Thursday, May 10, 2012

Irshad Manji's Media Statement May 10, 2012


May Allah, the merciful God, protect you always, Madam Irshad, from all religious evil!


Media statement
by Irshad Manji — 10 May 2012

Four years ago, I came to Indonesia and experienced a nation of tolerance, openness and pluralism. In my new book, I describe Indonesia as a model for the Muslim world.

Things have changed. Last night [May 09, 2012] at LKiS community center [in Yogyakarta, Indonesia] religious gangsters attacked about 150 citizens of Yogyakarta, as well as my team. My colleague, Emily Rees, was struck with a metal bar and had to be rushed to hospital. Her arm is now in a sling. Two other attendees sustained head injuries. I have spoken with them both and, by God’s grace, they will recover.

But the reputation of the criminals should never recover: They hid behind masks and helmets while beating up ordinary people and destroying property. These men are cowards.

In sharp contrast, the courage of several citizens saved my own life. As the gangsters shouted, “Where is Manji?,” citizens shielded my body with theirs. I am immeasurably grateful for, and humbled by, their bravery. They have shown that Indonesians can unite for human dignity.

Citizens have reported to me that their police and government are capitulating to the thugs. But the people need not capitulate. May all Indonesians take pride in their peaceful heroes — and learn from them.

Irshad Manji
Author,  Allah, Liberty and Love
and director Moral Courage Project, New York University


Media Statement
oleh Irshad Manji —10 Mei 2012

Empat tahun yang lalu, saya datang ke Indonesia dan merasakan sebuah negara yang penuh dengan toleransi, keterbukaan dan pluralisme. Karena itu, saya menyebut di dalam buku baru saya, “Allah, Liberty and Love”, bahwa Indonesia adalah contoh yang patut ditiru negara-negara muslim lainnya.

Namun sekarang banyak hal berubah. Seperti yang terjadi tadi malam [09 Mei 2012], di kantor LKiS [Yogyakarta, Indonesia] sekelompok preman berjubah agama menyerang 150 peserta diskusi sampai terluka, termasuk di antaranya asisten saya, Emily Rees. Dia dipukuli berkali-kali dengan besi panjang dan harus dilarikan ke rumah sakit. Lengannya terluka dan harus dibalut perban. Dua peserta diskusi lainnya mengalami luka cukup parah di kepala. Dan saya mengatakan kepada mereka bahwa, dengan rakhmat Allah, mereka akan segera pulih.

Tapi tidak demikian dengan para kriminal yang menyembunyikan wajah mereka di balik masker dan helm, sambil memukuli orang-orang tak bersalah dan melakukan perusakan. Mereka adalah pengecut!

Sebaliknya, ada juga para pemberani yang rela berkorban menyelamatkan nyawa saya. Di saat para kriminal tersebut berteriak-teriak, “Mana Manji? Mana Manji?”, orang-orang berjiwa pemberani tersebut menjadikan tubuh mereka sebagai perisai yang melindungi saya. Saya sangat terharu dengan keberanian mereka. Mereka telah memperlihatkan bahwa orang-orang Indonesia bisa bersatu demi martabat dan nilai-nilai kemanusiaan.

Tidak sedikit orang yang mengatakan kepada saya bahwa polisi dan pemerintah Indonesia tunduk begitu saja kepada para preman tersebut. Tapi masyarakat Indonesia tidak boleh ikut tunduk kepada mereka! Semoga seluruh masyarakat Indonesia bangga dengan—dan belajar kepada—para pahlawan perdamaian mereka.

Irshad Manji
Penulis buku Allah, Liberty and Love
dan direktur Moral Courage Project, New York University