Friday, January 16, 2015

Pembelaan cerdas terhadap Nabi Muhammad...


Make peace! Do not make war!

HARIS EL MAHDI, sosiolog dari Universitas Brawijaya, menulis dengan terang tentang keagungan Nabi Muhammad, di tengah kegarangan radikalisme Islam masa kini. Tulisannya ini (terbit, Selasa, 13 Januari 2015) sangat menyentuh hati saya. Meskipun saya sama sekali tidak kenal pribadi Mr. Haris, dan tulisannya (persisnya, link ke tulisan ini) juga kebetulan saja saya lihat tercantum dalam sebuah ruang komentar seseorang di Facebook saya, saya bersyukur bisa membaca tulisannya ini. Terus terang, saya tergugah.

Mr. Haris jelas salah seorang Muslim Indonesia yang cerdas dan mampu berpikir jernih dan memandang dunia dengan jeli dan objektif. Di tangannya dan di tangan kawan-kawannya yang satu visi, Islam masih bisa punya harapan untuk bertahan sebagai agama yang agung di masa depan dunia. Kekerasan sistematik dalam agama apapun menyumbang negatif pada ketahanan agama ini di masa depan. Semakin maju sebuah peradaban, kekerasan makin berkurang― fakta ini, berkaitan dengan peradaban manusia, telah diperlihatkan dengan terang oleh Steven Pinker dalam bukunya The Better Angels of Our Nature: Why Violence Has Declined (2012). Dari sains evolusi, kita juga tahu, organisme apapun (bersama komunitasnya) yang tidak bisa adaptif terhadap ekologi mereka yang terus berubah, akan kalah, binasa dan lenyap; sedangkan organisme yang bisa adaptif atau yang paling mampu beradaptasi, akan bertahan langgeng atau bertahan jauh lebih lama, untuk siap masuk ke tahap-tahap evolusi selanjutnya. Hukum evolusi ini berlaku juga bagi agama apapun sebagai “social body”. Sejarah juga sudah dengan terang memperlihatkan bahwa tahan atau tidaknya suatu agama untuk tetap ada dalam dunia, tidak ditentukan oleh langit, tetapi oleh manajemen yang dilakukan umat terhadap agama mereka sendiri. Manajemen diri yang buruk membuat organisme dan lembaga atau pranata apapun akhirnya binasa dan punah. 

Dalam dua alinea terakhir tulisannya itu, Mr. Haris menyatakan sesuatu yang sangat mengusik hati dan pikiran, demikian (kedua alinea saya gabung):
Muhammad saja, nabi yang menjadi panutan umat Islam, tidak pernah marah meski ia dicaci, dilempari batu, diludahi, dan bahkan dilempari tahi. Andai saja Muhammad hari ini masih hidup niscaya tidak ada secuilpun kemarahan yang akan ia tumpahkan untuk Koran Charlie Hebdo. Terlalu mulia laki-laki arab ini melakukan hal itu. Lantas pertanyaannya, nabi mana yang diteladani oleh Kouachi bersaudara itu..? Kepada siapa dua orang itu mengucap sholawt saat duduk tahiyyat dalam sholat..?? Betapa dungunya Kouachi bersaudara itu, yang menjauh dari nilai-nilai etik yang diajarkan Muhammad. Bibir mereka memuja-muji Muhammad, tetapi perilaku mereka justru menjauh dari apa yang diteladankan oleh Muhammad. Sebab utama umat Islam hari ini terbelakang begitu rupa karena mereka tidak lagi meneladani akhlak Muhammad, menjadi muslim yang rajin membaca al-quran tetapi dungu, tidak mau meneladani Muhammad. Bahasa kasarnya “muslim goblok…!”
Tulisan Mr. Haris tersebut, yang berjudul Charlie Hebdo dan Kedunguan Muslim, SIPerubahan, 13 Januari 2015, terpasang di http://www.siperubahan.com/read/1891/Charlie-Hebdo-dan-Kedunguan-Muslim. Anda wajib membaca selengkapnya.

Artikel bernas Haris El Mahdi tersebut memiliki semangat yang serupa dengan artikel Ro Waseem, “Why Prophet Mohammad Would Be Deep Troubled By The Charlie Hebdo Attacks”, Patheos: A Reformation of Muslim Thought, 8 January 2015, pada http://www.patheos.com/blogs/quranalyzeit/2015/01/08/why-prophet-mohammad-would-be-deeply-troubled-by-the-charlie-hebdo-attacks/. Pada bagian akhir tulisannya, Waseem menyatakan bahwa seandainya Nabi Muhammad muncul kembali di antara kita sekarang ini, maka dia akan dipersekusi juga oleh para radikal Muslim! Terus terang, ada rasa sedih yang dalam muncul di hati saya saat membaca alinea terakhir tulisan Waseem ini.

Jika anda sudah habis membaca kedua artikel yang saya rujuk di atas, mungkin sekali anda akan berubah menjadi Muslim yang lain, yang berbeda dari sebelumnya. Beranilah berubah. Perubahan adalah tanda kita masih hidup.

Berubahlah, menjadi Muslim yang cinta damai dan anti-kekerasan. Berubahlah, supaya agama Islam kembali menemukan jatidirinya yang sejati, sebagai agama cinta, sebagai agama rakhmat bagi seluruh alam, sebagai agama yang menolak kekerasan dalam bentuk apapun, sebagai agama yang menyembah Tuhan yang Al-Rahman dan Al-Rahim.

Sebagai Muslim, anda carilah teks-teks inspiratif dari Alquran yang mendorong kuat diri anda untuk berperang di Indonesia, yakni berperang melawan kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, kejahatan, sakit-penyakit, keserakahan, kelaparan, korupsi yang menjalar seperti kanker, kerusakan lingkungan hidup, radikalisme keagamaan, lewat program-program pembangunan bangsa seutuhnya, jangka panjang dan jangka pendek. Jadikan agama anda sebagai agama pembangunan bangsa supaya kita semua, bersama-sama, menjadi bangsa yang besar dan disegani di dunia internasional karena prestasi-prestasi cemerlang kita di berbagai bidang kehidupan, khususnya bidang-bidang ekonomi, kebudayaan dan sains-tek.   

MAKE PEACE!
DON’T MAKE WAR!

Jakarta, 16 Januari 2015
ioanes rakhmat