Di atas ini, saya pasang dua foto dari satu monumen yang sama. Monumen ini berdiri di ruang luas terbuka bagian dalam Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Pada monumen ini, bertengger seekor Burung Garuda, lambang yang hebat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Burung Garuda ini mengambil posisi berdiri yang kokoh, kekar, tangguh, berani, siap, waspada dan percaya diri, dan dengan tatapan mata yang tajam ke depan. Siap menghadapi tantangan dan lawan di depannya, demi mempertahankan NKRI.
Sepasang sayapnya membentang kuat ke atas dan bertemu satu sama lain lewat sebuah Bintang yang besar dan agung, lambang Tuhan Yang Maha Esa. Posisi dan bentangan ke atas kedua sayapnya ini dengan terang dan jelas menyatakan bahwa sang Garuda ini, dengan perkenan Tuhan YME, siap selalu melindungi, menaungi dan menjaga NKRI dari setiap rongrongan dan serangan lawan, siapapun mereka.
Lambang sang Burung Garuda ini ditampilkan dengan kombinasi warna-warni yang artistik dan mengagumkan. Entah siapa senimannya. Saya ingin tahu, jika mungkin.
Kepala dan wajah sang Burung didominasi warna putih, yang bisa ditafsirkan pikirannya suci dan bersih, tak ada kegelapan sama sekali. Kedua paruhnya yang berwarna kuning keemasan mengambil sikap sigap dan siaga. Sepasang matanya yang tajam dan siaga melihat ke depan, memandang dan menafsirkan apa yang ada di depannya. Adakah bahaya? Adakah ancaman? Adakah serangan lawan? Jika ada, sang Garuda siap mencegah dan menangkal dengan gagah perkasa.
Dengan cara bagaimana sang Garuda siap mencegah bahaya yang mengancam NKRI, baik bahaya dari dalam dan bahaya dari luar, maupun bahaya dari dalam yang dikendalikan oleh pihak asing di luar yang memusuhi NKRI?
Jawabannya disediakan, berupa sasanti atau semboyan yang dibentangkan dan digenggam oleh kedua kaki sang Garuda yang lurus terbuka lebar.
Sasanti itu berbunyi HESTI WIRA SAKTI.
Hesti berarti mengejar atau berkonsentrasi dan berpacu sekuat tenaga untuk mencapai sesuatu yang agung dan mulia.
Apa yang dikejar untuk dicapai lewat konsentrasi? Ya keperwiraan. Menurut KBBI edisi ketiga, perwira adalah anggota tentara yang gagah berani, siaga dan perkasa. Kata sifat wira artinya berani, perkasa, siaga dan tangguh. Sifat-sifat ini harus menjadi bagian dari kepribadian dan mental setiap anggota TNI.
Anggota TNI bukan hanya harus menjadi tentara yang memiliki mental perwira, tetapi juga harus memiliki raga atau tubuh yang sakti lewat latihan dan gemblengan fisik yang teratur dan sistematis, lewat latihan-latihan yang tradisional dan yang modern.
Menurut KBBI edisi ketiga, sakti berarti memiliki kemampuan dan kecakapan ragawi yang melampaui kodrat alam insani yang biasa. Orang yang sakti sudah berada di atas rata-rata orang, sudah mencapai level adi-insani atau superhuman. Dapat kita katakan, orang sakti memiliki kekuatan supernatural, gaib atau transenden.
Nah, lewat setiap anggota TNI, yang menjalankan Sapta Marga dengan sungguh-sungguh, mengutamakan keperwiraan, dan memiliki kesaktian, sang Burung Garuda NKRI siap selalu melindungi, menjaga, mempersatukan, memajukan dan mengamankan negara dan bangsa Indonesia yang majemuk.
ioanes rakhmat
29 Agustus 2023