Wednesday, October 30, 2024

Nasib planet Bumi 8 milyar tahun yang akan datang

 





Lima images di atas adalah screenshots dari fragmen-fragmen video YouTube Red Giant Animation. Credit: Adam Makarenko|University of California- Berkeley.

Image kelima (terbawah) adalah animasi planet biru Bumi (kanan) yang mengorbit "white dwarf" (kiri) atau, saya terjemahkan sebagai, "Matahari cebol putih" (tepatkah?) yang sudah kehilangan separuh massa-nya dibandingkan massa Matahari kita sekarang. Karena sudah berubah jadi cebol, susut separuh, gravitasinya melemah signifikan, sehingga planet Bumi (sebagai salah satu planet dalam sistem Matahari kita) dapat dengan alamiah menjauh dari si cebol putih itu, lalu menempati lokasi orbit yang baru, yang berjarak 2 Astronomical Units, dua kali lipat dari jaraknya ke Matahari sekarang ini. Orbit dua AU ini sekarang ditempati planet Mars. Ya, peristiwa astronomis ini baru akan terjadi 8 milyar tahun yang akan datang. Waah!

Nah, sebelum tiba di tahap image kelima --- di mana Bumi sudah menjadi planet biru kembali yang mengorbit Matahari Cebol Putih dengan radius dua kali lipat dari radius yang sekarang ini --- Bumi berubah menjadi sebuah planet lahar (image keempat) karena diterjang oleh si Matahari Raksasa Merah, the Red Giant, yakni Matahari yang sudah menggembung besar sebagai suatu bola api merah raksasa yang menyerbu dan melahap planet-planet yang mengorbit padanya dalam sistem Matahari kita. Planet Merkurius dan planet Venus pasti habis ditelan oleh si Raksasa Merah. Bagaimana dengan Bumi, apakah tidak dilahap juga? Ini pertanyaan yang penting.

Jika Matahari kita, yang telah berubah menjadi Red Giant, cukup cepat melepaskan dan kehilangan separuh massanya, menjadi Matahari Cebol Putih dengan gravitasi yang melemah, maka tersedia waktu untuk planet Bumi bermigrasi alamiah, menjauh dari Matahari lalu mencapai orbit yang lebih jauh, yang radiusnya dua kali dari radius yang semula. Dengan begitu, planet Bumi luput dari lahapan si Raksasa Merah, dan mengorbit si Matahari Cebol Putih. Tetapi, dalam proses ini, karena diserbu oleh bola api merah raksasa (image kedua dan image ketiga), planet Bumi, tak terhindarkan lagi, berubah menjadi sebuah planet lahar yang panas untuk waktu yang cukup panjang, sebelum si Raksasa Merah berubah menjadi si Matahari Cebol Putih. Jadi, untuk sekian waktu, Bumi sebagai sebuah planet lahar tidak bisa dihuni oleh setiap bentuk kehidupan apapun. Image keempat adalah animasi planet Bumi yang berubah menjadi sebuah planet lahar merah, lalu perlahan mulai mendingin kembali.

Apakah skenario astronomis yang digambarkan pada paragraf persis di atas ini dapat aktual terjadi, bukan cuma sebuah animasi? Ya, dapat terjadi, karena sudah ada sebuah contohnya. 

Para ilmuwan telah menemukan sebuah contohnya di dalam jagat raya, dalam galaksi Bima Sakti. Sebuah planet yang seperti Bumi berhasil lolos dari lahapan bintangnya yang telah membengkak menjadi suatu Matahari Raksasa Merah, luput dari kehancuran dan kebinasaan, yang kemudian mengorbit si Raksasa Merah yang telah berubah menjadi suatu Matahari Cebol Putih.



--- to be continued ---


References

Robert Sanders, "8 Billion Years Ahead: Earth's Fate Revealed by a Distant Twin Planet", ScieTechDaily, 28 October 2024, https://scitechdaily.com/?p=427183.

Ben Turner, "Astronomers spot a possible 'future Earth'--- 8 billion years into its future", LiveScience, 26 September 2024, https://www.livescience.com/space/exoplanets/astronomers-spot-a-possible-future-earth-8-billion-years-into-its-future.


Monday, October 28, 2024

Kelelawar kosmik di antariksa

 


Nebula Kelelawar Kosmik LDN 43. Sumber image: APOD NASA, 27 Oktober 2024. Credit dan copyright: Mark Hanson dan Mike Selby. Teks: Michelle Thaller (GSFC NASA). Klik fotonya untuk memperbesar.



Foto di atas sangat menakjubkan, sekaligus mendorong kita untuk berimajinasi dengan bebas. Kita semua pasti sepakat bahwa yang terlihat pada foto adalah seekor kelelawar raksasa yang gagah, yang sedang terbang dalam ruang vakum kosmik yang ditaburi bintang-bintang dan benda-benda kosmik lainnya yang memancarkan cahaya. 

Mungkin masih banyak orang yang akan bertanya, apakah foto di atas menampilkan seekor kelelawar raksasa betulan yang sedang terbang di antariksa yang tanpa batas? Jawabnya sederhana. 

Foto itu menampilkan nebula atau awan-awan (filamen gas dan debu) di dalam antariksa yang kebetulan mengambil rupa seekor kelelawar raksasa yang sedang melayang terbang. Nebula ini dinamakan Nebula Kelelawar Kosmik LDN 43, yang sepasang sayapnya membentang sepanjang 12 tahun cahaya, berlokasi di konstelasi Ophiuchus, 1400 tahun cahaya jauhnya dari Bumi. 

Awan LDN 43 cukup padat dan pekat sehingga memblokir bukan saja cahaya dari bintang-bintang di latar belakangnya, melainkan juga gumpalan-gumpalan kecil gas-gas yang dibuat bercahaya oleh pantulan Nebula LBN 7 yang berada di dekatnya. 


References

https://apod.nasa.gov/apod/astropix.html

https://www.hansonastronomy.com/ldn-43-the-cosmic-bat

https://www.paulpoteet.com/2024/10/27/ldn-43-the-cosmic-bat-nebula/