Dia yang hidup, dan kamu tidak akan bisa melihat-Nya.” (Bdk Luk 17:22; Yoh 7:33-36; 8:21; 13:33; Injil Thomas 38)

(60) Dia melihat seorang Samaria sedang membawa seekor anak domba ketika Dia sedang dalam perjalanan menuju Yudea. 
Dia berkata kepada murid-murid-Nya, “Orang itu sedang membawa domba itu berkeliling.”
Mereka berkata kepadanya, “Lalu orang itu dapat membunuh domba itu lalu memakannya.” Dia berkata kepada mereka, “Selama domba itu masih hidup, dia tidak akan memakannya. Tetapi hanya ketika dia telah membunuh domba itu, dan domba itu telah menjadi mayat.”
Mereka berkata, “Kalau tidak dibunuh dulu, dia tidak akan bisa memakannya.” 
Dia berkata kepada mereka, “Kalian, juga, carilah suatu tempat untuk rehat kalian, atau, kalian akan menjadi mayat lalu dimakan.” (Bdk Injil Thomas 7; 11)

(61) Yesus berkata, “Dua orang akan beristirahat pada sebuah dipan; seorang akan mati, dan yang lainnya akan hidup.” (Bdk Luk 17:34-35; Mat 24:40-41)
Salome berkata, “Siapakah Engkau, Tuan? Engkau telah naik ke dipanku dan makan dari mejaku seolah-olah Engkau berasal dari seseorang.”
Yesus berkata kepadanya, “Aku adalah Dia yang datang dari kepenuhan. Kepada-Ku telah diberikan hal-hal yang berasal dari Bapa-Ku.” (Bdk Mat 11:27; Luk 10:22; Yoh 3:35; 6:37-39; 13:3-4)
“Akulah murid-Mu.”
“Karena itulah Aku katakan, jika seseorang itu penuh, orang itu akan diisi terang, (Bdk Yoh 8:12; Injil Thomas 50; 83) tetapi jika seseorang itu terbagi, dia akan dipenuhi kegelapan.”

(62) Yesus berkata, “Aku menyingkapkan rahasia-rahasia-Ku kepada orang-orang yang layak menerima rahasia-rahasia-Ku. (Bdk Mat 13:11; Mrk 4:11; Luk 8:10) Janganlah tangan kirimu mengetahui apa yang sedang diperbuat tangan kananmu.” (Bdk Mat 6:3)

(63) Yesus berkata, “Adalah seorang kaya yang memiliki sangat banyak uang. Kata orang itu, ‘Aku akan menanam uangku supaya aku dapat menabur, menuai, menanam, dan mengisi lumbung-lumbungku dengan hasilnya, supaya aku tidak akan kekurangan apapun. Inilah hal-hal yang dia pikirkan di dalam hatinya, tetapi pada malam itu juga dia mati. Barangsiapa bertelinga, hendaklah dia mendengar.” (Bdk Luk 12:16-21)

(64) Yesus berkata, “Seseorang sedang menerima tamu-tamu. Pada waktu dia telah menyiapkan jamuan malam, dia mengirim hambanya untuk mengundang tamu-tamu itu. Hamba itu pergi kepada tamu yang pertama dan berkata kepadanya, ‘Tuanku mengundang engkau.’
Orang itu berkata, ‘Beberapa pedagang berhutang uang kepadaku; mereka akan datang kepadaku malam ini. Aku harus pergi dan memberi mereka petunjuk-petunjukku. Jadi maafkanlah, aku tidak bisa datang.’
Hamba itu pergi kepada tamu lainnya dan berkata kepadanya, ‘Tuanku telah mengundangmu.’
Orang itu berkata kepada hamba itu, ‘Aku telah membeli sebuah rumah dan aku telah dipanggil untuk pergi satu hari. Aku tidak akan punya waktu.’
Hamba itu pergi kepada tamu lainnya dan berkata kepadanya, ‘Tuanku mengundang engkau.’
Orang itu berkata kepada hamba itu, ‘Sahabatku mau menikah dan aku harus menyiapkan perjamuannya. Aku tidak dapat datang. Maafkanlah aku.’
Hamba itu pergi kepada seorang tamu lainnya dan berkata kepadanya, ‘Tuanku mengundang engkau.’
Orang itu berkata kepada hamba itu, ‘Aku telah membeli sebuah perkebunan dan aku akan pergi untuk memungut uang sewanya. Aku tidak akan dapat datang. Maafkan aku.’
Hamba itu kembali dan berkata kepada tuannya, ‘Orang-orang yang engkau telah undang ke perjamuan makan malam telah meminta maaf karena tidak bisa datang.’
Tuan itu berkata kepada hambanya itu, ‘Pergilah ke jalan-jalan dan bawalah siapapun yang engkau jumpai ke perjamuan malam ini.’ (Bdk Mat 22:1-10; Luk 14:16-24; Ul 20:5-7; 24:5)
Para pembeli dan pedagang tidak akan masuk ke dalam tempat-tempat Bapa-Ku.” (Bdk Sir 26:29; Injil Thomas 63)

(65) Dia berkata, “Seorang tukang riba memiliki sebuah kebun anggur dan menyewakannya kepada beberapa penggarap, supaya mereka dapat bekerja dan dia dapat memungut hasilnya dari mereka. Dia mengutus hambanya supaya para penggarap itu dapat memberi kepada hambanya hasil kebun anggur itu. Mereka menangkap, memukuli, dan hampir membunuh hambanya itu, dan hamba itu kembali dan memberitahukan tuannya. Tuannya berkata, ‘Mungkin dia tidak mengenal mereka.’ Dia mengutus seorang hamba lainnya, dan para penggarap itu memukulinya juga. Lalu tuan itu mengutus anaknya dan berkata, ‘Mungkin mereka akan menunjukkan rasa hormat mereka kepada anakku.’ Karena para penggarap itu tahu bahwa dia adalah pewaris kebun anggur itu, mereka menangkapnya lalu membunuhnya. Barangsiapa bertelinga, hendaklah dia mendengar.” (Bdk Mat 21:33-41; Mrk 12:1-9; Luk 20:9-16)

(66) Yesus berkata, “Tunjukkanlah kepada-Ku batu yang ditolak oleh para tukang bangunan: itulah batu penjuru.” (Bdk Mzm 118:22; Mat 21:42; Mrk 12:10; Luk 20:17; Kis 4:11; 1 Pet 2:7)

(67) Yesus berkata, “Orang yang mengetahui segala sesuatu tetapi tidak memiliki dirinya sendiri, dia tidak memiliki apapun.”

(68) Yesus berkata, “Berbahagialah kamu kalau kamu dibenci dan dianiaya, dan tidak ada tempat yang akan ditemukan, di manapun kamu dianiaya.” (Bdk Mat 5:10, 11; Luk 6:22; Injil Thomas 58; 69)

(69) Yesus berkata, “Berbahagialah orang-orang yang telah dianiaya dalam hati mereka: mereka adalah orang-orang yang telah dengan sungguh-sungguh mengenal sang Bapa. (Bdk Injil Thomas 68) Diberkatilah orang-orang yang lapar, supaya perut kosong orang-orang itu dikenyangkan.” (Bdk Mat 5:6; Luk 6:21)

(70) Yesus berkata, “Jikalau engkau mengeluarkan apa yang ada di dalammu, maka apa yang engkau miliki akan menyelamatkanmu. Jikalau engkau tidak memiliki apa yang ada di dalammu, maka apa yang engkau tidak miliki di dalammu akan membunuhmu.” (Bdk Injil Thomas 41; 67)

(71) Yesus berkata, “Aku akan menghancurkan rumah ini sampai menjadi puing-puing, dan tidak ada seorang pun akan dapat membangunnya kembali.” (Bdk Mat 26:61; Mrk 14:58; Mat 27:40; Mrk 15:29; Kis 6:14; Yoh 2:19)

(72) Seseorang berkata kepada-Nya, “Beritahukanlah saudara-saudaraku untuk membagi barang-barang kepunyaan bapaku dengan aku.” 
Dia berkata kepada orang itu, “Tuan, siapa yang membuat Aku menjadi seorang pembagi?” Dia berpaling kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka, “Aku bukan seorang pembagi, bukan?” (Bdk Luk 12:13-14)

(73) Yesus berkata, “Panenan besar, tetapi para pekerja sedikit. Karena itu mintalah tuan pemiliknya untuk mengirim para pekerja ke panen itu.” (Bdk Mat 9:37-38; Luk 10:2)

(74) Seseorang berkata, “Tuan, ada banyak orang di sekitar bak minum, tetapi tidak ada sesuatu apapun dalam sumur.”

(75) Yesus berkata, “Ada banyak orang berdiri di muka pintu, tetapi orang-orang yang sendirianlah (Koptik: monakhos) yang akan masuk ke dalam kamar pengantin.” (Bdk Mat 25:1-13)

(76) Yesus berkata, “Kerajaan sang Bapa itu seumpama seorang pedagang yang memiliki sejumlah persediaan barang dagangan, lalu dia menemukan sebuah mutiara. Pedagang itu bijaksana; dia menjual semua barang dagangannya dan membeli satu mutiara itu untuk dirinya. (Bdk Mat 13:45-46) Demikian juga dengan kamu, carilah harta yang tidak bisa binasa, yang kekal, di mana tidak ada ngengat yang datang untuk memakannya dan tidak ada cacing yang akan menghancurkannya.” (Bdk Mat 6:19-20; Luk 12:33; Mat 13:44)

(77) Yesus berkata, “Akulah terang yang ada di atas segalanya. (Bdk Yoh 8:12) Akulah segalanya: dari Aku segala sesuatunya berasal, dan kepada-Ku segalanya kembali. (Bdk Rm 11:36; 1 Kor 8:6) Belahlah sebatang kayu, maka Aku ada di situ. Angkatlah batu, maka kamu akan menemukan Aku di situ.” (Bdk Pkh 10:9; Hab 2:18-20)

(78) Yesus berkata, “Mengapa kamu telah datang ke pedalaman? Untuk melihat sebatang buluh yang digoyang anginkah? Ataukah untuk melihat seseorang yang berpakaian kain halus, sama seperti para penguasa dan orang-orang yang memerintah kamu? Mereka berpakaian kain halus, dan mereka tidak dapat memahami kebenaran.” (Bdk Mat 11:7-8; Luk 7:24-25)

(79) Seorang perempuan di dalam kerumunan berkata kepada-Nya, “Diberkatilah rahim yang telah memperanakkan-Mu dan payudara yang telah menyusui-Mu.” (Bdk Luk 11:27-28) 
Dia berkata kepadanya, “Diberkatilah orang-orang yang telah mendengar firman sang Bapa dan telah dengan sungguh-sungguh memeliharanya. (Bdk Yoh 13:17; Yak 1:25) Karena akan ada hari-hari di mana engkau akan berkata, ‘Diberkatilah rahim yang tidak mengandung dan payudara yang tidak memberi susu.’” (Bdk Luk 23:29; Mat 24:19; Mrk 13:17; Luk 21:23)

(80) Yesus berkata, “Barangsiapa yang telah mengenal dunia, telah menemukan tubuh, dan barangsiapa yang telah menemukan tubuh, baginya dunia ini tidak berharga lagi.” (Injil Thomas 56)

(81) Yesus berkata, “Hendaklah orang yang telah menjadi kaya, memerintah, dan hendaklah orang yang memiliki kuasa melepaskannya.” (Bdk 1 Kor 4:8; Injil Thomas 110)

(82) Yesus berkata, “Barangsiapa dekat dengan Aku, dia dekat dengan api, dan barangsiapa jauh dari Aku, dia jauh dari kerajaan.”

(83) Yesus berkata, “Gambar-gambar kelihatan dalam pandangan orang, tetapi terang yang ada dalam mereka (Bdk Injil Thomas 50; 61) tersembunyi dalam gambar terang sang Bapa. Sang Bapa akan dinyatakan, tetapi gambar-Nya tersembunyi oleh terang-Nya.” (Bdk Kej 1:26-28)

(84) Yesus berkata, “Pada waktu engkau melihat rupamu, engkau senang. Tetapi pada waktu engkau melihat gambar-gambarmu yang tercipta di hadapanmu dan yang tidak mati dan tidak kelihatan, betapa banyak engkau akan menanggungnya.” (Bdk Kej 1:26-28)

(85) Yesus berkata, “Adam berasal dari kuasa akbar (Bdk Kis 8:9-10) dan kekayaan akbar, tetapi dia tidak layak bagimu. Sebab jika dia layak, dia tidak akan mengecap kematian.”

(86) Yesus berkata, “Rubah-rubah memiliki kandang dan burung-burung mempunyai sarang, tetapi sang Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk membaringkan kepala-Nya dan beristirahat.” (Bdk Mat 8:20; Luk 9:58)

(87) Yesus berkata, “Betapa menyedihkannya tubuh yang bergantung pada suatu tubuh, dan betapa menyedihkannya jiwa yang bergantung pada keduanya ini.” (Bdk Injil Thomas 29; 112)

(88) Yesus berkata, “Pemberita-pemberita [= malaikat-malaikat] dan nabi-nabi akan datang kepadamu dan memberikanmu apa yang menjadi milikmu. Pada gilirannya berilah mereka apa yang engkau punya, dan berkatalah kepada dirimu sendiri, ‘Kapankah mereka akan datang dan mengambil apa yang menjadi milik mereka?’”

(89) Yesus berkata, “Mengapa engkau mencuci bagian luar dari piala minuman itu? Apakah engkau tidak mengerti bahwa Dia yang membuat bagian dalam adalah juga Dia yang membuat bagian luar?” (Bdk Mat 23:25-26; Luk 11:39-41)

(90) Yesus berkata, “Datanglah kepada-Ku, sebab kuk yang Kupasang itu mudah dan kekuasaan-Ku pun lembut, dan kamu akan mendapat rehat bagi dirimu sendiri.” (Bdk Mat 11:28-30; Sir 51:26-27)

(91) Mereka berkata kepada-Nya, “Katakan kepada kami, siapakah Engkau, supaya kami dapat percaya kepada-Mu.”
Dia berkata kepada mereka, “Kamu meneliti rupa sorga dan bumi, tetapi kamu tidak mengenal Dia yang ada di hadapanmu, dan kamu tidak tahu bagaimana memeriksa saat ini.” (Bdk Mat 16:1, 2-3; Luk 12:54-56)

(92) Yesus berkata, “Carilah, maka kamu akan mendapatkan. (Bdk Injil Thomas 2; 94; Mat 7:7-8; Luk 11:9-10) Tetapi, pada masa lalu, Aku tidak memberitahumu hal-hal yang kamu telah tanyakan kepada-Ku waktu itu. Kini Aku mau memberitahukannya, tetapi kamu tidak mencarinya.” (Bdk Yoh 16:4-5, 12-15, 22-28)

(93) “Jangan beri apa yang suci kepada anjing-anjing, atau mereka akan melemparnya ke gundukan rabuk. Jangan lempar mutiara-mutiara kepada babi, atau mereka akan menjadikannya lumpur.” (Bdk Mat 7:6)


Rasa ingin tahu atau kuriositas mendorong orang mencari dan mengetuk


(94) Yesus berkata, “Orang yang mencari, akan menemukan; untuk orang yang mengetuk, pintu baginya akan dibukakan.” (Bdk Injil Thomas 2; 92; Mat 7:7-8; Luk 11:9-10)

(95) Yesus berkata, “Jika engkau mempunyai uang, jangan meminjamkannya dengan riba. Tetapi, berikan uang itu kepada seseorang yang darinya engkau tidak akan menerimanya kembali.” (Bdk Mat 5:42; Luk 6:30, 34-35b, 35c)

(96) Yesus berkata, “Kerajaan sang Bapa itu seumpama seorang perempuan. Dia mengambil sedikit ragi, lalu menyembunyikannya dalam adonan, dan menjadikannya ketul-ketul roti yang besar. Barangsiapa bertelinga, hendaklah dia mendengar.” (Bdk Mat 13:33; Luk 13:20-21)

(97) Yesus berkata, “Kerajaan sang Bapa itu seumpama seorang perempuan yang sedang membawa tepung seguci penuh. Ketika dia sedang berjalan di sepanjang sebuah jalan yang jauh, tangkai guci itu hancur dan tepung itu tumpah di sampingnya di sepanjang jalan itu. Dia tidak mengetahui hal ini; dia tidak melihat ada suatu masalah. Ketika dia sampai di rumahnya, dia meletakkan buli-buli itu dan menemukannya sudah kosong.”

(98) Yesus berkata, “Kerajaan sang Bapa itu seumpama seorang yang ingin membunuh seorang yang sangat berkuasa. Ketika ada di rumah, dia menarik pedangnya dan menancapkannya pada dinding untuk mengetahui apakah tangannya cukup kuat. Lalu dia membunuh orang yang berkuasa itu.” (Bdk Injil Thomas 35; Mat 11:12-13; Luk 16:16)

(99) Murid-murid-Nya berkata kepada-Nya,
“Saudara-saudara-Mu dan ibu-Mu sedang berdiri di luar.”
Dia berkata kepada mereka, “Mereka yang ada di sini, yang melakukan kehendak Bapa-Ku adalah saudara-saudara-Ku dan ibu-Ku. Mereka adalah orang-orang yang akan masuk ke dalam kerajaan Bapa-Ku.” (Bdk Mat 12:46-50; Mrk 3:31-35; Luk 8:19-21)

(100) Mereka memperlihatkan kepada Yesus sekeping uang emas dan berkata kepada-Nya, “Orang-orang sang Kaisar menuntut pajak dari kita.”
Dia berkata kepada mereka, “Beri kepada kaisar apa yang menjadi milik sang kaisar; beri kepada Allah apa yang menjadi kepunyaan Allah, dan beri kepada-Ku apa yang menjadi milik-Ku.” (Bdk Mat 22:15-22; Mrk 12:13-17; Luk 20:20-26)

(101) “Barangsiapa tidak membenci ayahnya dan ibunya seperti Aku, dia tidak dapat menjadi murid-Ku, dan barangsiapa tidak mengasihi ayah dan ibunya seperti Aku, dia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab ibu-Ku memberi Aku kepalsuan, tetapi ibu-Ku yang sejati memberi-Ku kehidupan.” (Bdk Mat 10:37-38; Luk 12:26-27; Injil Thomas 55)

(102) Yesus berkata, “Hendaklah orang-orang Farisi menjadi malu, sebab mereka seperti seekor anjing yang sedang tidur di palungan ternak, sebab anjing ini sendiri tidak makan atau membiarkan ternak itu makan.” (Bdk Mat 23:13; Luk 11:52; Injil Thomas 39)

(103) Yesus berkata, “Diberkatilah orang yang mengetahui kapan para perampok akan masuk, sehingga dia dapat bangun, mengumpulkan semua harta kekayaannya, dan mempersenjatai dirinya sebelum mereka masuk.” (Bdk Injil Thomas 21; Mat 24:43; Luk 12:39)

(104) Mereka berkata kepada Yesus, “Datanglah, marilah kita hari ini berdoa dan marilah kita berpuasa.”
Yesus berkata, “Dosa apa yang telah Aku lakukan, atau bagaimana Aku telah menjadi rusak? Tetapi, ketika mempelai pria telah meninggalkan kamar perkawinan, maka hendaklah orang berpuasa dan berdoa.” (Bdk Mat 9:14-15; Mrk 2:18-20; Luk 5:33-35)

(105) Yesus berkata, “Barangsiapa mengenal bapa atau ibu, maka dia akan disebut anak seorang pelacur.” (Bdk Injil Thomas 55; 101; Yoh 8:41)

(106) Yesus berkata, “Pada waktu kamu membuat dua menjadi satu, maka kamu akan menjadi anak-anak manusia, dan pada waktu kamu berkata, ‘Gunung, tersingkirlah dari sini’, maka gunung ini akan pindah.” (Bdk Injil Thomas 48; Mat 18:19; 17:20b; Luk 17:6b; Mat 21:21; Mrk 11:23; 1 Kor 13:2)



Yesus sang Gembala yang baik

(107) Yesus berkata, “Kerajaan itu seumpama seorang gembala yang memiliki seratus ekor domba. Satu ekor di antaranya, yang paling besar, tersesat. Dia meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor itu, dan mencari yang satu itu sampai dia menemukannya. Setelah dia menemukannya, dia berkata kepada domba itu, ‘Aku mengasihimu lebih dari yang sembilan puluh sembilan ekor itu.’” (Bdk Mat 18:12-13; Luk 15:4-7; Yeh 34:15-16)

(108) Yesus berkata, “Barangsiapa minum dari mulut-Ku, dia akan menjadi seperti Aku; Aku sendiri akan menjadi orang itu, dan hal-hal tersembunyi akan dinyatakan kepada orang itu.” (Bdk Injil Thomas 13; Yoh 4:13-14; 7:37-39; Sir 24:21)

(109) Yesus berkata, “Kerajaan itu seumpama seseorang yang memiliki harta terpendam di ladang, tetapi dia tidak mengetahuinya. Maka ketika dia mati, dia mewariskan ladang itu kepada anaknya. Sang anak juga tidak mengetahuinya. Dia mengambil alih ladang itu dan menjualnya. Si pembeli mulai membajak, lalu menemukan harta terpendam itu, dan dia pun mulai membungakan uang kepada siapa yang dikehendakinya.” (Bdk Ams 2:1-5; Sir 20:30-31; Mat 13:44)

(110) Yesus berkata, “Hendaklah orang yang telah menemukan dunia ini dan telah menjadi kaya, meninggalkan dunia ini.” (Bdk Injil Thomas 27; 81)

(111) Yesus berkata, “Langit dan bumi akan bergulung di hadapanmu, dan barangsiapa hidup dari Dia yang hidup, dia tidak akan melihat kematian.” (Bdk Yes 34:4; Mzm 102:25-27; Ibr 1:10-12; Why 6:13-14)

(112) Yesus berkata, “Dipermalukanlah daging yang bergantung pada jiwa. Dipermalukanlah jiwa yang bergantung pada daging.” (Bdk Injil Thomas 29; 87)

(113) Murid-murid-Nya berkata kepada-Nya, “Bilamanakah kerajaan akan datang?”
“Kerajaan tidak akan datang hanya dengan memperhatikannya. Tidak akan dikatakan, ‘Lihat, kerajaan itu ada di sini’, atau ‘Lihat, kerajaan itu ada di sana.’ Tetapi, kerajaan sang Bapa itu terbentang di muka bumi, dan orang tidak melihatnya.” (Bdk Mrk 13:21-23; Mat 24:23-25, 26-27; Luk 17:20-22, 23-24; Injil Thomas 3)

(114) Simon Petrus berkata kepada mereka, “Maria harus meninggalkan kita, sebab perempuan-perempuan tidak layak menerima kehidupan.”
Yesus berkata, “Lihat, Aku akan membimbingnya untuk menjadikannya laki-laki, sehingga dia juga dapat menjadi suatu roh yang menghidupkan, yang sama dengan kalian yang laki-laki. Sebab setiap perempuan yang menjadikan dirinya laki-laki, akan masuk ke dalam kerajaan sorga.” (Bdk Injil Thomas 22)

Injil menurut Thomas

4 Januari 2008

N.B. Diperiksa kembali 8 Agustus 2021


Baca juga:



Thursday, January 3, 2008

Bahasa Keagamaan sebagai Metafora

Kiri: fakta. Kanan: metafora

Editing mutakhir 8 Mei 2018

Baca juga Agama Butuh Fiksi dan Imajinasi Yang Bebas.

Metafora atau bahasa figuratif simbolik dipakai dalam banyak bidang kehidupan, termasuk dalam bidang sains.

Descartes, misalnya, pernah berkata, “Saya telah menggambarkan Bumi ini beserta seluruh alam semesta yang kelihatan seolah-olah ini adalah sebuah mesin.” Kata “mesin” di sini adalah sebuah metafora; dan metafora ini telah membantu perkembangan fisika klasik yang membayangkan alam semesta sebagai sebuah mesin.

Begitu juga, ketika alam semesta ini dibayangkan terbentuk, memuai dan mengembang dengan diawali oleh sebuah “dentuman besar” (big bang), “dentuman besar” ini, yang tidak pernah didengar oleh manusia manapun dan kapanpun, adalah sebuah metafora. Di sini, metafora membantu mengonseptualisasi realitas jagat raya.

Dengan memakai metafora kosmologis “balon yang terus mengembang” dengan permukaan yang makin luas, kita lebih mudah memahami dan membayangkan pemuaian jagat raya yang kini sedang berlangsung dengan makin cepat karena bekerjanya forsa antigravitasi dari energi gelap. 

Dalam bidang keagamaan, metafora banyak dipakai. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bahasa keagamaan terutama adalah bahasa metaforis. Apa tujuan dikonstruksinya sebuah metafora untuk kepentingan keagamaan kita temukan dalam makna kata metafora sendiri.

Sebagai sebuah kata Yunani, metafora dibentuk dari kata depan meta (artinya “melampaui” atau “mentransendir”, Inggris “beyond”) dan kata kerja ferein (artinya “menyeberang” atau “memindahkan”). Dengan demikian, metafora adalah wahana sastrawi atau nonsastrawi yang berfungsi untuk membawa atau memindahkan si pembaca atau si pendengar atau si pemandangnya dari dunia kodrati sehari-hari, dunia nilai-nilai biasa sehari-hari, masuk atau melintas ke dunia adikodrati atau kawasan nilai-nilai yang agung, kawasan adinilai.

Tanpa lewat metafora, kawasan yang lebih tinggi ini, kawasan yang melampaui atau yang mentransendir kawasan dunia kodrati rutin sehari-hari, mustahil dimasuki, sulit atau mustahil dibayangkan, dipahami dan dibawa masuk ke dalam kehidupan insan-insan kodrati dalam dunia alamiah sehari-hari. Metafora menghubungkan langit dan Bumi, sorga dan dunia, dunia atas dan dunia bawah, Tuhan dan manusia, para malaikat dan anak-anak manusia, keabadian dan kefanaan.

Alkitab, misalnya, luar biasa kaya dengan metafora yang mampu menggerakkan hati, kalbu, perasaan dan pikiran para pembacanya.

Ada metafora alkitabiah yang pesannya jelas dan gamblang, satu arah, misalnya ketika dikatakan “Yesus adalah terang dunia.” Jelas maksud metafora ini bukanlah Yesus itu faktual Matahari atau lampu neon atau lampu petromaks, melainkan ajaran-ajarannya sebagai firman Allah memang dapat menjadi pembimbing untuk orang dapat dengan terang menjalani kehidupannya, atau bahwa ajaran-ajarannya sebagai firman Allah sangat diperlukan untuk pencerahan dunia ini.

Atau, ketika dikatakan “Yesus anak domba Allah”, maksudnya jelas, Yesus itu bukan anak domba sungguhan yang mau disembelih tanpa bisa melawan, melainkan suatu kurban yang Allah sediakan untuk memikul dosa dunia.

“Memikul dosa dunia” juga adalah suatu ungkapan metaforis, sebab bola Bumi ini, dunia ini, tidak bisa berbuat dosa karena merupakan benda mati, dan Yesus tidak terbungkuk-bungkuk memikul bola dunia sungguhan yang teramat berat.

Yang terlihat dengan gamblang adalah tiga metafora kristologis tersebut menghubungkan sorga dan dunia, kawasan terang dan kawasan gelap, Allah dan manusia, cinta ilahi dan kemalangan manusia.

Pada tingkatan yang lebih rumit dan kaya nuansa, metafora religius, terutama yang berbentuk narasi-narasi metaforis, berfungsi sebagai sebuah “jendela” atau sebuah “pintu gerbang” (juga sebuah metafora) untuk melihat dan masuk ke realitas lain yang transenden, realitas lain yang diyakini ada dan berlangsung di luar sejarah, transhistoris, dan di luar dunia kehidupan kodrati sehari-hari. Lewat kisah-kisah metaforis ini, kita berkendara perahu melaju menuju dunia transenden lewat, tentu saja, aktivitas kognitif.

Tetapi itu tidak berarti bahwa metafora keagamaan selalu tidak berpijak pada sejarah. Ada metafora keagamaan yang diciptakan dengan memakai memori historis sebagai titik pijaknya; dengan kata lain memiliki historical core, inti sejarah. Membungkus inti sejarah ini, ada banyak dedaunan dan kembang-kembangnya. Inilah yang disebut memory metaphorized, memori sejarah yang dimetaforakan (lihat Marcus J. Borg, Jesus [2006], 51-76).

Lewat memori yang dimetaforakan, suatu kejadian atau pengalaman partikular di masa lalu diubah atau bermetamorfosa menjadi suatu kejadian atau pengalaman yang universal, terabadikan, melintasi zaman-zaman dan tempat-tempat, dengan daun-daun dan kembang-kembang yang makin banyak karena berlangsung aktivitas cerdas adaptasi dan kontekstualisasi.

Tetapi, kebanyakan metafora keagamaan menunjuk pada suatu realitas yang faktualitasnya tidak ditemukan dalam dunia sehari-hari. Namun, ketika metafora disusun dan dipakai, manusia, tidak bisa lain, harus memakai bahasa yang sudah dihasilkan dan dipakai manusia di dalam kebudayaan mereka. Kita tak sedang berada di kahyangan, tapi di muka Bumi.

Manusia bisa berkata-kata dengan efektif dan komunikatif hanya dengan bahasa (sebagai sistem tanda-tanda dan simbol-simbol) yang sudah diciptakan, diterima dan terus dikembangkan mereka dalam kebudayaan. Di sinilah juga terletak keterbatasan sebuah metafora: metafora mau menyibak realitas adikodrati yang bukan bagian dari pengalaman sehari-hari dengan memakai bahasa sehari-hari. Tapi ya tak ada wahana lain selain wahana metaforis yang terbatas.

Ketika ekspresi bahasa telah menjadi bagian dari sebuah metafora, bahasa ini tidak bisa lagi dibaca dan dipahami secara literalistik atau harfiah, atau sebagai bahasa yang mau menyampaikan faktualitas dalam dunia kodrati. Sebab yang menjadi acuan pokok dari bahasa metaforis religius bukanlah sejarah dan dunia sehari-hari, melainkan hal-hal di luar sejarah, hal-hal transhistoris, realitas transenden adikodrati, yang hanya bisa dibayangkan dan diimajinasikan dengan kreatif. Tak ada jalan lain, dari manapun imajinasi ini diyakini berasal.

Semua metafora memang dibuat bukan untuk dipahami secara literalistik, harfiah atau faktual, melainkan harus secara simbolik, figuratif atau alegoris. Jika suatu metafora dipahami secara literalistik atau sebagai faktualitas objektif, metafora itu dipermiskin, maksud dan pesannya salah ditangkap atau malah menghilang, dan orang karenanya akan menemukan ketidakbenaran. Lewat cara ini, si pembaca jadi terfiksasi, terpatri, pada konten literalnya sehingga pesan historis nonliteralnya luput ditemukan. Alhasil, si pembaca literalis jadi tersesat.

Ketika sebuah metafora religius berhasil dipahami secara simbolik, figuratif atau alegoris, hal-hal transhistoris dan adikodrati yang disampaikannya akan dapat dengan ampuh dan kuat mengubah emosi dan kehidupan si pembaca atau pendengar metafora itu di masa kini dalam dunia ini. Camkanlah bahwa setiap metafora adalah bahasa imajinatif, evokatif dan emotif yang bisa sangat powerful menggugah hati dan pikiran (lihat Zoltán Kövecses, Metaphor and Emotion, 2003).

Keadaannya memang demikian, karena sebuah metafora religius memang memiliki kemampuan dan daya imajinatif, emotif, evokatif untuk mengarahkan dan menggerakkan kehidupan masa kini ke arah masa depan yang penuh dengan pengharapan pembebasan dan pembaruan, masa depan yang lebih baik, lebih bernilai dan berkwalitas, dan lebih tercerahkan. 

Lewat metafora, semangat yang patah dibangunkan kembali. Harapan yang putus disambung kembali. Mata yang redup berubah jadi mata yang terbuka lebar bercahaya-cahaya. Gerbang yang tertutup menjadi gerbang yang terbuka. Perasaan yang tumpul dan mati, diasah dan dihidupkan lagi.

Daya emotif evokatif dari sebuah metafora akan menghilang jika metafora itu dipahami secara literalistik faktual. Menemukan dan merenungi visi tentang masa depan yang lebih baik dan kehidupan masa kini yang lebih berkwalitas inilah, yang seharusnya dilakukan jika orang sedang membaca dan mencoba memahami sebuah narasi metaforis religius.

Sebuah metafora keagamaan sama sekali tidak perlu membuat orang terlibat dalam debat mengenai apakah realitas yang disebut-sebut dalam suatu narasi metaforis betul-betul secara harfiah ada atau faktual terjadi di dalam dunia ini. Sebab sudahlah jelas, sebuah metafora religius memuat realitas lain yang tidak bisa diungkapkan dalam bahasa biasa yang sehari-hari.

Itu tidak berarti bahwa suatu metafora religius, karena harus dipahami secara simbolik, figuratif atau alegoris, bisa ditafsir sembarang saja, di mana setiap orang bisa dengan bebas memberi tafsirannya sendiri-sendiri secara subjektif.

Langkah bertanggungjawab terpenting dalam menemukan dan memahami dengan tepat pesan dan makna suatu metafora religius adalah menempatkan metafora itu di dalam konteks sosial, kultural, politis dan historis di dalam mana metafora itu diciptakan. Sebab situasi-situasi sosial, kultural, politis dan kesejarahan yang sedang dialami oleh suatu komunitas keagamaanlah yang membuat mereka mencipta metafora-metafora religius. Di sinilah terjadi apa yang disebut history metaphorized

Setiap metafora adalah suatu konstruksi sosial-kultural historis, dibangun oleh masyarakat dan kebudayaan; sekaligus juga berefek balik merancangbangun masyarakat dan kebudayaan (Kövecses, Metaphor and Emotion, 13-18, 115). Melalui sebuah metafora religius, pengharapan dan visi tentang masa depan yang seluruhnya lebih baik dibuat berdampak kuat pada kehidupan masa kini dari komunitas keagamaan penghasil metafora itu.

Ada metafora religius yang sangat politis, misalnya narasi-narasi metaforis yang terdapat di dalam Kitab Wahyu Yohanes yang sama sekali tidak bisa dipahami secara literalistik dan faktual. Melalui metafora religius-politis ini, kekuatan-kekuatan penghancur dan pembinasa real yang faktual ada dalam sejarah dan di sekitar komunitas keagamaan dalam dunia masa kini diekspresikan dalam bentuk gambaran-gambaran dan wujud-wujud simbolik dan figuratif yang diproyeksikan ke kawasan adikodrati sebagai kekuatan-kekuatan langit transhistoris yang najis dan anti-Allah.

Kekuatan-kekuatan ini dilukiskan, dalam Kitab Wahyu itu, sedang mengguncang kosmos dan sedang berhadap-hadapan dengan kekuatan-kekuatan suci dari para bala tentara Allah. Pada gilirannya, metafora religius politis semacam ini membentuk masyarakat dan kebudayaan yang di dalamnya si pembuat metafora hidup; masyarakatnya menjadi diberdayakan untuk melawan kekuatan-kekuatan penghancur itu sekaligus untuk merancang masa depan yang telah dibebaskan. Memakai metafora dalam kitab Wahyu, langit dan Bumi lama diganti dengan langit dan Bumi baru.

Ada metafora yang bagus, edukatif, membangun mental dan moral manusia, dan mengangkat derajat manusia ke peringkat yang lebih agung dan lebih tinggi. Perumpamaan-perumpamaan yang disusun Yesus dengan kreatif dan imajinatif, yang terdapat dalam injil-injil Perjanjian Baru, termasuk metafora yang bagus dan edukatif.

Tapi ada juga metafora yang jelek, yang merusak hati dan pikiran, memadamkan wawasan, menghancurkan mental dan moral insani, merendahkan serta mengerdilkan martabat manusia, mematikan karsa dan inisiatif untuk mengubah dan membangun kehidupan dan peradaban ke arah yang lebih maju, lebih mulia dan lebih bernilai. Metafora tentang Allah yang memimpin perang suci untuk membela dan memenangkan bangsa Israel, dengan membinasakan tanpa ampun musuh-musuh Israel, tergolong metafora yang buruk.

Jadi, kita memang perlu memilah-milah dengan cerdas, waras, luas dan tangkas metafora mana yang kita mau gunakan dan metafora mana yang harus kita tinggalkan. 

Ihwal patut atau tidak patut, relevan atau tidak relevan, konstruktif atau destruktif, mendewasakan atau mengerdilkan, mencerdaskan atau menutup akal, memang harus kita pertimbangkan dengan cermat ketika kita sedang berhadapan dengan metafora-metafora, baik metafora yang religius maupun metafora yang nonreligius.

Di zaman sekarang di mana konservatisme dan fundamentalisme religius muncul di mana-mana, dalam semua agama dunia, kesadaran bahwa bahasa keagamaan terutama adalah bahasa metaforis cenderung menghilang.

Umat-umat beragama terlibat persaingan dan pertarungan sengit, internal maupun eksternal, untuk masing-masing mempertahankan dan membela narasi-narasi besar keagamaan yang mereka miliki sebagai narasi-narasi faktual objektif yang sungguh-sungguh pernah terjadi dalam sejarah dunia, padahal sebetulnya narasi-narasi itu semula disusun dan ditulis terutama sebagai narasi-narasi metaforis. 

Akibatnya, teks-teks metaforis membangkitkan agresi dan pertikaian, alih-alih mendatangkan pembaruan dan pemberdayaan kehidupan manusia dan alam seperti yang semula diinginkan para penyusun metafora.

Memperlakukan metafora keagamaan sebagai sejarah faktual dan realitas empiris bisa jadi adalah sebuah kecelakaan terbesar dalam dunia kehidupan agama-agama dalam era modern ini, era yang ironisnya mempertanyakan keabsahan klaim-klaim keagamaan berdasarkan perspektif-perspektif sains empiris dan teknologi modern.

Dengan memahami metafora-metafora religius secara literalistik sebagai fakta-fakta real empiris, mereka, tanpa sadar, telah mengubah teks-teks keagamaan menjadi teks-teks ilmu pengetahuan

Mereka perlu diingatkan, teks-teks ilmu pengetahuan itu bergerak dalam dunia fakta-fakta empiris, koherensi logis, teori-teori dan model-model keilmuan, yang harus terus-menerus diuji kembali, diverifikasi atau difalsifikasi. Ironisnya, pada sisi lain, para literalis religius dalam semua agama terang-terangan memperlihatkan perlawanan dan kebencian terhadap ilmu pengetahuan yang mereka nilai sedang merongrong kebenaran-kebenaran mutlak agama mereka. 

Pasti mereka tidak akan pernah siap jika teks-teks metaforis keagamaan mereka, lantaran dipandang oleh mereka sebagai teks-teks fakta-fakta empiris, mau diverifikasi atau difalsifikasi lewat metode ilmu pengetahuan.

Pada satu sisi, mereka melawan dan membenci ilmu pengetahuan, tapi, pada sisi lain, mereka juga memperlakukan teks-teks metaforis keagamaan sebagai teks-teks ilmu pengetahuan. Mereka terjebak dalam suatu labirin oxymoron, dan tak pernah bisa keluar lagi ke alam terbuka.


Stay blessed.


Wednesday, January 2, 2008

Penulisan Sejarah dan Penelitian Makam

Tulisan saya di lembaran Bentara Kompas, 5 April 2007, yang berjudul Kontroversi Temuan Makam Keluarga Yesus, telah menyulut berbagai kontroversi dan reaksi meluas. Sebuah tanggapan terbuka terhadap tulisan itu, berjudul Historisasi Makam Kosong Yesus, telah dimuat di lembaran yang sama dalam koran yang sama pada 5 Mei 2007, ditulis oleh Deshi Ramadhani, seorang dosen tafsir Perjanjian Lama dari STF Driyarkara, Jakarta. Berikut ini (sudah terbit di Bentara Kompas, 31 Mei 2007) adalah sebuah tanggapan terhadap tulisan Deshi Ramadhani ini.

Penulisan sejarah

Jika ilmu sejarah dipahami dalam pengertian modern, penulisan sejarah adalah penulisan tentang sebuah peristiwa di masa lampau yang asal-usul kejadiannya harus dicari hanya pada penyebab-penyebab empiris natural, sosiologis dan kultural. Penulisan sejarah bukanlah penulisan sebuah teologi. Di dalam teologi (khususnya di dalam agama-agama monoteistik), penyebab-penyebab sebuah kejadian dalam dunia dijelaskan tidak terlepas dari keterlibatan Allah di dalamnya, keterlibatan faktor non-empiris supernatural, non-sosiologis dan non-kultural. Adalah asumsi dasariah dalam teologi bahwa Allah bertindak dalam kehidupan dunia manusia; teologi hanya bisa dijalankan jika asumsi ini diterima. 

Sedangkan asumsi dasariah dalam penulisan sejarah adalah segala sesuatu dapat terjadi dalam dunia ini hanya karena sebab-sebab empiris natural, sosiologis dan kultural. Jikalau seorang sejarawan menulis sebuah uraian sejarah dengan ke dalamnya dia melibatkan intervensi Allah ke dalam dunia kodrati, maka dia berhenti menjadi seorang sejarawan, berubah menjadi seorang teolog, dan karya tulisnya berubah menjadi sebuah teologi. Beberapa ilustrasi dapat diajukan.

Ketika seorang pakar sejarah Indonesia sedang menulis misalnya tentang Perang Diponegoro, dan di dalam tulisannya itu dia menyatakan bahwa Pangeran Diponegoro mendapatkan keberanian dan mampu mengembangkan taktik dan strategi tempur melawan kolonial Belanda karena Allah dan bala tentara surgawi membantu sang Pangeran secara langsung, sang ahli sejarah ini bukan sedang menulis sejarah, melainkan sedang menulis sebuah teologi atau sebuah epos religius. Tentu saja dalam perjuangannya Pangeran Diponegoro bisa saja dipengaruhi sangat kuat oleh imannya kepada Gusti Allah, dan karenanya bisa saja dia mengklaim bahwa Allah telah membantunya dalam perang melawan Belanda. 

Tetapi, ketika seorang sejarawan modern menulis tentang Perang Diponegoro, maka dia akan menyatakan bukan bahwa Gusti Allah dengan kuasa-Nya telah membantu dan menopang Pangeran Diponegoro, melainkan bahwa sang Pangeran sangat dipengaruhi oleh ideologi keagamaannya. Seorang sejarawan tidak berurusan dengan Allah yang dipercaya Pangeran Diponegoro, tetapi dengan ideologi religius sang pangeran sebagai sebuah variabel sosio-kultural historis yang ikut berperan dalam kiprah-kiprah kejuangannya.
Kitab Kisah Para Rasul adalah sebuah dokumen dalam Perjanjian Baru yang mengisahkan kelahiran dan pertumbuhan gereja-gereja Kristen perdana berkat kerja keras para rasul, terutama rasul Paulus, berawal di Palestina lalu meluas ke kawasan dunia Laut Tengah kuno di luar Palestina, sampai ke kota Roma. Dilihat dari perspektif modern tentang penulisan sejarah, apa yang dituturkan penulis kitab Kisah Para Rasul ini bukanlah sebuah tulisan sejarah, tetapi sebuah teologi karena di dalamnya dilaporkan bahwa kelahiran dan perluasan gereja Kristen oleh para rasul itu terjadi karena Roh Kudus atau Roh Yesus Kristus menyertai mereka dan melalui mereka mengadakan banyak mukjizat. “Mirakulisasi” atau pengajuan klaim bahwa suatu kejadian adalah mukjizat (Latin: miraculum) ilahi diperlukan hanya dalam teologi, bukan dalam penulisan sejarah. Tentu ada beberapa catatan sejarah faktual di dalam dokumen yang dinamakan Kisah Para Rasul ini; tetapi secara keseluruhan dokumen ini bukanlah dokumen sejarah dalam pengertian modern.

Ketika seorang dokter Kristen sedang menangani seorang pasien yang sedang sakit berat, dan dia diharapkan dapat menyembuhkan sang pasien, dia tidak bisa berdiam diri secara pasif saja menyerahkan sang pasien kepada Yesus untuk secara ajaib menyembuhkannya. Jika dia melakukan hal ini, dia bisa dituntut dan diajukan ke pengadilan dengan suatu tuduhan bahwa dia telah tidak menjalankan tugas profesionalnya sebagai seorang dokter yang wajib (karena dia berada di bawah sumpah!) melakukan serangkaian prosedur medik ilmiah untuk mengobati sang pasien. Seorang dokter bisa percaya bahwa mukjizat bisa terjadi dalam dunia ini; tetapi, ketika dia menjalankan profesinya sebagai seorang dokter, dia wajib mewujudkan kesembuhan untuk pasiennya dengan memakai segenap kemampuan profesionalnya dan mengikuti semua prosedur keilmuan yang dikuasainya. Sebagai seorang dokter, dia tidak boleh menyerah pada keganasan penyakit yang sedang diderita pasiennya, tetapi harus tetap tekun dan taat asas melaksanakan tugas-tugas profesionalnya sebagai seorang dokter.

Begitulah, seorang sejarawan yang melakukan kajian sejarah terhadap figur Yesus harus tetap konsisten berjalan pada jalur ilmiah dari ilmu sejarah, ilmu yang memperhitungkan hanya faktor-faktor empiris natural, sosiologis dan kultural. Taat asas dalam prosedur keilmuan bidangnya, adalah suatu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang mengklaim diri ilmuwan. Pencampuradukan profesi seorang sejarawan dengan profesi seorang teolog akan menimbulkan ketidakdisiplinan ilmiah, perancuan kategoris dan penyesatan informasi. Meskipun jelas tidak ada uraian sejarah yang obyektif sepenuhnya, dan selalu akan ada faktor subyektif dari si sejarawan yang ikut berperan, namun si sejarawan harus pasti dalam satu hal, yakni bahwa dia akan memperhitungkan hanya faktor-faktor empiris natural, sosiologis dan kultural, dalam dia menyusun suatu historiografi.

Kisah-kisah tentang mukjizat

Yang ditemukan dalam Alkitab bukanlah mukjizat-mukjizat, tetapi kisah-kisah tentang mukjizat. Pembaca masa kini bukanlah penyaksi mukjizat-mukjizat yang dikisahkan di dalamnya, tetapi hanya sebagai para pembaca kisah-kisah itu. Kisah-kisah tentang mukjizat harus diterima apa adanya, yakni sebagai kisah-kisah. Memperlakukan kisah-kisah tentang mukjizat sebagai sama dengan fakta-fakta mukjizat empiris obyektif adalah suatu lompatan yang terlampau jauh, melampaui keterbatasan kisah-kisah yang ditulis sebagai karya-karya sastra. Lagi pula, dalam Perjanjian Baru, kisah-kisah tentang mukjizat Yesus ditulis bukan oleh para saksi mata. Selalu akan ada kesenjangan antara apa yang dikisahkan dan apa yang faktual telah terjadi.

Sebagai kisah-kisah, kisah-kisah tentang mukjizat dapat dianalisis secara rasional ilmiah, dengan mengajukan antara lain pertanyaan-pertanyaan berikut: dalam konteks sosial-kultural historis dan religius apa kisah-kisah itu ditulis; faktor-faktor apa yang berperan di dalam penulisan kisah-kisah itu; untuk kisah-kisah tentang mukjizat dalam Perjanjian Baru, adakah kisah-kisah paralel yang dapat ditemukan dalam dunia Greko-Romawi; apa tujuan penulisan kisah-kisah tentang mukjizat dalam konteks luas dunia Greko-Romawi; di tempatkan dalam konteks zamannya dan dalam konteks temuan-temuan arkeologis mutakhir dan kajian-kajian antropologis lintas-budaya, apakah ada hal-hal yang dikisahkan yang tidak mungkin terjadi dalam sejarah; termasuk ke dalam jenis sastra ( literary genre) apakah kisah-kisah tentang mukjizat itu; dalam konteks seluruh dokumen sastra yang memuat kisah-kisah mukjizat itu, apa fungsi sastrawi dari kisah-kisah tentang mukjizat itu, dan mengapa kisah-kisah ini muncul dalam suatu konteks sastra tertentu dan bukan dalam suatu konteks sastra lainnya.

Mengajukan serangkaian pertanyaan rasional semacam di atas, bukanlah melakukan demirakulisasi (= penghilangan mukjizat) atas kisah-kisah tentang mukjizat, tetapi suatu keharusan prosedural metodologis untuk merekonstruksi sejarah kehidupan dari orang-orang atau komunitas-komunitas yang membuat kisah-kisah tentang mukjizat tersebut.


Yesus memberi makan 5000 orang hanya dengan 5 ketul roti dan 2 ekor ikan. Jika demikian halnya, mengapa kelaparan masih merupakan problem besar dunia masa kini? 

Ambil sebuah contoh, yakni kisah tentang Yesus memberi makan lima ribu orang (laki-laki) dengan lima roti dan dua ekor ikan (Matius 14:13-21 dan paralelnya). Di sini kita berhadapan dengan kisah Injil tentang mukjizat Yesus, bukan dengan mukjizat Yesus itu sendiri. Hanya dalam Injil Yohanes dikatakan bahwa Yesus sendiri langsung membagi-bagikan makanan itu kepada lima ribu orang itu (Yohanes 6:11); sedangkan dalam Injil-injil lainnya para murid Yesuslah yang membagi-bagikan makanan yang sebelumnya mereka telah terima dari Yesus. Bukan tempatnya di sini untuk mengajukan semua pertanyaan di atas kepada kisah ini.

Terhimpunnya dalam satu hari orang laki-laki sampai lima ribu orang (belum termasuk perempuan dan anak-anak) bukanlah kejadian mudah; ini adalah sebuah tindakan yang tidak mungkin dilakukan Yesus dengan aman-aman saja, mengingat baik Herodes Antipas (penguasa Galilea dan Perea) maupun Roma (penjajah seluruh tanah Palestina zaman Yesus) akan segera bereaksi secara represif militeristik terhadap setiap usaha menghimpun massa dalam jumlah besar, seperti telah terjadi pada Yohanes Pembaptis yang dibunuh Herodes Antipas karena kekuatirannya atas massa pengikut Yohanes Pembaptis (baca tuturan tentang ini dalam Flavius Yosefus, Antiquities 18.116 dyb) dan pada kegiatan-kegiatan sejenis lainnya seperti telah dilaporkan juga oleh sejarawan Yahudi yang sama, Yosefus. 

Jadi, dilihat dari konteks sosio-politis zaman Yesus, sangat mustahil kalau Yesus bisa menghimpun lima ribu orang laki-laki dengan dirinya tetap aman-aman saja. Selain itu, harus diingat, total penduduk di kawasan-kawasan di sekitar tempat terjadinya pemberian makan lima ribu orang itu jelas tidak mencapai angka lima ribu.

Ada tiga golongan penafsir atas kisah tentang mukjizat pemberian makan lima ribu orang ini. Yang pertama adalah kalangan supernaturalis, yang menyatakan bahwa Yesus, dengan kekuatan supernaturalnya, betul-betul faktual pernah melakukan mukjizat memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, dengan sisa dua belas bakul (dari mana bakul-bakul ini berasal?). Masalah dari tafsiran kalangan supernaturalis ini adalah kesulitan orang entah untuk membayangkan terhimpunnya bergunduk-gunduk roti dan ikan mendadak sehabis makanan-makanan ini (lima ketul roti dan dua ekor ikan) didoakan Yesus, atau pun untuk membayangkan bahwa di tangan para murid yang membagi-bagikan makanan itu akan langsung muncul roti-roti dan ikan-ikan baru tidak habis-habisnya sampai semua orang yang duduk berhimpun mendapat makanan. Para mentalist dan illusionist dalam zaman modern yang piawai memakai trik teknologis dan trik mental untuk memperdaya masyarakat juga pasti tidak bisa mengadakan kejadian semacam ini: mengadakan gundukan roti secara mendadak bergunung-gunung di sekitar diri mereka!

Penafsir kedua adalah dari golongan rasionalis. Mereka menyatakan bahwa prakarsa Yesus dan para murid untuk membagi makanan itu kepada beberapa orang yang sedang duduk di barisan terdepan telah mendorong orang-orang lain di dalam perhimpunan besar itu untuk juga membagi-bagi makanan yang mereka telah bawa dari rumah masing-masing kepada orang-orang lainnya, sehingga akhirnya semua orang mendapatkan roti dan ikan yang cukup, tanpa perlu mukjizat terjadi. Kesulitan tafsiran rasionalis ini adalah teks Injil-injil jelas-jelas tidak berbicara tentang sharing of bread dan sharing of fish semacam itu. Sebaliknya, dalam Injil-injil dikatakan bahwa orang-orang yang berhimpun di situ sama sekali tidak membawa makanan apa pun, kecuali hanya lima roti dan dua ekor ikan (yang ada pada seorang anak).

Tetapi harus diakui bisa saja hal yang dibayangkan kalangan penafsir rasionalis ini secara faktual historis benar; tetapi karena kejadian historis yang semacam ini tidak membuat Yesus tampil sakti mandraguna, maka sejarah diubah oleh para penulis kitab-kitab injil dalam Perjanjian Baru (mulai dari Markus) sehingga lahirlah kisah-kisah hebat tentang Yesus membuat mukjizat pemberian makan 5000 orang ini yang kita dapat baca sekarang dalam injil-injil PB. Sudah menjadi suatu kecenderungan umum di kalangan orang Kristen perdana dulu untuk semakin lama semakin mempermuliakan dan mengagungkan Yesus, bahkan akhirnya sampai menempatkan Yesus setara dengan Allah sendiri, karena mereka dengan tidak mau kalah sedang terlibat dalam suatu persaingan ideologis sengit dengan kalangan-kalangan lain di dunia Yunani-Romawi yang sudah memiliki figur-figur mahaagung mereka sendiri, seperti Kaisar Augustus yang dipandang orang Roma sebagai sang juruselamat dunia yang kelahirannya membawa kabar baik dan keselamatan untuk seluruh kawasan kekaisaran.

Tafsiran ketiga yang paling mungkin diterapkan adalah dengan memperlakukan kisah ini sebagai sebuah kisah teologis mitologis, bukan kisah sejarah. Tafsiran teologis sesuai dengan hakikat setiap Kitab Suci sebagai sebuah kitab keagamaan, sebuah kitab teologis, bukan sebuah kitab sejarah. Bagi teologi penulis Injil Matius, Yesus adalah “Musa yang baru”, yang membawa hukum baru, dan yang mengulangi kembali bahkan melampaui kisah-kisah besar yang pernah dikisahkan tentang Nabi Musa. Kalau dulu untuk memelihara umat Israel yang sedang berada dalam perjalanan di padang gurun di bawah pimpinan Musa (dan Harun) Allah telah memberi mereka makan “daging” dan “roti” (yang disebut manna) (lihat Keluaran 16), kini, untuk umat Allah yang baru, yaitu Israel baru, Yesus sebagai Musa yang baru atau bahkan lebih besar dari Musa juga telah memberi himpunan besar para pengikutnya roti dan daging ikan sampai mereka kenyang, langsung dari tangannya sendiri. Di tangan penulis Injil Matius, Musa adalah tipologi Yesus, Yesus yang muncul kemudian dalam sejarah Israel. Pemberian makan ini hanya ada dalam teks, dalam dunia kisah, dalam dunia ide teologis, bukan dalam sejarah insani faktual.

Nah, memperlakukan kisah tentang mukjizat Yesus memberi makan lima ribu orang ini sebagai kisah teologis, bukan kisah sejarah, bukanlah melakukan demirakulisasi, tetapi diharuskan oleh sifat-sifat kisah tentang mukjizat ini sendiri.

Makam keluarga Yesus dan kajian sejarah

Ada pada kita bukti material objektif arkeologis berupa sebuah makam keluarga di Talpiot yang berisi osuarium yang bertuliskan nama “Yesus anak Yusuf” dan osuarium-osuarium lain yang bertuliskan lima nama lain yang berhubungan erat dengan Yesus sebagai satu keluarga, yang hampir semuanya adalah nama-nama yang ditemukan dalam Perjanjian Baru. Dan ada juga pada kita sebuah osuarium lain yang sudah dapat dipastikan berasal dari makam yang sama, yakni osuarium yang berinskripsi “Yakobus anak Yusuf, saudara dari Yesus”. Ini adalah sebuah fakta objektif material arkeologis, bukan rekayasa Yahudi untuk (seperti dituduhkan banyak orang Kristen belakangan ini) menjatuhkan agama Kristen. 

Juga ada data ilmiah dari ilmu statistik modern bahwa temuan arkeologis makam keluarga di Talpiot ini sangat unik, dengan peluang (menurut Feuerverger yang hanya memperhitungkan empat nama saja) hanya satu kali dari antara enam ratus kasus (1:600). Belakangan, John Koopmans juga melakukan perhitungan statistik serupa, tetapi kali ini dengan memperhitungkan tujuh nama yang ada, termasuk nama “Yakobus anak Yusuf, saudara dari Yesus”, dan dengan melipatgandakan penduduk kota Yerusalem sampai tiga puluh kali dari angka rata-rata yang sebenarnya. Menurut Koopmans, peluangnya adalah 1:42.723.672. Artinya, hanya akan ada satu makam keluarga seperti makam Talpiot dari 42.723.672 keluarga di Yerusalem pra-tahun 70. Angka-angka statistik ini telak menunjukkan tidak akan ada lagi kasus semacam makam Talpiot.

Yang baru dicatat di atas adalah fakta-fakta dan data ilmiah, bukan kesimpulan sejarah. Kesimpulan sejarah hanya akan bisa dihasilkan, apakah makam Talpiot adalah makam keluarga Yesus dari Nazareth (Yesus yang dipercaya orang Kristen sebagai Tuhan dan Kristus), apabila dilakukan pengkajian-pengkajian prosopografis lebih lanjut untuk menemukan “fit” atau “kecocokan” antara data material arkeologis dan data dari teks-teks kuno, termasuk teks-teks Perjanjian Baru. 

Jadi, usaha-usaha membuktikan makam Talpiot adalah makam keluarga Yesus dari Nazareth sama sekali bukanlah usaha-usaha demirakulisasi, melainkan usaha-usaha bidang kajian prosopografis untuk menemukan (melalui kajian ilmiah) kecocokan sejarah antara bukti material arkeologis dan keterangan-keterangan di dalam teks-teks kuno. Biarkan mereka yang sedang melakukan pengkajian prosopografis ini bekerja dengan taat asas di alur disiplin ilmu pengkajian arkeologis dan ilmu sejarah; jangan mereka dikecam atas nama teologi atau doktrin Kristen apapun.

by Ioanes Rakhmat