Saturday, September 22, 2012

Puisi: Kitab Suci


Ini bukan Alkitab, tetapi buku yang isinya perdebatan-perdebatan mengenai Alkitab


PERJALANAN SEORANG MUSAFIR

Di suatu malam temaram nan kelam
kulihat di sudut ruang sebuah gereja tua
diterangi sedikit cahaya sebuah dian
dengan siluet wajah yang terlihat timbul tenggelam
seorang lelaki tua sedang membuka-buka
kitab sucinya yang sudah lusuh nian  

Kataku dalam batinku yang luang dan lapang
mungkin dia sedang mencari bimbingan ilahi nan agung
yang dipercaya telah tertulis cemerlang
dalam lembar-lembar kitab- kitab suci para pejuang dan petarung 
tak ingin dia semangatnya kendor dalam berjuang
di usia senja kewajibannya masih satu: agung bertarung!

Seolah si lelaki tua itu lamat-lamat berpesan kepadaku
Janganlah sekali-kali engkau lupa dan abai
Hidup ini memang gumul, juang dan tarung
Jadikanlah kitab sucimu sang pandu, pandu, pandu  
Genggamlah erat, erat, erat kemanapun tanganmu menggapai
Sampai hayatmu tiba di ujung ujung terujung
Ujung yang tak pernah bisa digapai

Kitab-kitab suci sumber agung inspirasi
energi yang tak pernah habis tererosi
kebijaksanaan yang tak pernah mati dan basi
motivasi yang tak pernah kendor dan mati
kebajikan mulia yang kekal abadi
cita-cita yang menggantung tinggi




Orang-orang besar banyak dilahirkan kitab-kitab suci
suri teladan perbuatan-perbuatan mulia
berkata sedikit tapi banyak berbuat dan mengabdi
dari zaman ke zaman satu per satu muncul tak bercela
dalam pentas besar dan real sejarah insani
bukan sandiwara belaka tak bermakna   

Tapi, kawan, jangan abai dan lupa fakta pedih satu ini
Ingatlah selalu dan kalungkan di lehermu yang jenjang:
Umat-umat beragama karena kitab-kitab suci
saling menjelekkan, saling menyindir, saling menyerang,
saling bersaing, saling menghantam, saling memaki,
saling menekan, saling membunuh, saling memarang,
sehingga di mana-mana dunia dan kehidupan teracuni,
azab sengsara dan ratapan merajalela tak kepalang,
sehingga agama-agama tidak lagi membawa kehidupan dan damai,
tapi tangis, lara, kematian dan perang yang tak terbendung dan tak terhalang  

Karena kitab-kitab suci,
orang saleh salah berlomba
bukan untuk menjadikan dunia ini sorga, 
tapi nyala api perih neraka,
bersaing bukan untuk menjadikan manusia makhluk mulia nan ilahi,
tetapi binatang-binatang durjana petaka
berperang bukan melawan kemiskinan dan kebodohan dan tirani,
tetapi membuat dunia semakin papa, pandir, berduka dan terluka

Kenapa semua azab dan nestapa perih pedih itu bisa terjadi?
Dalam sejarah kelam dunia dan di masa kini?
Juga di masa depan yang masih dinanti?
Tak lain karena kitab-kitab suci salah diinterpretasi
Dipahami tanpa memakai ilmu-ilmu yang mumpuni
Dicopot dari berbagai konteks sejarah insani
Dilepas dari sistem sosiobudaya berbagai era yang sudah terlewati
Karena Tuhan Yang Mahapengasih-penyayang tak lagi berdiam dalam hati

Mari, kawan, bacalah sejenak kala, 
lalu tutuplah apik kitab-kitab suci anda
Jadikan bentangan langit penuh bintang ria ceria
sebagai sang Ayah sumber inspirasi mulia
Bumi sang Bunda Pertiwi 
tempat kita bersujud menumpahkan lara dan duka
Hati dan pikiran luas dan teduh tak terkata
rumah ibadah suci mulia tak terkira
Membaca buku-buku ilmu pengetahuan mulia 
ritual agung luhur berpahala
Cinta pada Kebenaran mulia semesta 
kaul suci ibadah kita tiada tara
Kebajikan, kemurahan hati dan cinta
wujud dan bukti kehadiran Tuhan dalam dunia

Mari, mari, kawan, ayunkan langkah ke depan tak mundur lagi
Tak kenal lelah masuk ke zaman-zaman mendatang
Di sana kita sedang ditunggu sang Mentari di pagi hari
Mari, mari, kita pulang ke masa-masa yang akan datang
sebab dari sanalah kita sesungguhnya telah datang kemarin hari

Ruangwaktu tak berkuasa atas diri
Jangan biarkan keduanya menawan diri
Engkau dan aku musafir sejati
Para perenang gesit di ombak semesta mahamisteri bahari
Pergi datang, riuh, bergulung, datang pergi
Hening, diam, semedi, sunyi menyelimuti Langit dan diri

Abadi baka misteri lestari
Teka-teki yang terus agung menari
Memanggil lembut semua untuk menghampiri
Jangan sepi berdiri lirih sendiri

Mari, mari, terbang mengangkasa tinggi
Jauh tiba di angkasa Langit mahatinggi
Di situ mari kita riang bernyanyi dan menari
Naikkan madah damai untuk Bumi

Jakarta, 22-09-2012
ioanes rakhmat

27 Agustus 2018