Friday, October 30, 2015

The Mind of God



Di atas adalah bahasa matematis Theory of Everything (TOE) yang dibangun fisikawan teoretis terkenal Prof. Michio Kaku (Universitas City, New York). TOE itu menyatukan empat forsa (gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat dan nuklir lemah) dalam alam sejauh kita sudah temukan. 

Pada waktu big bang, empat forsa ini menyatu sebagai superforce. General relativity Einstein (untuk dunia makro) dan mekanika quantum (untuk dunia mikro partikel-partikel subatomik) dan juga dimensi-dimensi yang lebih tinggi dalam hyperspace (mulai dimensi ke-5 [cahaya] hingga dimensi ke-41), disatukan dalam TOE. 

Hyperspace itu kawasan multidimensional yang berada di antara jagat-jagat raya yang paralel (multiverse), di luar jagat raya kita. Di luar jagat raya kita, terdapat jagat-jagat raya lain dalam jumlah tak terbatas.  

TOE juga disebut the theory of creation, yang sanggup menjelaskan sinergi atau simbiosis atau interaksi dan integrasi antara proton, elektron, quark, atom, molekul, big bang, black holes, singularitas, wormholes, hingga ke DNA organisme sampai ke bunga-bunga bakung di padang dan hal-hal apa saja yang anda akan pikirkan. 

Maka itu, TOE juga dinamakan The Mind of God, yang Einstein kejar-kejar tapi hingga akhir hayatnya tidak berhasil dia dapatkan.

Anda bisa menjelaskan maksud persamaan matematis Michio Kaku ini? Via Internet, anda dapat memperoleh penjelasannya dalam bahasa yang gamblang. Sejauh saya observasi, persamaan Kaku ini belum diterima secara universal oleh para fisikawan. Lain halnya dengan persamaan Einstein E=mc2.

 
Kata Michio Kaku, “Tujuan saya hidup adalah menemukan sebuah persamaan; sebuah persamaan yang panjangnya mungkin tidak lebih dari 1 inch, yang meringkas segala sesuatu yang kita ketahui tentang jagat raya fisikal.... Saya sungguh percaya bahwa suatu saat nanti nasib semua kehidupan cerdas dalam jagat raya akan bergantung seluruhnya pada persamaan ini.”


Dengarkan kuliah Prof. Michio Kaku yang singkat, padat dan jelas tentang jagat raya hanya dalam 42 menit 13 detik, berjudul The Universe in A Nutshell, di https://youtu.be/0NbBjNiw4tk.



Monday, October 26, 2015

Akar-akar moralitas



Di manakah moralitas berakar? 


TANYA-JAWAB

- Pak, untuk menjadi orang baik, apakah beragama satu-satunya jalan?

+ Ya, ada orang yang karena ajaran-ajaran agama mereka berhasil menjadi orang baik. Itu bagus. Dalam hal ini, agama menjadi jalan menuju kebaikan, bahkan juga jalan menuju keagungan. Tetapi, jangan lupa, juga ada sangat banyak orang yang beragama, karena ajaran-ajaran agama, malah menjadi orang yang bejat dan tidak bermoral.

- Masak sih Pak? Apa ada ajaran agama yang akan membuat orang jadi tidak baik?

+ Ya ada. Tidak semua ajaran agama itu, jika diikuti apa adanya, akan menghasilkan orang baik. “Baik” di sini dalam arti berguna dan bermanfaat positif bagi sesama manusia, sesama makhluk, peradaban, dan dunia ini dengan segala kemajemukannya.

- Ya, Pak, saya setuju bahwa beragama saja memang tidak cukup untuk menjadikan orang baik. Saya sudah melihat fakta-faktanya. Apakah dengan demikian, pilihannya adalah menjadi ateis supaya manusia menjadi baik?

+ Ada orang ateis yang berhasil menjadi orang baik, bahkan menjadi sosok dunia yang agung, sekalipun mereka tidak beragama. Tetapi, jangan lupa, ada juga banyak orang ateis yang bejat dan tidak bermoral.

- Jadi?

+ Ya, baik teisme maupun ateisme, sama-sama punya peluang untuk menjadikan orang baik dan juga untuk menjadikan orang tidak baik. Yang satu tidak melebihi yang lain. Teisme dan ateisme bukan obat mujarab yang magis, yang pasti dengan cespleng akan menjadikan orang baik. Tidak ada obat magis dalam dunia ini. Jika orang ateis memandang ateisme sebagai obat mujarab yang magis, maka mereka telah menempatkan ateisme di posisi agama, sebab hanya agama yang mengklaim diri sendiri sebagai obat mujarab dan magis bagi semua penyakit.

- Oh begitu ya Pak. Jadi, jika agama-agama bisa gagal menjadikan orang baik, ateisme ternyata juga bukan sebuah alternatif yang bagus.

+ Ya, saya sudah menemukan, ateisme juga kini sedang menjadi sebuah penjara baru setelah orang melepaskan agama-agama yang mereka pandang sebagai penjara. Para ateis dewasa ini, saya temukan, sedang terpenjara dalam kebencian terhadap agama-agama (dinamakan religiofobia) dan dalam penolakan kuat terhadap iman atau kepercayaan (dinamakan fidofobia). Padahal faktanya adalah agama-agama, iman dan kepercayaan adalah juga bagian dari kehidupan kita yang sehat dan normal. Ada banyak hal yang baik yang dapat diberikan agama-agama, iman dan kepercayaan, di samping tentu saja hal-hal yang tidak baik.

- Jadi, mereka keluar dari penjara lama agama-agama hanya untuk masuk lagi ke dalam sebuah penjara baru ateisme?

+ Tepat!

- That’s fine! Pak, sebagai orang Kristen yang sudah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus, boleh saya tawarkan sesuatu kepada Bapak?

+ Silakan.

- Begini Pak. Hemat saya, semua agama tidak akan berhasil menjadikan orang baik, juga agama Kristen. Yang saya yakini, hanya Yesus pribadi saja yang bisa mengubah orang, dari jahat menjadi baik, lewat Roh-nya yang akan diberikan kepada setiap orang yang mau percaya dan beriman kepadanya, dan menjadi bagian dari komunitas yang didirikan-Nya, yang terus bermetamorfosa.

+ Loh, bukankah Yesus kini juga bagian dari agama Kristen? Apa bisa Yesus diceraikan dari agama Kristen yang sekarang ini terdiri atas sangat banyak aliran? Apakah bisa Yesus bicara sendiri tanpa memakai aliran-aliran agama Kristen yang anda katakan terus berubah?

- Sangat bisa, Pak. Yesus itu jauh lebih besar dari agama Kristen aliran apapun, dan tidak bisa dikuasai oleh satu aliran Kristen apapun. Yesus itu pribadi yang hidup, dan tidak bisa dibatasi dalam kekristenan aliran apapun. Yesus sanggup muncul sendiri sebagai sang Pria kemilau berjubah putih, langsung ke orang yang sedang membutuhkannya, lalu menyampaikan firman-firman-Nya. Atau sebagai sosok insan yang dibuat menderita oleh para pembenci Yesus.

+ Hemat saya, jika kamu melihat Yesus hadir sebagai sosok kemilau berjubah putih dan berbicara kepadamu, kamu mengalami halusinasi. Pemicunya neurologis, ada pada lobus temporalis organ otakmu. Jangan salah, terlepas dari fakta real yang empiris, halusinasi tentang Yesus sedemikian rupa juga punya fungsi positif untuk menguatkan mental para pengikut-Nya. 

- Gaak begitu, Pak. Maksud saya, itu Yesus sungguhan yang datang kepada orang yang beriman dan percaya pada-Nya. Saya yakin itu Yesus betulan. Banyak orang telah mengalaminya. 

+ Nah, pernyataanmu tentang Yesus itu, sedalam apapun kamu yakini kebenarannya, itu tetap sebuah pendapatmu, pendapat aliran gerejamu juga.

- Aaaahhh...gaaak begitu, Pak. Tapi.... ya... ya.... ya itulah yang diajarkan ke saya oleh sang pendeta besar gereja saya.

+ Ya, yang kamu hormati dan junjung tinggi-tinggi sebetulnya bukan Yesus, tetapi ajaran sang pendeta gerejamu, yang kamu sebut tadi sang pendeta besar. Yesus yang dia sebut-sebut itu, ya Yesus kepunyaannya. Pendeta-pendeta lain juga punya Yesus mereka sendiri-sendiri, Yesus yang sesuai aliran gereja mereka masing-masing. Mustahil menceraikan Yesus dari aliran-aliran agama Kristen. Dan juga, seperti kata anda, Yesus memang tidak pernah bisa dikuasai dan dihabiskan oleh satu aliran agama Kristen saja. Selalu muncul tafsiran-tafsiran baru terhadap Yesus sejalan dengan perubahan zaman dan konteks kehidupan, dan juga dengan kepentingan-kepentingan dan ambisi-ambisi sosioekonomis dan politis para pebisnis injil.

- Tapi, hemat saya, itulah ajaran yang terbenar tentang Yesus, yang sudah dipikirkan dalam-dalam dan sangat lama oleh sang pendeta besar gereja saya. Sang pendeta besar gereja saya ini tidak mungkin salah, Pak. Dia sudah meraih gelar doktor dalam apologetika, Pak.

+ Loh, kalau sang pendeta besar gerejamu itu tidak bisa salah, dia sudah sama dong dengan Tuhan Yesus dalam kepercayaanmu. Katamu tadi, Yesus selalu jauh lebih besar dari aliran Kristen apapun. Ternyata sekarang, sang pendeta besar gerejamu tampaknya malah lebih besar dari Yesus.

- Uuppps. Betul juga ya. Jadi,.... sang pendeta besar gereja saya itu salah ya, Pak? Ah, masak sih dia salah. Gaaaaakkkk mungkin deeeh! Gaak mungkin. Gaaakkk mungkin. Gaaaakkkkkk!

+ Terserah penilaianmu sendiri. Pakailah pengalaman dan akalmu sendiri untuk menilai.

- Jadi, sang pendeta besar gereja saya itu bisa salah ya, Pak?

+ Kalau dia memang pakar apologetika, pasti dia akan keluarkan banyak alasan dan banyak jurus silat untuk membela dirinya sendiri, dengan dipoles sana sini oleh ayat-ayat Alkitab.

- Apologetika itu sebetulnya apa, Pak? Pasti bukan ilmu sihir, bukan?

+ Apologetika itu.... ya itu.... ilmu membela kepercayaan sendiri dari semua keberatan dan kritik. Para apologet semacam sang pendeta besar gerejamu itu selalu memakai sebuah kacamata kuda hitam tebal dalam memandang dunia ini. Saking piawainya dia membela dan mempertahankan kepercayaan keagamaannya, sebagai apologet dia sering menyihirmu dan warga gerejamu.

- Ooh begitu. Jadi, selama ini saya sudah tersihirkah olehnya?

+ Ya, periksa dirimu sendiri dengan jujur, dan gunakan akalmu untuk menemukan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang berguna dan mana yang tidak berguna. Usahakan untuk selalu eling dan sadar. Jangan sampai tersihir oleh apapun.

- Oooh, jadi akal kita bisa menuntun kita untuk tahu memilah-milah nilai-nilai moral. Apa betul begitu, Pak? Selama ini, saya hanya diajarkan satu hal: jadikanlah Alkitab sebagai satu-satunya sumber moralitas, sumber akhlak.

+ Tentu, sejauh masih relevan, Alkitabmu dapat kamu gunakan sebagai salah satu sumber ajaran moral, tetapi bukan satu-satunya sumber. Ada sangat banyak sumber yang tersedia untuk kita gunakan sebagai sumber-sumber ajaran moral.

- Ada banyak sumber ajaran moral? Apa saja itu, Pak? Saya jadi tertarik nih.

+ Dulu, sebelum lahir agama tertua (70.000 tahun lalu di Afrika Selatan), moyang kita Homo sapiens sudah hidup selama tiga ratus ribu tahun lebih tanpa agama apapun. Meskipun demikian, mereka sudah punya moralitas (dalam bentuk masih sederhana) yang membuat mereka dapat membangun dan mempertahankan masyarakat-masyarakat mereka. Tanpa nilai-nilai moral yang mengendalikan suatu masyarakat, masyarakat manapun akan cepat roboh dan lenyap.

- Jika belum ada agama apapun, lantas dari mana moyang kita mendapatkan nilai-nilai moral?

+ Dari banyak sumber lain: dari berbagai pengalaman kehidupan, dari dunia alam yang luas, dari lingkungan sosiobudaya, dari contoh-contoh yang mereka amati dalam dunia kehidupan hewan-hewan lain, dari pengetahuan-pengetahuan sederhana yang mereka akumulasi secara bertahap, dari intuisi mereka sendiri, dan dari kegiatan berpikir dan merenung panjang dan luas.

- Ooh begitu ya. Baru terbuka pikiran saya sekarang. Selama ini otak saya terus diselubungi awan-awan gelap. Akibatnya, yang saya lihat setiap hari hanya agama, agama dan lagi agama.

+ Yang terpenting adalah akal sebagai sumber moralitas. Lewat akal yang digunakan dengan aktif dan cermat, semua hal yang moyang kita alami dalam kehidupan sehari-hari dipikirkan dan direnungi matang-matang oleh mereka. Aktivitas kognitif dalam organ otak inilah yang kemudian melahirkan nilai-nilai moral. Kognisi mental adalah sumber utama atau akar terdalam moralitas dalam kehidupan Homo sapiens.

- Apakah sebelum manusia, Homo sapiens, muncul di muka Bumi sebagai bagian dari evolusi biologis, sudah ada hewan-hewan lain yang juga mengerti dan menghayati moralitas?

+ Pertanyaan yang sangat bagus. Saya cukup heran, kamu mampu bertanya demikian.

- Begitu ya, Pak.

+ Ya,... hewan-hewan lain yang tergolong primata, khususnya yang disebut kera-kera besar (great apes), seperti bonobo dan simpanse, ditemukan lewat studi-studi ilmiah mampu memperlihatkan sikap dan kelakuan bermoral. Mereka menjalani kehidupan mereka sehari-hari dalam masing-masing komunitas mereka bukan hanya lewat naluri, tetapi juga lewat nilai-nilai moral. Otak primata ini juga sanggup melahirkan kognisi yang memunculkan moralitas dan kesadaran.

- Tapi, apakah Bapak bermaksud menyatakan ada pertalian biologis antara kita, Homo sapiens, dan simpanse dan bonobo, dan mungkin juga dengan gorilla dan orangutan?

+ Ya, sudah lama ditemukan, Homo sapiens dan kera-kera besar memiliki pertalian biologis, tepatnya pertalian genetik, yang menunjukkan kita dan mereka memiliki moyang bersama dalam sejarah evolusi kita dan sejarah evousi kera-kera besar. Pendek kata, kita dan great apes adalah sesama sepupu.

- Aaahh, Pak, apa yang Bapak katakan sebagai “pertalian genetik” dan “sesama sepupu” antara manusia dan kera-kera besar, adalah hal yang paling dibenci oleh sang pendeta besar gereja saya.

+ Ya, saya sudah menduga hal itu. Tetapi, itulah salah satu fakta sains terbesar dan paling signifikan, yang ditunjang bukti-bukti yang semakin banyak dari berbagai disiplin ilmu.

- Aaah, Bapak tadi sudah berhasil membuka penglihatan saya bahwa agama bukanlah satu-satunya sumber ajaran moral, tetapi ada banyak, khususnya akal budi atau kemampuan kognitif manusia.

+ Itu sungguh-sungguh sebuah mukjizat dari anda. Supaya maju selangkah lagi, ya anda terimalah fakta sains evolusi itu. Jika anda sanggup, itulah mukjizat kedua buat anda.

- Aaahh, gaaak lah Pak. Saya takut kena laknat dari mulut sang pendeta besar gereja saya.

+ Sebaiknya awan-awan gelap itu anda singkirkan secepatnya supaya sang Mentari pencerah menyinari anda tanpa awan penghalang.

- Tapi saya takut silau oleh kemilau cahaya Mentari, Pak.

+ Jadikan cahaya sang Mentari sumber energi yang menghidupkan, bukan membutakan mata.

- Gaak ah! Risikonya terlalu besar dan berat buat saya.

+ Loh, kenapa kamu takut terhadap sang Mentari? Bukankah Yesus Kristus sendiri, dalam kepercayaan gereja, adalah sang Mentari Yang Tak Terkalahkan, Sol Invictus? Mengapa kamu takut oleh kemilau Sol Invictus ini?

- Aaaah, Pak, anda telah membuat batin dan akal saya merana sekarang ini. Apakah untuk tercerahkan sempurna, orang harus merana?

+ Tampaknya memang harus begitu. Membuka jendela akal dan batin, harus siap disergap kemilau cahaya Mentari.

- Aaahhh!

Jakarta, 26 Oktober 2015
ioanes rakhmat


N.B.: 
Tentang moralitas, baca juga ini https://ioanesrakhmat.blogspot.com/2012/05/asal-usul-moralitas.html?m=0.

dan ini http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2014/11/sciences-and-values.html?m=0.


Tuesday, October 20, 2015

Siar agama supaya masuk sorga

"Pergilah! Jadikan sekalian bangsa hingga ke ujung dunia manusia-manusia pengasih dan penyayang, pembawa kebahagiaan dan kebajikan semesta."
☆ ioanes rakhmat



+ Pak, sebagai orang Kristen, kita jangan pernah menyerah untuk menyiarkan agama Kristen guna mengkristenkan seluruh Indonesia supaya Indonesia akhirnya menjadi sebuah negara Kristen.

- Oh, meskipun Yesus menempati posisi istimewa dalam hati dan pikiran saya, maaf, saya bukanlah orang Kristen semacam diri anda yang terobsesi untuk mengkristenkan seluruh dunia.

+ Maksud Bapak?

- Siar agama untuk menggaet para pengikut baru, sekarang ini sudah tidak relevan lagi. Sudah tidak cocok lagi. Era memperluas wilayah kekuasaan suatu agama sudah lama berlalu. Era perang atas nama agama, adalah era barbar yang sudah harus dengan sadar kita tinggalkan sekarang ini.

+ Loh, Pak, bukankah Yesus sendiri yang memerintahkan para muridnya untuk mengkristenkan seluruh dunia, untuk menjadikan semua bangsa murid-muridnya, hingga ke ujung dunia sampai akhir zaman?

- Yesus dari Nazareth semasa dia hidup di Tanah Israel dulu, fokus untuk memberdayakan rakyat Yahudi yang sedang ditindas oleh kekaisaran Romawi yang sedang menjajah mereka dan memperalat para pemuka keagamaan dan politis Yahudi. Tidak ada dalam pikiran Yesus sedikitpun untuk mendirikan agama Kristen yang akan menjadi satu-satunya agama dunia yang akan mengalahkan semua agama lain.

+ Loh, dalam Perjanjian Baru, jelas kok tertulis, bahwa Yesus menugaskan murid-muridnya untuk mengkristenkan seluruh dunia lewat pekabaran injil. Kok Bapak menyangkali?

- Saya tidak menyangkali ada sejumlah teks dalam Perjanjian Baru yang berisi amanat untuk orang Kristen menyiarkan agama Kristen sampai seluruh dunia menjadi Kristen. Tetapi, teks-teks tersebut dibuat oleh gereja-gereja perdana dulu, bukan memuat ucapan-ucapan asli Yesus. Gereja-gereja awal dulu, di abad pertama dan abad kedua, meminjam mulut Yesus untuk menyampaikan kehendak gereja-gereja itu dulu.

+ Aaah, yang benar, Pak?

- Ya, benar. Kalau teks-teks Perjanjian Baru dikaji dengan teliti, lewat metode pengkajian ilmiah, akan terlihat mana teks-teks yang memuat ucapan asli Yesus dan mana yang memuat suara gereja-gereja awal yang disampaikan lewat mulut Yesus.

+ Apa Bapak bisa menjamin apa yang Bapak katakan itu benar?

- Saya bukan menjamin, tetapi bisa memilah-milah mana ucapan asli Yesus dan mana yang tidak asli Yesus. Bukan sembarangan memilah-milah, tetapi lewat metode ilmiah.

+ Ahh, saya tidak percaya metode ilmiah. Saya hanya percaya pada apa yang sudah tertulis apa adanya dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru.

- Terserah anda. Saya harapkan anda konsisten dalam semua gerak kehidupan anda. Tolaklah semua ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkannya. Hiduplah dengan hanya pegang Alkitab. Lalu kita tunggu dan lihat, apakah anda masih akan bisa hidup dengan baik dan sehat.

+ Kok begitu, Pak?

- Ya, saya lihat orang-orang semacam anda, dalam semua agama, sebetulnya sedang hidup dalam dua dunia yang berbenturan satu sama lain. Untuk hal-hal agama, anda mati-matian berpegang pada kitab suci dan menolak mentah-mentah semua ilmu pengetahuan. Tetapi, pada pihak lain, di luar agama, anda memakai semua pandangan ilmu pengetahuan dan dengan begitu gampang memanfaatkan semua teknologi modern. Jujur saja, sebetulnya anda sedang keenakan menggunakan teknologi modern dalam nyaris semua segi kehidupan anda.

+ Maksud Bapak, saya sebetulnya sedang menderita skizofrenia? Jiwa saya terbelah dua?

- Ya, itu kata anda sendiri. Dan hemat saya, itu benar.

+ Uuuuppps. Ok-lah. Tapi, kalau pekabaran injil bukan perintah Yesus, lantas apa yang menjadi tugas utama gereja?

- Siar agama untuk gaet pengikut baru, sudah tidak relevan lagi. Yang harus dilakukan umat-umat beragama pada masa kini adalah sharing ide-ide keagamaan yang beranekaragam, yang akan bermuara pada usaha-usaha bersama untuk mengatasi problem-problem dunia masa kini.

+ Jadi, bagi Bapak, memperbesar jumlah pengikut suatu agama sudah tidak diperlukan lagi?

- Betul sekali. Fokus agama-agama sekarang bukan lagi memperbesar kuantitas penganut, tetapi menjadikan dunia ini makin berkualitas sebagai satu tempat kediaman umat manusia yang beranekaragam.

+ Tapi itu pendapat dan pikiran Bapak sendiri, bukan firman Tuhan dalam Perjanjian Baru.

- Ya, itu memang pendapat saya dan pendapat sangat banyak orang lain yang mau berpikir, bukan hanya mau taat buta pada teks-teks kuno. Saya punya akal dan kemampuan bernalar dan memahami zaman dan dunia sekarang, dan punya nurani, juga pengetahuan. Jadi, saya tidak mau kehidupan saya kini didikte seenaknya oleh orang-orang yang hidup di zaman kuno dan di dunia lain yang sangat berbeda dan dalam banyak hal tidak klop lagi dengan dunia dan zaman kini.

+ Gaak, ah! Saya memilih taat buta saja pada apa kata firman Tuhan dalam Alkitab. Itu membuat saya akan masuk ke dalam sorga nanti.

- Anda menanti masuk sorga nanti sesudah mati. Tetapi api neraka di sekeliling anda dalam dunia masa kini, anda biarkan terus bernyala dan berkobar, memanggang jutaan hingga milyaran anak manusia.

+ Aaah, Pak, masak bodoh dengan kemiskinan, ketidakadilan, kelaparan, kebodohan, penyakit, azab dan derita di dunia masa kini. Saya hanya sedang mengumpulkan amal saya sekarang sebanyak-banyaknya dengan mengabarkan injil supaya saya nanti akan pasti masuk sorga, untuk bertemu Yesus dan para malaikat. Lalu saya akan bernyanyi selamanya di sorga di depan Tritunggal Bapak, Anak dan Roh Kudus.

- Ok-lah, kalau begitu. Selamat masuk sorga secepatnya. Kalau bisa, ya besok anda sudah masuk ke sorga. Jangan lupa, bawa gitar anda ke alam baka.

+ ?????


Wednesday, October 14, 2015

Kontroversi sekitar temuan makam keluarga Yesus di Talpiot


Makam Talpiot, tempat Yesus dan keluarganya dimakamkan


N.B.: Tulisan ini sudah terbit sejak 1 Januari 2008. Dipos kembali 14-10-2015 karena link yang lama rusak, tidak bisa diakses. Harap maklum.

Makam keluarga Yesus di Talpiot (sebelah selatan Kota Lama Yerusalem) diekskavasi 1–11 April 1980 oleh arkeolog-arkeolog Amos Kloner, Yosef Gath, Eliot Braun, dan Shimon Gibson, di bawah pengawasan Otoritas Kepurbakalaan Israel (OKI). Di dalamnya ditemukan 10 osuarium (peti tulang, terbuat dari batu gamping) berusia tua, dari kurun waktu pra-tahun 70 abad 1 M (akhir Perang Yahudi I melawan Roma). Sejak ekskavasi ini, tidak ada penyelidikan lebih lanjut atas makam ini. Di dalam sebuah film dokumenter BBC/CTVC yang berjudul ”The Body in Question” dan ditayangkan di Inggris pada Minggu Paskah 1996, muncul sebuah laporan sangat singkat tentang makam ini. Karena terlalu singkat, dan dianggap sebagai sebuah laporan tentang hal yang rutin saja, laporan ini boleh dikata berlalu begitu saja.

James D. Tabor melalui bukunya yang terbit 2006, The Jesus Dynasty (terjemahan Indonesia buku ini sudah terbit, 2007), mengangkat kembali signifikansi makam Talpiot bagi studi tentang Yesus. [Edisi paperback buku ini terbit 24 April 2007, dengan Introduksi yang diperbaiki dan penambahan sebuah epilog tentang makam keluarga Yesus]. Discovery Channel pada 4 Maret 2007 di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Israel dan Eropa, menayangkan sebuah film dokumenter yang berjudul “The Lost Tomb of Jesus”, dengan eksekutif produsernya James Cameron. Tesis yang diajukan film ini adalah bahwa makam Talpiot adalah betul makam keluarga Yesus dari Nazareth. Dalam waktu yang hampir bersamaan (27 Februari 2007), Simcha Jacobovici dan Charles Pellegrino menerbitkan buku dengan judul The Jesus Family Tomb: The Discovery, the Investigation, and the Evidence That Could Change History (terjemahan Indonesia buku ini sudah diterbitkan oleh penerbit Read-on, 2007).


 
Simcha Jacobovici di depan pintu masuk makam Talpiot...


Tak pelak lagi, kontroversi sedunia atas temuan makam Talpiot pun bermunculan. Reaksi sangat keras datang terutama dari kalangan Kristen konservatif evangelikal. Sebaliknya, sejumlah pakar lain, misalnya John Dominic Crossan dan James Charlesworth, memberi dukungan penuh terhadap usaha-usaha penelitian terhadap makam Talpiot. Crossan bahkan menandaskan, temuan makam Talpiot itu adalah “paku terakhir yang ditancapkan pada peti mati literalisme biblis.” Meskipun kontroversi mencuat tajam, pengkajian-pengkajian prosopografis lebih lanjut untuk menemukan “fit” atau “kecocokan” antara data material arkeologis dan data dari teks-teks kuno, termasuk teks-teks Perjanjian Baru, harus terus dilanjutkan.


Perkembangan sekarang


Pada ekskavasi 1980, ditemukan 10 osuarium dari makam Talpiot. Tetapi, sekarang ini, OKI hanya memiliki 9 osuarium dari makam Talpiot; 1 osuarium dinyatakan telah hilang. Dari 9 osuarium ini, 3 osuarium di antaranya tidak memiliki inskripsi/tulisan, sedangkan 6 lainnya memuat inskripsi: (1) “Yesus anak Yusuf” (bahasa Aram), (2) “Maria” (Aram), (3) “Mariamene e Mara” (= “Maria sang Master” = Maria Magdalena) (Yunani), (4) “Yoses” (Aram); (5) “Matius” (Aram); (6) “Yudas anak Yesus” (Aram). Keempat nama yang pertama sudah dikenal sebagai nama-nama yang muncul dalam Alkitab Perjanjian Baru, baik sebagai anggota-anggota keluarga Yesus (Markus 6:3) maupun sebagai seorang yang dekat dengannya (Maria Magdalena). Nama “Matius” muncul dalam “silsilah Yesus” (Matius 1; Lukas 3); dan juga dalam Markus 2:14 sebagai “anak dari Alfeus (= Klofas).” Alfeus atau Klofas adalah saudara dari Yusuf, ayah legal Yesus—jadi, “Matius” termasuk ke dalam kaum keluarga Yesus. Hanya nama “Yudas anak Yesus” yang tidak muncul dalam Perjanjian Baru.
Tentang nama “Mariamene e Mara” perlu diberi keterangan lebih jauh. Sebutan “Mariamene e Mara” dipakai untuk Maria Magdalena dalam dokumen yang diberi nama Kisah Filipus. Memang Kisah Filipus memuat bahan-bahan legendaris dan fabel; tetapi tidak berarti di dalamnya tidak ada rujukan-rujukan kepada sejarah. Misalnya, dalam Kisah Filipus dinyatakan bahwa Rasul Filipus mati dan dikuburkan di Hieropolis; ini adalah sebuah catatan sejarah yang sama dengan catatan sejarah Uskup Polykrates dari Efesus dalam suratnya kepada Santo Viktor yang ditulis kira-kira tahun 189-198. Kalaupun Kisah Filipus (abad 4) tidak dipakai, sebutan Mariamne untuk Maria Magdalena masih kita bisa temukan dalam dokumen-dokumen kuno lainnya: 1) Fragmen Yunani dari Injil Maria (akhir abad 2); 2) Tulisan Hippolytus, Refutatio Omnium Haeresium 5.1.7 (awal abad 3); 3) Origenes, Contra Celsum 5.62; dan 4) (dalam aksara Latin) tulisan Priscillian, Apologeticum 1.
Penting dicatat bahwa para arkeolog, paleografer, sejarawan, ahli Kitab Suci, ahli paleo-DNA, ahli statistik, ahli forensik, dan para pakar lain yang meneliti makam keluarga Yesus tidak pernah memakai rujukan dalam Injil Filipus tentang Yesus yang mencium Maria Magdalena (mungkin pada mulutnya) dalam usaha-usaha mereka untuk membuktikan bahwa makam Talpiot itu adalah makam keluarga Yesus, atau bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus.
Pada ekskavasi 1980, tulang-belulang dari dalam semua osuarium sudah diserahkan kepada otoritas Yahudi Ortodoks setempat untuk dikuburkan kembali. Pemeriksaan DNA tetap bisa dilakukan dengan memakai sisa-sisa endapan organik dari “human residue” yang menempel pada permukaan-permukaan dinding sebelah dalam atau mengendap di dasar osuarium. Pada tahun 2005, Dr. Carney Matheson dan timnya, dari Laboratorium Paleo-DNA Universitas Lakehead di Ontario, telah melakukan pemeriksaan DNA mitokondria terhadap “human residue” dari “Yesus anak Yusuf” dan “Maria Magdalena.” Dari penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan persaudaraan maternal antara “Yesus” dan “Maria Magdalena”. Artinya: Maria Magdalena dari makam Talpiot bukan ibu dari Yesus, dan juga bukan saudara kandung perempuannya. Bisa jadi, karena ditemukan dalam 1 makam keluarga, Maria Magdalena dalam makam Talpiot ini adalah orang luar yang menjadi isteri sah Yesus; dan bisa jadi juga “Yudas anak Yesus” adalah anak Maria Magdalena juga.

Pada 21 Oktober 2002 di Washington DC, Hershel Shanks, editor kondang dari Biblical Archaelogy Review, dan Discovery Channel, mengumumkan telah ditemukan sebuah osuarium yang berinskripsi Aramaik “Yakobus, anak Yusuf, saudara dari Yesus.” Osuarium Yakobus ini, yang dimiliki Oded Golan (pedagang barang antik kelahiran Tel Aviv), segera terkenal ke seluruh dunia. Osuarium ini, ketika sudah kembali ke Israel sehabis dipamerkan antara lain di Royal Ontario Museum disita oleh OKI, dan Oded Golan ditangkap dengan sebuah tuduhan telah memalsukan inskripsi “saudara dari Yesus” pada osuarium itu berdasarkan hasil tes isotop yang telah dilakuan Prof. Yuval Goren, pakar geologi dari Universitas Tel Aviv. Dalam artikel Amos Kloner (‘Atiquot, 1996) memang ditulis bahwa osuarium Yakobus itu “tidak berinskripsi” (Plain); tetapi identifikasi ini dibuat tergesa-gesa di lapangan (“field description”) dan bisa keliru, tidak dihasilkan dari penelitian yang seksama. Joseph Gat (seorang penggali makam Talpiot), misalnya, sebulan setelah penemuan makam itu di tahun 1980, telah keliru menyatakan bahwa hanya ada empat osuarium dari makam Talpiot yang berinskripsi, padahal sebetulnya (sesudah diteliti kembali) ada enam osuarium berinskripsi. 

Namun, pada Januari 2007, di ruang sidang pengadilan Israel atas Oded Golan, Prof. Goren menyatakan bahwa pada sedikitnya dua huruf dari nama “Yeshua” (=Yesus) pada inskripsi Aramaik di osuarium Yakobus ini terdapat lapisan mineral patina yang asli dan berusia tua. Dengan demikian, keseluruhan frase “saudara dari Yesus” pada osuarium Yakobus itu harus dinyatakan asli.

Sementara ini, Tabor dan Jacobovici, berpendapat, ada kemungkinan bahwa 1 osuarium yang telah hilang dari makam Talpiot itu adalah osuarium Yakobus. Shimon Gibson sendiri berpendapat, ada kemungkinan bahwa osuarium Yakobus adalah osuarium ke-11 dari makam Talpiot yang telah dicuri dari makam ini sebelum ekskavasi dilakukan pada 1980. Ketika diukur kembali, didapati ukuran osuarium Yakobus ini kurang lebih sama dengan ukuran osuarium yang telah hilang itu. Penelitian lapisan mineral patina pada osuarium Yakobus yang telah dilakukan, yang dibandingkan dengan patina-patina dari osuarium-osuarium lain dari makam Talpiot dan dari makam-makam lain di sekitarnya yang dipilih secara acak, menunjukkan kesamaan “sidik jari” mineral patina dari osuarium Yakobus dengan “sidik jari” mineral patina dari osuarium-osuarium lainnya dari makam Talpiot. Ini memastikan bahwa osuarium Yakobus berasal dari makam Talpiot. Sisa-sisa tulang-belulang Yakobus masih tersedia. Jika pengujian DNA diizinkan oleh OKI untuk dilakukan pada “human residue” Yakobus (hingga kini OKI masih belum memberi izin), dan jika terbukti bahwa DNA Yakobus “match” dengan DNA Yesus (yang sudah diketahui), maka jelas akan tidak terbantahkan lagi bahwa makam keluarga di Talpiot itu adalah makam keluarga Yesus dari Nazareth, Yesus yang mempunyai saudara satu ayah, yang bernama Yakobus, sebagaimana dicatat baik oleh tradisi Kristen (Galatia 1:19; Markus 6:3) maupun oleh Flavius Yosefus, sejarawan Yahudi (Antiquities 20.200). 


Beberapa sanggahan

Sejak ekskavasi 1980, nama-nama pada osuarium-osuarium makam Talpiot dipandang oleh sejumlah arkeolog Israel sebagai nama-nama yang umum dipakai di Yerusalem pra-tahun 70. Sifatnya sebagai nama-nama umum inilah yang telah lama dijadikan alasan oleh banyak pakar Kristen untuk menyanggah pendapat bahwa makam Talpiot adalah makam keluarga Yesus dari Nazareth. Tetapi, Jacobovici, Pellegrino, dan James D. Tabor, berpendapat bahwa terkumpulnya nama-nama anggota keluarga Yesus dalam makam Talpiot sebagai satu cluster, adalah suatu kejadian unik, yang belum pernah ditemukan sebelumnya dalam suatu situs galian arkeologis yang terlokasi dan terkontrol. Pandangan mereka ini didukung oleh kajian statistik yang memanfaatkan teori probabilitas, dan yang juga memperhitungkan baik demografi kota Yerusalem pra-tahun 70 (berpenduduk antara 25.000 -75.000 orang—dibuat rata-rata menjadi 50.000 orang) maupun data nama-nama yang telah dicatat yang berasal dari semua makam yang telah ditemukan di kawasan-kawasan perbukitan kota Yerusalem.

Menurut pakar statistik dari Universitas Toronto, Prof. Andrey Feuerverger, munculnya cluster atau kumpulan keempat nama saja yang berkaitan dengan Yesus (“Yesus anak Yusuf”, “Maria”, “Maria Magdalena” dan “Yoses”) dalam satu makam, dalam konteks kota Yerusalem pada periode Bait Allah Kedua akhir, adalah suatu kejadian yang unik, dengan peluang 1:600. Artinya: dari 600 kasus, hanya akan ada 1 kemungkinan kasus seperti kasus makam Talpiot. Jika osuarium Yakobus dimasukkan ke dalam makam Talpiot, maka, menurut Feuerverger, peluangnya berubah menjadi 1:30.000. Artinya: dari 30.000 kasus, hanya akan ada 1 peluang kasus yang seperti kasus makam Talpiot. Angka-angka statistik ini menunjukkan betapa uniknya makam Tapiot ini.

Atas permintaan James D. Tabor, ahli statistik John Koopmans juga telah menghitung peringkat keunikan makam Talpiot sebagai makam keluarga. Penduduk kota Yerusalem pra-tahun 70 adalah (angka rata-rata) 50.000 orang. Jika penduduk kota Yerusalem periode ini dihitung sebesar tiga puluh kali angka rata-rata ini, dan setiap keluarga dipandang memiliki rata-rata enam orang, maka peluang bagi munculnya enam nama Maria, seorang Maria yang lain, Yesus anak Yusuf, Yudas anak Yesus, Yoses, dan Matius, dalam satu keluarga, adalah 1:253.403. Artinya, dari 253.403 keluarga (untuk total penduduk 1.520.418 [= 6x253.403]), kombinasi keenam nama ini hanya muncul satu kali. Jika osuarium Yakobus dimasukkan ke dalam makam Talpiot, maka peluang bagi munculnya tujuh nama Maria, seorang Maria yang lain, Yesus anak Yusuf, Yudas anak Yesus, Yoses, Matius, dan Yakobus anak Yusuf saudara Yesus, dalam satu keluarga, adalah, dalam perhitungan Koopmans, 1:42.723.672. Artinya, hanya akan ada satu makam keluarga seperti makam Talpiot dari 42.723.672 keluarga. Angka-angka statistik ini muncul dengan pengandaian penduduk kota Yerusalem tiga puluh kali angka rata-rata yang sebenarnya. Jadi, kasus makam keluarga Yesus di Talpiot ini sangat unik. Tidak akan ada lagi kasus semacam makam Talpiot.

Sanggahan lainnya adalah tidak mungkin makam Talpiot makam keluarga Yesus, sebab di dalam PB tidak ada satu pun petunjuk yang menyatakan bahwa Yesus mempunyai anak. Ini adalah sebuah argumentum e silentio yang keliru. Perjanjian Baru tidak menyebut, sebagai contoh, nama-nama Philo, Rabbi Hillel, Flavius Yosefus, Hanina ben Dosa, Apollonius dari Tyana. Tetapi, semua orang ini adalah orang-orang yang nyata hidup dalam dunia ketika kekristenan baru lahir. Selain itu, harus juga dipertimbangkan adanya rujukan-rujukan kepada “murid yang dikasihi” dalam Injil Yohanes, yang digambarkan “bersandar pada Yesus di sebelah kanan-Nya” pada waktu perjamuan malam (Yohanes 13:23) dan yang keselamatannya dicemaskan oleh para murid Yesus (Yohanes 21:20-23); dan juga rujukan dalam Injil Markus kepada “seorang muda” yang berlari “dengan telanjang” ketika Yesus ditangkap (Markus 14:51-52)—Apakah tidak mungkin, bahwa rujukan-rujukan tersamar ini sebetulnya mengacu kepada anak Yesus, berusia belasan tahun, yang identitas sebenarnya harus dirahasiakan mengingat Roma baru saja menumpas sebuah gerakan messianik dengan menyalibkan sang pemimpannya, Yesus dari Nazareth, yang mengklaim diri “Raja orang Yahudi”? Kalau kemungkinan ini diterima, maka Yesus harus dipandang menikah pada usia muda, 20 tahun, sebagaimana kerap terjadi dalam suatu masyarakat agraris di Timur Tengah kuno.

Satu dukungan lagi bagi kemungkinan Yesus kawin (dan mempunyai anak) adalah teks yang ditulis oleh rasul Paulus dalam 1 Korintus 7:7-8. Di situ, Paulus menulis, ”Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; ....Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.” Konteks tulisan Paulus ini adalah perbincangannya mengenai hal kawin dan hal tidak kawin. Dalam ayat 10 Paulus menunjuk kepada Yesus sebagai sumber wibawa (“tidak, bukan aku, tetapi Tuhan perintahkan,...”), ketika dia melarang seorang isteri menceraikan suaminya. Tetapi ketika sebelumnya (ayat 7-8) dia berbicara perihal tidak kawin, Paulus tidak menyebut Yesus sebagai contoh atau teladan, melainkan dia menunjuk kepada dirinya sendiri. Ini menunjukkan Paulus mengetahui kalau Yesus itu, dalam hal hidup tidak kawin, tidak dapat dijadikan contoh. Ini menyiratkan, Paulus tahu kalau Yesus itu kawin. Seandainya Yesus tidak kawin, pasti dia akan menunjuk kepada Yesus sebagai sebuah contoh dan teladan hidup tidak kawin.

Sanggahan berikutnya adalah bahwa karena keluarga Yesus dari Nazareth adalah keluarga miskin yang tinggal di Galilea, maka mustahil mereka bisa memiliki sebuah makam keluarga di kota Yerusalem; kalau pun keluarga Yesus mampu membeli sebuah makam keluarga, makam ini pastilah sederhana dan berlokasi di Nazareth, bukan di Yerusalem.

Dibandingkan makam-makam lain di kawasan dekat Yerusalem, makam Talpiot itu bersahaja dan sempit, dengan ukuran 3x3 meter persegi, dan dengan tinggi kurang dari 2 m. Makam semacam ini dapat disediakan oleh para pengikut perdana Yesus. Sepeninggal Yesus, mereka memusatkan pergerakan messianik mereka di Yerusalem dengan dipimpin oleh Yakobus (wafat tahun 62), saudara Yesus, yang semasa Yesus masih hidup telah menetap di Yerusalem. Di Betania, tidak jauh dari Yerusalem, berdiam para pengikut setia Yesus, seperti Maria, Marta dan Lazarus, yang dapat menyediakan sebuah makam keluarga.

Pada situs-situs galian arkeologis di sekitar Bukit Zaitun (dilakukan oleh arkeolog-arkeolog Mancini, Bagatti dan Milik, serta Sukenik dan Avigad) yang tidak jauh dari Kota Lama Yerusalem, khususnya pada situs suci Kristen Dominus Flevit (= “Tuhan menangis”), telah ditemukan ratusan kubur yang berisi banyak osuarium yang berinskripsi nama-nama Yahudi-Kristen (Jack Finegan, Archaelogy of the New Testament, 359-374). Nama-nama ini adalah nama-nama para murid perdana Yahudi Yesus, yang tetap melanjutkan gerakan messianik yang dipusatkan di Yerusalem sebelum kota ini dihancurkan pada tahun 70 M oleh Roma.

Dalam Markus 6:29 dikatakan bahwa ketika murid-murid Yohanes Pembaptis mendengar sang guru mereka sudah dibunuh oleh Herodes Antipas, mereka segera datang mengambil mayatnya lalu meletakkannya dalam sebuah kubur. Hal yang serupa terjadi juga pada mayat Yesus. Yusuf orang Arimatea, seorang “yang telah menjadi murid Yesus juga” (Matius 27:57), memberikan sebuah makam miliknya sendiri “yang digali di dalam bukit batu” untuk penguburan sementara mayat Yesus (karena hari Sabat sebentar lagi tiba!) (Markus 15:42-47). Dari kubur ini, kaum keluarga Yesus kemudian memindahkan mayat Yesus ke makam yang permanen yang disediakan para pengikut pergerakan messianik Yesus yang kini berpusat di Yerusalem. Telah dipindahkannya mayat Yesus ke kubur lain inilah yang menyebabkan kubur pertama itu kosong. Ketika waktunya telah tiba (satu tahun kemudian), tulang-belulang Yesus dimasukkan ke dalam osuarium.

Sanggahan lainnya bercorak apologetis teologis, bukan historis, datang dari kalangan Kristen evangelikal. Bagi kalangan ini, di bumi ini tidak mungkin ada sisa-sisa jasad Yesus, sebab Yesus sudah bangkit dengan raganya dan sudah naik ke sorga juga dengan keseluruhan raganya (daging, tulang, organ-organ dalam, dan semua lainnya). Teologi mereka pakai untuk menghambat penyelidikan interdisipliner terhadap makam Talpiot dan osuarium-osuarium yang terdapat di dalamnya. Kalangan inilah, dengan literalisme biblis mereka, yang sama sekali tidak mau diperhatikan oleh para pakar peneliti makam Talpiot.

Penutup

Jika sisa-sisa jasad Yesus memang ada di Bumi ini, maka kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga tidak bisa lagi dipahami sebagai kejadian-kejadian sejarah objektif, melainkan sebagai metafora./*/ Para penulis PB sendiri pasti memahami keduanya sebagai metafora; jika tidak demikian, mereka adalah orang-orang yang sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membedakan mana realitas dan mana fantasi dan delusi. 

Dalam metafora, sebuah kejadian hanya ada di dalam pengalaman subjektif, melampaui dan menyeberangi pengalaman objektif, bukan dalam realitas objektif. Yesus bangkit, ya, tetapi bangkit di dalam memori dan pengalaman hidup dihadiri dan dibimbing oleh Roh-Nya. Yesus telah naik ke sorga, ya; dalam arti: Dia telah diangkat dalam roh, untuk berada di sisi Allah di kawasan rohani sorgawi, kawasan yang begitu besar, transenden, yang selalu berada lebih tinggi dibandingkan kawasan dunia fana sehari-hari. Kebangkitan dan kenaikan tidak harus membuat jasad Yesus lenyap dari makamnya. Jika dipandang sebagai metafora, maka warta tentang kebangkitan Yesus adalah warta metafora agung yang menyeberangkan (Yunani: ferein) kita ke dunia adinilai, dunia agung yang melampaui (Yunani: meta) dunia biasa yang sehari-hari yang kita semua sudah terbiasa menjalaninya, dengan nilai-nilai lama yang mungkin sekali tidak menyentak kita lagi. Untuk keduanya terjadi, yakni kebangkitan dan kenaikan Yesus, yang dibutuhkan adalah tubuh rohani (lihat 1 Korintus 15:35-58) atau tubuh kemuliaan atau tubuh dalam rupa yang lain, yang tidak dapat binasa, bukan tubuh fisikal protoplasmik yang suatu saat akan pasti mati lagi.


by Ioanes Rakhmat


 /*/  Tentang teologi adalah metafora, dan apa itu metafora, baca tulisan saya yang sudah dipikirkan dengan matang Teologi Adalah Metafora.


Jangan dilewatkan:
Konklusif: Makam Talpiot adalah makam keluarga Yesus!

Baca juga tanggapan-tanggapan saya terhadap dua penanggap tulisan-tulisan saya tentang makam Talpiot yang telah terbit di koran Kompas, tersedia di sini
http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2008/01/dari-epistemologi-historis-kembali-ke.html



Monday, October 12, 2015

Hewan babi: Antara ajaran agama dan fakta ilmiah

Ada agama-agama yang memandang babi sebagai hewan haram yang harus dijauhi, bahkan juga kerap dibenci. Kata “babi” sudah menjadi sebuah kata pejoratif di kalangan umat beragama tertentu. Ketika di usia remaja, saya sudah kenyang dengan cacian dan hinaan, “Loe Cina loleng. Loe makan babi sekaleng. Gak abis, gue tempeleng!” Tetapi, tentang babi, para saintis malah menemukan sesuatu yang sama sekali berbeda.

Dibandingkan tikus atau binatang pengerat lainnya, ternyata babi adalah hewan yang paling dekat dengan fisiologi dan genetika manusia, sehingga babi potensial lebih bermanfaat sebagai sebuah model organisme dalam usaha-usaha menyembuhkan manusia dari banyak penyakit. Termasuk penyembuhan lewat transplantasi organ babi (ginjal, hati, jantung, dll.) ke dalam tubuh manusia. 

 

Gambar 1: Babi mungil (micropig) yang ngegemesin!


Xenotransplantasi

Pada 62 situs dalam genom sel-sel babi terdapat sekuen-sekuen DNA yang merupakan sisa-sisa virus yang masih dapat menimbulkan partikel-partikel virus yang menginfeksi ke dalam sel-sel tubuh manusia, dan ini akan mengakibatkan sistem-sistem kekebalan tubuh manusia diperlemah. Sisa-sisa virus dalam sel-sel babi ini dinamakan “Porcine Endogenous Retrovirus” atau PERV, yang keseluruhannya memiliki sebuah gen umum. Jika virus PERV dalam organ ginjal babi dapat dibuat tidak berdaya dan berhasil dihancurkan, dengan mengedit gen umum ini, organ ginjal babi ini dapat dengan aman ditransplantasi ke dalam tubuh manusia. 

Transplantasi organ hewan lain (dalam hal ini, babi) ke dalam tubuh manusia dinamakan xenotransplantasi. Dengan menggunakan teknik pengeditan gen yang dinamakan teknik CRISPR, sekuen-sekuen DNA yang berbahaya yang ada di dalam sel-sel organ ginjal babi pada 62 situs di dalam genom hewan ini dihancurkan; lalu selanjutnya organ ginjal ini dapat dengan aman ditransplantasi ke dalam tubuh manusia. CRISPR adalah sebuah metode yang dibangun berdasarkan mekanisme pertahanan diri purba yang dengannya sebuah bakteri membinasakan DNA dalam virus-virus penyerbu./1/

Saya tidak tahu bagaimana orang yang mengharamkan hewan babi bisa menerima manfaat xenotransplantasi dari organ babi ke dalam tubuh manusia. Agama mereka menilai babi dengan huruf E, sains malah memberi nilai A plus pada hewan ini.

Berkaitan dengan eksperimen obat-obatan untuk manusia dengan menggunakan babi biasa yang bertubuh besar, ada masalah. Karena ukuran normal tubuh babi dewasa besar, ada masalah ekonomi yang muncul jika babi bertubuh besar dijadikan model hewan dalam rangka mengujicoba obat-obatan yang selanjutnya akan diberikan kepada manusia. Biayanya jadi lebih tinggi ketika obat-obatan yang berdosis besar digunakan pada babi dewasa untuk mengujicoba obat-obatan.

Selama ini babi dewasa jenis Bama yang beratnya sekitar 35-50 kg digunakan dalam eksperimen-eksperimen laboratorium. Perlu diketahui, babi dewasa yang diternak beratnya melebihi 100 kg per ekor, sehingga tidak ideal untuk digunakan. Para saintis menginginkan babi yang bobot per ekornya jauh lebih ringan ketimbang babi Bama.


Micropigs

Institut Genomik Beijing (IGB) baru-baru ini telah meng-klon babi-babi tetapi tidak dengan cara yang tradisional. Klon babi-babi ini diambil dari sel-sel janin seekor babi Bama. Tetapi sebelum para saintis IGB memulai proses kloning ini, mereka menggunakan enzim yang dikenal dengan nama TALENs (“Transcription Activator-Like Effector Nucleases”) untuk me-nonaktifkan salah satu dari dua copy gen reseptor hormon pertumbuhan (“Growth Hormone Receptor Gene”, atau gen GHR) di dalam sel-sel janin. Tanpa gen GHR ini, sel-sel tidak menerima sinyal-sinyal “pertumbuhan” selama kurun perkembangan janin-janin; dan ini menghasilkan bagi-babi yang bantut, tidak bisa besar. Artinya, klon dihasilkan dengan melewati teknik mengedit gen, atau teknik “gene-editing”./2/



Gambar 2: dua ekor Mikropig dan sebuah cangkir...


Selanjutnya para saintis di IGB menciptakan babi-babi mungil (“micropigs”) dengan mengawinkan klon-klon babi mungil jantan dengan babi-babi Bama betina yang normal. Dari pengembangbiakan ini, hanya separuh yang berhasil dikandung dan dilahirkan normal sebagai babi-babi mungil. Meskipun demikian, teknik baru ini jauh lebih efisien ketimbang mengulangi sepenuhnya prosedur kloning yang biasa. Selain itu, masalah-masalah kesehatan yang mungkin muncul terkait dengan kloning, dapat dihindari. Di antara generasi keduapuluh babi-babi yang mengalami pengeditan gen (“gene-editing”), IGB tidak menemukan adanya efek-efek kesehatan yang merugikan babi-babi mungil yang sudah dihasilkan.

Para saintis di IGB menemukan bahwa babi-babi mungil ternyata telah terbukti bermanfaat dalam kajian-kajian tentang sel-sel stem dan mikrobiota yang hidup dalam usus, berhubung ukuran tubuh mereka yang lebih kecil membuat lebih mudah untuk mengganti bakteri-bakteri dalam usus-usus mereka. Sudah dipastikan juga bahwa babi-babi yang sudah dihasilkan dari teknik mengedit gen ini tetap bertubuh kecil bahkan hingga dewasa, tidak tumbuh menjadi besar.

Pada 23 September 2015, para pakar biotech berkumpul di Shenzhen, China, dalam suatu acara konferensi internasional. Pada kesempatan itu, IGB mengungkapkan bahwa mereka akan menjual babi-babi mungil hasil teknik pengeditan gen sebagai hewan-hewan peliharaan dalam rumah. Ketika sudah dewasa, babi-babi mungil ini akan memiliki berat tubuh maksimal 15 kg. Selama acara konferensi, babi-babi mungil ini menarik perhatian banyak orang.

Jika anda tertarik untuk memiliki seekor mikropig sebagai pet dalam rumah anda, bersama pet lain, siapkanlah uang untuk membeli, per ekor dipatok 1.600 USD oleh IGB. Yang anda perlu ingat adalah bahwa babi-babi mungil ini tetap memerlukan tempat-tempat untuk mereka gali-gali atau untuk menyungkur, layaknya babi biasa. Jika kebutuhan naluriah mereka ini tidak anda penuhi, bisa jadi mereka akan merusak barang-barang lain dalam rumah anda. Tapi jangan takut, tubuh mereka hanya sebesar sebuah boneka kecil. Anda tinggal menggendongnya dan mengelus-elusnya dengan kasih sayang.

Jika anda berpikir akan menjadikan seekor babi mungil sebagai seekor babi guling, anda terlalu boros dengan uang 1.600 USD per ekor. Anda bodoh. Lagipula, babi mungil diciptakan untuk menjadi babi peliharaan dalam rumah, bukan untuk memuaskan rasa lapar anda.

Selain itu, kalau sekarang ada orang lain mencerca anda dengan mengatakan “Babi looee!”, anda perlu tenang saja, sebab babi mungil memang lucu, ngegemesin, mempesona dan mengesankan. Kata “babi” di Indonesia akan berubah arti, tidak lagi pejoratif, tetapi sebuah pujian. Benar gak?! 

Di pihak lain, negeri China juga sudah sederet dengan USA dewasa ini dalam kemampuan ekonomi dan iptek mereka, dan sebentar lagi RRC akan menjadi sang adidaya dunia, mempecundangi USA! Mengatai-ngatai orang Cina loe, Cina loe, hanyalah mengekspresikan keminderan dan kekeokan! 

Oh ya, saya pikir, kalau pun Tuhan (Tanakh Yahudi, atau Perjanjian Lama gereja) dipandang tidak menyukai hewan babi, dan menjadikan hewan yang telah diciptakan-Nya ini hewan haram, tentunya Tuhan tahu juga bahwa hewan babi ternyata sangatlah berguna untuk manusia dan khususnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Tapi, apa betul, Tuhan membenci dan mengutuk hewan babi? Gak lah. Tapi, terserah anda mau jawab apa. 

Gambar 1: seekor mikropig yang dipamerkan di Shenzhen, China, 23 September 2015. Ngegemesin, bukan?


Sumber-sumber

/1/ Kelly Servick, “Gene-editing method revives hopes for transplanting pig organs into people”, Science, 11 October 2015, pada http://news.sciencemag.org/biology/2015/10/gene-editing-method-revives-hopes-transplanting-pig-organs-people.

/2/ David Cyranoski, “Gene-edited ‘micropigs’ to be sold as pets at Chinese institute”, Nature 526, 18 (01 October 2015), pada http://www.nature.com/news/gene-edited-micropigs-to-be-sold-as-pets-at-chinese-institute-1.18448.