Tuesday, June 16, 2015

Teologi pembebasan, Óscar Romero, dan Paus Fransiskus kini . . .

 
Óscar Romero


Di Amerika Latin, teologi pembebasan yang dirumuskan banyak pakar teologi Gereja Roma Katolik di sana (antara lain Gustavo Gutiérrez, Leonardo Boff, dan Jon Sobrino) pada era 1960-an hingga era 1970-an, adalah suatu bentuk kontekstualisasi pemikiran teologis Kristen dalam konteks sosial-politik dan ekonomi negara-negara di sana yang dibuat bangkrut oleh kapitalisme, yang menimbulkan kemiskinan parah di kalangan penduduk. 

Pada masa-masa itu, karena Perang Dingin, dunia boleh dikata terbelah jadi dua, blok Amerika Serikat (yang kapitalis) versus blok Uni Soviet (yang sosialis). Sudah jelas, Vatikan adalah sahabat dan sekutu Amerika Serikat. Tembok Berlin masih kokoh berdiri.

Sesuai namanya, teologi pembebasan, pendek saja, memang dimaksudkan untuk mendorong gereja bersama rakyat mencapai atau merebut kemerdekaan ekonomi dan politik dari penjajahan kapitalisme global dan antek-antek lokalnya, dengan menimba inspirasi pastoral, moral, etik dan spiritual dari teks-teks Alkitab dan khususnya dari kiprah-kiprah kejuangan Yesus dari Nazareth. 

Dalam teologi ini, analisis sosial (perjuangan kelas) yang memakai model Marxis digunakan bersama dengan refleksi-refleksi kritis atas teks-teks kitab suci dan konteks masa kini. Teologi ini mengarahkan masyarakat dunia ke suatu tatanan sosial yang sama sekali berbeda dari tatanan masa itu, tatanan transendental yang akan masuk ke dalam dunia lewat aksi-aksi sosialpolitis, suatu ide yang dikenal sebagai utopi.

Pada masa Paus Yohanes Paulus II berkuasa di Vatikan, dan Kardinal Joseph Ratzinger menjadi ketua Kongregasi Doktrin Iman (belakangan menjadi Paus Benediktus XVI), teologi pembebasan Amerika Latin dihambat dan para pembelanya, terutama pendirinya Gustavo Gutiérrez, mengalami banyak tekanan, karena mereka dinilai sudah teracuni ideologi Marxisme. Maklum saja, mereka berdua adalah dua orang pemuka teratas Vatikan, dan mereka adalah bagian dari blok Barat Amerika Serikat (yang kapitalis) yang sedang berperang dingin dengan blok Timur Uni Soviet (yang sosialis).

Kini di bawah kepemimpinan yang cerdas Paus Fransiskus, teologi pembebasan mulai diberi tempat leluasa dalam GRK dan para teolognya kini bebas untuk bergerak. Dalam sebuah acara di Vatikan bulan Mei 2015, Gustavo Gutiérrez telah diundang sebagai seorang pembicara penting./1/

Bahkan Paus Fransiskus pada 3 Februari 2015 sudah menetapkan Uskup Kepala (ke-4) San Salvador, Óscar Arnulfo Romero y Galdámez (lebih dikenal sebagai Oscar Romero; lahir 15 Agustus 1917), yang tewas ditembak persis pada jantungnya pada 24 Maret 1980 saat dia sedang menyelenggarakan missa, sebagai seorang martir. Tidak lama sesudah itu, pada 23 Mei 2015, Paus Fransiskus menetapkan Romero sebagai seorang santo./2/ Kejadian-kejadian ini menunjukkan bahwa teologi pembebasan kini sedang bangkit kembali di GRK lewat langkah-langkah Paus Fransiskus.

Kita tahu, Óscar Romero adalah korban paling terkemuka dari antara 75.000 orang yang dipercaya telah dibunuh dalam perang saudara di El Salvador yang berlangsung 1980-1992. 

Romero disejajarkan dengan dua sosok beken lainnya di Amerika Tengah: Salvador Allende (presiden Chile aliran Marxis yang dibunuh) dan Ernesto “Che” Guevara. 

Tapi, apakah betul Óscar Romero mati sebagai seorang pendukung teologi pembebasan Amerika Latin?

Menurut mantan sekretaris Romero sendiri, Msgr. Jesus Delgado, Uskup Kepala Romero sendiri tidak tertarik pada teologi pembebasan Amerika Latin./3/ Tentang Romero, Msgr. Delgado menyatakan hal-hal berikut ini:

“Ketika aku sedang menulis biografinya, aku memeriksa perpustakaannya. Jelas sekali, para pendukung teologi pembebasan selalu mengunjunginya, dan memberinya buku-buku mereka. Aku telah memeriksa buku-buku pemberian itu semuanya, dan tampak semuanya masih baru, belum pernah dibukanya dan belum pernah dibacanya, dan belum pernah diperhatikannya. 

Sebaliknya, jelas juga bahwa semua buku yang ditulis para bapak gereja sudah tampak lusuh, dan telah menjadi sumber insiprasinya. 

Dia tidak tahu apapun tentang teologi pembebasan; dan dia tidak ingin mengetahuinya. Dia telah dengan setia tetap menganut ajaran GRK, dan terutama ajaran-ajaran para paus.”

Ada beberapa ucapan besar Óscar Romero yang disampaikannya sehari sebelum dia ditembak mati saat sedang menyelenggarakan missa. Yang terkenal dua ucapannya ini. 

Yang pertama disampaikannya kepada angkatan bersenjata yang sebagian besar dibentuk dari kaum tani yang saat itu mereka malah sedang bunuh-bunuhi:

“Tidak ada prajurit yang wajib mentaati suatu perintah yang bertentangan dengan kehendak Allah!”

Ucapannya yang lainnya ini, yang diutarakannya saat sedang melayankan missa:

“Orang harus tidak mencintai dirinya sendiri terlalu besar sehingga membuatnya tidak mau ambil risiko kehidupan yang sebetulnya dituntut sejarah atas setiap kita. 

Dan mereka yang menghindari risiko yang berbahaya ini, akan kehilangan kehidupan mereka sendiri.”

Lalu, apa yang menjadi inspirasi gerakan politik sang Uskup Kepala ini? 

Gerakan sosialpolitik Romero di El Salvador mendapat inspirasi spiritualnya dari Opus Dei. 

Bahwa Uskup Kepala Romero menerima banyak manfaat spiritual dari pelatihan spiritual Opus Dei di El Salvador, diungkap sendiri olehnya dalam suratnya kepada Paus, tanggal 12 Juli 1975. 

Surat ini berisi permohonannya kepada Paus untuk mempertimbangkan beatifikasi dan kanonisasi/4/ Monsignor Josemaria Escriva de Balaguer, yang mendirikan Opus Dei pada 2 Oktober 1928. 

Dalam suratnya itu, Romero menyatakan hal berikut ini tentang Opus Dei. /5/  

“Selama beberapa tahun hingga kini, aku telah mengenal kegiatan Opus Dei di sini di El Savador. Dan aku dapat mempersaksikan ada kekuatan supernatural yang menghidupinya dan kesetiaannya terhadap magisterium gereja yang mencirikan kegiatannya. Secara pribadi, aku menyatakan terima kasihku yang dalam kepada para imam yang terlibat di dalam kegiatan Opus Dei. Aku telah mempercayakan dengan kepuasaan yang penuh arah kehidupan spiritualku dan para imam lainnya kepada Opus Dei. 

Orang dari berbagai kelas sosial menemukan di dalam Opus Dei suatu panduan dan tuntunan yang aman untuk hidup sebagai anak-anak Allah di tengah kehidupan keluarga mereka sehari-hari dan di saat menjalankan kewajiban-kewajiban sosial mereka. 

Tidak diragukan lagi, ini semua timbul dari kehidupan dan ajaran sang pendirinya. 

Di dalam dunia yang penuh badai ini, yang dikendalikan oleh bahaya dan keraguan, kesetiaan yang kokoh terhadap doktrin gereja yang menjadi ciri Opus Dei adalah suatu tanda kasih karunia khusus yang berasal dari Allah. 

Sebagai pendiri Opus Dei, Monsignor Escriva de Balaguer mampu dalam kehidupannya mempersatukan suatu dialog yang terus-menerus dengan Tuhan Kita dan dengan kemanusiaan yang agung. 

Orang dapat menyatakan bahwa dia adalah orang yang berasal dari Allah, dan perilakunya penuh dengan kepekaan, kebaikan, dan humor yang baik. Sejak kematiannya, banyak orang secara pribadi mempercayakan kebutuhan-kebutuhan mereka kepadanya.”  

Apapun hal yang telah menginspirasi Óscar Romero, dan sekalipun Romero bersikap tegas tidak mau berpihak ke para kapitalis, Vatikan kini menempatkannya sebagai salah satu martir teologi pembebasan. 

Karena Paus Fransiskus berasal dari Argentina, sang Paus ini tentu memahami betul apa isi teologi pembebasan dan hal-hal apa saja yang mendorong teologi ini dibangun, tidak seperti Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI. 

Selain itu, jangan dilupakan, Perang Dingin sekarang ini sudah lama berlalu, dan Tembok Berlin sudah lama runtuh. 

Di tahun 2015 ini, ihwal setuju atau menolak teologi pembebasan, tidak lagi punya dampak yang signifikan bagi siapapun, dan juga bagi lembaga gereja manapun. 

Kapitalisme sudah menang telak. Sosialisme nyaris bangkrut total di mana-mana; dan di beberapa tempat bersimbiosis dengan kapitalisme. 

Sekarang ini, bukan teologi pembebasan lagi yang laku, tetapi teologi kemakmuran, the prosperity theology atau the gospel of wealth

Muncul juga sebuah masalah teologis dan moral berat dalam teologi kemakmuran: Tuhan dan agama Kristen dipakai untuk melegitimasi kapitalisme dan gaya hidup hedonistik bermewah-mewahan. Kalau teologi pembebasan memihak ke orang miskin yang tertindas, teologi kemakmuran berpihak ke orang kaya kapitalis yang menindas. Selalu ada masalah! 

Bagaimana dengan teologi Yesus dari Nazareth? Tuhan gereja ini, Tuhan yang hidup, menghayati teologi belarasa ilahi, theology of the compassionate God, hingga titik akhir kehidupan-Nya.


Sumber-sumber

/1/ Lihat Stephanie Kirchgaessner dan Jonathan Watts, “Catholic church warms to liberation theology as founder heads to Vatican”, The Guardian, 11 May 2015, pada  http://www.theguardian.com/world/2015/may/11/vatican-new-chapter-liberation-theology-founder-gustavo-gutierrez; lihat juga Nicole Winfield, “Pope Francis Rehabilitates Liberation Theology”, TPM News, 7 May 2015, pada http://talkingpointsmemo.com/news/pope-francis-liberation-theory-vatican.

/2/ Tentang penetapan Óscar Romero sebagai seorang martir GRK dan sebagai seorang santo, lihat reportase Inés San Martin, “Pope declares Óscar Romero hero to liberation theology, a martyr”, Crux, 3 Febuary 2015, pada http://www.cruxnow.com/church/2015/02/03/pope-declares-oscar-romero-hero-to-liberation-theology-a-martyr/. Lihat juga reportase Devin Watkins, “Pope Francis sends letter for the beatification of Óscar Romero”, Vatican Radio, 23 May 2015, pada http://en.radiovaticana.va/news/2015/05/23/pope_francis_letter_for_the_beatification_of_%C3%B3scar_romero/1146203.

/3/ Bahwa Romero tidak tertarik pada teologi pembebasan sebagaimana dikatakan Msgr. Jesus Delgado, lihat Alvaro de Juana, “Archbishop Romero had no interest in Liberation Theology, says secretary”, Catholic News Agency, Vatican City, 21 February 2015, pada http://www.catholicnewsagency.com/news/archbishop-romero-had-no-interest-in-liberation-theology-says-secretary-79788/.

/4/ Kanonisasi adalah pernyataan yang dibuat Gereja-gereja Ortodoks, Ortodoks Timur, Roma Katolik, atau Gereja Anglikan, bahwa seseorang yang telah wafat adalah seorang santo atau santa, yakni orang-orang yang dipandang sangat suci. Pada saat penyataan ini disampaikan, orang yang telah dijadikan santo atau santa itu dimasukkan ke dalam daftar (atau kanon) orang-orang yang sangat suci, yang diakui gereja. 

Beatafikasi (Latin: beatus, artinya “berbahagia atau terberkati; dan kata kerjanya beatificare, artinya membuat berbahagia dan terberkati) adalah suatu pengakuan yang diberikan GRK kepada seseorang yang telah wafat bahwa orang tersebut sudah masuk ke sorga dan selanjutnya memiliki kemampuan untuk bertindak demi kebaikan orang-orang lain yang berdoa dengan memanggil nama orang yang telah menjadi santo/santa itu.  

/5/ Kanonisasi atas Monsignor Escriva sendiri baru terjadi dalam masa kepemimpinan Paus Yohanes Paulus II, persisnya pada 6 Oktober 2002. Mengenai isi surat Romero selengkapnya, lihat Gloria.tv, 2 June 2015, pada http://gloria.tv/media/a8cg2iuDpt4; juga di http://www.josemariaescriva.info/article/letter-to-the-pope-on-escriva27s-death.