SEBUAH PERSPEKTIF BARU 2020
Di awal 2020, ibadah gereja yang pertama saya ikuti jatuh pada hari Minggu, 5 Januari 2020. Pada saat itu dilaksanakan ritual perjamuan kudus, ritual umat Kristen memakan roti (simbol tubuh atau daging Yesus) dan meminum anggur perjamuan (simbol darah Yesus).
Bagi saya di awal tahun 2020 ini, berita utama ritual perjamuan kudus adalah KASIH SAYANG ALLAH YANG BEGITU BESAR. Seperti kasih sayang yang sangat dalam dari seorang bunda kepada anak-anaknya sendiri.
Atau bak cinta yang diperlihatkan seorang gembala yang baik kepada kawanan domba yang sedang digembalakannya. Juga bisa diumpamakan sebagai cinta seekor induk ayam yang melindungi anak-anaknya di bawah bentangan kedua sayapnya. Bisa pula diibaratkan sebagai cinta sejati seseorang yang mempertaruhkan nyawanya demi menjaga dan melindungi sahabat-sahabatnya dari bahaya dan kedurjanaan.
Tak ada orang yang beragama yang menolak kepercayaan bahwa Tuhan itu mahapengasih dan maha penyayang. Bahwa Tuhan itu panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Mahapengampun. Mahapemaaf. Mahamerangkul. Sejauh timur dari barat, sejauh utara dari selatan, sejauh itu pula Tuhan yang mahapengasih menjauhkan setiap orang dari segala kesalahan dan dosa mereka, jika mereka mau kembali kepada cinta kasih sayang Tuhan Allah.
CINTA ILAHI. Itu sudah cukup. Cinta ini ampuh meluluhkan hati dan pikiran yang keras. Sanggup meniup jauh dan melenyapkan perlawanan orang kepada Allah yang mahapenyabar dan mahapengampun. Mujarab melenyapkan kesedihan, duka lara dan azab yang dirasakan orang. Kuat mendorong orang masuk ke dalam pelukan Allah sang Kekasih dan Bunda Ilahi semesta. Efektif mencairkan permusuhan dan mendamaikan orang yang satu dengan orang yang lain.
Tuhan itu jauh dari sifat pemurka, pendendam, pemarah, pembalas, pembunuh. Tuhan hanya ingin menyayangi, mencintai, mengampuni, memberi hidup, dan menerima setiap orang. Tuhan tak mengenal diskriminasi. Cinta ilahi mengalir lewat banyak sungai yang berair jernih dan menyegarkan. Sungai-sungai kehidupan.
Karena cinta-Nya yang besar tanpa batas, maka Tuhan pada dirinya sendiri memilih untuk mengampuni dan melupakan segala kesalahan setiap orang yang mau datang kepada-Nya lalu mengakui segala dosa, kesalahan, kealpaan, kekurangan dan keterbatasan mereka, dan meminta ampun dan kasih karunia-Nya.
Lalu mereka bertobat dan selanjutnya berusaha dengan sepenuh hati dan segenap daya untuk hidup baru, hidup kudus, hidup suci, hidup yang berkenan di mata Tuhan. Hidup yang penuh kebajikan kepada sesama manusia. Hidup yang diisi cinta kepada segenap ciptaan. Hidup yang mengalirkan air jernih yang memberi hidup dan menumbuhkannya.
Saat mengikuti perjamuan kudus di hari Minggu yang baru lewat itu, lewat simbol roti dan air anggur saya menemukan dan menghayati kembali kasih sayang Allah yang mahabesar itu bagi saya dan bagi dunia ini.
Saat memegang roti dan cawan anggur perjamuan, saya membayangkan citra wajah Yesus yang paling meresap dalam hati dan pikiran saya sebagai wajah insani Allah. Wajah Tuhan yang mahapengasih dan mahapenyayang, sang Gembala Agung yang berada di antara manusia, yang memelihara dan menjaga dan melindungi kawanan domba-Nya.
Di saat memegang roti, saya merasa memegang dan merangkul Yesus dengan hangat, tentu lewat imajinasi saya. Ketika memegang cawan anggur dan meminumnya, saya merasakan, juga lewat imajinasi, bukan tetesan darah merah Yesus, tapi tetesan air mata bening Yesus yang deras mengalir membasahi diri saya karena rasa bahagia yang timbul dalam hati Yesus.
Wajah insani Tuhan yang menjadi sahabat sejati umat manusia. Wajah insani Tuhan yang menjadi sang bunda bagi umat manusia sebagai anak-anak-Nya sendiri. Wajah insani Tuhan yang mengalirkan cahaya dan terang kehidupan, dari langit di atas ke muka Bumi, dari puncak gunung tinggi ke lembah-lembah.
Wajah sang Abadi yang masuk ke kawasan dunia fana dengan mengambil wujud tubuh atau daging dan darah insani dalam sosok Yesus. Wajah sang Teduh yang memberi rasa teduh, rasa tenang dan hening di tengah-tengah hiruk-pikuk dan hingar-bingar dunia pasar insani.
Terasa damai dan tenteram batin dan pikiran saya ketika ritual perjamuan kudus saya hayati dari sudut pandang di atas.
Mengikuti ritual ini, saya rasakan membawa saya masuk ke dalam meditasi yang dalam: mengenal diri sendiri dan mengenal sang Abadi, sang Ketenangan dan Keheningan. Diri yang fana dan Dia yang abadi menyatu, sebagaimana roti dan anggur masuk ke dalam diri saya saat saya memakan dan meminumnya.
Anda bagaimana?
6 Januari 2020
Wajah insani Tuhan yang menjadi sahabat sejati umat manusia. Wajah insani Tuhan yang menjadi sang bunda bagi umat manusia sebagai anak-anak-Nya sendiri. Wajah insani Tuhan yang mengalirkan cahaya dan terang kehidupan, dari langit di atas ke muka Bumi, dari puncak gunung tinggi ke lembah-lembah.
Wajah sang Abadi yang masuk ke kawasan dunia fana dengan mengambil wujud tubuh atau daging dan darah insani dalam sosok Yesus. Wajah sang Teduh yang memberi rasa teduh, rasa tenang dan hening di tengah-tengah hiruk-pikuk dan hingar-bingar dunia pasar insani.
Terasa damai dan tenteram batin dan pikiran saya ketika ritual perjamuan kudus saya hayati dari sudut pandang di atas.
Mengikuti ritual ini, saya rasakan membawa saya masuk ke dalam meditasi yang dalam: mengenal diri sendiri dan mengenal sang Abadi, sang Ketenangan dan Keheningan. Diri yang fana dan Dia yang abadi menyatu, sebagaimana roti dan anggur masuk ke dalam diri saya saat saya memakan dan meminumnya.
Anda bagaimana?
6 Januari 2020