Saturday, July 14, 2012

Mengalahkan Duka


Aku duduk 
diam bisu tanpa kawan
pada sebuah bangku kecil nan setia nan kokoh
mengail di pinggiran sebuah sungai kecil
di sebuah kota kecil nan damai nan asri
di kawasan utara negeri seribu kincir 
negeri yang telah menyedot habis 
darahku, sumsum-sumsumku dan cintaku 
negeri yang hingga sekonda ini selalu menimbulkan 
kepedihan yang membuat ngilu 
dan gelora dalam batinku

Aku terpana
saat kulihat seekor bebek muncul dari dalam air
begitu saja tanpa bilang-bilang ba bi bu be bo
Sedikitpun sekujur tubuhnya tak basah 
Bulu-bulunya tetap putih terang bercahaya
Air tak berdaya menaklukkan gerlap dan kering bulu-bulunya
Mungkin perlu jutaan tahun dan laksaan milenium berlalu
sampai sang air bisa mengalahkan si bebek perkasa 

Aku terhentak
Guntur santer menggelegar di langit atas
tanpa bilang-bilang ba bi bu be bo
menggelegar berkali-kali dan bertalu-talu 
Si Thor sang Dewa sedang bertingkah
memamerkan kekuatannya atas angkasa dan awan-gemawan

Tapi si bebek itu dan kawan-kawannya 
angkuh tak perduli pada Thor si perkasa
mereka terus berenang ke sana ke sini 
dan menyelam di sana dan di sini 
tanpa tenggelam tanpa terkaram

Segera kubereskan perlengkapan pancingku
dan bergegas mau pulang, pulang, pulang
Awan-gemawan gelap berat telah menggantung rendah di langit
sebentar lagi akan berguguran ke muka sang Bumi  
Hujan akan segera turun
kataku dalam hatiku dengan rasa pedih dan duka

Aku tengadah 
mengangkasa sigap berdiri 
hendak berlari, berlari, berlari 
pulang, pulang, pulang
Si Thor terlalu perkasa untuk kuhadapi dan kutaklukkan
Si Thor memedihkan hati dan batinku

Aku diterjang 
keras oleh milyaran butir-butir air yang berjatuhan menimpa Bumi 
butir-butir air dan kristal-kristal es menghujam Bumi 
menghujam semua makhluk dan semua impian 
dan semua cita-cita dan semua dambaan
Hukum gravitasi terlalu kuat untuk dilawan

Aku terpana
seluruh tubuhku dan pakaianku
dan semua yang kupegang dan semua yang kupikirkan
tak basah sedikitpun tak basah sedikitpun
Aku dapati diriku telah menjadi si bebek itu
Si Thor kini telah menjadi sang pecundang

Aku berjalan
tenang ke depan
sebagai sang pahlawan 
menembus hujan tanpa kehujanan
menembus pagar-pagar air tanpa basah dan tanpa kedinginan
Walau tak ada sesuatu pun memayungi sang badan

Kepedihan dan duka telah menghilang lenyap
Serasa berlaksa-laksa milenium telah berlalu dengan senyap
Kisah-kisah duka datang silih berganti
Yang mati hidup, dan yang hidup mati
Serasa berlaksa-laksa milenium telah berlalu sunyi

ioanes rakhmat
Jakarta, 14 Juli 2012
Catatan:
Puisi ini telah diformat dalam bentuk video supaya lebih dalam dapat diresapi. Tayangan video ini dapat anda pakai untuk mengiringi meditasi anda, meditasi untuk mencabut duka, bertahap, dari dalam batin anda. Ini link ke video itu, klik saja, https://www.youtube.com/watch?v=01FX8MaQVLE&feature=youtube_gdata_player. Atau, langsung saja klik video di bawah ini:

 
Resapi juga
Puisi: Kitab Suci
Puisi: Jalan Tengah