Thursday, December 18, 2014

Tak ada Tuhan yang jahat!

Dalam dan demi nama Tuhan yang Al-rahman dan Al-rahim . . .

Banyak Muslim di berbagai media sosial Internet saat-saat ini menyatakan dengan yakin bahwa pembunuhan lebih dari 100 anak sekolah di Peshawar, Pakistan, oleh Taliban,/1/ adalah takdir Tuhan. Apakah betul dan valid jika dipercaya paidasida ini adalah kehendak Tuhan?

Kata mereka, "Semua manusia pasti mati. Ini takdir Tuhan. Cara mati manusia lain-lain, tetapi semuanya takdir Tuhan. Jadi, pembunuhan 100 lebih anak sekolah di Peshawar, Pakistan, oleh Taliban, juga takdir ilahi. Jangan disesali, terima saja dengan syukur, dan teruslah memuji Tuhan!"

Saya tidak tahu, Muslim yang berpandangan semacam itu aliran apa. Setahu saya, tidak semua Muslim memegang keyakinan seperti itu. 

Ada banyak Muslim yang sangat marah pada Taliban atas tindakan biadab mereka. Setahu saya, dalam Islam, doktrin tentang takdir ilahi sangat kuat dipegang oleh nyaris semua Muslim. Tetapi ada juga yang meragukan doktrin ini bahkan tidak bisa mempercayainya lagi dan tidak mau memegangnya lagi.

Takdir ilahi adalah kehendak Tuhan yang sudah Tuhan gariskan sebelum terjadi. Takdir adalah suatu cetak biru atau skenario ilahi absolut atas segala lika-liku jalan kehidupan setiap individu yang sudah dibuat Tuhan di sorga sebelum individu-individu itu dilahirkan dalam dunia ini. 

Dalam cetak biru takdir ilahi ini sudah tercetak atau tergariskan semua kejadian, baik azab, prahara, nestapa, penderitaan, maupun kesenangan, kebahagiaan dan kegembiraan setiap individu, yang dialami masing-masing sejak dalam rahim biologis bunda mereka sendiri-sendiri hingga mereka masuk kembali ke dalam rahim Bumi saat kematian. 

Dalam kosa kata teologi Kristen, doktrin takdir ilahi kurang lebih disebut doktrin pra-destinasi. Menurut doktrin ini, Tuhan berkuasa dan berdaulat menggariskan nasib setiap orang, mulai dari janin, bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, akhirnya para lansia, sampai saat setiap orang menemui kematian. 

Takdir ilahi tidak bisa dilawan atau ditolak oleh manusia. Bahkan sebelum seseorang dilahirkan ke dalam dunia, jalan kehidupannya sudah ditakdirkan Tuhan, sudah digariskan atau disuratkan dulu oleh Tuhan, sudah dibuat peta dan skenarionya. Sudah dirancang kisahnya dan plotnya, dan klimaksnya, dan ending-nya, semuanya oleh Tuhan sendiri, tanpa perlu meminta persetujuan orang yang belum dilahirkan itu.

Saya sungguh tidak bisa tahu pikiran Tuhan, apalagi pikiran Tuhan tentang saya dan jalan kehidupan saya ketika saya belum dilahirkan ke dalam dunia ini lewat rahim bunda saya. 

Saya juga tidak tahu apakah dalam dunia ini ada orang-orang khusus (yang dipilih Tuhan) yang bisa mengetahui dan memahami isi pikiran Tuhan, bahkan, kata mereka, sebelum Tuhan berpikir pun mereka sudah bisa tahu apa yang akan dipikirkan Tuhan. 

Jika orang semacam ini ada, tentu orang itu adalah orang yang hebat dengan otak yang sangat tajam dan powerful. Tetapi sehebat apapun otak orang ini, dia sama sekali tidak bisa memeriksa langsung ke Tuhan apakah yang dia pikirkan sebagai isi pikiran Tuhan memang sungguh-sungguh isi pikiran Tuhan sendiri. 

Orang itu hanya mempercayai saja bahwa dirinya tahu isi pikiran Tuhan. Dia hanya percaya saja kepada kepercayaannya bahwa dia tahu isi pikiran Tuhan.

Konon Ibrahim diperintah Tuhan untuk membunuh putranya sendiri. Tapi benarkah? Malaikat mencegah Ibrahim, tokh!

Yang saya tahu dan saya kenali adalah pikiran saya sendiri, karena saya selalu memantaunya saat pikiran saya ini muncul, bergerak, berubah, berkembang dengan dinamis dari waktu ke waktu, hingga usia saya sekarang ini. 

Memantau dan mengenali pikiran saya sendiri selalu saya lakukan supaya saya bisa kritis atas semua isi pikiran saya sendiri, alhasil saya bisa menemukan di mana saya salah berpikir dan di mana saya benar berpikir. Tentu saja, etika yang tanggap ikut mengarahkan isi pikiran-pikiran saya. Akal dan nurani, otak dan hati, saling bergandengtangan.

Nah, menurut pikiran saya sendiri: azab kematian 100 lebih anak sekolah di Peshawar itu/2/ bukan kehendak Tuhan, bukan takdir Tuhan, bukan nasib yang sudah digariskan Tuhan untuk semua anak sekolah itu sebelum mereka dilahirkan.

Menurut pikiran saya, kematian mereka adalah akibat tindakan biadab Taliban, bukan akibat kehendak dan tindakan Tuhan Yang Mahakasih dan Mahapenyayang, Tuhan yang Al-rahman dan Al-rahim

Tuhan tidak pernah jahat, Tuhan selalu baik. Tidak ada Tuhan yang jahat. 

Jika tidak ada Tuhan yang jahat, maka sudah seharusnya setiap orang yang bertuhan tidak akan pernah jahat. 

Jika mereka tetap jahat, mereka tidak atau belum bertuhan. 

Mereka yang jahat ini bisa saja beragama, tetapi belum atau tidak bertuhan. 

Agama tidak sama dengan Tuhan. Dalam setiap agama, ada doktrin-doktrin tertentu yang bisa membuat orang jadi jahat, tetapi tidak ada Tuhan yang akan membuat orang jadi jahat.

Menurut pikiran saya juga, demi kepentingan-kepentingan mereka sendiri, manusialah yang bisa membuat kisah-kisah tentang Tuhan yang jahat. Manusia jugalah yang memberi validasi atas kisah-kisah ini sebagai kisah-kisah yang ditulis Tuhan sendiri. Padahal Tuhan sendiri tidak bisa membenarkan kisah-kisah tersebut. 

Tuhan yang baik dibuat menjadi Tuhan yang jahat ya tidak lain oleh orang-orang jahat yang mencari pembenaran ilahi atas perbuatan-perbuatan jahat mereka. 

Psikologi manusia yang jahat itulah yang melahirkan teologi tentang Allah yang jahat. Selain psikologi, juga sosiologi dan ekologi anda.

Pada dirinya sendiri, menurut pikiran saya, Tuhan itu, sesuai namanya, tidak jahat.

Ini pikiran saya juga: Kita saja, manusia, yang punya kecerdasan terbatas, ingin selalu bisa berbuat baik dan berhasil mengalahkan semua pikiran jahat yang muncul dalam pikiran kita. Apalagi Tuhan, yang kita percaya mahatahu dan mahacerdas: pasti dalam dirinya tidak ada kejahatan apapun! 

Di tangan kanak-kanak Pakistan, masa depan negeri ini terletak!

Karena itu, Tuhan, kapanpun juga, tidak pernah menginginkan anak-anak sekolah itu dibantai oleh Taliban. Tuhan melawan Taliban, Tuhan membela anak-anak yang sudah dibunuh itu, Tuhan membenci Taliban. 

Karena itu juga Tuhan sedang menuntut pertanggungjawaban Taliban sepenuh-penuhnya, lewat dunia internasional yang beradab.

Itu pikiran saya. Apakah Tuhan sendiri sepakat dengan isi pikiran saya ini, saya sama sekali tidak tahu. Tapi saya boleh berharap, mudah-mudahan Tuhan sepakat. 

Bangkitlah Tuhan. Gerakanlah dunia internasional untuk mengadili Taliban. Azab anak-anak itu terlalu mengerikan, ya Tuhan, untuk diabaikan atau untuk dirasionalisasi. Darah anak-anak itu yang tertumpah sia-sia bahkan tidak bisa diterima oleh Bunda Bumi, apalagi olehmu, Tuhan. 

Darah mereka itu, ya Tuhan, terus-menerus menjerit memanggilmu dan memanggil dunia internasional yang beradab. 

Marilah semua mendengar jeritan itu, wahai manusia, wahai semut, jangkrik, kupu-kupu, belalang dan kunang-kunang!

Jakarta, 18-12-2014


Notes

/1/ Baca beritanya dan lihat foto-fotonya di reportase James Rush, "Peshawar attack: Taliban release images of gunmen who killed 132 children as they claim massacre was justified", The Independent, 19-12-2014, pada http://www.independent.co.uk/news/world/asia/peshawar-school-attack-taliban-release-images-of-gunmen-who-killed-148-as-they-claim-massacre-was-justified-and-warn-of-further-violence-9930805.html.

/2/ Jika anda mau lihat foto-foto wajah-wajah anak-anak yang menjadi korban pembantaian dan beberapa guru yang juga ikut tewas, lihat reportase Simon Tomlinson dkk., "Faces of the innocents: Heartbreaking images show children massacred by Taliban in school horror attack", Mailonline, 17 December 2014, pada http://www.dailymail.co.uk/news/article-2877360/Innocents-massacred-studied-Utterly-heartbreaking-pictures-children-cut-Taliban-madmen-slaughtered-132-pupils-military-school.html.