Thursday, February 21, 2013

Sesudah partikel Higgs boson ditemukan, apa lagi?

Saya mau membahas partikel Higgs boson yang sudah ditemukan oleh tim fisikawan di CERN lewat Large Hadron Collider (LHC), sebuah mesin rumit sangat besar dan terkuat di dunia untuk membenturkan partikel-partikel, yang berbentuk terowongan melingkar sepanjang 27 km yang tertanam jauh di bawah tanah (kedalaman 328 kaki) perbatasan negeri Swiss dan Prancis. Di dalam LHC ini proton-proton bergerak mendekati kecepatan cahaya. Penemuan besar ini sudah diumumkan 4 Juli 2012 lalu di CERN. Higgs boson sama sekali tak ada hubungannya dengan Tuhan atau agama, meskipun partikel ini dengan keliru pernah disebut orang (terutama oleh para wartawan) “partikel Tuhan”, seolah Tuhan itu sebuah partikel. Kali ini, pembahasan saya atas partikel Higgs boson terfokus pada “nasib” jagat raya kita di masa depan. 

Dalam jagat raya kita terdapat kevakuman (ruang-waktu) yang luar biasa luas, yang dinamakan “cosmic voids”, tapi berisi energi dan berbagai medan gaya. Karena materi dalam jagat raya ini punya massa (juga ada partikel yang nyaris tak memiliki massa), pastilah ada suatu “faktor” yang menyebabkan massa bisa ada di dalam kevakuman kosmik yang berisi energi itu. Maka diteorikan, a.l. oleh Peter Higgs di tahun 1964, bahwa haruslah ada medan Higgs dan partikel Higgs boson, yang memberi massa pada materi. Tanpa Higgs boson, partikel-partikel fundamental akan tercerai berai sehingga materi tidak akan terbentuk dan jaga raya, karenanya, tak akan pernah ada. 

Higgs boson mempersatukan partikel-partikel sehingga kohesif, alhasil massa terbentuk, dus materi menjadi ada. Metaforanya begini: Higgs boson itu seperti seorang mempelai wanita yang luar biasa cantik, wangi, dengan personanya memikat semua orang. Ketika sang mempelai wanita ini masuk ke ruang pesta, semua tamu yang semula terpisah-pisah maju ke arahnya lalu terhimpun jadi satu. Atau Higgs boson itu seperti sebuah magnit yang sangat kuat, sehingga menarik dan menyatukan semua jarum yang semula tercerai-berai.

Sejak diteorikan k.l. 50 tahun lalu, para fisikawan memburu partikel Higgs boson minimal di atas kertas dalam perhitungan matematis, dan ketika LHC sudah dibangun, perburuan dimungkinkan secara empiris. Dengan membenturkan dua proton di dalam LHC, sebuah partikel Higgs boson dihasilkan. 

Contoh data yang disimulasikan di CERN: tabrakan antara dua proton menghasilkan partikel Higgs boson

Setelah keberadaan Higgs boson dikonfirmasi (Juli 2012), para fisikawan pun mulai memikirkan dalam-dalam akibat penemuan ini pada bidang-bidang kajian sains lain, khususnya kosmologi. Ternyata akibat adanya partikel Higgs boson dan diketahuinya besar massanya dan berbagai sifatnya, kosmologi kembali menjadi fokus.

Higgs boson itu adalah sebuah partikel subatomik, ada di dalam ruang atom dalam dunia mikrokosmik yang dinamakan dunia mekanika quantum. Tetapi penemuan partikel Higgs membawa orang ke dunia maha luas, jagat raya kita, bidang kajian kosmologi. Dengan cara bagaimana? Dari penemuan atas Higgs boson ini, kembali diperlihatkan kosmologi dan fisika quantum, berinterrelasi. Sekali lagi, dengan cara bagaimana? 

Mari sekarang kita fokus ke jagat raya, untuk memahami dampak luar biasa penemuan partikel Higgs pada kosmologi.


Jejak-jejak dari jejak-jejak benturan antar-proton-proton yang diukur oleh instrumen Compact Muon Solenoid dalam pencarian Higgs boson yang akhirnya dikonfirmasi telah ditemukan....

Telah saya sebut tadi ihwal kevakuman jagat raya, yang senantiasa berisi energi. Vakum jagat raya dapat berada pada kondisi-kondisi dengan besaran energi yang berlainan, tak sama dari satu ruang vakum ke ruang vakum lainnya. Jagat raya berada pada kondisi paling stabil jika energinya (yang ekuivalen dengan massa) berada pada kondisi paling rendah, yang tidak menimbulkan fluktuasi. 

Dalam kevakuman kosmik inilah medan Higgs ada dan memenuhinya, suatu kondisi mutlak untuk munculnya materi di dalam “cosmic voids”. Supaya materi dan jagat raya yang ada, tetap berada dalam kondisi stabil, niscaya massa Higgs boson dan stabilitas vakum jagat raya kait-mengait.

Menurut teori dalam model standard fisika partikel, hanya jika massa Higgs boson lebih besar dari 129 Gigaelektronvolt (GeV), jagat raya akan stabil. Tapi Higgs boson yang dikonfirmasi Juli 2012 ternyata memiliki massa 126 GeV, cukup ringan sehingga akan membuat jagat raya secara mendasar tidak stabil. Kondisi ketidakstabilan ini akan menyebabkan jagat raya di masa depan berakhir dalam suatu bencana kosmik. Fisikawan Universitas Negara Ohio, Christopher Hill, menjelaskan bahwa mass Higgs berkaitan dengan kestabilan jagat raya. Massa Higgs berada pada lini yang kritis. Keadaan ini bisa saja suatu kebetulan kosmik, tetapi bisa juga terjadi karena bekerjanya beberapa hukum fisika tertentu. Ini adalah sesuatu yang baru kita ketahui, yang sebelumnya tidak kita ketahui.”/1/

Dalam suatu kosmos yang tidak stabil, gelembung-gelembung jagat raya alternatif akan muncul dari suatu tempat, dan begitu saja akan mengembang. Jika jagat raya alternatif muncul begitu saja dari kondisi kosmik yang tidak stabil, jagat raya yang ada akan lenyap ditelan olehnya. Stephen Hawking menyatakan bahwa gelembung-gelembung vakum ini dapat mengembang dengan kecepatan cahaya dan akhirnya akan meruntuhkan ruangwaktu. Bencana ini dapat terjadi kapan saja dan tidak seorangpun akan dapat melihatnya datang.”/2/

Begitulah, dikonfirmasinya Higgs boson, mengonfirmasi juga jagat raya yang berevolusi siklikal: dari ada jadi tiada, lalu akan ada lagi, lalu tiada lagi, dan seterusnya. Jagat raya yang di dalamnya anda tinggal tidak stabil, dan di masa depan akan lenyap ditelan jagat raya alternatif. Kita jadi paham, partikel Higgs boson bukan hanya memberi massa pada materi sehingga jagat raya dimungkinkan terbentuk, tetapi juga nanti partikel yang sama akan melenyapkan jagat raya yang semula dibentuknya.
 
Tetapi masih ada alternatif untuk bisa menghasilkan jagat raya yang stabil. Di sinilah para fisikawan tertantang, setelah partikel Higgs dikonfirmasi. 

Teori tentang jagat raya yang stabil, mengharuskan orang berpaling ke teori supersimetri. Teori apa ini? Menurut teori supersimetri, setiap partikel biasa memiliki partikel mitra yang massanya lebih besar, yang dinamakan “superpartner”.

Jika massa partikel Higgs terlalu ringan sehingga akan membuat jagat raya tak stabil, masih ada faktor lain yang bisa mengubah pengetahuan kita mengenai kondisi ini. Faktor lain itu harus datang dari “superpartner” partikel Higgs boson, yang para saintis namakan “top quark”, yang masih harus diburu dan diukur massanya. Dalam perhitungan matematis, jagat raya akan stabil jika massa “top quark” lebih besar dari massa partikel pasangannya, Higgs boson. Partikel Higgs boson yang ringan harus diimbangi oleh top quark yang massanya lebih besar, jika kondisi stabil jagat raya mau tercipta.

Maka setelah penemuan Higgs boson,/3/ yang harus dikonfirmasi adalah berapa besar massa “top quark” yang sebenarnya, kembali lewat LHC. Tapi sementara ini LHC sedang dinonaktifkan selama dua tahun ke depan untuk keperluan reparasi dan meningkatkan powernya jauh melebihi yang sekarang.

Jadi perburuan terhadap “top quark” untuk mengukur massanya akan mulai bisa dilakukan sejak tahun 2015, untuk memastikan apakah jagat raya kita stabil atau tak stabil, apakah akan lenyap ditelan jagat raya alternatif di masa depan, bermilyar-milyar tahun dari sekarang. Saya suka menduga, teori kosmologis (lama) bahwa jagat raya kita berevolusi siklikal, ada lalu tiada lalu ada lagi dan seterusnya, akan dikonfirmasi. 

Terlihat sudah, dunia subatomik dan universe yang maha besar kait-mengait. Jagat cilik dan jagat gede berinteraksi. Dunia makroskopik dan dunia mikroskopik kait-mengait. Sebuah perspektif yang menakjubkan, bukan? 

Baca juga Ion H3+ sebagai the saviour of the world

Breaking News:
Pada 8 Oktober 2013 telah diumumkan bahwa Peter Higgs (Inggris) bersama dengan Francois Englert (Belgia) memenangkan Nobel Prize fisika tahun 2013 berkaitan dengan ditemukannya partikel sub-atomik Higgs boson. Juru bicara Dewan Juri menyatakan kedua orang ini dihormati karena mereka telah menemukan teori tentang suatu mekanisme yang menambah pengertian kita mengenai asal-usul massa partikel-partikel subatomik, yang baru-baru ini dikonfirmasi lewat penemuan partikel fundamental yang telah diprediksi. Upacara resmi pemberian Nobel Prize kepada dua orang profesor fisika ini (sebesar £ 780.000) akan dilakukan 10 Desember 2013 di Stockholm (10 Desember adalah hari wafat pendiri Nobel Prize, Alfred Nobel, pada tahun 1896). 

Notes 

/1/ Clara Moskowitz, Higgs boson particle may spell doom for the universe”, LiveScience, 19 February 2013, pada http://www.livescience.com/27218-higgs-boson-universe-future.html.

/2/ Rhodi Lee, Stephen Hawking turns into doomsday prophet (thanks to God Particle)”, Tech Times, 10 September 2014, pada http://www.techtimes.com/articles/15181/20140910/stephen-hawking-turns-into-doomsday-prophet-thanks-to-god-particle.htm. 

/3/ Penjelasan dua fisikawan CERN (Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir), Dave Barney dan Steve Goldfarb, tentang Higgs boson yang berjudul The basics of Higgs Boson tersedia dalam format video di sini http://home.web.cern.ch/about/updates/2013/05/basics-higgs-boson.  

 

Wednesday, February 20, 2013

Satu aspek anak “indigo” yang anda perlu tahu!



Saya mau membeberkan ihwal anak-anak “indigo”yaitu anak-anak yang mengaku bisa melihat dan bergaul dengan makhluk-makhluk rohaniberdasarkan sebuah hasil kajian mutakhir tentang pokok ini yang dimuat dalam sebuah jurnal ilmiah dengan judul “Nighttime Fears and Fantasy-Reality Differentiation in Preschool Children” (Februari 2013)./1/ Dalam laporan hasil kajian ini tidak dipakai kata “indigo” (artinya “biru keunguan” atau “anak bintang” atau “anak kristal”) untuk anak-anak yang kerap bercerita tentang makhluk-makhluk rohani yang mereka lihat. Saya memakai kata “indigo” karena kata ini sudah dikenal umum untuk mengategorikan anak-anak yang diklaim mempunyai pengalaman-pengalaman paranormal. 

Kita tahu, oleh kalangan tertentu (paranormalis), anak indigo kerap diacu sebagai bukti adanya makhluk-makhluk gaib yang tak kasat mata. Dan tak sedikit orang memanfaatkan fenomena anak-anak indigo untuk menjalankan bisnis yang menguntungkan, dengan mengeksploitasi orangtua-orangtua yang memiliki anak-anak indigo tetapi tidak memahami fenomena ini dan tidak tahu bagaimana mengatasinya.

Makhluk gaib yang menurut banyak anak mengadakan kontak dengan mereka bisa peri, malaikat, nenek yang sudah mati, monster yang menakutkan, bahkan bisa juga aliens. Tak sedikit anak-anak yang mengaku bahwa mereka habis bermain sungguhan dengan figur-figur yang ada dalam buku-buku dongeng yang mereka telah baca atau dengar kisahnya. Seorang famili saya dengan sangat yakin bercerita bahwa di masa kecil dia pernah memanjat pohon bersama tokoh-tokoh heroik Cina zaman dulu.

Saya sering ditanya orang, apa itu anak indigo, dan apa benar mereka bisa kontak dan bermain dengan makhluk-makhluk gaib, atau melihat lalu lari ketakutan. Kalau saya ditanya perihal anak indigo, saya biasa menjawab sambil lalu: Wah, anak-anak yang suka berfantasi seenaknya itu kok penting buatmu?

Tapi kajian ilmiah mutakhir yang sudah saya sebut itu, penting anda semua ketahui, karena memberi anda pengetahuan yang berbasiskan sebuah penelitian ilmiah.

Kata “indigo” tidak dipakai para pakar psikologi yang mengkaji kehidupan anak-anak karena istilah ini muncul bukan dari lingkungan akademik. Kata “indigo” muncul dalam gerakan keagamaan yang dinamakan New Age Movement untuk anak-anak yang diklaim memiliki kelebihan-kelebihan spiritual.

Kajian-kajian kalangan New Age terhadap anak-anak yang mereka klaim “indigo” dinilai sebagai kajian-kajian pseudosaintifik yang tak berbasis fakta. Orangtua yang mengklaim anak mereka indigo yang memiliki kelebihan spiritual, dinilai sebagai orangtua yang menutupi masalah sebenarnya si anak. Orangtua semacam itu dipandang tak mau mengakui masalah mental si anak, tapi mengalihkan masalahnya ke ranah paranormalitas. Orangtua semacam itu dinilai mencari kompensasi kelainan mental anak mereka dalam klaim mereka bahwa anak mereka indigo, superior secara spiritual, memiliki indra keenam yang tidak dipunyai anak-anak lain seusia mereka.

Nah, hal-hal apa saja yang berhasil ditemukan oleh tim peneliti (4 orang) yang laporannya dimuat dalam jurnal ilmiah yang telah saya sebut di atas?

Mereka menemukan, anak-anak prasekolah (usia 4-6 tahun, sebagai sampel diambil 80 orang) yang sering merasa takut di malam hari atau sering bermimpi buruk dalam tidur mereka kerap mengalami hal-hal yang disebut paranormal, dan mengalami kebingungan dalam membedakan mana realitas dan mana fantasi. Sedangkan anak-anak seusia mereka yang tetap relaks dan tenang di malam hari dan dalam tidur mereka (sebagai kelompok kontrol, diambil sejumlah 32 anak), tidak mengalami paranormalitas dan menunjukkan kemampuan yang memadai untuk membedakan mana fantasi dan mana realitas.

Anak-anak bisa cemas dan takut di malam hari karena banyak faktor: antara lain, terpisah dari orangtua yang tidur di kamar lain, ngeri terhadap gelap gulita, dan berbagai pembawaan dan perilaku lain yang umum ada dalam diri anak-anak. Mereka juga punya bayangan sendiri tentang makhluk-makhluk yang hanya muncul di malam hari dan tampak menakutkan. Mereka bisa sangat cemas di malam hari karena persoalan mereka di siang hari belum diselesaikan dan terus membebani pikiran mereka. Mereka juga menjadi cemas di malam hari karena mereka merasa harus kembali mengalami mimpi buruk dalam tidur mereka. Nah, ditemukan, anak-anak yang kerap mengalami rasa takut di malam hari, sering bercerita kepada orangtua mereka bahwa mereka mengalami paranormalitas.

Ketika orangtua mempercayai begitu saja kisah-kisah fantastis anak mereka karena mereka tak ingin melukai hatinya, anak itu makin menjadi-jadi dalam berkisah. Ketika orangtuanya percaya penuh pada kisah si anak lalu memperlihatkan proteksi mereka terhadapnya, paranormalitas makin meningkat dalam diri si anak. Kelihatan di sini, bahwa lewat kisah-kisah mereka tentang paranormalitas, anak-anak merasa makin mendapatkan perhatian dan kasih sayang orangtua mereka. Tapi efeknya ternyata tidak baik: ketika ini terjadi, kemampuan si anak untuk membedakan mana realitas dan mana fantasi, makin menurun.

Juga ditemukan bahwa anak-anak yang suka ketakutan di malam hari ternyata juga menderita lebih banyak ketakutan yang sifatnya umum dan mengalami lebih banyak problem perilaku; kenyataan ini menunjukkan bahwa ketakutan di malam hari dapat mencerminkan kerentanan yang lebih besar terhadap ketakutan dan kecemasan yang umum dan penyakit-penyakit mental lainnya. Tetapi semakin usia anak bertambah, pengalaman paranormal umumnya makin berkurang dan akhirnya lenyap sama sekali, sejalan dengan tumbuhnya kemampuan mereka untuk berpikir rasional dan untuk membedakan mana realitas dan mana fantasi.

Kesimpulannya: semakin seorang anak hidup dalam banyak ketakutan di malam hari, semakin terbuka peluang si anak mengalami paranormalitas. Jadi, paranormalitas adalah respon neurologis si anak terhadap ketakutan-ketakutannya sendiri yang tidak dapat diatasinya sendiri. Hantu-hantu dan makhluk-makhluk rohani yang menakutkan datang kepada anak-anak yang sering ketakutan. Ketakutan mereka memicu ketakutan yang lebih besar dalam pengalaman paranormalitas: melihat makhluk-makhluk gaib. Sebaliknya, anak-anak pemberani yang menjalani kehidupan dengan relaks, tanpa dikuasai berbagai macam ketakutan, tidak mengalami paranormalitas. Sudah jelas bahwa kurangnya kemampuan untuk membedakan mana realitas dan mana fantasi berperan dalam muncul dan bertahannya ketakutan-ketakutan dalam diri anak-anak. Ketidakpastian yang ada dalam diri anak-anak mengenai hantu-hantu, roh-roh yang bergentayangan, monster-monster atau pun para penyihir dapat menimbulkan dan memelihara ketakutan-ketakutan dalam diri mereka terhadap mahkluk-makhluk semacam ini. 

Memahami duduk perkara fenomena indigo sangat penting khususnya kalau anda masih memiliki anak-anak yang sering bercerita bahwa mereka kerap bertemu dengan makhluk-makhluk tidak kasat mata, yang membuat mereka ketakutan atau membuat mereka hidup sehari-hari dalam dunia mereka sendiri. Ringkas kata, anda memiliki anak-anak yang mudah jatuh ke dalam halusinasi. Kondisi ini tentu saja bukan untuk dibanggakan, tetapi membutuhkan terapi.

Akhirnya, siapapun boleh bertanya, apakah seorang dewasa yang juga mengklaim kerap mengalami paranormalitas, sebetulnya juga sedang hidup dalam banyak ketakutan, yang tidak dapat diatasinya, lalu neuron-neuron dalam otaknya menanggapi keadaan mentalnya ini dengan menimbulkan fantasi melihat makhluk-makhluk paranormal? Tentu saja hal ini masih harus diteliti. 

Catatan 

/1/ Tamar Zisenwein, Michal Kaplan, et al., “Nighttime Fears and Fantasy-Reality Differentiation in Preschool Children”, Child Psychiatry and Human Development Vol. 44, Issue 1, February 01, 2013, hlm. 186-199; terpasang online di http://link.springer.com/article/10.1007%Fs10578-012-0318-x




Monday, February 18, 2013

Apa penyebab sebenarnya Paus Benediktus XVI mengundurkan diri?

“Dalam tahun 1970-an, paedofili diteorikan sebagai sesuatu yang sepenuhnya selaras dengan manusia bahkan dengan anak-anak. Bahkan dalam lingkungan teologi Katolik, dipertahankan bahwa tidak ada hal yang disebut jahat pada dirinya sendiri atau baik pada dirinya sendiri. Yang ada hanyalah sesuatu ‘lebih baik dari’ dan sesuatu ‘lebih buruk dari’. Tidak ada sesuatupun yang pada dirinya sendiri baik atau jahat.” (Paus Benediktus XVI, 20 Desember 2010)




Banyak orang (termasuk orang Katolik) belum tahu bahwa ada skandal besar dalam Gereja Roma Katolik dewasa ini, yang sengaja ditutup-tutupi oleh Vatikan, dalam hal ini oleh Paus Benediktus XVI. Skandal besar itu adalah kasus-kasus bertimbun pedofili dan kekerasan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan oleh sangat banyak rohaniwan Katolik sedunia. 

Karena seriusnya kasus perkosaan terhadap anak-anak oleh para pastur Katolik sedunia, teolog besar Katolik Hans Küng akhirnya menulis sebuah surat terbuka (16 April 2010). Selain kasus pedofili, ada sejumlah kasus besar lain dalam GRK yang disoroti Küng; suratnya terpasang di http://www.ioanesrakhmat.blogspot.com/2010/04/hans-kungs-open-letter-to-catholic.html. Di hadapan Hans Küng sendiri, saya pernah mendiskusikan surat terbukanya ini dengan beliau langsung; dan saya sangat menghormati dan mengasihinya: dia seorang yang memiliki integritas tinggi. 

Kita sudah tahu bahwa Paus Benediktus XVI pada 10 Februari lalu telah menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya persisnya pada 28 Februari pk. 20.00. Menurut pernyataan resmi, Paus Benediktus XVI akan segera melepaskan jabatannya karena alasan dia sudah lansia dengan kesehatan yang makin menurun.

Tentu kita bisa maklum kalau Paus Benediktus XVI mau mengundurkan diri karena alasan usia dan kesehatan; tapi, sangat banyak orang yang meragukan alasan ini. Sebuah artikel di Examiner.com15 Feb 2013 membeberkan alasan yang sebenarnya dari pengunduran diri Paus Benediktus XVI, yang sebetulnya bukan rahasia lagi. Artikel yang anda perlu baca itu terpasang di sini http://www.examiner.com/article/the-pope-seeks-immunity-the-end-of-the-vatican-could-be-near.

Ditulis dalam artikel itu, Paus Benediktus XVI sedang diproses secara hukum dan akan ditangkap karena tuduhan dia sudah menutup-nutupi kasus-kasus pedofili dalam GRK sedunia. Juga kata artikel itu, Paus Benediktus XVI sedang meminta suaka politik dari pemerintah Italia yang akan memberinya kekebalan hukum setelah turun.

Anda semua dan saya tentu sangat masygul dan berduka dengan sangat dalam atas prahara dalam GRK ini yang potensial akan melenyapkan negara kecil Vatikan sama sekali.

Menurut Huffington Post 18 Februari 2013, demi keselamatan dan kekebalan hukumnya, mungkin Paus Benediktus XVI akan memilih tetap tinggal di dalam Vatikan meskipun sudah bukan Paus lagi nantinya. Berita di Huffington Post itu terpasang online di http://www.huffingtonpost.com/2013/02/17/pope-immunity_n_2708518.html?ncid=edlinkusaolp00000003.

Saya sungguh tidak tahu jawabannya, apakah sosok agung Paus lebih bermartabat berlindung di Vatikan, atau mempertanggungjawabkan kesalahannya dengan jantan secara hukum sebagai orang yang diklaim sebagai sang wakil Yesus Kristus di dunia, penerus Rasul Petrus. Politik dan agama hingga saat ini, dalam dunia yang makin sekuler, masih sering duduk sepelaminan.

Akhir Februari 2013, kembali Küng melontarkan kritiknya yang tajam kepada Joseph Ratzinger (nama asli Paus Benediktus XVI). Kata Küng, dengan tetap ngendonnya Ratzinger di Vatikan kendatipun dia sudah bukan Paus lagi (suatu kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya!), sang mantan Paus ini ingin tetap memainkan kekuasaannya sebagai sang Paus bayangan. Ya, dengan kata lain, langkah Ratzinger ini adalah sebuah politicking! Kritik tajam Küng ini termuat di Huffington Post 28 February 2013 http://www.huffingtonpost.com/2013/02/28/hans-kung-pope-benedict-will-be-a-shadow-pope_n_2781248.html?ncid=edlinkusaolp00000003. Jika ada orang yang menegaskan bahwa Ratzinger akan mematuhi penuh Paus berikutnya sebagai penggantinya meskipun dia tetap berdiam di Vatikan, pertanyaan yang muncul adalah apa motif sebenarnya Ratzinger memilih tetap ngendon di Vatikan. Untuk berlindungkah? Kita semua mungkin nyaris tidak bisa percaya kalau ini tujuannya. 

Untuk semua teman yang Kristen, tariklah hikmah dari kasus besar dalam GRK ini, bahwa tidak segalanya yang berkaitan dengan agama anda itu baik. Dalam sekian kasus mutakhir di lebih dari satu agama, kita makin paham, agama malah kerap dipakai untuk melindungi kejahatan dan kebobrokan moral.

Poin pentingnya ini: jika anda tahu lembaga agama anda bobrok, jangan melindunginya, tapi ungkap dan selesaikanlah, demi kebenaran teragung. Hanya orang yang mengabdikan diri pada kebenaran teragung, akan bisa mengungkap kebobrokan moral zaman ini, yang terjadi dalam agamanya sendiri sekalipun. Pesan saya: Jangan lakukan DENIAL. Apa itu denial, baca di sini http://www.ioanesrakhmat.blogspot.com/2012/07/denial-apa-penyebabnya.html.

Tapi faktanya, jauh lebih banyak orang mau menyerahkan diri kepada kebenaran semu dan terus melakukan denial, dan melupakan kebenaran teragung. Apa itu kebenaran teragung, akan diketahui oleh setiap insan pencari kebenaran yang memiliki kelurusan hati, keluhuran budi dan akal yang sehat dan kritis. Kebenaran teragung ini terus terungkap secara bertahap, dan tak akan pernah tiba di titik final.  

Tidak mengejutkan sama sekali, bahkan sudah lama ditunggu dunia, jika akhirnya pada 22 Maret 2014 Paus Fransiskus, yang menggantikan Paus Benediktus XVI, atas nama Vatikan membentuk sebuah komisi yang diberi tugas untuk menangani dan menyelesaikan kasus-kasus kejahatan seksual terhadap anak-anak yang telah dilakukan para imam Katolik di banyak negara di dunia. Berita tentang langkah ini banyak terpasang online di Internet; salah satunya adalah laporan yang ditulis Stefania Fumo, Four Women on Pope's New Anti-Child Sex Abuse Panel, 24 March 2014, pada http://www.lagazzettadelmezzogiorno.it/GdM_traduci_notizia.php?IDNotizia=704625&IDCategotia=2694.  

Untuk komisi ini, telah ditunjuk tiga imam Katolik dan lima warga biasa gereja Katolik, termasuk empat perempuan, yang semuanya berasal dari delapan negara (mayoritas berasal dari Eropa dan Amerika). Di antara mereka adalah Uskup Kepala Boston, USA, yang bernama Kardinal Sean P. O'Malley, dan seorang perempuan Marie Collins yang ketika berusia tigabelas tahun dulu telah diperkosa di negerinya sendiri Irlandia oleh seorang pastur yang bekerja di sebuah rumah sakit. 

Beberapa tahun kemudian, setelah diperkosa, Marie Collins menjadi seorang pejuang yang terkenal, yang dengan suara lantang meminta GRK mempertanggungjawabkan semua kejahatan seksual terhadap anak-anak yang telah dilakukan para rohaniwan GRK. Saat Marie Collins melaporkan kejahatan seksual yang telah dialaminya, para pejabat GRK berkata kepadanya bahwa adalah lebih penting untuk melindungi nama baik sang imam (yang telah memperkosanya) ketimbang mengobati suatu kesalahan yang historik

Jejaring yang kini sudah berskala internasional, yang diberi nama The Survivors Network of those Abused by Priests (SNAP), yang berpusat di USA, memuji langkah yang telah diambil Paus Fransiskus  dalam mengikutsertakan Marie Collins di dalam komisi itu. SNAP berharap, Paus Fransiskus dapat segera mulai mencopot para imam yang telah melakukan kejahatan seksual terhadap anak-anak, dan bukan membentuk sebuah panel untuk kembali mengkaji kasus-kasus skandal ini. Direktur Humas SNAP, Barbara Dorris, mengatakan bahwa Paus Fransiskus mempunyai waktu lebih dari satu tahun untuk memecat, mencopot, mendisiplinkan atau mengadukan bahkan salah satu dari para uskup yang telah melakukan kejahatan seksual terhadap anak-anak. Tetapi selanjutnya dengan nada prihatin dan kecewa Barbara Dorris menambahkan, Tapi, sama seperti para pendahulunya, Paus Fransiskus telah menolak untuk mengambil langkah sederhana namun sangat penting ini dalam usaha menegakkan keadilan, menyembuhkan, dan mencegah.

Jika sosok seperti Paus Fransiskus telah juga mengecewakan seorang yang bernama Barbara Dorris, tentu saja dunia tidak perlu berharap terlalu banyak bahwa GRK akan menyelesaikan tuntas kasus-kasus pedofili para imam GRK sedunia. Aneh dan menyedihkan rasanya jika dalam gerejapun kejahatan dilindungi. Maka tidaklah salah jika saya menduga bahwa Yesus pun ikut menangis dengan sedihnya.     



----------------------
Baca juga:

(1) Goodbye to an evil pope, CFI, 23 February 2013, pada http://www.centerforinquiry.net/blogs/entry/goodbye_to_an_evil_pope.

(2)  Pope Benedict resigned after being handed report into gay sex and corruption in Vatican, says newspaper dalam News Limited Network 22 Feb 2013, pada http://www.news.com.au/world/pope-benedict-resigned-after-being-handed-report-into-gay-sex-and-corruption-in-vatican-says-newspaper/story-fndir2ev-1226583285843.

(3)  Rosella Lorenzi, Money, sex scandal may be linked to Pope's resignation, News Discovery.com 21 Feb 2013, pada http://news.discovery.com/history/religion/secret-report-of-sex-scandals-may-have-prompted-popes-resignation-130221.htm#mkcpgn=emnws1.

(4) Michael Stone, Pope will remain in Vatican to avoid prosecution for child sex abuse”, Examiner.com 16 Feb 2013, pada http://www.examiner.com/article/pope-will-remain-vatican-to-avoid-prosecution-for-child-sex-abuse.

(5) Michael Stone, Religion: Pope implicated in German sex abuse scandal”, Examiner.com 12 March 2010, pada http://www.examiner.com/article/religion-pope-implicated-german-sex-abuse-scandal.




Thursday, February 14, 2013

Diogenes dan Aleksander Agung: Mana yang lebih besar?


Patung Diogenes orang Sinope (tinggi 5,5 m; selesai dibangun 2006) bersama anjing kesayangannya, berdiri pada tong mandi tempat tinggalnya, sementara tangan kirinya menenteng sebuah lentera bernyala, tanda dia sedang mencari orang jujur. Lokasi: tanah genting Semenanjung Sinop, kota Sinop, Turki


Ada sebuah kisah yang sangat inspiratif, yang melibatkan dua orang termashyur di dunia Yunani kuno. Anda tentu mau mengetahuinya, bukan? Baiklah, saya mau bagi ke anda. 

Saya biasa membagi pengetahuan. Tidak pernah membekap pengetahuan hanya untuk diri sendiri. Membagi pengetahuan berarti meneruskan kasih Allah yang mahatahu, sumber segala pengetahuan. Lewat pengetahuan, Tuhan mau kita maju dan berkembang, dan penuh kebajikan dan hikmat. Kebodohan hanya membuat kita makin mundur ke belakang, ke masa-masa yang gelap, bahkan tidak tahu apa itu kebajikan dan kearifan.

Tapi sebelum masuk ke kisah itu, baiklah saya ajukan dulu sebuah pertanyaan kepada anda: Mana yang sudah mapan secara ekonomis, orang miskin yang tidak serakah, atau orang kaya yang terus serakah?

Kisah tentang pertemuan Aleksander Agung dan filsuf Diogenes orang Sinope yang saya mau bagikan pada kesempatan ini membantu kita menjawab pertanyaan tersebut.

Aleksander Agung

Anda tahu Aleksander Agung (356-323 SM), sang penguasa besar Yunani dari Makedonia yang melancarkan kampanye global hellenisme ("pan-hellenisme") pada abad 4 SM?

Baiklah, saya kutipkan terlebih dulu suatu bagian terakhir buku biografi Aleksander Agung yang ditulis Philip Freeman.

“Aleksander Agung adalah manusia dari
zamannya sendiri yang dicirikan sangat banyak kekerasan. Tindakan-tindakannya tidak lebih baik atau tidak lebih buruk dari tindakan-tindakan Kaisar atau Hannibal. 

Dia membunuh berpuluh-puluh ribu warga sipil dalam kampanye-kampanye militernya yang menimbulkan teror di mana-mana. Hal yang sama juga dilakukan setiap jendral lainnya dalam dunia kuno. 

Seandainya dia hidup pada masa kini, pastilah dia akan divonis sebagai seorang penjahat perang; tapi dia tidak hidup di zaman kita…. 

Lepas dari apakah kita menyetujui atau tidak taktik-taktik perang Aleksander yang kerap brutal, setiap orang yang belajar sejarah dengan bernalar harus sepakat bahwa dia adalah salah satu pikiran militer terbesar segala zaman…. 

Untuk bisa memahami Aleksander dengan benar, kita harus menyadari bahwa dia membenci kekalahan, mungkin lebih dari orang lain manapun dalam sejarah. 

Aleksander dulu dan kini adalah pengejawantahan absolut ambisi-ambisi murni manusia dengan segala akibat baik dan akibat buruknya. 

Kita dapat mengutuki kematian dan kehancuran yang dia tinggalkan saat dia seperti raksasa melanglang buana untuk menaklukkannya; tapi pada akhirnya mau tidak mau kita mengaguminya sebagai seorang yang dengan gagah berani telah melakukan hal-hal yang sangat besar.”/1/ 

Nah, ada sisi religiopolitik dari kehidupan Aleksander Agung yang perlu ditambahkan terhadap komentar Philip Freeman di atas.

Karena begitu adi-insaninya atau "superhuman"-nya prestasi politik, militeristik dan kulturalnya dalam menjadikan hellenisme sebagai kebudayaan dunia kuno yang mencakup wilayah yang luar biasa luas, sampai-sampai Aleksander Agung dipuja dan ditinggikan setingkat dewa, sebagai anak Allah, semasa dia masih hidup. 

Ketika Aleksander Agung sudah wafat, kultus pemujaan terhadapnya masih berlangsung, tidak lenyap, sekalipun pada zaman modern ini dia hanya meninggalkan nama besar saja.

Kemahabesaran Aleksander Agung tentu saja telah melahirkan banyak kisah mitologis dan legenda tentang dirinya./2/. Di dunia kuno, ini hal yang lazim untuk semua insan besar dunia pengubah dan pembuat sejarah. Mustahil diterapkan lagi di zaman modern yang dikendalikan akal dan iptek.

Peristiwa kelahiran Aleksander Agung dituangkan dalam suatu kisah mitologis. Konsepsi dirinya dalam kandungan ibunya (Olympias) digambarkan sebagai akibat penetrasi kekuatan supranatural dari dunia ilahi.

Sebelum ibu dan ayahnya (Raja Filip II dari Makedonia) memasuki malam pengantin, sang ibu bermimpi tentang “guntur yang menggelegar dan kilat masuk ke dalam tubuhnya; kilat ini menimbulkan api besar yang berkobar-kobar dan menyebar ke segala arah.” 

Setelah perkawinan mereka, Filip juga bermimpi hal yang mengherankan. Dalam mimpinya dia membubuhi sebuah segel ke tubuh isterinya, dan tampak kepadanya bahwa ukiran pada segel itu menampilkan gambar seekor singa. 

Mimpi-mimpi ini kemudian ditafsirkan. Ukiran singa pada segel menunjukkan bahwa akan dilahirkan seorang anak laki-laki yang “gagah berani dan penuh semangat yang berkobar seperti seekor singa”; dan “api besar yang berkobar-kobar dan menyebar ke segala arah” menyatakan bahwa anak yang sedang dikandung itu akan menjadi sang penakluk dunia. 

Juga ada sebuah kisah lain. Ketika ratu Olympias sedang tidur, “tampak seekor ular menjalar, melilit di tubuhnya”. Ini diartikan bahwa yang menjadi ayah Aleksander Agung bukanlah Filip, tetapi Dewa Zeus-Ammon, yang datang sebagai seekor ular yang mengadakan hubungan seksual dengan Olympias. 

Aleksander Agung sendiri percaya betul bahwa dirinya adalah “anak Zeus” (pai Dios) karena dia disapa dengan nama itu oleh imam di oasis Siva di padang gurun Lybia, ketika dia mencari wangsit dari Zeus-Ammon.

Ketika akhirnya Aleksander Agung benar-benar berhasil menjadi penakluk dunia, beberapa kota Yunani di Asia Kecil memujanya sebagai Allah. Kultus pemujaan terhadap Aleksander Agung ini didirikan ketika dia masih hidup, yakni ketika dia melakukan kampanye militernya di Asia Kecil (334-333 SM) untuk membebaskan orang-orang Yunani di situ dari penindasan Persia. Kultus ini dibangun sebagai suatu penghormatan ilahi terhadap dirinya. Di Efesus terdapat sebuah kuil untuk kultus Aleksander Agung lengkap dengan imamnya (dari 102-116 M).

Berbeda halnya bagi penduduk kota-kota di Yunani sendiri. Pada tahun 324 SM, di Athena dan Sparta timbul diskusi mendalam tentang apakah Aleksander Agung harus dideifikasikan atau dijadikan Allah.

Dari diskusi itu, diambil sebuah keputusan untuk memberikan gelar ilahi bagi Aleksander Agung. Utusan-utusan dari Yunani mendatangi Aleksander yang sedang berada di Babilonia untuk menganugerahkannya penghormatan ilahi: mereka datang dengan memakai mahkota-mahkota yang hanya cocok dipakai ketika orang datang menghadap Allah. 

Aleksander Agung sendiri memang menginginkan suatu penghormatan ilahi diberikan kepadanya, mengingat keberhasilannya dalam memikul tugas besar yang adi-insani dan kedudukannya yang tinggi. 

Di era hellenistik, setelah Aleksander Agung tidak ada, dinasti Ptolemi di Mesir kuno, misalnya, membangun kultus pemujaan terhadap sosok besar yang diilahikan ini. 



Klik gambarnya untuk memperbesar

Dengan meminta dirinya di-“apotheosis”-kan, dideifikasi, diagungkan sebagai Allah, Aleksander Agung telah membuka jalan untuk para pemimpin lainnya melakukan hal yang sama. 

Pada tahun 323 SM, Aleksander Agung terserang demam yang membawanya pada kematian di Babilonia pada usia yang masih muda, kurang dari 33 tahun.

Diogenes orang Sinope

Nah, sekarang kita pindah ke satu sosok terkenal lain dari Yunani yang berkontras tajam dengan Aleksander Agung.

Anda tahu, Diogenes orang Sinope, filsuf sangat miskin pendiri filsafat mazhab Sinik (cynicism), yang dilahirkan tahun 404 SM? Di dunia Yunani kuno, Diogenes sangat termasyhur khususnya karena ucapan-ucapan dan gaya kehidupannya. 

Dalam legenda Athena, Diogenes dikenal dan dikenang sebagai seorang filsuf yang di siang bolong membawa sebuah lentera bernyala, menelusuri jalan-jalan mencari seorang manusia yang jujur./3/ 

Sang filsuf ini konsisten menjalankan suatu pola kehidupan yang senatural mungkin, menjauh dari bahkan sinis terhadap peradaban. Dia hidup dengan meminta-minta makanan dari setiap orang yang berpapasan dengannya. Kata Diogenes, “orang lain hidup untuk makan, tetapi aku makan untuk hidup.”/4/ 

Pola kehidupannya sama dengan pola kehidupan seekor anjing kampung yang menggelandang ke sana ke mari, tidak punya tempat tinggal, dikasari orang, tidak terurus, mengais-ngais mencari makan.

Ya, kata Yunani kuno untuk anjing adalah kyon atau kuon. Dari kata ini berasal nama mazhab filsafat kynismos (Yunani) atau cynici (Latin) atau cynicism (Inggris). Dalam bahasa Indonesia, baiklah mazhab ini kita namakan mazhab Sinik.

Ada banyak anekdot atau kisah-kisah lisan testimonial yang mengungkapkan bagaimana Diogenes memandang dirinya seekor anjing. Beberapa di antaranya perlu anda ketahui.

Suatu ketika ada seseorang yang marah karena orang-orang memanggil Diogenes anjing. Kepada orang yang membelanya ini Diogenes berkata,

“Engkau juga harus memanggilku ‘Anjing’; Diogenes hanyalah nama depanku; aku memang seekor anjing, tetapi anjing dari keturunan terhormat yang menjaga dan melindungi sahabat-sahabatnya.”/5/ 

Manakala ditanya hal apa saja yang dia telah lakukan sehingga banyak orang memanggilnya anjing, Diogenes menjawab,

“Aku mengibas-ngibaskan ekorku di hadapan orang yang memberiku sesuatu, menggonggong di depan orang yang tidak memberiku apa-apa, dan membenamkan gigi-gigiku ke tubuh para bajingan.”/6/

Diogenes biasa berkata, 

“Anjing-anjing lain menggigit musuh-musuh mereka, tetapi aku menggigit sahabat-sahabatku untuk menyelamatkan mereka.”/7/ 

Di suatu perjamuan malam, sejumlah orang melemparkan tulang-tulang kepada Diogenes seolah dia seekor anjing; tetapi dengan kalem dia membebaskan dirinya dari tulang-tulang itu dengan mengencingi semuanya seolah dia betul seekor anjing./8/

Nah, selain sebuah gentong besar sebagai rumahnya, dan seekor anjing yang dipelihara dan menjadi sahabatnya, dan sebuah lentera, Diogenes juga pernah mempunyai sebuah cangkir untuk minum. Suatu ketika, Diogenes melihat seorang bocah meminum air di sebuah pancuran dengan kedua tangannya dibuka, ditempelkan lalu ditangkupkan sebagai wadah penampung air. 

Melihat si bocah minum tanpa menggunakan cangkir, Diogenes terhenyak lalu memarahi dirinya sendiri sambil membanting satu-satunya cangkir miliknya hingga pecah berantakan. Sejak itu, kalau Diogenes minum, dia minum persis seperti seekor anjing sedang minum, mengambil dan memasukkan air ke mulutnya dengan lidahnya. 

Selanjutnya, mari kita masuk ke kisah berikut, kisah yang sangat inspiratif, yang di atas telah saya katakan mau saya bagi ke anda. Saya jamin anda akan mengalami pencerahan batin dan budi lewat kisah luar biasa ini.

Perjumpaan dua sosok

Dikisahkan, suatu ketika Aleksander Agung mencari jalan untuk bisa bertatapmuka dengan sang filsuf besar Diogenes sang Sinik di tempat tinggal sang filsuf ini, di pinggir-pinggir jalan kota Athena. 

Akhirnya, Aleksander Agung berhasil mendapatkan Diogenes sang Sinik ketika sang filsuf ini sedang berjemur di bawah sorotan sinar Matahari, di samping sebuah gentong besar bak mandi tempat tinggalnya satu-satunya, di pinggir sebuah jalan./9/

Ketika Aleksander Agung sedang berdiri di hadapan Diogenes yang sedang berjemur, sang penguasa besar Yunani ini bertanya apa yang Diogenes mau minta darinya. 

Aleksander Agung tawarkan, pertama, jabatan tinggi atau, kedua, wilayah kekuasaan atau, ketiga, harta berlimpah kepada filsuf kere Diogenes yang sangat dikaguminya. Tentu saja Aleksander Agung punya niat tulus untuk mengubah kehidupan sang filsuf, dan mengangkatnya dari kemiskinan dan menjadikannya orang besar dan berkuasa.



"Hai Aleksander, aku hanya minta satu saja,...!"

Anda tahu, apa yang lantas diminta sang filsuf kere Diogenes kepada penguasa besar Aleksander Agung? Mengherankan, Diogenes berkata, “Aku hanya minta satu saja, hai Aleksander, tolong anda berdiri menyingkir ke samping supaya sinar Matahari tidak terhalang menyinari tubuhku!” 

Tentu saja Aleksander Agung sangat kaget dan merasa terhina dengan jawaban sang filsuf nekat ini. 

Meskipun begitu, Aleksander Agung cepat menguasai diri kembali, lalu masih melanjutkan sedikit percakapan dengan Diogenes. Kemudian, bersama para pengawalnya dengan cepat dia meninggalkan Diogenes. 

Sang filsuf ini tetap aman-aman saja meskipun sudah sangat menjengkelkan Aleksander Agung. Itu konon kisahnya, sesudah saya parafrasiskan.

Dengan jawaban mengagetkan dari Diogenes itu, saya mau tanya kepada anda. Apakah Diogenes atau Aleksander Agung yang sudah memiliki segalanya? Mana yang lebih besar? Mana yang sudah mapan? 

Ya, Diogenes lebih kaya dan lebih besar dari Aleksander Agung, sebab Diogenes sudah tak memerlukan lagi tiga jenis kekayaan dan kemegahan yang ditawarkan sang penguasa. Sedangkan Aleksander Agung masih dikuasai nafsu besar dan serakah untuk terus memperluas wilayah kekuasaannya, tanpa pernah puas, tidak pernah merasa mapan.

Siapapun yang merasa tidak perlu lagi memperoleh kekayaan dan kedudukan yang lebih banyak, lebih besar dan lebih tinggi, dialah orang yang sudah mapan. Diogenes sang filsuf papa dan kere lebih besar dan lebih mapan dari sang penguasa besar ambisius Aleksander Agung. Ini sebuah paradoks yang di dalamnya kita menemukan sebuah kebenaran yang mengherankan.

Diogenes hanya perlu cahaya Matahari untuk menghangatkan tubuhnya; Aleksander Agung memerlukan kota-kota lebih banyak lagi, bahkan mungkin seluruh kota dalam dunia ini, untuk tunduk di bawah kekuasaannya melalui kampanye militernya yang seruduk sana seruduk sini bak seekor banteng raksasa yang sedang marah dengan sepasang matanya merah membara.

Kata Lao-Tzu, 

“Saat anda mempunyai sedikit, anda memiliki. Saat anda punya sangat banyak, anda bingung dan kehilangan arah.

Sabda Yesus, 

“Hendaklah orang yang telah menemukan dunia ini dan telah menjadi kaya, meninggalkan dunia ini.(Injil Thomas 110)

Orang yang sudah tidak memerlukan apa-apa lagi, sudah punya segalanya. Alam raya sudah dalam genggamannya.

Orang yang terus serakah ingin memiliki, belum mempunyai apapun. Alam raya selalu mengelak, menjauh, ketika mau dikuasainya.

Diogenes sang Sinik orang kecil yang besar; Aleksander Agung orang besar yang kecil.

Hieronimus menulis bahwa 

“Pengikut paling kondang Antisthenes adalah Diogenes agung, yang lebih besar dari Raja Aleksander karena dia telah menaklukkan alam.”/10/

Pernyataan Hieronimus inilah yang telah mendorong saya untuk mengadakan riset kecil literatur, lalu membuat sebuah tulisan yang anda sedang baca ini. Acap kali membaca kembali tulisan ini, saya selalu terheran-heran.


Penutup

Tapi saya sudah tahu bahwa anda, dan saya, lebih suka memilih menjadi Aleksander Agung ketimbang menjadi sang filsuf Sinik yang kere, Diogenes dari Sinope. Amit-amit, cetus anda, saat anda ditawarkan untuk meniru sepenuhnya gaya kehidupan Diogenes.

Baiklah, jika kita maunya demikian!

Marilah kita menjadi Aleksander Agung yang kaya raya dan berkekuasaan besar, sekaligus juga menjadi seorang filsuf yang dalam kesederhanaan dan kebersahajaan mencerdaskan sebanyak mungkin orang, lewat ilmu pengetahuan dan filsafat kita. 

Kalau itu kita bisa capai, bisa jadi kita memenuhi ideal Plato yang mendambakan munculnya para filsuf-raja (philosopher-kings) yang dapat memimpin dunia sekaligus mencerdaskan dan mencerahkan sebanyak mungkin orang. 

Tentu, kalau itu terlalu berat buat kita, ya kita jadi saja orang yang hidup cukup, tidak kaya tapi juga tidak miskin, dan sekaligus terpelajar, berwawasan jauh, berhati mulia dan jujur sehingga kita juga dapat berperan sebagai guru untuk sejumlah terbatas manusia di sekitar kita. Mungkin kita dapat termasuk orang jujur yang dicari Diogenes dengan lenteranya.


Jakarta, 14 Februari 2013

N.B. Diperluas 28 Maret 2021
Diperiksa kembali 9 Agustus 2021
 

Catatan-catatan
 
/1/ Philip Freeman, Alexander the Great (New York, N.Y.: Simon and Schuster, 2011), hlm. 329-330.

/2/ Hans-Josef Klauck, The Religious Context of Early Christianity: A Guide to Graeco-Roman Religions (Edinburgh: T&T Clark, 2000), 266-274; juga Helmut Koester, Introduction to the New Testament. Vol. 1: History, Culture and Religion of the Hellenistic Age (New York - Berlin: Walter De Gruyter, 1987 [1982]), 6-12; David R. Cartlidge & David L. Dungan, eds., Documents for the Study of the Gospels (Minneapolis: Fortress Press, 1994²), 131-132.

/3/ Diogenes Laertius 6.41; G272; Maximus 70.20; G272. Dikutip dari Robin Hard, penerjemah, Diogenes the Cynic: Sayings and Anecdotes, with Other Popular Moralists (Oxford World’s Classics; Oxford: Oxford University Press, 2012), hlm. 19.

/4/ Stobaeus 3.6.41; G182. Dikutip dari Robin Hard, Diogenes the Cynic, hlm. 14.

/5/ Gnomologium Vaticanum 194; G 149. Dikutip dari Robin Hard, Diogenes the Cynic, hlm. 24-25. 

/6/ Diogenes Laertius 6.60; G 143. Dikutip dari Robin Hard, Diogenes the Cynic, hlm. 25.

/7/ Stobaeus 3.13.44; G 149. Dikutip dari Robin Hard, Diogenes the Cynic, hlm. 24.

/8/ Diogenes Laertius 6.46; G 146. Dikutip dari Robin Hard, Diogenes the Cynic, hlm. 25.

/9/ Kisah ini parafrasis dari sedikit anekdot yang dijumpai dalam Robin Hard, Diogenes the Cynic, hlm. 53-54.  

/10/ Hieronimus, Against Jovinian 2.14; G175. Dikutip dari Robin Hard, Diogenes the Cynic, hlm. 10.