Thursday, January 30, 2020

Mineral padat debu bintang usia 7 M tahun ditemukan di Bumi

MATERIAL PADAT DEBU BINTANG USIA 7 MILYAR TAHUN DITEMUKAN DI BUMI


Partikel debu bintang yang berasal dari kurun 7 milyar tahun lalu, ketika Matahari kita belum terbentuk, ditemukan dalam sebuah meteorit yang jatuh di Australia tahun 1969, tepatnya di padang sapi Murchison, Victoria.

Inilah material padat bintang (dalam bentuk mineral keras silikon karbida) yang tertua yang pernah ditemukan para ilmuwan. Mereka bekerja sekaligus dalam gabungan tiga bidang ilmu: astrogeologi, astrofisika-kimia, dan kosmologi.

Laporan riset ilmiahnya baru dirilis awal 2020 ini. Tonton videonya di bawah ini.


Ketika bintang-bintang mati, terlontarlah partikel-partikel yang terbentuk di saat terjadi badai ledakan bintang-bintang tersebut, lalu masuk ke ruang jagat raya, membentuk klaster-klaster debu bintang, yang bercampur dengan gas-gas.

Akhirnya, klaster-klaster ini bertemu satu sama lain, luruh bersama dan membentuk bintang-bintang baru bersama planet-planet dan bulan-bulan dan meteorit-meteorit. Bintang-bintang mengalami siklus kehidupan dan kematian.

Material padat debu bintang ini menjadi sampel bintang-bintang, persisnya debu bintang yang real. Material ini ada yang terperangkap dalam meteorit-meteorit, dan berada di situ untuk kurun yang panjang, tak berubah selama milyaran tahun. Jadilah material padat ini kapsul-kapsul waktu sebelum sistem Matahari kita terbentuk yang menyingkapkan bagaimana bintang-bintang terbentuk di era prasolar.

Inilah bukti pertama era "baby boom" bagi pembentukan bintang-bintang, yang tidak berlangsung dalam kecepatan periodikal konstan, tapi fluktuatif. Ada kalanya bintang-bintang terbentuk dalam peringkat kecepatan yang tinggi, dan ada kalanya dalam peringkat kecepatan yang rendah.

Dari material padat debu bintang ini, kita dapat belajar tentang bintang-bintang induk kita, asal-usul carbon dalam tubuh kita, asal-muasal oksigen yang kita hirup, dan kurun sebelum sistem Matahari kita terbentuk, bagaimana bintang-bintang terbentuk dalam galaksi kita, dan sejarah terbentuknya galaksi Bima Sakti.

Read more:

Field Museum, "Meteorite contains the oldest material on Earth: 7-billion-year-old stardust: The ancient stardust reveals a 'baby boom' in star formation.", ScienceDaily, Jan 13, 2020,
https://www.sciencedaily.com/releases/2020/01/200113153306.htm. Lihat juga Ben Guarino, "7-billion-year-old stardust is the oldest stuff on Earth", The Washington Post, Jan 14, 2020, https://www.washingtonpost.com/science/2020/01/13/seven-billion-year-old-stardust-is-oldest-stuff-earth/.

Laporannya di jurnal PNAS, lihat Philip R. Heck, Jennika Greer, Levke Kööp, Reto Trappitsch, Frank Gyngard, Henner Busemann, Colin Maden, Janaína N. Ávila, Andrew M. Davis, Rainer Wieler, "Lifetimes of interstellar dust from cosmic ray exposure ages of presolar silicon carbide", Proceedings of the National Academy of Sciences, Jan 28, 2020, 117 (4) 1884-1889,
https://www.pnas.org/content/117/4/1884.


Tuesday, January 28, 2020

Virus nCoV-2019 bukan azab!

KRONIK COVID-19 INTERNASIONAL (Bagian 1)

Dilanjutkan ke Kronik Covid-19 Internasional (Bagian 2)

7 Juni 2020

"JANGAN PERGI, JANGAN PERGI KE AUSTRALIA...."

Jumat, 5 Juni 2020, Menteri Kebudayaan dan Turisme China menyatakan bahwa "kekerasan dan diskriminasi rasial terhadap orang China dan orang Asia di Australia makin meningkat dengan tajam."

Serangan-serangan terhadap orang keturunan Asia telah melonjak tajam di seluruh dunia selama pandemi Covid-19. Xenofobia menyebar luas.

Orang-orang Australia berdarah Asia mengalami banyak kekerasan verbal, dikata-dikatai, juga serangan fisik, termasuk diludahi dan dibatuki, digebuk, mobil mereka dilempari telur, burger dan kertas pembungkus. Mereka mengalami perlakuan rasis ini di supermarket, di jalan-jalan, di gang-gang, di taman-taman, dan berbagai tempat umum lain. Rumah-rumah mereka ada yang ditulisi kata-kata rasis. Grafiti rasis ditemukan di banyak tempat.


Menghadapi kondisi semacam itu di Australia, pemerintah China telah mengeluarkan "travel warning" bagi warga China untuk tidak berkunjung ke Australia lantaran di sana "diskriminasi dan kekerasan rasial selama pandemi coronavirus telah meluas tak terkendali."


Rasisme melahirkan penganiayaan

"Travel warning" itu sebetulnya merupakan suatu hukuman simbolik dari China terhadap Australia yang sebelumnya sudah melarang orang asing masuk selama pandemi Covid-19 ke negeri kanguru ini.

Sebelumnya, China sudah menjatuhkan dua hukuman ekonomis terhadap Australia lantaran negara ini telah mengajak dunia untuk melakukan investigasi independen atas wabah Covid-19 yang pertama kali muncul di Wuhan, China. Mereka, seperti Trump, menganggap China adalah biang keladi wabah Covid-19. Orang Australia kulit putih pun ikut-ikutan mempersalahkan pemerintah China dan orang China Australia.

Dua hukuman China tersebut adalah menunda impor daging sapi dari empat eksportir besar Australia dan menaikkan tarif ekspor barley Australia (menjadi 80%).

"Travel warning" dari pemerintah China tersebut disambut dengan antusias dan patriotik oleh warga China. Mereka mengkritik rasisme di Australia. Seorang pengguna Internet China, pada situs medsos Weibo, menulis, "Jangan pergi. Jangan pergi. Ibu pertiwi adalah tempat teraman."

"Virus corona membunuh bukan saja manusia, tapi juga multikulturalisme dan persaudaraan antarras, antaretnis dan antarbangsa."

7 Juni 2020
Pk. 01:22

https://mobile.abc.net.au/news/2020-05-14/racism-in-australia-during-the-coronavirus-covid-19-pandemic/12234832?nw=0&pfmredir=sm

https://www.abc.net.au/news/2020-06-06/do-not-travel-to-australia-china-warns-citizens-of-racism/12328488

https://www.nytimes.com/2020/06/05/world/coronavirus-updates.html#link-4be08e60
__________________

6 Juni 2020

ANAK-ANAK TERINFEKSI COVID-19 DI INDONESIA MAKIN BANYAK

Kita mulai dengan data nasional Indonesia dulu. Sabtu, 6 Juni 2020, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 993 orang. Ini angka tertinggi sejak kasus pertama ditemukan (Senin, 2 Maret 2020). Total kasus terinfeksi harian kumulatif hari ini mencapai 30.514 orang.

Sebelum hari ini, kasus positif terinfeksi tertinggi kedua sejumlah 973 orang terjadi Kamis, 21 Mei; dan kasus tertinggi ketiga sejumlah 949 orang dialami Sabtu 23 Mei.


Sekarang kita fokus lagi ke anak-anak Indonesia yang terjangkit Covid-19. Menurut data Kemenkes RI 30 Mei 2020, kini ada 1.851 anak positif terinfeksi (usia di bawah 18 tahun). Dari jumlah ini, kasus tertinggi mencakup DKI Jakarta 333 anak, Jatim 306 anak, Sumsel 181 anak, Sulsel 151 anak, Jateng 100 anak, NTB 84 anak. Dari jumlah ini, anak yang mati mencapai 29 anak.

Data 22 Mei 2020, anak dalam status ODP mati 41 orang. Dalam status PDP 383 anak mati.

Nah, dibandingkan data 2 minggu sebelumnya, 13 Mei 2020, jumlah anak yang mati meningkat 3 kali lipat. Pada 13 Mei, anak positif terinfeksi mencapai 584 kasus, dengan 14 anak di antaranya telah mati.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, 30% dari jumlah anak yang mati berusia 0-1 tahun. Umumnya, kematian anak terjadi karena mereka terlambat dideteksi, tidak cepat ditangani, pemeriksaan yang lemah, juga karena ada penyakit lain ikutan (komorbit) seperti sakit kurang gizi, anemia, obesitas, pertumbuhan yang lambat, diare dan pneumonia. Juga karena mereka tidak didisiplinkan untuk menjalankan protokol kesehatan di masa epidemi Covid-19. Mereka terinfeksi juga karena orangtua yang baru pulang kerja tidak membersihkan tubuh dan ganti baju.


Kompas TV, 3 Juni 2020, memberitakan bahwa di Jawa Timur (kini telah menjadi zona hitam), ada 4.920 anak balita telah terjangkit virus corona. Duuuuh!

Dari data global, anak-anak yang positif terinfeksi namun tanpa gejala (asimtomatik) mencapai 10-13% dari total kasus. Dari antara negara-negara ASEAN, jumlah kasus anak-anak positif terinfeksi tertinggi ada di Indonesia. Jika tes swab juga gencar dilakukan pada anak-anak Indonesia, jumlah anak-anak yang terdeteksi telah positif terinfeksi akan pasti melonjak. Ini yang belum dilakukan pemerintah.

Mengetahui data di atas, saya tidak yakin kalau ada orangtua yang merasa aman dan tenteram saja jika anak-anak mereka nanti (13 Juli 2020) kembali ke sekolah masing-masing meski "gaya hidup normal baru" di sekolah didisiplinkan untuk dijalankan siswa-siswi. Ini memang soal yang cukup sulit. Pada satu segi, orangtua menjadi was-was; pada segi lainnya, anak-anak umumnya akan senang karena dapat kembali masuk sekolah, bertemu teman dan dapat bermain bersama lagi.

Mari kita tengok Korea Selatan.

SETELAH YAKIN SUKSES mengontrol wabah Covid-19 lewat program 3T ("trace, test, treat"), Korsel membuka kembali sekolah-sekolah Rabu, 27 Mei. Ribuan pelajar kembali ke sekolah di saat pemerintah Korsel mulai melonggarkan pembatasan-pembatasan sosial.

Tapi sehari kemudian, 28 Mei, ratusan sekolah terpaksa ditutup kembali karena muncul 79 kasus terinfeksi baru, angka tertinggi dalam dua bulan terakhir.

Kebanyakan kasus baru ini terkait dengan kawasan pusat pergudangan dan pendistribusian e-commerce di luar ibukota Seoul, yakni di kota Bucheon, yang dikelola firma Coupang. Para pegawai firma ini ditemukan tidak mentaati protokol kesehatan di masa epidemi Covid-19.

Sebanyak 251 sekolah di Bucheon terpaksa ditutup kembali. Setelah itu, 117 sekolah di Seoul juga terpaksa menunda pembukaan kembali.

Terlihat, pemerintah Korsel sangat peduli pada para siswa yang sangat mungkin rentan tertular kalau tetap diharuskan masuk sekolah ketika coronavirus didapati masih belum dapat dikontrol. Indonesia perlu belajar dari pengalaman Korsel ini.

"Bersalahkah orangtua, jika melalui mereka atau karena kealpaan mereka anak-anak mereka tertular Covid-19?"

Sabtu, 6 Juni 2020

https://bnpb.go.id/berita/penambahan-kasus-positif-covid19-capai-rekor-terbanyak-jawa-timur-paling-tinggi

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/sains/read/2020/06/04/170300423/kematian-anak-indonesia-karena-corona-tertinggi-di-asean-ini-sebabnya

https://www.voaindonesia.com/amp/tingkat-kematian-anak-indonesia-akibat-covid-19-tertinggi-di-asean/5441432.html

https://www.bbc.com/news/amp/world-asia-52845015

_______________

3 Juni 2020

DISINFEKTAN BAHAN BAKU AIR, AMAN BAGI TUBUH DAN MAKANAN


Suatu teknologi baru disinfektan dan sanitasi yang menggunakan bahan baku air kran yang dielektrifikasi untuk menghasilkan asam hypochlorous dengan tingkat keasaman yang dibatasi, telah dihasilkan dan dipatenkan di Israel.

Teknologi disinfektan air ini dikembangkan oleh tim elektrokimia dari Department of Chemistry dan Institute of Nanotechnology and Advanced Materials, Bar-Ilan University. Tim ini terdiri atas Dr. Eran Avraham, Dr. Izaak Cohen, dan Prof. Doron Aurbach (ketua tim). Teknologi ini diaplikasikan dan dipasarkan oleh perusahaan startup RD Pack.

Cairan disinfektan asam hypochlorous tidak berbahaya bagi kulit manusia atau makanan, dan bekerja cepat dan efisien untuk membunuh virus, bakteri dan patogen lain.

Disinfektan asam hypochlorous disemprotkan merata ke orang yang melewati bilik panjang berkaca ("tunnel") yang kerangkanya dibuat dari aluminium dan polikarbonat. Bilik panjang ini harus dilewati sebelum orang (dengan tetap memakai masker) masuk ke ruang-ruang publik besar, seperti sinagog, gedung pertunjukan, stadion olah raga (tanpa penonton, hanya pemain dan anggota keluarga mereka), sekolah, dan lain-lain.

Virus corona dan berbagai pathogen lain yang lewat droplets atau aerosol menempel pada pakain dan tubuh akan terbunuh jika orang telah melewati bilik panjang disinfektan asam hypochlorous. Orang yang telah disemprot merata oleh disinfektan air ini tersterilisasi penuh. Hal ini mencegah atau mengurangi penyebaran coronavirus di masa pandemi Covid-19.

3 Juni 2020

https://www.timesofisrael.com/israeli-disinfectant-tunnel-may-lead-way-to-safer-public-events-during-pandemic/

__________________

31 Mei 2020

SEKALI LAGI: PSBB DAPAT MULAI DILONGGARKAN...

Hanya jika:
1. "Reproduction number" (R/R0) lebih kecil dari 1 (<1). R adalah jumlah orang yang akan tertular dari satu orang yang sudah terinfeksi.


Perhatikan kurva sumbu x dan sumbu y terlampir. Selisih kasus terinfeksi sangat besar ketika R<1 (0,5 dan 0,9) berubah jadi R=1 dan R=1,1. Selisihnya ribuan hingga puluhan ribu kasus.

2. Kurva kasus terinfeksi harian kumulatif harus sudah turun dan terus melandai.

Ini berlaku bagi kurva daerah dan kurva nasional. Kurva nasional harus jadi patokan utama sebab virus corona tak memilih daerah mana yang akan dilandanya lewat mobilitas tinggi penduduk.

3. Simtom terinfeksi makin banyak simtom ringan, dan simtom sedang, berat dan kritis terus berkurang signifikan.

Tiga hal di atas dicapai lewat intervensi manusia. Meski sudah tercapai, serangan gelombang kedua akan masih terjadi, sebelum vaksinasi dilakukan. Be alert!

"Tak ada era New Normal jika wabah makin banyak memakan korban."

31 Mei 2020
pk. 23:51

https://www.bbc.com/news/health-52473523
_________________

30 Mei 2020

DISINFEKTAN atau SANITIZER CAHAYA ULTRAVIOLET-C

Sudah lama diketahui bahwa sinar ultra violet (UV) Matahari membunuh bakteri, virus dan kuman-kuman sebagai "disinfektan/sanitizer cahaya".

Tapi UV cahaya Matahari ada tiga jenis: UVA, UVB dan UVC. UV jenis mana yang dapat digunakan untuk membunuh virus, bakteri dan kuman-kuman? Ketiganya dapat, tapi dengan tingkat kepastian yang berbeda.

Mari kita kenali dulu masing-masing dengan singkat. Radiasi UVA terbanyak mencapai permukaan Bumi, mampu menembus ke dalam kulit, yang menyebabkan hingga 80% penuaan kulit, keriput, dan bercak hitam pada kulit lansia.

UVB dapat merusak DNA dalam kulit, membuat kulit "terbakar" ("sunburn"), dan akhirnya, sama seperti UVA,  menimbulkan kanker kulit. Juga dapat merusak kornea mata.

UVC memiliki panjang gelombang yang lebih pendek, tetapi berenerji lebih besar. UVC bekerja bagus dalam menghancurkan material genetik (dalam diri manusia dan dalam partikel virus). Untungnya, UVC tak bisa langsung mencapai permukaan Bumi karena terfilter oleh ozon di atmosfir Bumi.

Untuk membakar kulit, UVB memerlukan waktu berjam-jam, tapi untuk hal yang sama UVC cuma perlu waktu beberapa detik.

Nah, di tahun 1878 para ilmuwan menemukan UVC dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme. Sesudah itu, dibuatlah UVC artifisial sebagai sebuah metode sterilisasi.

Sudah diketahui, radiasi UVC terhadap virus SARS mematahkan struktur material genetik virus ini dan mencegahnya memperbanyak diri.

Belum lama ini, para ilmuwan menemukan suatu jenis baru UVC yang kurang berbahaya dan masih mampu untuk membunuh virus dan bakteri. Yakni UVC jenis "far UVC" yang memiliki panjang gelombang (wavelength) 222 nanometer, yang tidak merusak DNA kulit manusia. Mesin-mesin, instrumen-instrumen dan robot-robot "disinfektan" atau "sanitizer" cahaya kini memakai "far UVC" artifisial.


Dalam beberapa bulan terakhir ini, perusahaan-perusahaan yang selama ini memproduksi disinfektan cahaya sedang mengembangkan instrumen-instrumen medis "far UVC" (untuk dipakai di rumah-rumah sakit) dan instrumen-instrumen "far UVC" yang dipakai di rumah dan tempat-tempat indoor lain (seperti ruang dalam pesawat udara, ruang kantor, ruang toko, restoran, dll) sebagai disinfektan cahaya untuk menetralisir dan membunuh virus corona.


Mesin UVC sebagai mesin cahaya disinfektan yang digunakan dalam ruang dalam pesawat udara, rumah sakit, dll

Bagaimana jika yang dipakai cahaya Matahari alamiah saja, yang memancarkan UVA dan UVB sampai ke permukaan Bumi?

Ya, UVA dan UVB Matahari tentu saja dapat membunuh virus dan bakteri.

Persoalannya, kita belum tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk cahaya Matahari dapat membunuh virus yang mengapung di udara terbuka outdoor dan di udara indoor.

Yang sudah diketahui adalah bahwa makin lama partikel virus flu terpapar pada cahaya Matahari, apalagi cahaya Matahari yang terkonsenstrasi, makin lemah daya menginfeksi partikel virus ini.

Jadi, membiarkan cahaya Matahari (UVA dan UVB) masuk dengan leluasa selama beberapa jam ke rumah anda, atau ke ruang-ruang indoor lain (apalagi yang minim atau tanpa ventilasi), sangat perlu untuk bisa menetralisir virus corona yang mengapung sebagai aerosol di udara indoor. Hal ini sudah saya tulis jauh di bawah (18 April 2020).


Bekerja tanpa akal!

Sebagai negara tropis, Indonesia kaya dengan cahaya Matahari, ditambah lagi dengan tingkat kelembaban udara yang tinggi. Manfaatkanlah kekayaan ini dengan benar.

Harus diingat, cahaya UVC tidak bisa menyembuhkan pasien Covid-19 yang sedang dirawat di rumah sakit. Instrumen "far-UVC" digunakan sebagai disinfektan atau sanitizer saja, untuk membunuh virus corona di luar tubuh.

"Hanya Donald Trump yang cukup gila menganjurkan disinfektan disuntikkan atau diinfus ke dalam tubuh untuk membunuh virus corona. Kita tidak mau ikut gila."

30 Mei 2020
1 Juni 2020

https://www.webmd.com/lung/news/20200519/coronavirus-puts-uv-in-the-disinfectant-spotlight

https://www.bbc.com/future/article/20200327-can-you-kill-coronavirus-with-uv-light

_________________

28 Mei 2020

TESTING SWAB BESAR-BESARAN DI WUHAN MENGAWALI PEMBUKAAN KEMBALI EKONOMI

https://www.nytimes.com/2020/05/26/world/asia/coronavirus-wuhan-tests.html


LEBIH DARI 6,5 juta penduduk kota Wuhan, China, yakni kurang lebih 80% populasi kota ini (total 11 juta), telah ditest swab virus corona hanya dalam 9 hari.

Gebrakan testing yang luas ini perlu untuk mencegah gelombang kedua wabah Covid-19 melanda kota yang menjadi episentrum pertama wabah ini. Ribuan pekerja medis dan tenaga kerja lain dimobilisasi, dengan menelan biaya ratusan juta USD yang sepenuhnya ditanggung negara.

Testing swab asam nukleid berskala satu kota ini dilakukan untuk memulihkan kepercayaan publik yang dibutuhkan dalam keikutsertaan memulai kembali ekonomi dan menjalani kembali kehidupan normal dalam tingkat tertentu. (Catat: tanpa "the new normal" ya!).

Jika orang yang belum lama ini ditest, termasuk anak-anak, dihitung juga, maka 90% penduduk Wuhan telah ditest swab. Langkah besar ini dengan kuat mengonfirmasi bahwa Wuhan sudah menjinakkan wabah Covid-19.

Pada Selasa, 26 Mei 2020, hanya ada kurang lebih 200 kasus ditemukan, yang kebanyakan asimtomatik, meski sampel-sampel masih sedang diproses.

Lab-lab di China sebelumnya mampu memproses rata-rata hanya 46.000 test per hari. Pada Jumat, 22 Mei, sudah mampu memproses 1,47 juta test per hari.


Pemkot Wuhan berkomitmen untuk tidak ada satu orang pun yang tertinggal. Para petugas yang diperintahkan untuk "mengecek kebocoran-kebocoran dan celah-celah", juga mendatangi pintu demi pintu untuk mendaftarkan penduduk dan mengantar mereka ke stasiun-stasiun testing di sekitar.

Telah diumumkan ke publik bahwa penduduk yang menolak ditest akan melihat "kode-kode kesehatan yang dikeluarkan pemerintah akan diturunkan", misalnya dari hijau ke kuning. Jika ini terjadi, warga yang membangkang akan menerima akibatnya: hak mereka untuk bekerja dan mengadakan perjalanan akan dibatasi.

"Jika anda tidak mau ikut ditest, anda tidak diperbolehkan masuk ke supermarket atau ke bank. Kode hijau anda akan diturunkan menjadi kuning. Ini akan membuat kehidupan anda tidak nyaman dijalani." Tidak ada jampi-jampi "terserah dan semau gue" di negeri ini.

Bagaimana testing berskala satu kota itu bisa dilakukan dengan begitu cepat?

Ya, karena pemkot Wuhan memakai metode "batch testing", yakni menggabung sejumlah swab dari orang-orang yang berbeda, sebagai satu grup, ke dalam satu tabung plastik untuk dianalisis dengan menggunakan satu test saja. Jika hasilnya negatif, berarti semua sampel dapat dibuang. Tetapi jika hasil test satu tabung batch positif, maka pekerja-pekerja medis akan kembali mendatangi setiap orang dalam grup mereka untuk ditest kembali orang per orang.

Tentu, testing per grup ini berjalan hanya di kawasan-kawasan yang memiliki sedikit orang yang terinfeksi. Jika angka terinfeksi sangat tinggi dalam suatu komunitas, kebanyakan grup pasti akan harus ditest ulang. Alhasil, tujuan efisiensi dan percepatan testing per grup gagal dicapai.

Selain memberi dasar ilmiah (bukan dasar politik!) bagi pembukaan kembali ekonomi Wuhan, orang Wuhan yang telah menerima test juga akan menerima manfaat psikologis: mereka jadi tenteram dan ketakutan hilang. Kecurigaan terhadap orang lain juga menipis atau lenyap.

"Orang mungkin berpikir, enak sekali jika berdiam di China. Meski sistem pemerintahannya bukan demokrasi, pemerintah di sana ternyata bertindak ilmiah dan mau memberi ketenteraman pada warga mereka di masa pandemi Covid-19. A real wonder."

28 Mei 2020
pk. 22:55

_____________________

28 Mei 2020

BUKAN "THE NEW NORMAL", TAPI "THE ABNORMAL"!


https://www.newscientist.com/article/2237475-covid-19-news-boris-johnson-admits-uk-was-unprepared-for-pandemic/

On May 27, 2020, 5 pm BST, the Covid-19 death toll in US reached 100,000. It is not a mere big number, but rather human beings who died tragically.

Can you accept this tragedy as "THE NEW NORMAL"? I can't. It is the ABNORMAL. It is the heartbroken result of a massively failed virulent crisis management in the modern US.

Pada 27 Mei 2020 (pk. 08 pm BST), jumlah kematian karena Covid-19 di Amerika mencapai 100.000 orang. Ini bukan sekadar sebuah bilangan yang besar, tapi manusia-manusia yang telah mati dengan tragis.

Apakah anda dapat menerima tragedi ini sebagai THE NEW NORMAL? Saya tidak dapat. Ini adalah ABNORMAL. Ini adalah akibat yang memporakporandakan hati dari kegagalan besar suatu manajemen krisis yang mematikan di Amerika yang modern.


BERI NILAI 10 untuk Donald Trump, presiden tersukses dalam sejarah Amerika, dan dalam mengontrol dan menanggulangi epidemi Covid-19 di Amerika. Sukses mencapai 100.000 kematian orang Amerika karena Covid-19. When leaders are living a life IN DENIAL and COGNITIVE DISSONANCE, then a MAKE-BELIEVE world is their only home.


28 Mei 2020
30 Mei 2020
________________________

27 Mei 2020

GEREJA, SEKOLAH, DAN "A NEW NORMAL"

Saya baru saja membaca sebuah surat edaran dari pimpinan Majelis Jemaat GKI Kepa Duri (26 Mei 2020), Jakarta Barat, yang merujuk ke surat pimpinan Sinode GKI (23 Mei 2020), bahwa "shutdown" seluruh kegiatan kontak fisik gereja diperpanjang sampai 28 Juni 2020.

Itu berarti, kegiatan-kegiatan yang sudah dijalankan online sejak PSBB diberlakukan, atau yang dihentikan sementara (seperti pelawatan tatap muka, latihan paduan suara, dll), dipertahankan lagi hingga 28 Juni mendatang. Alasan yang dipakai: epidemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir. Ini alasan yang berbasis ilmu pengetahuan.


Di masa epidemi dan kehidupan berlangsung dalam "a new normal", gereja yang normal tidak akan lagi mengadakan ibadah yang luar biasa ramai!

Ya, saya menyambut baik keputusan tersebut. Terkait epidemi, ada beberapa kurva yang perlu diperhatikan jika PSBB (baca "a soft lockdown") mau dilonggarkan atau ditiadakan.

Yang paling utama adalah kurva kasus terinfeksi harian kumulatif, yang menunjuk pada jumlah kasus terkonfirmasi orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 dari hari ke hari kumulatif. Di samping itu, "rate of transmission" atau "reproduction number" (RO), yang menunjukkan jumlah orang lain yang terinfeksi dari satu orang yang sudah terinfeksi, harus lebih kecil dari 1 (<1). Biarlah, RO sekarang ini dihitung sendiri oleh para epidemiolog Indonesia.

Saat ini, cukup kita berpedoman pada kurva kasus terinfeksi harian aktif. Kurva ini masih terus menanjak, makin tinggi, belum tiba di puncaknya, dan sama sekali belum turun, melandai sampai akhirnya mengempes. Ini kurva kategori kritis. "Flat curve" belum terjadi. Artinya, wabah Covid-19 sedang makin meluas, jumlah orang terinfeksi makin banyak. Epidemi masih dalam level kritis, masih jauh untuk berakhir.

Nah, salah satu langkah mitigasi untuk memperlambat atau menurunkan rate penyebaran virus adalah "physical/social distancing", selain pemakaian masker, menjauhi dan tidak membuat kerumunan, ditambah menjaga kebersihan tubuh, dll.

Dalam sikon epidemi yang memang sangat rawan ini, adalah tepat jika peribadatan gereja dalam berbagai bentuk tetap dijalankan online. Dan yang memerlukan pergerakan warga, seperti pelawatan atau aktivitas pelkes dll ke daerah-daerah, dihentikan dulu.

Nah, GKI Sinwil Jabar juga mengelola sekolah-sekolah dan universitas dan lain-lain kegiatan yang terkait dengan pendidikan dan pembelajaran. Ini bagaimana?

Saya tidak tahu seberapa jauh kebijakan PSBB dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) via Internet diterapkan di universitas-universitas yang dikelola GKI (Am). Yang terlibat di wilayah ini, ya orang-orang dewasa. Tentu mereka tahu bagaimana hidup dan belajar dan berprestasi dalam sikon yang oleh WHO kini dinamakan "a new normal" khususnya bagi kehidupan manusia di negara-negara yang kurva kasus terinfeksi harian kumulatif mereka sudah datar atau sudah kempes. Tak ada lagi kasus terinfeksi baru dalam jumlah besar. Usaha "flattening the (case) curve" mereka berhasil, sambil tetap mewaspadai dengan sangat serius kemungkinan serangan virus gelombang kedua, di mana-mana, selama vaksinasi belum dilakukan.

Indonesia, untuk tiba di "flat (case) curve", waaaah masih lamaaaa.

"A new normal" di Indonesia (yang merupakan versi "a very very soft lockdown") sangat mungkin belum waktunya diterapkan, dan jika diterapkan (seperti halnya PSBB) mungkin sekali juga tidak akan jalan mengingat karakter dan gaya hidup "semau dan terserah gue" melekat kuat pada diri sangat banyak orang Indonesia. Kalaupun cukup berjalan, ya paling banter di kalangan menengah ke atas yang mau berpikir, ingin hidup panjang umur, dan sukses dalam karir di masa kini dan di masa depan. Berpikir maju, bukan berpikir di tempat, tanpa gerak ke depan.

Jadi, akan jauh lebih kecil risiko terpapar virus corona jika ibadah online terus dijalankan, dibandingkan ibadah konvensional dijalankan kembali, yang mengharuskan umat berkumpul ramai (dengan menjalankan protokol kesehatan) dalam suatu ruang ibadah yang tertutup, tanpa cahaya Matahari masuk, dan tanpa ventilasi untuk droplet aerosol (yang mengandung virus corona) mengalir keluar dan tidak mengapung di udara indoor.

Apakah para pendeta setempat siap jika dalam satu hari Minggu, diadakan 7-10 kali kebaktian Minggu, dengan setiap kebaktian diikuti maksimal 20 orang? Pasti tidak siap, dan akan menimbulkan masalah dalam alokasi waktu ibadah dan pelibatan SDM lain penopang.

Saya sekarang mau fokus ke anak-anak sekolah. Ada kabar, Menteri P&K berencana membuka kembali aktivitas sekolah tahun ajaran 2020-2021 pada 13 Juli 2020. Itu berarti, jika rencana ini tidak dibatalkan karena ditentang publik, siswa-siswa di sekolah-sekolah (dari jenjang PAUD/TK hingga SMA) yang dikelola GKI akan kembali datang ke sekolah dan belajar di sana lewat tatap muka dan interaksi fisik. Tentu, "a new normal" pasti diharuskan pemerintah untuk diciptakan di kegiatan-kegiatan pembelajaran dan di saat istirahat dll.

Nah, jika itu yang akan dijalankan, pasti akan timbul masalah serius pada anak-anak dan guru-guru mereka, dan secara tidak langsung juga pada orangtua mereka. Covid-19 akan makin meluas. Isak tangis akan terdengar di mana-mana. Kok begitu? Ya, karena ada data berikut ini.

Data Kemenkes RI (22 Mei 2020) menunjukkan dari seluruh kasus terinfeksi SARS-CoV-2 di Indonesia, 4% menimpa anak-anak usia 0-14 tahun. Artinya, ada 831 anak Indonesia usia tersebut yang sakit Covid-19 (dari total kasus terinfeksi 20.796). KPAI juga memakai data ini untuk memberi respons perlindungan terhadap anak-anak Indonesia.

Pada minggu-minggu awal pecahnya pandemi Covid-19, dengan episentrum pertamanya di Wuhan, diagnosa-diagnosa di banyak negara menunjukkan anak-anak hanya menunjukkan simtom terinfeksi yang sangat ringan, dan mereka malah tampak lebih berdaya tahan dibandingkan orangtua mereka. Bukti-bukti baru menunjukkan anak-anak sama rentan dengan orang dewasa terhadap infeksi virus corona baru. Semua golongan umur kini dipandang potensial terjangkit Covid-19, termasuk bayi. Yang paling tinggi risiko matinya tentu saja para penderita Covid-19 usia lanjut dan yang serentak juga menderita penyakit-penyakit berbahaya dan kritis.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengumpulkan data dari seluruh Indonesia. Ditemukan, ada 129 anak yang telah mati karena Covid-19, yang termasuk status Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan 14 anak mati dengan status positif terinfeksi. Cukup mengejutkan, menurut IDAI, anak di Indonesia yang berstatus PDP ada 3.400 anak, dengan 584 positif terinfeksi, dan mati 14 anak.

Nah, dengan kondisi seperti itu pada anak-anak Indonesia di masa epidemi Covid-19, dan kondisi ini tentu akan makin memburuk, apakah sudah waktunya sekolah-sekolah dibuka kembali 13 Juli 2020, kurang lebih 6 minggu lagi, waktu yang terlalu cepat dalam suatu epidemi yang terus meluas dengan cepat.

KPAI telah melakukan survei online lewat Facebook terkait rencana pembukaan kembali sekolah 13 Juli 2020. Setelah 6 jam ditunggu, masuk 87 respons dari facebookers (info 26 Mei 2020). Para responden tersebut mencakup guru, orangtua dan tenaga kesehatan, dari banyak kota di Indonesia.

Sebagian besar responden, 71%, menyatakan tidak setuju jika sekolah dibuka kembali secepat itu. Alasan mereka bisa diterima: keselamatan guru dan anak terancam; tidak percaya bahwa protokol kesehatan dalam "a new normal" akan berjalan dalam sekolah dan di saat pulang sekolah.

Sejumlah 20% setuju, dengan alasan: anak-anak sudah jenuh belajar jarak jauh dari rumah; tak bisa menjalankan PJJ secara online karena keterbatasan devices dan kuota Internet; tak punya uang untuk membeli kuota Internet. Mereka yang setuju ini juga mengakui pentingnya protokol kesehatan diterapkan di sekolah saat nanti dibuka kembali.

Ketum IGI (Ikatan Guru Indonesia) menyatakan, pada satu pihak, bahwa guru dan siswa mengalami kerugian di masa epidemi Covid-19 karena PJJ lewat online tidak berjalan maksimal, bukan gagal, karena ada muatan-muatan lain titipan diluar yang telah diatur dalam kurikulum online. Alhasil, banyak siswa yang tidak dapat menguasai seluruh mata pelajaran dalam kurikulum yang diberikan.

Pada pihak lain, IGI mengusulkan tahun ajaran baru diundur ke Januari 2021 supaya persiapan dapat lebih matang dan komprehensif, dan kompetensi serta kecakapan guru saat ini dapat ditingkatkan maksimal dalam menjalankan PJJ online dengan efektif dan efisien.

Well, dengan memanfaatkan info-info tersebut di atas, dan dengan melihat kurva kasus di Indonesia yang masih dalam kategori kurva kritis (menanjak terus), dan dengan memperhatikan juga pernyataan para epidemiolog bahwa kini di Indonesia sudah tidak ada lagi kawasan zona hijau (semua sudah zona merah), keputusan yang paling tepat dan bertanggungjawab adalah menunda pembukaan kembali sekolah-sekolah sampai awal 2021.

"Datarkan kurva dulu, 'flatten the curve', jika kita ingin menyelamatkan kehidupan, setelah itu secara bertahap kita masuk ke 'a new normal', untuk mencoba membangkitkan kembali ekonomi."

27 Mei 2020

https://www.google.com/amp/s/m.jpnn.com/amp/news/sekolah-lagi-mulai-13-juli-kpai-ingatkan-ratusan-anak-tertulari-covid-19

https://m.jpnn.com/amp/news/71-persen-responden-tak-setuju-sekolah-dibuka-juli

https://m.jpnn.com/amp/news/ketum-igi-guru-dan-siswa-rugi-rugi-besar-kalau-tahun-ajaran-baru-tidak-diundur
_____________________

27 Mei 2020 (a)

THIS IS "A NEW NORMAL" LIFE*


1. Saat dua orang bercakap-cakap di pantai yang sepi sekalipun
2. Saat siswa-siswi SD duduk belajar di ruang kelas yang lengang
3. Saat warga gereja beribadah di katedral megah dan besar yang kosong
4. Saat seorang ibu lansia dan puterinya bertemu lalu berangkulan

Apakah orang Indonesia akan tahan?

Gaya hidup new normal_di negeri ini, paling banter jalan di masyarakat menengah ke atas, yang biasa memakai akal sehat (bagus jika ditambah akal ilmiah) dan ingin sukses dalam karir dan hidup panjang umur lewat kerja cerdas dan hidup sehat.

Di masyarakat akar rumput, yang bergaya hidup "semau gue dan terserah gue", A NEW NORMAL LIFE_akan membuat mereka gerah dan merasa dikekang luar biasa. Lalu, kembali lagi, masa bodo.

"Bertempur dengan virus corona adalah juga bertempur melawan sikap mental 'hidup semau gue', hidup 'terserah gue'. Bertempur di dua front, minimal: revolusi metode pengembangan vaksin dan revolusi mental."_

27 Mei 2020
_______________________

26 Mei 2020

DATA GLOBAL COVID-19 PILIHAN
per 26 Mei 2020, pk. 20:08 WIB

https://coronavirus.jhu.edu/map.html

DUNIA:
Kasus terinfeksi 5.519.878
Mati: 346.836
"Case Fatality Rate" (CFR): 6,3%

USA (1.662.768) (98.223)(5,9%)
Brazil (374.898) (23.473) (6,3%)
Russia (362.342) (3.807) (1%)
Inggris (262.547) (36.996) (14%)
Spanyol (235.400) (26.834) (11,4%)
Italia (230.158) (32.877) (14,3%)
Prancis (183.067) (28.460) (15,5%)
Jerman (180.802)(8.329) (4,6%)
Turki (157.814) (4.369) (2,8%)
Iran (139.511) (7.508) (5,4%)
Swedia (34.440) (4.125) (12%)

ASIA
India (146.498) (4.187) (2,9%)
Singapura (32.343) (23) (0,07%)
Indonesia (23.165) (1.418) (6%)
Jepang (16.581) (830) (5%)
Korsel (11.225) (269) (2,4%)
Malaysia (7.604) (115) (1,5%)
Thailand (3.045) (57) (1,9%)
Taiwan (441) (7) (1,6%)
Vietnam (327) (0) (0%)
Mongolia (141) (0) (0%)
Kamboja (124) (0) (0%)
Timor Leste (24) (0) (0%)
Laos (19) (0) (0%)

N.B.
CFR ("death rate") tertinggi di Eropa
1. Prancis 15,5%
2. Italia 14,3%
3. Inggris 14%
4. Swedia 12%
5. Spanyol 11,4%

Kasus di Brazil sekarang ada di urutan kedua, di bawah USA.

CFR tertinggi di Asia masih tetap Indonesia 6%. Di Singapura kasus terus melonjak makin tinggi, kini mencapai 32.343, dengan CFR rendah 0,07%. Jumlah kasus tertinggi dialami India (146.498), tapi dengan CFR rendah 2,9%.

"Angka-angka menjauhkan kita dari manusia-manusia real yang sedang sakit atau yang sudah mati. Tapi tak ada jalan untuk membuang angka-angka."

26 Mei 2020
Pk. 22:33
_______________________

26 Mei 2020 (a)

DAHLAN ISKAN TIDAK (CERMAT) MEMBACA!


Koran The New York Times, 24 Mei 2020, di halaman depan memuat daftar dan info 1.000 (seribu) nama orang Amerika yang telah mati karena Covid-19, dari kurang lebih 100.000 orang yang kini telah menjadi korban.

Dalam kolomnya yang beredar lewat WA, 26 Mei 2020, Dahlan Iskan menulis bahwa di halaman depan koran NYT yang sudah saya sebut di atas dipasang "Hanya deretan 100.000 (seratus ribu) nama dengan huruf yang sangat kecil."

Dahlan Iskan keliru. Mana mungkin 100.000 nama, ditulis dengan huruf sekecil apapun, dapat tertampung pada 1 halaman depan koran. Dia belum membaca pengantar yang ditulis NYT, atau dia salah baca. Entahlah.

Yang pasti, 100.000 orang itu bukan cuma angka atau data, tetapi manusia, orang Amerika, bagian populasi dunia yang berhak hidup sehat dan panjang umur.

"Virus corona tidak menginfeksi dan membunuh angka-angka dan bilangan-bilangan dan berbagai kurva epidemik, tetapi menginfeksi dan membunuh manusia!"

26 Mei 2020
_______________________

25 Mei 2020

DITEMUKAN, CERPELAI MENULARKAN VIRUS KE MANUSIA


Menteri agrikultur Belanda, Senin, 25 Mei 2020, menyatakan telah menemukan kasus kedua penularan virus corona dari cerpelai ("mink") yang telah terinfeksi ke manusia. Seekor cerpelai di selatan Belanda ditemukan terinfeksi pertama kali 26 April 2020.

Cerpelai yang terinfeksi itu ditemukan di 4 dari 155 kawasan peternakan cerpelai yang bulunya diperlukan untuk membuat coat atau jaket bulu.

Tidak dikatakan dengan rinci, lewat medium apa cerpelai itu terinfeksi. Yang baru diketahui, satu cerpelai terinfeksi lewat seorang yang sedang sakit. Selebihnya, masih sedang diselidiki.

Mungkin juga, seperti di China, bisa lewat kelelawar, atau luwak, atau hewan lain yang hidup di lapangan-lapangan terbuka. Sejauh ini, terkait kasus di Wuhan, trenggiling dan luwak dianggap sebagai hewan-hewan perantara yang menularkan virus corona dari kelelawar ke manusia, selain bisa langsung dari kelelawar ke manusia lewat mekanisme Horizontal Gene Transfer.

Kasus pertama di AS hewan ditest positif terinfeksi virus corona dialami seekor harimau di sebuah kebun binatang di New York City.  Harimau ini kelihatan sedang sakit saluran pernafasan. Sampel-sampel dikumpulkan dari harimau ini setelah sejumlah singa dan harimau di sana menunjukkan tanda-tanda sedang sakit saluran pernafasan. Mungkin "kucing-kucing besar" ini tertular SARS-CoV-2 dari seorang pekerja kebun binatang yang telah terinfeksi virus corona. Sementara ini, penyelidikan masih dilanjutkan.

CDC Amerika menyatakan bahwa "Pada saat ini, tidak ada bukti bahwa hewan-hewan memainkan peran yang signifikan dalam penyebaran virus penyebab Covid-19. Berdasarkan informasi terbatas yang kini tersedia, risiko hewan-hewan menularkan Covid-19 ke manusia dipandang kecil."

Situasi akan makin sulit seandainya nanti ditemukan bahwa hewan-hewan peliharaan dalam rumah (pet) yang bisa terinfeksi lewat cara-cara tertentu, akan menularkan virus SARS-CoV-2 ke orang-orang dalam keluarga yang memelihara mereka. Hingga saat ini, belum ada kasusnya. Kita maunya hal ini tidak akan terjadi. Semoga.

"Berhadapan dengan virus corona baru, tidak ada pendapat apapun yang dapat dimutlakkan. Virus ini masih menyimpan banyak teka-teki hingga bertahun-tahun ke depan. Bukti-bukti baru akan mengubah pandangan-pandangan kita. Jangan kita menjadi dogmatis."

25 Mei 2020

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/daily-life-coping/animals.html
_________________________

25 Mei 2020 (a)

"SOCIAL DISTANCING" dan ANGKA KEMATIAN



Makin cepat "social distancing" dan langkah-langkah mitigasi penularan virus diberlakukan, makin sedikit jumlah orang yang mati.

Perintah menjalankan "social distancing", menutup sekolah-sekolah, dan menghindari kerumunan lebih dari 10 orang, dikeluarkan pemerintah federal AS tanggal 16 Maret 2020.

Lewat suatu model penyakit ("a disease model") yang dibangun tim peneliti dari Universitas Columbia, AS, muncul gambaran berikut:

• 3 Mei 2020 jumlah kematian karena Covid-19 di AS mencapai 65.307 orang.

• Jika "social distancing" diberlakukan 1 minggu lebih awal dalam bulan Maret (yakni 9 Maret), jumlah orang mati berkurang, menjadi 29.410.

• Jika "social distancing" dijalankan 2 minggu lebih awal di bulan Maret (yakni 2 Maret), jumlah kematian di Amerika berkurang jauh, menjadi 11.253 orang.


Ketika ditanya tentang "social distancing" yang seharusnya dilakukan jauh lebih awal di Amerika, Dr. Anthony Fauci (direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, AS) menyatakan hal berikut:

"Kita selalu dapat melakukan hal yang lebih baik, khususnya ketika anda melihat ke belakang lewat cermin dan melakukan retrospeksi, lalu berkata, 'Wow, anda tahu, kita dapat menyelamatkan banyak (orang yang terinfeksi) penyakit jika kita menjalankannya jauh lebih awal. Itu benar! Anda harus punya realisme dan kerendahan hati dalam tingkat tertentu tentang (manfaat) 'social distancing'."

Anda tahu bunyi cuitan Donald Trump lewat akun Twitter-nya (9 Maret 2020) yang menyamakan Covid-19 dengan flu biasa ("common cold")? Ini bunyinya:

"Nah, tahun lalu 37.000 orang Amerika mati karena flu biasa. Per tahun rata-rata kematian 27.000 hingga 70.000 orang. Tak ada apapun yang di-shutdown. Kehidupan dan ekonomi berjalan terus. Saat ini, ada 546 kasus terkonfirmasi coronavirus, dengan 22 orang telah mati. Pikirkanlah itu!"


Hal yang ada dalam pikiran Trump 9 Maret 2020 itulah yang membuat langkah-langkah mitigasi penyebaran coronavirus terlambat diputuskan dan dijalankan di AS. Dia berleha-leha saja, dibuai dan dimasuki angin flu biasa. A massively failed deadly crisis management! Punggung Trump perlu dikerok.

Trump harus bayar sangat mahal!

Pada data global Covid-19 Coronavirus Resource Center Johns Hopkins University, AS, kini, 25 Mei 2020, pk. 13:54 WIB, kasus terinfeksi di AS sudah mencapai 1.643.499, dan "death toll" mencapai 97.722. Dua atau tiga hari lagi angka kematian di sana akan bisa tembus 100.000.

Seperti yang biasa dilakukan Trump terhadap orang lain yang berbeda atau terhadap hasil-hasil riset yang tidak mendukung ide-idenya atau kebijakan-kebijakannya (yang keliru), hasil riset Columbia University ini dikecam Trump. Katanya, "Columbia itu suatu lembaga yang liberal dan tak patut dihormati...." Duuuh Trump, sampai sejauh itukah ego ente?

https://www.forbes.com/sites/jackbrewster/2020/05/24/trump-attacks-columbia-university-for-study-showing-inaction-caused-more-death-liberal-disgraceful-institution/amp/

"Memikirkan epidemi Covid-19 di Amerika bikin orang puyeng 7 keliling. Kusut! Puyengnya berlipat ganda menjadi 70 x 7 keliling jika orang mengalihkan perhatian mereka ke Indonesia. Covid-19 puting-beliung."

25 Mei 2020

https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.05.15.20103655v1

https://www.nytimes.com/2020/05/20/us/coronavirus-distancing-deaths.html

https://www.nytimes.com/2020/04/14/opinion/covid-social-distancing.html

https://www.wmfe.org/fauci-voices-cautious-optimism-about-moderna-vaccine-calling-trial-quite-promising/154572

https://coronavirus.jhu.edu/map.html
___________________________

24 Mei 2020

MENGENANG JOYCE LIN,
misionaris pilot di Papua di masa epidemi Covid-19




Joyce Lin bersama anak-anak Papua

Joyce Lin, seorang Amerika Tionghoa, sarjana ilmu komputer, menyandang gelar bachelor dan master dari MIT. Memiliki pengalaman kerja 5 tahun di bidang IT. Tetapi dia merasa Tuhan menghendakinya untuk sekolah lagi di sebuah seminari teologi (Gordon Conwell Theological Seminary) untuk mempersiapkannya bekerja di ladang Tuhan, entah sebagai seorang pendeta, atau pelayanan di bidang lain.


Ketika sedang mengepak barang-barangnya di kamarnya untuk kembali ke sekolahnya, dia mendengar suara Tuhan yang menyuruhnya untuk menjadi seorang misionaris pilot.

Setelah lulus sekolah teologi (2017), segera dia belajar penerbangan dan berhasil lulus. Lalu dia memutuskan untuk berdiam di Papua, bekerja sebagai misionaris pilot di Mission Aviation Fellowship, sekaligus spesialis IT. Dia belajar bahasa Indonesia, dan fasih berbicara.

Pagi hari, 12 Mei 2020, Joyce (40 tahun) menerbangkan pesawat Kodiak dari bandar udara Sentani, membawa "rapid test kits" Covid-19 dan keperluan sekolahan, ke sebuah desa terpencil Mamit di kawasan pegunungan Papua.

Sesaat setelah lepas landas, pesawatnya jatuh tenggelam di Danau Sentani. Joyce, satu-satunya orang dalam pesawat yang telah tenggelam itu, ditemukan mati oleh para penyelam. Joyce bertemu Tuhan yang telah membawanya ke Papua yang telah didiaminya selama dua tahun.

https://www.cnn.com/2020/05/14/world/joyce-lin-mission-aviation-fellowship-obit-trnd/index.html

"Kenapa orang sebaik Joyce mati muda? Jawabnya ada dalam kesunyian."

24 Mei 2020
___________________________

22 Mei 2020

TRUMP GESER KE OKTOBER 2020, TAK JADI JANUARI 2021



Makin terbaca motif Trump dalam menggenjot pengembangan vaksin-vaksin Covid-19, baik oleh firma-firma Amerika maupun oleh firma-firma Eropa Barat (seperti Sanofi, Prancis, dan AstraZeneca, Inggris). Motif politik!

Sebelumnya diberitakan, Trump lewat "Operasi Kecepatan Warp" (maksudnya, operasi besar dan cepat) akan menyediakan 300 juta dosis vaksin Covid-19 untuk keperluan domestik dalam negeri Amerika di Januari 2021.

Kini, Trump mempercepat waktunya tidak lagi di Januari 2021, tetapi di Oktober 2020.

Untuk target 300 juta dosis vaksin tersedia Oktober 2020, Amerika telah menjanjikan dana 1,2 milyar USD ke AstraZeneca Plc (Inggris) untuk perusahaan besar obat ini membantu University of Oxford, Inggris, dalam mengembangkan vaksin Covid-19, yang dipimpin Prof. Sarah Gilbert.

Tetapi ada masalah. Kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan University of Oxford, dalam uji praklinisnya ke kera-kera, hanya melindungi kera-kera tersebut dari infeksi yang parah, tapi tidak berhasil membangkitkan imunitas. Hasil ini berada jauh di bawah hasil uji praklinis vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan Sinovac Biotech, Beijing, China.

Beda dari Trump, Presiden China, Xi Jinping, berjanji akan membagi vaksin Covid-19 apapun yang efektif, yang tak lama lagi akan dihasilkan China, ke seluruh bagian dunia, sebagai "a global public good".

"Vaksin pun kini jadi senjata politik Trump. Sementara, virusnya, si mas Corona, hanya cengar-cengir saja lantaran sudah tahu si Trump akan kalah dalam Pilpres 2020."

22 Mei 2020

https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-05-21/astrazeneca-gets-1-billion-from-u-s-to-make-oxford-vaccine

https://www.statnews.com/2020/05/15/under-an-america-first-president-will-the-u-s-corner-the-market-on-covid-19-vaccine/

Oh ya, jika anda ingin tahu kandidat vaksin ("vaccines") Covid-19 dan obat ("drugs") Covid-19 apa saja yang kini sedang dikembangkan, atau yang di-"repurpose", ini link-nya

https://www.bloomberg.com/features/2020-coronavirus-drug-vaccine-status/

https://www.newscientist.com/article/2244349-coronavirus-drugs-how-well-is-the-hunt-for-covid-19-treatments-going
______________________

24 Mei 2020

KITARO, The Light of the Spirit 
(live in Zacatecas, Mexico, April 7, 2010)


THE LIGHT OF THE SPIRIT

Pengetahuan itu obor penerang
Membawa kita ke dalam terang
Kegelapan tunggang-langgang
Semangat melaju datang

Ketakutan lantas terbuang hilang
Keberanian muncul bak bintang
Di fajar yang benderang
Ramai kicauan burung terbang

Sang Mentari datang benderang
Memanasi gelora para pejuang
Pandemi boleh menerjang
Yang berpengetahuan akan menang

Arungi jeram dengan tenang
Taklukkan gunung menjulang
Masuki lorong panjang
Kalian semua pejuang

Hanya satu kata: menang!

24 Mei 2020
______________________

21 Mei 2020



YESUS MEMBAWAKU KE LAUTAN

Gereja bilang Yesus naik ke sorga
Meninggalkan dunia kita
Padahal dunia kini sengsara
Orang mati gegara virus corona

Cepat-cepat aku keluar rumah
Ke atas langit aku tengadah
Yesus naik dengan awan megah
Di rumah sakit pasien rebah

Yesus, Yesus, turunlah kembali
Tolong dunia taklukkan pandemi!
Itu teriakku berulangkali
Kuharap terdengar di langit tinggi

Duuuh... tak salahkah yang kulihat?
Awan yang dengannya Yesus tadi terangkat
Perlahan-lahan turun lalu mendarat
Yesus tak jadi ke sorga terangkat

Yesus memilih tetap di Bumi berdiam
Menemani kita di masa yang kelam
Mengusap tubuh-tubuh yang legam
Pengharapan tak boleh tenggelam

Ke telingaku Yesus berbisik terang
Vaksin Covid-19 segera datang!
Duuuh... Yesus, betulkah itu?
Yesus merangkulku bak seorang ibu

Jeritan putera derita ibu
Kasih ibu tak pernah berlalu

Lalu Yesus membawaku ke lautan
Di atas gelombang air aku berjalan
Di sisiku Yesus melangkah pelan
Waktu berhenti tertahan

Dalam hati misteri ini kusimpan
Sampai berjuta-juta tahun di depan
Dari sana aku telah datang kemarin
Di Bumi ini aku cuma sedang bermain

21 Mei 2020
Hari Kenaikan Yesus Kristus
________________________

20 Mei 2020

ERA "NATURAL HERD IMMUNITY" SUDAH BERLALU



Say Good bye!

Di era iptek medik belum berkembang, dan ilmu epidemiologi serta virologi dan vaksinologi belum lahir, dan interdependensi ekonomi global belum dipraktekkan, maka jika muncul pandemi global bertahun-tahun "natural herd immunity" (NHI) akan berjalan sendiri, lewat mekanisme seleksi alam, dengan menelan korban yang luar biasa banyak, dan lockdown tak terpikirkan dan tak diperlukan untuk dijalankan. Tapi era ini sudah berakhir!

DO YOU WANT TO KNOW ABOUT how the SPANISH FLU changed the world? It killed about 50 million people around the world in between 1918 and 1919 over three waves of infections. What does it teach us now in relation to the current Covid-19 pandemic? It is clear that any pandemics can be battled against through the modern medical science and technology as well as through strong public health systems.

Anda ingin tahu bagaimana Flu Spanyol telah mengubah dunia, yang mewabah 1918-1919 dalam tiga gelombang serangan infeksi dan membunuh sekitar 50 juta manusia? Pelajaran apa yang dapat kita tarik dari Flu Spanyol satu abad lalu di masa pandemi Covid-19 sekarang ini? Yang jelas, pandemi hanya bisa diperangi lewat iptek medik dan sistem kesehatan umum yang kuat.

Baca artikelnya dan lihat videonya di bawah ini.

Well, sekarang ini, di abad ke-21, segala sesuatu sudah berubah. Kini adalah suatu kesalahan jika pandemi Covid-19 dihadapi dengan pendekatan NHI, tanpa lockdown ("hard or soft lockdown"), dengan tujuan untuk mengamankan ekonomi dalam negeri sendiri dan melupakan interdependensi ekonomi global dan regional, sementara negara-negara lain menjalankan lockdown dan menutup perbatasan-perbatasan.

Selain itu, kini perlombaan untuk menghasilkan vaksin-vaksin yang efektif berlangsung gencar dan cepat lewat metode-metode konvensional dan metode-metode non-konvensional dan uji-uji klinis yang dipercepat yang tak lepas dari risiko-risiko berbahaya (lewat "challenge trials", maksudnya: dengan sengaja membiarkan relawan terinfeksi virus, bahkan bisa lebih dari satu kali). Ini menimbulkan harapan-harapan bahwa suatu pandemi akan dapat dikalahkan dalam tempo relatif cepat.

Semakin banyak jenis vaksin Covid-19 yang efektif yang dihasilkan oleh banyak firma dan banyak negara, semakin cepat dan luas vaksinasi global dapat dilakukan, mengingat pasti ada negara-negara yang telah menghasilkan vaksin, yang akan memonopoli dan menggunakannya untuk keperluan domestik saja, seperti Amerika Serikat, India, dll. Selain itu, usaha-usaha membuat obat-obatan bagi pasien Covid-19 juga sedang giat dilakukan di banyak negara, termasuk usaha me-"repurpose" obat-obat (antivirus dan non-antivirus) yang sudah ada.

Tentu, perlombaan menghasilkan vaksin-vaksin dan obat-obatan Covid-19 tidak bisa lepas dari pertarungan politik global, sektarianisme politik dan nasionalisme, bahkan xenofobia juga bisa ikut muncul. Bahwa firma-firma juga ingin dapat profit, sudahlah jelas.

https://www.nytimes.com/2020/05/02/us/politics/vaccines-coronavirus-research.html

Strategi NHI juga strategi yang salah jika diterapkan oleh negara-negara yang salah satu tiang kuat penopang ekonomi mereka adalah dunia usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Ketika strategi NHI ini---yang diambil untuk menyelamatkan ekonomi yang sebagian berbasis UMKM---menimbulkan angka kematian yang tinggi, dan jumlah kasus terinfeksi terus melonjak, rumah-rumah sakit membludak, lalu sistem kesehatan umum ambruk, siapapun juga akan ketakutan, lalu memilih hidup menjauh dari keramaian dan dari pusat-pusat perbelanjaan kecil dan besar. Muaranya: ekonomi negara pun terpukul balik dan akhirnya lumpuh. Inilah "backfire effect".

20 Mei 2020
_________________________

20 Mei 2020 (a)

LAGI TENTANG SWEDIA: 
MASUK KE DALAM KRISIS EKONOMI YANG DALAM



Meskipun pendekatan "herd immunity" tidak terutama dimaksudkan untuk mengutamakan keselamatan ekonomi di atas nyawa manusia, namun lockdown yang dijalankan meluas di negara-negara lain khususnya di Eropa telah berdampak negatif berat pada ekonomi Swedia. Sementara, pada pihak lain, jumlah orang yang mati karena Covid-19 di sana sangat banyak. Kalau dihitung berdasarkan data Johns Hopkins University Coronavirus Resource Center per 22 Mei 2020, pk. 16:46 WIB, "death rate" Swedia tinggi, 12%.

Michael Ryan yang menjalankan program-program darurat ekonomi WHO telah menyatakan bahwa "Jika kita harus mencapai suatu normal yang baru ("a new normal"), dalam banyak cara Swedia merupakan suatu model masa depan", model tanpa lockdown di tengah epidemi Covid-19. Tapi faktanya kini, pengalaman-pengalaman Swedia menunjukkan ada hanya sedikit keuntungan ekonomi dengan membiarkan ekonomi tetap terbuka selama pandemik.

Swedia kini sedang menuju resesi ekonomi terburuk sejak Perang Dunia II. Ekonomi yang bergantung pada perdagangan tidak dapat bertahan dalam menghadapi kejut global yang dipicu oleh lockdown yang diterapkan oleh banyak negara di mana-mana. Kejatuhan ekonomi yang sangat dalam terjadi lebih cepat ketimbang yang dipikirkan pemerintah Swedia.

Nah, 40% bisnis dalam sektor pelayanan dan jasa Swedia kini ada di ambang kebangkrutan. Pengunjung toko dan kafe di Stockholm turun 20-40%. Jumlah penumpang transportasi umum turun 30-40%.

Kurang lebih separuh GDP Swedia berasal dari ekspor. Tapi kini beberapa perusahaan terbaik Swedia (seperti Mobil Volvo dan Electrolux) telah memangkas ribuan pekerjaan karena permintaan ("demand") yang menurun drastis.

Bank Sentral Swedia mengestimasi, GDP Swedia akan jatuh 7% hingga 10%, dan jumlah pengangguran diprediksi akan mencapai 10,4%.

Menteri Keuangan Swedia, Magdalena Anderson, menyatakan bahwa Swedia kini sedang ada dalam suatu krisis ekonomi yang sangat dalam. Pemulihan ekonomi yang berlangsung cepat tampaknya tidak mungkin terjadi saat ini. Yang diharapkan pemerintah Swedia adalah suatu skenario pemulihan yang membutuhkan waktu lebih panjang.

"Bagaimana mungkin dalam suatu pandemi ekonomi suatu negara tanpa lockdown dapat aman bertahan, sementara warganya makin banyak yang mati, dan negara-negara luar memberlakukan lockdown?"

20 Mei 2020
23 Mei 2020

https://www.bloomberg.com/amp/news/articles/2020-05-19/sweden-in-very-deep-economic-crisis-despite-soft-lockdown

https://amp.theguardian.com/world/2020/may/21/just-7-per-cent-of-stockholm-had-covid-19-antibodies-by-end-of-april-study-sweden-coronavirus
__________________________

19 Mei 2020

SWEDIA GAGAL GANDA DI MASA EPIDEMI COVID-19


Telah saya tulis sebelumnya di bawah, bahwa negara Nordik SWEDIA memakai pendekatan "natural herd immunity", yakni mencapai kekebalan alamiah atas 70 hingga 80 % penduduknya yang dibiarkan sakit sampai sembuh sendiri, tanpa vaksinasi, sehingga penularan terhenti di dalam negeri. Lockdown tidak diberlakukan.

Tujuan dua langkah itu adalah untuk mencegah ekonomi Swedia terpukul berat, seperti yang telah terjadi pada semua negara yang memberlakukan lockdown, di masa pandemi Covid-19.

Tetapi, seperti sudah saya beberkan di bawah, strategi "herd immunity" Swedia gagal total, karena jumlah warga yang mati sangat banyak, dan fakta ini sangat mengejutkan negara.

Suatu studi mutakhir menemukan, sampai akhir April, hanya 7,3% warga Stockholm yang berhasil mengembangkan antibodi. Padahal, negara mengestimasi ⅓ warga kota ini akan terinfeksi di awal Mei, dan "herd immunity" akan dialami 40-60% warga di pertengahan Juni. Menurut WHO, strategi "herd immunity" bukan suatu strategi yang tepat. Hanya 1% hingga 10% dari seluruh populasi dunia yang terinfeksi yang berhasil membangkitkan antibodi.

https://amp.theguardian.com/world/2020/may/21/just-7-per-cent-of-stockholm-had-covid-19-antibodies-by-end-of-april-study-sweden-coronavirus

Di Swedia, alih-alih warga yang kebal makin banyak, malah yang terjadi hal kebalikannya: warga yang mati makin bertambah terus. Data per 23 Mei 2020: Total kematian terkonfirmasi per 1 juta penduduk Swedia tinggi, jauh di atas negara-negara Nordik lainnya, dan mendekati Inggris:

Norwegia: 43,35
Finlandia: 55,23
Denmark: 96,85
Swedia: 388,64
Inggris: 536,09




https://ourworldindata.org/grapher/total-daily-covid-deaths-per-million?country=SWE


Ada orang yang berdalih bahwa orang yang mati di Swedia kebanyakan manula, bukan orang muda.

Oh gitu. Jadi maksud anda, orang lanjut usia tidak layak mendapat perlindungan kesehatan oleh negara? Jika itu isi pikiran anda, betapa jahatnya anda. Apakah anda tidak tahu bahwa WHO telah meminta dunia di masa pandemi Covid-19 untuk memberi hak hidup sehat dan pemeliharaan kepada semua manula di seluruh dunia?

Well, apakah strategi tanpa lockdown, berhasil menstabilkan dan mengamankan ekonomi negara Swedia? Ternyata tidak juga. Ekonomi Swedia juga terpukul keras, seperti dilaporkan lewat video di atas.

https://www.google.com/amp/s/www.wsj.com/amp/articles/sweden-has-avoided-a-coronavirus-lockdown-its-economy-is-hurting-anyway-11588870062.

Kematian yang begitu banyak akibat pendekatan "herd immunity" alamiah menakutkan warga Swedia juga. Kondisi ini memukul balik kehidupan ekonomi. Backfire! Berbagai usaha bisnis sepi pengunjung dan pembeli.

Jadi, Swedia mengalami kegagalan ganda. Lalu, masihkah ada orang Indonesia yang tetap ngotot untuk menjalankan "natural herd immunity" di negara mereka, mengikuti Swedia yang telah gagal? Masih elingkah mereka?

"Natural herd immunity" bukan suatu langkah preventif terhadap suatu wabah yang mematikan dan sangat cepat menular, tetapi suatu genosida lewat penyakit. Suatu tindakan tidak bermoral.

19 Mei 2020
23 Mei 2020
________________________

19 Mei 2020 (a)

PSBB DILONGGARKAN? 
LOH DE FACTO SUDAH TAK JALAN, BUKAN?*

"Kita [USA] membuka kembali (kehidupan sosial dan ekonomi negara) tidak berdasarkan ilmu pengetahuan, tapi berdasarkan politik, ideologi dan tekanan publik. Dan aku pikir, ini semua akan berakhir buruk."
☆ Dr. Thomas R. Frieden (mantan direktur CDC era Obama)


Itu juga yang sedang dan akan terjadi di Indonesia.


De facto, "social distancing" tak jalan!


Inilah "a new old normal" di Indonesia



Dokter Malaysia mewaspadai bencana besar Covid-19 di Indonesia yang akan menerjang negeri itu!

Kurva kasus terinfeksi masih terus menanjak, belum tiba di puncak, dan belum turun lalu melandai dan akhirnya datar, eehh...PSBB de facto sudah tidak dijalankan.

Ketika Reproduction Number (satu orang yang terinfeksi akan menginfeksi berapa orang lain) belum lebih kecil dari 1 (<1), PSBB dilonggarkan terus untuk akhirnya dicabut. De facto, PSBB sekarang sudah tidak jalan.

"Politik itu untuk mempertahankan dan menyelamatkan kehidupan, bukan untuk membinasakan kehidupan. Untuk membuat masyarakat sehat, bukan untuk menyuruh masyarakat sakit."

19 Mei 2020
________________________

18 Mei 2020

VAKSIN COVID-19 DARI DAUN TEMBAKAU



Perokok dipandang berisiko tinggi untuk terkena Covid-19. Per tahun 8 juta orang mati karena rokok.

Orang kini terheran-heran karena perusahaan rokok British American Tobacco Plc (BAT) sedang mengembangkan vaksin Covid-19 eksperimental yang dibuat dari protein-protein daun-daun tembakau, berbasiskan sekuen genetik SARS-CoV-2.

Uji praklinis menunjukkan vaksin BAT ini berhasil membangkitkan respons imun yang positif. Tak lama lagi, setelah di-approve FDA Amerika, uji klinis ke manusia tahap satu akan dilakukan akhir Juni 2020.

Dikatakan, metode "non-konvensional" yang dipakai BAT membutuhkan waktu cuma 6 minggu untuk menghasilkan vaksin. Juga cuma dibutuhkan waktu 1 minggu untuk memproduksi 1 hingga 3 juta dosis.

Pesaing BAT, Philip Morris International Inc., juga sedang mengetes imunisasi yang dikembangkan dari "partikel-partikel yang seperti virus" yang diambil dari daun-daun tanaman yang dekat dengan tanaman tembakau.

Ini kabar baik, tentu saja, dan faktual. Bukan lamunan orang yang sedang "nge-fly" karena mabuk rokok.

Ini mungkin langkah berdamai dengan rokok, bukan dengan virus corona.

Tetapi karena berita ini "too good to be true", maka bisa saja ini adalah usaha akal-akalan BAT untuk mendapatkan suntikan dukungan dana dari pemerintah Amerika.

"Merokok itu membunuh. Tapi pabrik rokok mengembangkan vaksin Covid-19 untuk menyelamatkan kehidupan. Hidup dan mati memang dua sisi dari satu koin."

18 Mei 2020

https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-05-15/cigarette-maker-s-coronavirus-vaccine-poised-for-human-tests

https://www.reuters.com/article/us-britishamericantobacco-vaccine/bat-says-potential-covid-19-vaccine-using-tobacco-leaves-ready-for-human-trials-idUSKBN22R1TJ
_________________________

17 Mei 2020

THE FIGHT AGAINST COVID-19!


Pagi ini, pk. 10:43, 17 Mei 2020, saya sudah sampaikan dua pesan ke Pak Jokowi langsung ke akun Twitter beliau.

Saya mendukung beliau. Tapi saya tak bisa membenarkan ajakannya untuk warga "berdamai dengan virus corona".

Tak ada badan dunia seperti PBB/WHO yang menyampaikan ajakan semacam itu. Sebaliknya, rata-rata lembaga kesehatan publik dunia mengajak kita untuk "bertempur melawan virus corona", "to wage war on the virus", "to fight against the virus".

Saya amati, ucapan Pak JKW itu ikut menjadi pendorong untuk "kalangan-kalangan tertentu" di mana-mana kembali hidup normal seolah tak ada wabah Covid-19.

Segera kita akan saksikan. Jumlah orang sakit dan orang mati akan meningkat. Rumah sakit akan membludak. Sistem kesehatan umum akan jatuh. Warga panik dan ketakutan lagi, tak mau keluar rumah.

Lalu "backfire" akan terjadi: ekonomi yang mau diselamatkan akan terpukul balik, lumpuh lagi.

"Dalam situasi serba salah, jangan bertindak serba salah. Temukan sebatang jarum dalam tumpukan jerami."

17 Mei 2020
_________________________

16 Mei 2020

APA KATA DR. ANTHONY FAUCI tentang imunitas pada para penyintas Covid-19?



"Mungkin saja mereka memiliki imunitas dalam tingkat tertentu, tapi hal ini masih harus dibuktikan secara formal lewat riset ilmiah!"

https://www.bloomberg.com/news/live-blog/2020-05-08/fauci-cdc-and-fda-chiefs-testify-on-covid-19-response-outlook
_________________________

15 Mei 2020

JIKA ANDA TERSERANG STRES DI MASA EPIDEMI COVID-19,...



Apa yang perlu anda lakukan? Kita tidak bisa lari dari stres, baik di masa epidemi Covid-19 maupun di situasi-situasi lain kehidupan. Tapi kita bisa melakukan langkah-langkah manajemen stres. 

Ada lima hal yang anda dapat lakukan jika anda merasa stres di masa epidemi Covid-19.

1. KENALI PETUNJUK TUBUH

Perhatikan dan kenali petunjuk dan tanda awal yang diberikan tubuh dan mental anda ketika anda sedang mulai diserang stres.

Misalnya, anda tidak bisa berkonsentrasi, menjadi penyedih, mengalami gangguan tidur, seluruh tubuh terasa lelah, mudah marah, merasa tegang, dan ketakutan-ketakutan mulai muncul. Ini langkah memeriksa ke dalam diri subjektif sendiri.

Sama penting dengan itu, anda juga perlu melakukan pemeriksaan objektif atas hal-hal di luar diri anda yang dapat memicu dan memperkuat rasa stres anda.

Misalnya, info dan berita atau desas-desus atau hoax yang sampai ke anda lewat berbagai media tentang Covid-19 dan berbagai hal lain yang berkaitan, yang membuat orang cemas dan takut.

Di masa epidemi Covid-19, tak sedikit orang yang tega  menyebar hoax untuk menambah momok ke dalam masyarakat. Kecerdasan, ilmu pengetahuan, kejelian, dan kemampuan menganalisis, adalah sarana ampuh untuk mengetahui mana hoax dan mana fakta.

Tanyakanlah ke diri anda sendiri, apakah info dan berita yang anda telah terima itu esensial (penting) atau non-esensial (tak penting) bagi anda. Jika sungguh-sungguh non-esensial, jauhkan diri anda dari semuanya.

Tentu, sikap tak mau tahu apapun tentang Covid-19 adalah sikap yang ekstrim, dan sikap ini dapat membahayakan diri anda dan keluarga. Tanpa pengetahuan dan visi, dunia menjadi gelap gulita, dan Matahari tak pernah terbit lagi.

Tetapi jika anda seorang yang mau mengikuti berita-berita dan mendapatkan info-info yang esensial tentang Covid-19, cari dan ikuti info-info yang faktual dan berita-berita dan laporan-laporan yang berpijak pada ilmu pengetahuan.

Jika anda orang tipe kedua di atas, yakni tipe orang yang ingin tahu dan ingin mengikuti perkembangan dalam masyarakat dan dunia, anda malah akan merasa stres jika anda mengunci diri dari dunia luar. Seperti burung yang biasa terbang bebas di udara terbuka, tiba-tiba ditangkap lalu dikurung dalam sangkar. Sang burung akan segera stres, lalu jatuh sakit, tak mau makan, dan akhirnya mati.

Anda yang termasuk orang dengan keingintahuan yang besar, akan jauh lebih teguh dan lebih kuat jika anda juga mau membagi dan mendiskusikan hal-hal mutakhir yang anda sudah ketahui. Jika anda makin banyak membagi, dan makin banyak menguatkan orang lain, termasuk anggota keluarga anda, maka anda telah mengurangi beban mental anda sendiri. Sikap mental seperti ini makin penting di masa pandemi Covid-19.

Siapapun yang mengikuti dan memiliki pengetahuan-pengetahuan yang benar dan up-to-date tentang Covid-19, akan pasti menyadari bahwa mereka harus mengubah gaya hidup untuk dapat tetap sehat dan bertahan hidup di masa pandemi ini. Virus corona tidak bisa berdamai dengan kita, hanya bisa menginfeksi dan membunuh, dan kita hanya punya satu pilihan, yakni bertempur melawan virus ini. Salah satu wujud pertempuran ini adalah kita mengubah gaya hidup kita.

2. BERNAFAS DALAM-DALAM

Bagaimanapun juga, dalam masa epidemi Covid-19, semua orang, termasuk orang yang memiliki keingintahuan yang besar, suatu saat juga akan merasa stres, ringan atau berat.

Bohong, jika ada orang, apapun pekerjaan mereka, yang menyatakan diri mereka tak terpengaruh apapun oleh wabah Covid-19 dan kurva-kurva epidemi yang makin menanjak.

Jika anda menemukan diri anda sedang jatuh ke dalam stres, duduklah bersila, lalu tarik nafas anda dalam-dalam dan menghimpun udara di dalam perut anda sehingga perut anda mengembung. Lalu tahan nafas selama 10 hitungan. Kemudian hembuskan nafas anda perlahan-lahan dengan mengempeskan perut anda, lewat lubang mulut anda dengan disertai suara hembusan gemuruh udara keluar. Lakukan ini berulang-ulang selama 30 menit sampai rasa lega muncul dalam diri anda.

Teknik bernafas ini dinamakan teknik "bernafas diafragmatik" atau teknik "bernafas lewat perut" atau teknik "bernafas gemuruh ombak". Ada basis ilmu pengetahuannya.

Di saat kita sedang stres, yang teraktivasi adalah sistem saraf simpatetik yang mendorong orang untuk kabur dari bahaya atau masuk ke dalam posisi siaga tempur ("flight or fight response").

Respons sistem saraf jenis ini menimbulkan ketegangan mental, membawa orang ke dalam stres. Bayangkan ketika mendadak saja di depan anda berdiri seekor harimau lapar atau seekor ular kobra besar. Anda punya hanya dua pilihan: siaga tempur, atau siap kabur terbirit-birit, demi selamatkan diri!

Well, teknik "bernafas lewat perut" yang melibatkan sistem saraf parasimpatetik menetralisir "respon kabur atau tempur"; alhasil anda terbebas dari stres, lalu mulai kalem dan rileks. Hormon endorfins mengalir deras dalam otak dan tubuh anda.

Bernafas diafragmatik baik sekali jika dibarengi dengan visualisasi (membayangkan diri anda sedang berada di tepi pantai yang damai atau dalam hutan yang teduh atau sedang duduk di bebatuan besar di tengah sungai yang mengalir bergemericik) dan sugesti diri (ulangi kata-kata yang sama dalam hati, seperti "aku tenteram", "aku damai", "aku rileks", "aku merdeka", "aku sehat", dan yang sejenis).

Jika mau masuk lebih dalam lagi ke kondisi relaksasi dengan frekuensi gelombang otak yang rendah (seperti di saat orang tertidur lelap tanpa mimpi tapi tetap sadar penuh), anda dapat berlatih meditasi "mindfulness" (dengan mengamati gerak-gerik pikiran dan perasaan anda, dan mengambil jarak, tidak terbenam). Sudah dibuktikan secara ilmiah, meditasi "mindfulness", lepas dari agama apapun, menyembuhkan orang dari berbagai trauma dan gangguan mental. Atau anda dapat berlatih yoga untuk dapat berkonsentrasi dan masuk ke kondisi relaksasi.

3. BEROLAHRAGA

Olahraga ikut membebaskan orang dari stres. Jika anda merasakan stres mulai datang, juga di malam hari yang membuat anda gelisah dan tidak bisa tidur, nah berolahragalah. Yang ringan saja, seperti lari di tempat selama 30 menit, atau naik-turun tangga di dalam rumah, atau tekun lari pagi sendiri-sendiri, jangan beramai-ramai.

Olah raga yang baik untuk kesehatan mencakup: berenang, mendaki atau memanjat, melatih otot, berjalan kaki, berlari, tai chi ringan, dan senam kegel.

4. BERSIKAP POSITIF 

Positivitas menghidupkan; negativitas mematikan. Berdamai dengan diri sendiri mengurangi konflik batin anda dengan signifikan. Marah terhadap diri sendiri dan keadaan lingkungan akan pasti membenamkan diri anda ke dalam lumpur persoalan yang makin dalam dan melemparkan anda ke dalam kebakaran hutan yang makin besar.

Jadi, usahakan untuk mampu bersikap positif atas keadaan apapun yang sedang anda alami. Bersikap positif artinya anda selalu dapat bersyukur dalam segala hal, meskipun hal yang sedang anda alami bukan hal yang baik, dan anda belum atau tidak tahu keadaan buruk itu akan membawa anda ke mana. Anda bisa selamat, atau bisa juga akhirnya binasa.

Kepercayaan keagamaan yang positif pasti membantu anda untuk bisa bersikap positif dalam merespons setiap keadaan yang mendatangi anda.

Anda tidak menuntut mukjizat terjadi, tapi anda bisa berterimakasih ke Tuhan anda sekalipun anda sedang terjepit dan hidup dalam kesusahan yang panjang. Inilah positivitas. Inilah mukjizat yang otentik.

Bersyukur dalam hati dan pikiran, bersikap positif terhadap berbagai sikon kehidupan yang real, berterimakasih kepada Tuhan yang anda percayai, dan bernyanyi lagu-lagu serta mendengarkan musik yang menenangkan hati dan pikiran, akan dapat membangkitkan daya juang dan daya tahan anda dalam setiap kesulitan dan kesesakan yang anda sedang hadapi. Lewat ini semua, stres akan menghilang. Selain itu, sistem imun dan daya tahan tubuh anda akan diperkuat.

5. CARILAH PERTOLONGAN MEDIS

Jika semua usaha di atas tidak berhasil mengurangi atau menghilangkan stres anda, maka sudah waktunya anda perlu minta bantuan profesional medis atau pertolongan praktisi konseling terapeutik kejiwaan. Biasanya, profesional medis akan memberi anda obat-obat penenang yang makin meningkat.

Jika anda tak mau dibantu dengan obat-obatan, curhat yang teratur ke psikiater atau ke praktisi konseling kejiwaan dapat anda coba. Yang perlu anda ketahui, psikiater pun akan memberi anda resep obat-obat penenang.

"Hiduplah teduh meskipun gelombang dan badai besar sedang mengamuk di Lautan Teduh."

15 Mei 2020

https://health.clevelandclinic.org/how-to-tame-your-road-rage-5-tips-for-managing-lifes-irritations/

http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2012/07/meditasi-sederhana-dengan-hasil-very.html?m=0
________________________

15 Mei 2020 (a)

"SKIN RASHES" ATAU RUAM KULIT



Ruam, bentol dan bintil-bintil, luka lepuh (berisi cairan, atau bernanah), iritasi, berwarna merah atau ungu pada kulit di bagian-bagian tubuh, termasuk di kulit perut, dan terasa sakit, nyeri, rasa terbakar, kesemutan dan gatal. Simtom apa ini?

Terserang Covid-19? Atau karena ketakutan, stres dan cemas berat terhadap virus corona yang sebetulnya tidak menginfeksi, atau yang sudah menginfeksi dan menimbulkan penyakit Covid-19 lalu muncul "skin rashes" sebagai simtom stres sampingan?


Ada banyak jawaban.

"Skin rashes" bisa timbul karena:
• alergi (yang dipicu oleh zat-zat alergen, yang menyebabkan iritasi, peradangan, dermatitis kontak, pembengkakan mulut dan lidah, dll),
• gigitan serangga,
• obat-obatan (seperti antibiotika, termasuk obat-obatan kosmetik, dan obat-obatan anti-inflamasi non-steroidal atau NSAIDs),
• infeksi bakteri, virus (seperti campak, cacar air), jamur (kurap) atau parasit lain,
• penyakit-penyakit seperti herpes zoster (cacar api atau cacar ular), herpes genital/simpleks, flu Singapura, penyakit otoimun, dan sebagai
• suatu reaksi biopsikologis dan biokimiawi terhadap rasa takut, cemas dan stres yang berat.

Stres dan kecemasan yang berat menimbulkan sejumlah perubahan kimiawi dan hormonal (terproduksinya hormon stres kortisol dalam jumlah banyak) sebagai respons biokimiawi dan biopsikologis. Perubahan-perubahan ini dapat membengkakkan atau menggelembungkan pembuluh-pembuluh darah, alhasil terjadi kebocoran pada pembuluh darah. Hasilnya, muncul ruam-ruam merah dan ungu serta bengkak pada kulit.

Stres dan cemas yang berlebihan juga dapat memicu reaksi alergik angioderma (pembengkakan di bawah kulit) dan, yang termasuk gawat darurat, kejut anafilaksis (antara lain ditandai oleh bengkak pada bibir dan lidah, demam dan pilek) yang tiba-tiba, yang membuat tekanan darah turun mendadak, yang dapat menyebabkan kematian. Tentu, ada sekian penyebab lain dari kejut anafilaksis sebagai reaksi tubuh terhadap zat-zat alergen. Eksim (dermatitis atopik) dan psoriasis (suatu penyakit otoimun) juga sebagian dipicu karena stres yang berat.

Well, kini "skin rashes" diduga mungkin juga sebagai simtom terpapar Covid-19 yang disebabkan infeksi virus SARS-CoV-2. Tetapi, bisa juga, sebagai simtom sampingan yang timbul dari rasa takut dan stres berat karena sedang menderita sakit Covid-19. Mana penyebab dan mana akibat, masih sulit dipastikan.

"Teka-teki terbesar 2020 barangkali Covid-19. Belum bisa dijawab tuntas sampai bertahun-tahun ke depan. Tapi bisa dinetralisir hanya oleh suatu vaksin yang ampuh dan efektif. Hai Mr. Vaksin, kapan engkau datang ke kami? Kuhadirkan sebuah tanya untukmu!"

15 Mei 2020

https://www.bloomberg.com/news/features/2020-05-11/all-the-covid-19-symptoms-you-didn-t-know-about

https://health.clevelandclinic.org/why-am-i-breaking-out-in-hives-when-im-stressed

https://www.medicalnewstoday.com/articles/317631

https://www.medicalnewstoday.com/articles/317999
___________________________

14 Mei 2020

DATA COVID-19 GLOBAL PILIHAN 
per 14 Mei 2020, pk. 15:28 WIB 
https://coronavirus.jhu.edu/map.html

GLOBAL
Kasus terinfeksi:
4.350.026
Mati: 297.251
Death rate: 6,8%

USA
1.390.764 (84.136) (6,1%)

RUSSIA
242.271 (2.212) (0,9%)

INGGRIS
230.985 (33.264) (14,4%)

SPANYOL
228.691 (27.104) (11,9%)

ITALIA
222.104 (31.106) (14%)

BRAZIL
190.137 (13.240) (7%)

PRANCIS
178.184 (27.077) (15,2%)

JERMAN
174.098 (7.861) (4,5%)

SWEDIA
27.909 (3.460) (12,4%)

SINGAPURA
26.098 (21) (0,08%)

JEPANG
16.049 (678) (4,2%)

INDONESIA
15.438 (1.028) (6,7%)

KORSEL
10.991 (260) (2,4%)

MALAYSIA
6.779 (111) (1,6%)

AUSTRALIA
6.989 (98) (1,4%)

N.B.

DEATH RATE
PRANCIS 15,2%
INGGRIS 14,4%
ITALIA 14%
SWEDIA 12,4%
BRAZIL 7%
INDONESIA 6,7%
USA 6,1%
JERMAN 4,5%
JEPANG 4,2%
KORSEL 2,4%
MALAYSIA 1,6%
AUSTRALIA 1,4%
SINGAPURA 0,08%

Perlu dicatat, di Indonesia kasus terinfeksi 10 Mei 2020 sebesar 13.645. Empat hari kemudian, 14 Mei 2020, kasus terinfeksi menjadi 15.438. Ini berarti dalam 4 hari, kasus terinfeksi bertambah 1.793. Rerata per hari jadinya ada 448,25 orang yang terinfeksi! Kurva kasus terinfeksi harian terus menanjak.

Kapan puncak kurva kasus terinfeksi tercapai? Tak ada yang tahu. Kapan kurva akan menurun, tak ada yang tahu. Kapan kurva akan melandai, lalu kempes datar? Tak ada yang tahu. Dalam kondisi begini, kok pemerintah sudah mau cepat-cepat longgarkan PSBB?

"Dari angka-angka dalam suatu pandemi, orang menyusun not-not musik kematian, bukan not-not musik kehidupan."

14 Mei 2020
Pk. 16:44 WIB
_________________________

14 Mei 2020 (a)

AMERIKA GAGAL MEMPRODUKSI VAKSIN COVID-19?

Lingkaran dalam Trump ("Trump's inner circle" atau "Trump Administration") menuduh China dan Iran telah melakukan serangkaian "cyberattacks" sejak Januari 2020 terhadap firma-firma Amerika yang sedang mengembangkan vaksin Covid-19. Kata Trump Administration, "cyberattacks" itu dilancarkan untuk mencuri vaksin Amerika atau untuk menjegal keberhasilan Amerika.

Mungkin sekali, tuduhan yang tak didukung bukti intelejen ini mengindikasikan kegagalan usaha pengembangan kandidat-kandidat vaksin Covid-19 oleh perusahaan-perusahaan farmasi Amerika.

Lalu Trump, seperti biasanya, mengkambinghitamkan pihak-pihak asing. Trump memang terampil "ever blaming others".

Sejauh ini, setahu saya, ada tiga kandidat vaksin Covid-19 yang dilaporkan sedang diuji klinis oleh tiga perusahaan farmasi Amerika (Moderna, Inovio dan Pfizer).

Dua kandidat vaksin lagi, masing-masing sedang dikembangkan China (CanSino/Sinovac-Beijing) dan Oxford University, Inggris.

Semoga, tuduhan Trump itu cuma sensasi yang dihembuskan seorang presiden yang sedang stres dan frustrasi.

Jika Amerika betul gagal mengembangkan kandidat-kandidat vaksin Covid-19, harapan masih bisa ditujukan ke China dan Inggris.

Vaksin CanSino/Sinovac-Beijing

Sejauh ini, yang tercepat adalah kandidat vaksin yang dikembangkan CanSino/Sinovac-Beijing. Vaksin ini terlihat bekerja dengan efektif, dan sedang diproduksi massal. Kabarnya begitu. Faktanya masih ditunggu. Soalnya, sekarang ini dunia, khususnya di Amerika, sedang ramai propaganda, juga di China.

Sementara ini, tim pengembang kandidat vaksin Covid-19 Oxford University, Inggris, yang dipimpin begawan vaksin Prof. Sarah Gilbert, telah menjanjikan vaksin Covid-19 akan siap diproduksi massal September 2020.

Mungkin sekali kandidat vaksin Covid-19 produksi China akan menjadi vaksin pertama yang akan segera digunakan dalam melawan Covid-19 skala global. Diberitakan, vaksin eksperimental Sinovac ini sedang diproduksi besar-besaran sekarang ini. Covid-19 berawal di Wuhan, China; dan China jugalah yang akan mengakhiri pandemi Covid-19 dengan vaksin Sinovac. A full circle completed!

Mungkin lantaran Trump sudah tahu kalau China sudah berhasil dengan cepat menyiapkan vaksin Covid-19, Trump mengarang-ngarang narasi teori konspirasi "cyberattacks" itu untuk menutup-nutupi kekalahan Amerika dalam perlombaan global dalam menghasilkan vaksin Covid-19. Langkah cupet dalam menjaga muka!

Bisa juga, karena berambisi untuk terpilih kembali sebagai presiden Amerika dalam pilpres 2020, Trump sedang menggalang persatuan dan nasionalisme Amerika dengan cara menjadikan China sebagai musuh bersama bangsa dan negara Amerika di semua bidang kehidupan dan di segala front.

Selain itu, jangan khawatir, harapan akan tetap ada karena sampai saat ini sedang dikembangkan lebih dari 100 kandidat vaksin Covid-19 di seluruh dunia. Perlombaan betul-betul ramai! Oh ya, belakangan bertambah lagi 2 atau 3 kandidat vaksin Covid-19 yang sedang diuji klinis. Jadi, total kini sudah ada 7 atau 8 kandidat vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan.

Bahwa kini ada 7-8 kandidat top vaksin Covid-19 dari lebih dari 100 kandidat vaksin yang sedang dikembangkan diumumkan oleh direktur umum WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Tetapi, Tedros tidak secara spesifik menyebut kandidat-kandidat top vaksin tersebut sedang dikembangkan oleh siapa dan di negara mana. Diberitakan juga olehnya bahwa kini sudah terbentuk suatu konsorsium yang mencakup 400 ilmuwan yang terlibat dalam pengembangan vaksin dan diagnostik.

Diungkap pula oleh Tedros bahwa proses pengembangan kandidat vaksin Covid-19 kini dapat dipercepat, tidak lagi butuh waktu 12-18 bulan. Lantaran ada dana pendukung sebesar 8 milyar USD yang dijanjikan para pemimpin 40 negara, organisasi, bank-bank, untuk membiayai riset, penanganan dan testing.

Namun, dana 8 milyar USD itu masih belum cukup. Jadi, dukungan dana yang lebih banyak masih diperlukan untuk memproduksi vaksin Covid-19 dalam jumlah yang cukup untuk "menjamin bahwa vaksin ini sampai ke setiap orang (dan) tidak boleh ada satu orang pun yang ditinggalkan."

Well, mari berandai-andai. Jika vaksin Covid-19 sungguh-sungguh selamanya gagal total dihasilkan untuk selamatkan dunia dari pandemi Covid-19, maka kita akan hidup dalam musim dingin yang menggigit selama 12 bulan dalam 1 tahun selamanya.

Dalam situasi yang mengerikan itu, lewat seleksi alam "natural herd immunity" akan bekerja sendiri, dengan sebagian manusia mungkin akan sembuh sendiri dan menumbuhkan kekebalan relatif, dan sebagian besar manusia sudah pasti akan mati. Ingat, Covid-19 sama sekali bukan suatu penyakit flu musiman yang endemik!

Berdoalah, untuk pengandaian yang mengerikan ini tak pernah terjadi lagi di era iptek medik yang sudah maju pesat!

"Bisakah dalam dada kita bara api tetap bernyala dalam musim dingin abadi yang mengerikan?"

14 Mei 2020
Pk. 00:30

https://www.thedailybeast.com/chinese-cyberattacks-may-be-hindering-americas-vaccine-hunt-says-report

https://www.wsj.com/articles/chinese-iranian-hacking-may-be-hampering-search-for-coronavirus-vaccine-officials-say-11589362205

https://www.google.com/amp/s/amp.rfi.fr/en/science-and-technology/20200430-chinese-firm-ready-to-mass-produce-experimental-coronavirus-vaccine-sinovac-biotech

https://apnews.com/fc5aec9cf4c738c4e19b047283125a46
__________________________

13 Mei 2020

TESTIMONI PERAWAT EMILY PIERSKALLA, RN, Minnesota, Amerika


"AKU TELAH TERIMA bahwa suatu saat aku akan terinfeksi Covid-19. Aku tidak takut sakit. Aku takut aku akan menginfeksi orang lain yang tidak bisa bertahan hidup. Jika aku mati, aku tidak ingin dikenang sebagai seorang pahlawan. Aku ingin kematianku membuat kalian marah juga."
☆ perawat EMILY PIERSKALLA, RN, anggota Asosiasi Perawat Minnesota, Amerika

Baca seluruh ungkapan isi hati Emily yang menggugah di sini https://mnnurses.org/want-my-death-make-you-angry/

13 Mei 2020
_________________________

12 Mei 2020

TIGA PENGUKUR PELONGGARAN LOCKDOWN


Aaarrrkkh..... geeeerrr.... aaauuummm.... cepat buka lockdown! Cepat!

Saaaaabbbaarrr, sssssaabaar mas Corona. Tunggu kurva kasus terinfeksi harian kumulatif mencapai titik puncaknya, ya, lalu menurun, dan bertahap melandai, sampai akhirnya kempes datar, FLAT CURVE!

PSBB di Indonesia adalah suatu versi lunak LOCKDOWN, yakni pengkarantinaan suatu kota atau wilayah untuk membatasi dengan ketat gerakan keluar masuk orang atau kendaraan, untuk membatasi dan menyetop penularan virus ke tempat-tempat yang lebih jauh dan ke penduduk yang lebih banyak.

Untuk melonggarkan/mengakhiri suatu lockdown dengan efektif, minimal dipakai tiga pengukur:

1) Kurva kasus terinfeksi harian kumulatif yang sudah datar ("flat curve"). Artinya, kurva kasus harus sudah mencapai titik puncak, lalu mulai turun, bertahap melandai, sampai akhirnya kempes datar. Ini yang dikategorikan sebagai kurva "sudah menang" sementara (tanpa vaksin).

2) "Reproduction number" (RO) penularan virus (dari satu orang yang terinfeksi akan menular ke berapa banyak orang lain) harus lebih kecil dari satu (<1). Yang digunakan bukan "basic reproduction number", tapi "average effective reproduction number atau "R-effective".

3) Tingkat keparahan simtom terinfeksi. Simtom "mild" atau "ringan" harus jauh lebih banyak dibandingkan  simtom "severe" atau "parah" yang harus tidak nampak lagi atau sudah berkurang jauh.

Jika yang dipakai sebagai pengukur hanya faktor ekonomi, maka lockdown yang sudah diakhiri akan memukul balik, kurva kasus infeksi akan melonjak naik lagi dengan cepat, jumlah kematian bergegas meningkat, dan kondisi ini, mau tak mau, akan mengakibatkan kehidupan ekonomi lumpuh lagi. Mau tak mau, lockdown kedua harus dilakukan lagi, dari awal, dengan biaya sosiopsikologis yang lebih besar.

"Matahari aku lihat masih bersinar terang meski sekarang sudah hampir tengah malam. Apakah ini tanda akhir dunia segera tiba, ataukah tanda selalu ada pengharapan di tengah rasa putus asa?"

12 Mei 2020
Pk. 23:21
__________________________

13 Mei 2020 (a)

BERPALING KE MODEL-MODEL FORECASTING/PREDICTIVE/PROJECTIONAL PANDEMI COVID-19

Untuk cari apa? Umumnya orang ingin cari penghiburan dan ketenangan, karena model-model menyajikan jadwal proyektif/prediktif/forecasting kapan epidemi di suatu negara dan pandemi di dunia akan berakhir, atau kapan kurva-kurva akan mulai dan terus menurun dan melandai.

Sayangnya, model-model tidak dibangun untuk tujuan itu. Juga tidak untuk mendukung atau tidak mendukung kebijakan negara apapun. Tetapi tentu saja model-model dapat dipakai untuk membantu menyusun kebijakan-kebijakan penanggulangan epidemi Covid-19 dalam negara-negara yang mau memanfaatkan model-model tersebut, dengan kesadaran penuh bahwa setiap model prediktif adalah hipotesis.

Semua model statistik (juga ada yang mekanistik!) mengajukan prediksi/forecasting/proyeksi yang penuh ketidakpastian, hipotetikal penuh, berisi kesalahan. Kok begitu?

Ya, karena pandemi masih terus berlangsung dan tidak bisa dikendalikan mutlak, angka-angka menari fluktuatif dan bisa dimanipulasi, masa depan tak bisa disetir, sikap dan perilaku manusia juga dinamis, dan ada sangat banyak faktor lain yang bekerja yang menimbulkan keruwetan dan ketidakpastian, perubahan, pergeseran, penyesuaian, bahkan delegitimasi prediksi, dll.

Sekali lagi harus ditegaskan, setiap model tidak bisa dijadikan pendukung kebijakan pemerintah negara apapun.

Tentu ada model-model yang bisa dipesan dari para "tukang jualan bencana". Ini model busuk dari para "ilmuwan" pedagang bencana yang dinamakan "junk scientists".

Bandingkan model-model yang ada pada situs-situs web di bawah ini. Dua model sudah sempat saya lihat. Saya pilih negara Indonesia lebih dulu. Ada data yang dapat sedikit menenangkan. Tetapi kalau menyangkut proyeksi atau forecasting atau prediksi jumlah kasus terinfeksi kumulatif harian di Indonesia, prediksinya "gloomy", kurva kasus terus menanjak, tidak ada indikasi akan menurun.

Sebagai contoh, perhatikan sekian screencapture di bawah ini. Menyangkut jumlah kasus terinfeksi harian kumulatif dan jumlah kasus kematian, forecast atau prediksinya suram, kurva keduanya menanjak terus. R-effetive juga masih di atas 1 (>1). (Forecasting 16-23 Mei 2020). Sumber data: The European CDC
https://renkulab.shinyapps.io/COVID-19-Epidemic-Forecasting/




Below are some live public COVID-19 forecasting efforts around the world.

- Imperial College London https://www.imperial.ac.uk/mrc-global-infectious-disease-analysis/covid-19/
- University of Geneva, ETH Zürich & EPFL https://renkulab.shinyapps.io/COVID-19-Epidemic-Forecasting/
- Massachusetts Institute of Technology https://www.covidanalytics.io/projections
- Los Alamos National Laboratories https://covid-19.bsvgateway.org/
- The University of Washington, Seattle https://covid19.healthdata.org/projections
- The University of Texas, Austin https://covid-19.tacc.utexas.edu/projections/
- Northeastern University https://covid19.gleamproject.org/
- University of California, Los Angeles https://covid19.uclaml.org/

"Jangan bergantung dan percaya pada model prediktif atau forecasting manapun. Konsentrasilah pada apa yang terbaik yang dapat kita lakukan pada masa kini. Sikap dan perilaku kita sekarang akan mengubah forecasting masa depan di masa epidemi ini."

13 Mei 2020
_____________________

20 Feb 2020


COVID-2019 starts with the lung and ends with the lung.

BERAWAL DAN BERAKHIR DI PARU

COVID-19 berawal serupa dengan simtom/gejala terserang flu, batuk dan bersin serta gangguan ringan pernafasan, dan terserang demam. Meski juga ada yang diawali dengan keleyengan, limbung dan ruang dirasakan berputar, selain juga diare dan badan lesu. Kini ditemukan, indra perasa dan indra penciuman yang tak berfungsi juga bagian dari simtom Covid-19.

COVID-19 berawal di paru. Starts with the lung. Tapi dengan cepat bereskalasi, makin memburuk terus.

Menurut data 20 Februari 2020, yang dimanfaatkan WHO dan China Joint Mission on COVID-19, ada 4 kategori penderita: Mild-moderate (ringan-sedang) sebanyak 18 %; Severe (parah) sejumlah 14 %; dan Critical (kritis) sebanyak 6 %. Empat kategori ini menunjukkan simtom yang tak sama dengan flu.

Kategori "moderate" atau sedang hingga ke kategori kritis ditandai oleh kemunculan pneumonia. Pada tahap parah dan tahap kritis, si penderita dikatakan menderita Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

Sindrom kerusakan paru akut ini ditandai dengan rusaknya nyaris seluruh alveoli (kantung-kantung udara kecil dan elastis pada paru), dan sebagai ganti oksigen dalam paru, fluida atau mukus lengket pekat seperti pasta mengisi seluruh paru.

Pada tahap kritis, COVID-19 yang diawali di paru, berakhir di paru yang terblokir total, sebagai pneumonia COVID-19, yang akhirnya membuat si penderita mati. Ends with the lung.


Sedikit info tentang tahap kritis ini, atau tahap ARDS. Apa yang mengisi paru si penderita? Bisakah diobati?

Pada tahap critical, paru penuh sesak oleh lendir atau fluida sangat pekat dan lengket yang memblokir seluruh ruang tekstur paru. Fluida pekat ini terbentuk sebagai reaksi berlebihan sistem imun tubuh si pasien terhadap serangan agresif Coronavirus yang telah memperbanyak diri terhadap jejaring sel-sel paru. Sayangnya, reaksi yang fatal!

Kerusakan paru dapat juga terjadi karena sel-sel paru bunuh diri. "Ketika virus-virus baru mencoba untuk melepaskan diri dari suatu sel, sel tersebut dapat memerangkap mereka dengan protein yang dinamakan tetherin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ORF7a memutus pasokan tetherin dari sel yang terinfeksi, dan ini membuat virus-virus lepas. Para peneliti juga menemukan bahwa protein tersebut dapat memicu sel-sel untuk bunuh diri-- inilah yang membuat Covid-19 merusak paru-paru."
https://www.nytimes.com/interactive/2020/04/03/science/coronavirus-genome-bad-news-wrapped-in-protein.html

Kondisi patologis dalam paru itu membuat pemasangan ventilator ke paru untuk membuat paru dapat mengembang dan mengempis, atau pembuatan ventilasi buatan yang dimasukkan ke trakhea ("intubation"), semuanya sia-sia.


Bahkan diduga, virus juga menyebar dari pasien ARDS lewat udara, cara penularan yang dinamakan AIRBORNE or AEROSOL TRANSMISSION yang bisa membawa partikel virus ke seluruh ruang perawatan pasien-pasien Covid-19.

Nah, WHO bersama China Joint Mission on Covid-19 telah membeberkan ringkas lewat video di bawah ini apa yang terjadi pada paru penderita COVID-19 day by day, dari hari ke hari, hingga ke tahap kritis. Bagikanlah info ini.


________________________

20 Feb 2020 (a)

APAKAH VIRUS ITU HIDUP?



Ini jawabannya.

Dalam mekanisme evolusi, "virus-virus melepaskan kehidupan independen mereka, lalu menjalani suatu gaya hidup parasitis. Dalam hal ini, VIRUS-VIRUS SANGAT BOLEH JADI ADALAH MOYANG-MOYANG TERTUA KITA."

Tuh, kesimpulan suatu studi mendalam. Virus itu hidup. Akar terdalam pohon evolusi kehidupan. "Viruses must be located far down at the root of the tree of life."

Felix Broecker dan Karin Moeling menyatakan bahwa entitas-entitas "yang lazimnya dipandang berasal dari moyang umum universal yang terakhir adalah bakteri, arkhaea dan eukariot, yang memerlukan DNA, sintesis protein, dan harus, karenanya, telah berevolusi dalam waktu yang panjang dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih sederhana."


Read more Felix Broecker & Karin Moeling, "What viruses tell us about evolution and immunity: beyond Darwin?", Annals of the New York Academy of Sciences, 29 April 2019, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6850104/.
________________________

2 Mei 2020

SATU TANDA LAGI TERINFEKSI SARS-CoV-2: "COVID TOE"



Ada cukup banyak kasus ditemukan yang menambah lagi satu tanda bahwa seseorang terinfeksi SARS-CoV-2.

Tanda ini dinamakan COVID TOE. Yakni bengkak atau gelembung berwarna merah pada jari-jemari kaki ("toes"), bisa sebagian jari, bisa juga seluruh jari kaki.

Covid Toe terasa sakit seperti terbakar pada siang hari dan terasa sangat gatal pada malam hari.

Setelah beberapa waktu, warna merah akan berubah ungu, dan setelah beberapa minggu akan hilang sendiri. Jadi, tak usah panik. Tahan saja. Staying home. Getting better.

Covid Toe dapat timbul pada anak-anak, remaja dan orang dewasa muda.

Tetapi mereka yang menderita Covid Toe dites negatif Covid-19. Ini menunjukkan, Covid-19 yang diderita bersifat asimtomatik atau berada pada tahap sangat ringan, replikasi virus juga sangat terbatas, sehingga virus tak terdeteksi.

Sudah diketahui bahwa jika orang terinfeksi virus, pada kulitnya dapat timbul bentol-bentol atau bengkak-bengkak kecil berwarna merah muda (dinamakan "morbilliform").

Tapi para dokter hingga kini belum tahu persis mengapa SARS-CoV-2 dapat menimbulkan Covid Toe.

Salah satu penjelasannya adalah Covid Toe timbul karena terjafi inflamasi atau radang ringan pada dinding-dinding pembuluh-pembuluh darah sebagai reaksi sistem imun yang sehat terhadap infeksi virus.

Atau, karena terjadi pengentalan atau pembekuan atau penggumpalan kecil dalam darah ("blood clots") yang memblokir pembuluh-pembuluh darah kecil pada ujung-ujung jemari sehingga menimbulkan bengkak-bengkak pada jari-jemari kaki.

"Di saat pengetahuan bertambah, keberanian dan ketenangan menemani."

2 Mei 2020

https://www.nytimes.com/2020/05/01/health/coronavirus-covid-toe.html
_____________________________

14 Mei 2020

SARS-CoV-2 MERUSAK SELURUH TUBUH

Kini pengetahuan tentang Covid-19 bertambah. SARS-CoV-2 tidak berhenti setelah menyerang dan merusak paru, tapi serangan berlanjut ke seluruh tubuh, mulai dari kepala hingga ujung kaki. Perhatikan gambar di bawah ini.


Organ-organ tubuh manusia diserang dan dirusak, sekaligus menimbulkan perlawanan terlalu aktif dari sel-sel imun sehingga menimbulkan "badai sitokin" yang berakibat kondisi "hyper-proinflammatory". Badai sitokin ini dicoba diatasi dengan obat-obat "imunosupresan" pada sejumlah pasien Covid-19, tapi dengan hasil yang kurang nyata.

https://www.forbes.com/sites/williamhaseltine/2020/05/14/progress-and-possibilities-for-treating-covid-19/#83863a67f555


1. Paru
Sel-sel imun mengerumuni alveoli yang meradang, yang dinding-dindingnya telah dirusak luar biasa oleh Coronavirus. Kondisi ini membuat paru dipenuhi mukus lengket dan kental seperti pasta. Paru berhenti bekerja. Oksigen tak dapat dihirup. Darah kekurangan oksigen. Akibatnya kematian.

2. Otak
Pasien terserang stroke berat ("large vessel occlusions"/LVOs) pada vena dan arteri otak, timbul radang otak, terjadi seizure, dan kekacauan mental, serta gangguan bicara dan gerak.

3. Mata
Virus menyerang mata. Menimbulkan konjungtivitis dan radang membran.

4. Hidung
Virus mencapai ujung-ujung saraf, lalu merusak sel-sel, sehingga indra penciuman tak berfungsi.

5. Jantung
Pasien mengalami serangan jantung dan radang jantung.

6. Ginjal
Ginjal diserang, berakibat gagal ginjal.

7. Hepar/hati
Selain bisa karena serangan virus, kerusakan hati dapat juga terjadi karena obat-obatan dan "badai sitokin".

8. Pembuluh darah
Sel-sel darah merah yang mengental atau membeku dan menggumpal ("trombus" atau "blood clot") menimbulkan hambatan dan gangguan pada pembuluh darah. Kondisi ini mengakibatkan pasien parah Covid-19 terserang stroke dan kegagalan kerja organ-organ lain.

9. Usus-usus
Virus meyerang saluran cerna atau "gastrointestinal tract" yang ditandai oleh diare yang berat.

Masih dibutuhkan waktu bertahun-tahun lagi untuk para ilmuwan dapat menjelaskan mengapa SARS-CoV-2 dapat merusak tubuh manusia yang sudah terinfeksi dengan begitu menyeluruh.

"Orang tertawa cerah ketika uang berlipatganda di bank. Tetapi mereka mati di saat Coronavirus melipatgandakan diri dalam sel-sel tubuh mereka."

Dengan mengetahui berbagai manifestasi Covid-19 pada tubuh, orang akan cepat meminta testing, tidak berdiam diri dalam ketidaktahuan. Pengetahuan itu penting, meski kadang semakin kita banyak tahu, semakin rentan kita pada rasa takut. Kebalikannya juga betul bahwa karena kita memiliki pengetahuan yang benar, kita jadi tidak takut.

Rasa takut terbesar kita adalah jika orang dalam jumlah besar berkumpul dengan bebas, dan physical distancing diabaikan. Dan lebih takut lagi, jika semua rumah sakit penuh, alhasil setiap penderita Covid-19 harus stay at home untuk mengobati diri mereka sendiri dengan segala risikonya.

1 Mei 2020
14 Mei 2020

https://www.bloomberg.com/news/features/2020-05-08/coronavirus-vaccine-race-between-u-s-china-has-high-stakes

https://www.sciencemag.org/news/2020/04/how-does-coronavirus-kill-clinicians-trace-ferocious-rampage-through-body-brain-toes.

https://www.washingtonpost.com/health/2020/04/24/strokes-coronavirus-young-patients/.

https://beta.ctvnews.ca/national/coronavirus/2020/4/22/1_4907290.html

https://www.washingtonpost.com/health/2020/04/22/coronavirus-blood-clots/

https://www.washingtonpost.com/health/coronavirus-destroys-lungs-but-doctors-are-finding-its-damage-in-kidneys-hearts-and-elsewhere/2020/04/14/7ff71ee0-7db1-11ea-a3ee-13e1ae0a3571_story.html

https://wwwnc.cdc.gov/eid/article/26/9/20-2122_article
_________________

10 Mei 2020

DATA GLOBAL COVID-19 PILIHAN
per 10 MEI 2020, pk. 08:09 WIB

Sumber: Johns Hopkins University and School of Medicine Coronavirus Resource Center https://coronavirus.jhu.edu/map.html

D U N I A
Kasus terinfeksi: 4.023.218
Mati: 279.303
(Crude) Death rate: 6,9%

USA
1.309.168 (78.794) (6,01%)

SPANYOL
223.578 (26.478) (11,8%)

ITALIA
218.268 (30.395) (13,9%)

INGGRIS
216.525 (31.662) (14,6%)

RUSSIA
198.676 (1.827) (0,9%)

PRANCIS
176.782 (26.313) (14,9%)

JERMAN
171.324 (7.549) (4,4%)

BRAZIL
156.061 (10.656) (6,8%)

TURKI
137.115 (3.739) (2,7%)

IRAN
106.220 (6.589) (6,2%)

A S I A

CHINA
83.976 (4.637) (5,5%)

INDIA
62.808 (2.101) (3,3%)

JEPANG
15.663 (607) (3,9%)

SINGAPURA
22.460 (20) (0,09%)

INDONESIA
13.645 (959) (7,02%)

KORSEL
10.840 (256) (2,4%)

FILIPINA
10.610 (704) (6,6%)

MALAYSIA
6.589 (108) (1,6%)

THAILAND
3.004 (56) (1,9%)

TAIWAN
440 (6) (1,4%)

VIETNAM
288 (0) (0%)

BURMA
178 (6) (3,4%)

KAMBOJA
122 (0) (0%)

TIMOR LESTE
24 (0) (0%)

N.B.
4 negara dengan "death rate" tertinggi adalah Prancis 14,9%; Inggris 14,6%; Italia 13,9%; dan Spanyol 11,8%.

Kurva kasus harian Indonesia terus menanjak. "Death rate" sekarang 7,02%.

Ketika kurva kasus sampai di puncaknya (entah kapan!), lalu kurva mulai menurun, melandai lalu datar mengempes, di saat itulah PSBB di Indonesia ("a soft version of lockdown") baru dapat mulai dilonggarkan bertahap!

Tanpa kurva mengempes datar dulu, tapi PSBB diakhiri, maka yang akan terjadi adalah: warga bekerja dan beraktivitas normal kembali, tetapi mayat-mayat terus-menerus setiap hari makin banyak yang dikubur.

"Orang-orang mati tidak mengajar kita untuk tidak takut mati, tetapi meminta kita untuk mengalahkan kematian."

10 Mei 2020
__________________________

12 Mei 2020

"CHAOTIC DISASTER" KETIKA PSBB DIANGKAT

Seorang sahabat baru saja mengirim berita lewat WA (dengan dilengkapi sebuah emoji wajah orang menangis) ke saya bahwa dengan menyebut "berdamai dengan Covid-19", Pak Jokowi tampaknya akan menjalankan strategi "soft herd immunity" dengan terus melonggarkan PSBB demi menyelamatkan ekonomi Indonesia.

Dalam pendekatan "soft herd immunity" ini masyarakat dipecah dalam dua golongan usia: angkatan produktif 45 tahun ke bawah, dan angkatan non-produktif 45 tahun ke atas. Angkatan yang lebih muda akan bertahap dikembalikan aktif normal dalam perekonomian Indonesia, dengan pertimbangan (yang kini sudah tak faktual lagi) bahwa orang muda lebih kuat dalam melawan Covid-19.

Itu serupa strategi di Swedia yang menerapkan "natural herd immunity": manula dikarantina dalam rumah-rumah jompo. Sedangkan orang muda bebas bergerak ke mana-mana, dibiarkan terinfeksi, lalu nanti akan sembuh sendiri dan mendapatkan kekebalan alamiah bertahap sampai mencapai sebagian besar populasi. Hasilnya sudah kita tahu: jumlah orang yang mati di Swedia begitu banyak, mengejutkan sekali, tua dan muda, di luar kalkulasi para epidemiolog negara.



Patokan utama (di mana-mana) untuk melonggarkan "lockdown" (di Indonesia, PSBB adalah suatu "versi lunak lockdown") bahwa kurva kasus terinfeksi harian kumulatif sudah  sampai di puncaknya, lalu mulai turun bertahap, melandai sampai akhirnya kempes datar, Pak Jokowi tak pakai. Mungkin sebelumnya Pak Presiden kita ini tak terlalu tahu peran kurva epidemi.

Tim yang membantunya (kalau di Amerika dinamakan CDC), tidak bertindak dengan basis ilmu pengetahuan. Kepentingan ekonomi, itu dasar segala tindakan mereka dalam menghadapi Covid-19, tak beda dari pendapat Trump, meski mereka sudah tahu akibatnya: akan makin banyak yang sakit dan akan makin banyak yang mati.

Entahlah, apakah langkah Pak Jokowi itu dapat disebut "soft herd immunity" atau langkah "menyerah kalah pada Covid-19".

Tak ada strategi "berdamai dengan Covid-19". Ini ungkapan ganjil dan kontradiktif pada dirinya sendiri. Yang ada cuma satu: War on Covid-19. Ini langkah yang sudah sepatutnya dan sadar diambil.

Jerman yang kurvanya "kurva hampir menang", baru saja mengalami kembali serangan infeksi besar ketika lockdown di sana dilonggarkan. Pemerintah Jerman memonitor wabah Covid-19 dengan memakai tiga alat ukur: kurva kasus terinfeksi harian kumulatif, "reproduction number" atau RO (satu orang terinfeksi akan menularkan virus ke berapa banyak orang lain), dan tingkat keparahan simtom terinfeksi. https://www.bbc.com/news/world-europe-52604676

Di Wuhan dengan kurva sudah menang, juga sedang terjadi serangan infeksi terhadap "ratusan" warga di sana (banyak yang asimtomatik), sementara lockdown sudah diangkat 8 April 2020. Selain itu, infeksi juga ditemukan di kota Shulan di provinsi Jilin (dekat perbatasan dengan Russia dan Korea Utara). Diyakini, kasus terinfeksi di seluruh China sebetulnya mencapai jumlah 232.000 (tiga kali lipat dari angka resmi yang dilaporkan).

https://www.bbc.com/news/world-asia-china-52194356

https://www.bbc.com/news/world-asia-china-52613138

Indonesia yang memiliki "kurva kritis", malah nekad mau melonggarkan PSBB demi alasan ekonomi, sambil menunggu vaksin. Artinya: terus menunggu 1 hingga 1½ tahun ke depan, sementara PSBB sudah dilonggarkan dan diakhiri jauh sebelum vaksin tersedia global.

Jika itu halnya, bukan kemenangan yang kita akan dapat. Yang akan kita lihat tak lama lagi ini: more and more body bags day by day selama 1 hingga 1½ tahun ke depan.

Saya sudah mencoba mengingatkan Pak Jokowi beberapa kali lewat akun Twitternya langsung. Saya sudah tunjukkan, patokan kebijakan ke depan terkait PSBB adalah "kurva sudah menang" (yang dicapai tanpa vaksin!) harus diraih dulu. Terserah Pak Jokowi deh.

Awal sekali Pak Jokowi bersumpah akan berperang dengan Covid-19. Sekarang berubah, beliau mau berdamai dengan virus yang mematikan. Inkonsisten. Hasilnya nanti: chaotic disaster. Bencana yang menimbulkan kekacauan, termasuk di dunia ekonomi yang awalnya katanya mau diselamatkan.

Daripada ikuti "soft herd immunity strategy", mungkin lebih perlu kita bangun komunitas internal saja, yang hidup mencukupkan diri sendiri, dan mengadakan kontak sesedikit mungkin dengan kalangan luar.

Saya juga tak bisa berbuat apa-apa. Kerap termenung sendirian.

"Ketika orang tak berdaya, apakah mereka harus lari ke Tuhan dan berpasrah? Biasanya begitu. Ataukah melihat ke dalam, untuk menemukan kekuatan baru, dan melanjutkan kegiatan berpikir?"

12 Mei 2020
Pk. 17:22
_________________________

8 Mei 2020

APA YANG ANDA TANGKAP DARI UCAPAN MENGEJUTKAN PAK JOKOWI INI?

"... Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Kamis (7/5).

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20WA200507124956-20-501011/jokowi-minta-warga-hidup-berdamai-dengan-virus-corona

Berita dari CNN Indonesia ini barusan saya terima lewat WA dari seorang pendeta perempuan, disertai emoji wajah orang yang sedang menangis sedih. Tampaknya dia cemas, mungkin juga merasa takut.


Ya, bisa saja orang mau berdamai dengan virus corona. Tapi hal yang pasti, virus corona tidak akan mau berdamai dengan manusia. Virus corona terdesain untuk menginfeksi sel-sel manusia, lalu merusak sel-sel, bukan untuk bernyanyi bak burung-burung nuri yang menimbulkan rasa damai dalam hati para pendengar.

Well, saya bertanya, apakah "hidup berdamai dengan Covid-19" dimaksudkan Pak Jokowi sebagai menjalankan strategi "natural herd immunity"?

"Herd" artinya "kawanan", atau "populasi manusia". Jadi, "herd immunity" adalah imunitas atau kekebalan alamiah populasi Indonesia terhadap virus corona. Kekebalan karena sakit dulu, lalu sembuh dari Covid-19, bukan kekebalan karena vaksinasi, berhubung vaksin Covid-19 hingga saat ini belum ada.

Apakah maksud beliau, biarkan diri kita sakit Covid-19, menderita 2 minggu kurang lebih, lalu akan sembuh sendiri, alhasil kita menjadi kebal sendiri secara alamiah terhadap virus corona?

Strategi "natural herd immunity" ini sudah dipakai Swedia sejak awal epidemi Covid-19 di sana. Populasi Swedia dibiarkan sakit, dan yang sakit dibiarkan tambah banyak. Diharapkan awalnya, penduduk Swedia akan akhirnya sebagai populasi kebal secara alamiah terhadap coronavirus.

Tapi kini, para epidemiolog Swedia sangat terkejut melihat hasil strategi "herd immunity" mereka. Jumlah orang mati sangat banyak karena serangan virus corona, sesuatu yang tak masuk dalam skenario dan kalkulasi mereka. Swedia TELAH GAGAL MENANGANI COVID-19!

Epidemiolog negara Swedia, Anders Tegnell, mengatakan, "Tak pernah kami perhitungkan pada awalnya bahwa angka kematian akan begitu tinggi. Kami telah perhitungkan akan lebih banyak orang yang sakit, tapi jumlah kematian yang tinggi sungguh mengejutkan kami."

Nah, apakah strategi ini yang ada dalam pikiran Pak Jokowi dan jajarannya ketika beliau mengajak kita hidup berdamai dengan virus corona sampai satu atau dua vaksin yang ampuh sudah tersedia, satu hingga dua tahun lagi?

Jika ya, kita harus siap melihat jumlah warga Indonesia yang mati ("DEATH TOLL") karena Covid-19 akan jauh berlipatganda dari yang resmi tercatat sekarang.

Mungkin kita juga akan termasuk orang yang mati, bukan orang yang sembuh, nantinya. Ini hal yang sangat serius.

Ya, memang tidak jelas apa yang dimaksudkan Pak Jokowi dengan "hidup berdamai dengan virus corona". Karena itu, bisa juga ditafsirkan bahwa kita perlu kalem secara psikologis, sambil terus menjalankan langkah-langkah mitigasi penyebaran cepat virus corona yang menjadi penyebab penyakit Covid-19.

Oh ya, langkah-langkah mitigasi adalah langkah-langkah pengurangan bahaya dan ancaman yang ditimbulkan oleh sesuatu, dalam hal ini, oleh virus corona. Selama ini tokh kita sudah dan kini juga sedang menjalankan protokol mitigasi.

Pada sisi lain, kita dapat memahami kenyataan bahwa pemerintah kita memang kekurangan banyak sumber daya dalam penerapan protokol mitigasi. Selain itu, gaya hidup atau "life style" warga Indonesia (katanya, warga yang berdiam di gang-gang dan di kampung-kampung) tidak sejalan dengan protokol yang telah digariskan pemerintah dalam menangani Covid-19. Juga, sistem kesehatan umum di Indonesia tidak kuat, sehingga penanganan kuratif cepat dan efektif terhadap epidemi Covid-19 juga tidak bisa dicapai. Akibatnya, "death rate" korban Covid-19 di Indonesia juga tinggi, sekitar 7 hingga 9 % fluktuatif.

Jika dalam bulan-bulan depan, setelah lebaran (24-25 Mei 2020), putaran roda pemerintahan, roda perekonomian, lalu industri, perdagangan, aktivitas pendidikan, kegiatan-kegiatan ibadah, industri hiburan, dan berbagai kegiatan lain yang melibatkan banyak orang dan kerumunan, dll, dikembalikan normal seperti sebelumnya, sementara wabah Covid-19 terus menggila dan makin meluas, apa yang harus kita perbuat dan lakukan? Jangan putus asa jika skenario terburuk ini nanti menjadi kenyataan.

Barangkali masih ada suatu jalan di depan kita: kita hadapi Covid-19 menurut kebijakan-kebijakan komunitas terbatas internal kita masing-masing, sesanggup-sanggupnya, dalam lingkungan kita sendiri-sendiri, dengan tetap melibatkan lingkungan luar seperlunya saja dan sesedikit mungkin.

Kita masih ingin hidup lebih lama, tak mau begitu saja terserang Covid-19 yang mematikan. Tak mau dikubur dalam kesunyian dan ketiadaan.

Sementara itu saja dulu.

"Air mengalir, senantiasa mencari rembesan, untuk bisa terus mengalir. Mari kita jadi seperti air, karena kita masih hidup dan mau bertahan hidup. Tak ingin mati sia-sia."

8 Mei 2020
23:32

Tentang "herd immunity", juga yang gagal dijalankan Swedia, bacalah ini:

https://www.businessinsider.com.au/coronavirus-sweden-lockdown-chief-says-high-death-toll-was-surprise-2020-5/

https://www.google.com/amp/s/theconversation.com/amp/the-herd-immunity-route-to-fighting-coronavirus-is-unethical-and-potentially-dangerous-133765

https://www.weforum.org/agenda/2020/03/coronavirus-can-herd-immunity-really-protect-us/

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780702040894000822

https://www.jhsph.edu/covid-19/articles/achieving-herd-immunity-with-covid19.html

https://www.sciencealert.com/why-herd-immunity-will-not-save-us-from-the-covid-19-pandemic
_______________________

6 Mei 2020

VIRUS CORONA BARU BERMUTASI LEBIH LANJUT. JADI, BISAKAH SUATU VAKSIN DIHASILKAN?



Ilustrasi mutasi genetik SARS-CoV-2

Pada 3 Maret 2020 dilaporkan bahwa para virolog di Wuhan, China, menemukan virus SARS-CoV-2 telah mengalami mutasi genetik, sehingga tercipta dua "subtypes" atau "strains" atau "genetic variants" yang baru, yakni virus tipe-L yang agresif (mencakup 70% dari "subtypes" yang dianalisa) dan virus tipe-S yang tidak/kurang agresif (30% dari "subtypes" yang dianalisa).

https://fortune.com/2020/03/04/coronavirus-mutating-second-strain-covid-19-wuhan-china/

https://www.thailandmedical.news/news/researchers-warn-that-wuhan-coronavirus-evolution-should-be-monitored-in-patients-as-an-easy-possible-genomic-mutation-could-be-catastrophic

Kini, tim peneliti dari Los Alamos National Laboratory (LANL), yang dibantu para ilmuwan dari Duke University dan University of Sheffield, Inggris, telah dapat menganalisa ribuan sekuen coronavirus yang telah dikumpulkan oleh Global Initiative for Sharing All Influenza (GISAI), sebuah organisasi yang mengupayakan sharing data dengan cepat tentang semua virus influenza dan virus-virus corona.

LANL dkk telah berhasil mengidentifikasi 14 mutasi genetik virus corona. Mutasi-mutasi ini dikatakan berdampak pada "protein paku" ("spike proteins") yang ada pada permukaan bagian luar coronavirus, yang merupakan mekanisme viral multifungsi yang memungkinkan coronavirus menyusup masuk ke dalam sel-sel inang.

Dari 14 varian genetik SARS-CoV-2, varian yang kini paling banyak menyebar di seluruh Amerika adalah varian virus yang lebih kuat menular.

Awal Februari 2020, subtype yang agresif dan lebih kuat menular ini menyebar di seluruh Eropa sebelum bermigrasi ke bagian-bagian lain dunia, termasuk Amerika Serikat, dan menjadi virus yang paling dominan di seluruh dunia hingga akhir Maret 2020. Demikian ditulis tim peneliti LANL.

Jika di musim panas (karena pengaruh sinar UV cahaya Matahari dan kelembaban udara yang tinggi) "strain" yang dominan dan agresif ini tidak berkurang (tidak seperti yang lazim terjadi pada penyakit infeksius flu musiman), virus ini akan bermutasi lebih lanjut, dan potensial membatasi efektivitas vaksin-vaksin yang kini sedang dikembangkan para ilmuwan di seluruh dunia. Sebagian vaksinolog menggunakan sekuen-sekuen genetik virus corona yang diisolasi oleh otoritas-otoritas kesehatan di permulaan wabah SARS-CoV-2 ketika virus ini belum bermutasi.

LANL menyatakan bahwa "Tim kami dapat mendokumentasikan mutasi-mutasi genetik virus corona baru dan dampak mutasi-mutasi tersebut pada penyebaran vurus tersebut hanya karena ada suatu usaha global yang besar dari para pakar klinis dan kelompok-kelompok yang bereksperimen. Mereka memungkinkan sekuen-sekuen baru SARS-CoV-2 dalam komunitas-komunitas lokal mereka dapat tersedia dengan secepat mungkin. Mutasi-mutasi SARS-CoV-2 yang melahirkan subtype virus yang baru harus menjadi 'perhatian mendesak' mengingat kini ada lebih dari 100 kandidat vaksin yang sedang dalam proses pengembangan untuk menangkal Covid-19."

https://www.cnbc.com/2020/05/05/the-coronavirus-mutated-and-appears-to-be-more-contagious-now-new-study-finds.html

https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2020.04.29.069054v1.full.pdf

Apakah berita di atas harus membuat kita takut? Takut, karena SARS-CoV-2 telah bermutasi besar-besaran? Dus, takut dunia tak akan memiliki satu vaksin pun untuk menangkal Covid-19?

Sama sekali tidak perlu takut. Ikuti uraian selanjutnya yang memuat pandangan-pandangan tiga ilmuwan yang mumpuni.

Pertama-tama memang harus ditegaskan bahwa semua virus berevolusi seiring waktu yang berjalan, karena desakan-desakan alamiah dan berbagai intervensi manusia dalam memerangi penyebaran virus-virus. Mutasi-mutasi yang telah berlangsung terakumulasi sementara virus-virusnya memperbanyak diri luar biasa dengan tidak sempurna dalam sel-sel inang. Selanjutnya, virus-virus yang semakin banyak ini menyebar ke populasi-populasi manusia dengan membawa mutasi-mutasi yang bertahan lewat seleksi alam.

Tetapi, ini penting diketahui, SARS-CoV-2 memiliki mekanisme yang dapat membaca dan mengoreksi, alhasil mengurangi "angka kekeliruan" ("error rate") dan "angka perkembangan" mutasi.

Jadi, di mana pun muncul dan berada, virus corona ini tampak lumayan sama. Juga tidak ada bukti bahwa beberapa "strains" virus ini lebih mematikan dibandingkan "strains" lainnya. Artinya, SARS-CoV-2 tidak bermutasi besar-besaran, lebih dari yang lazim, sementara mereka menyebar lewat populasi-populasi manusia.

Kestabilan genetik yang relatif dari coronavirus menyarankan bahwa virus ini kurang mungkin menjadi lebih atau menjadi kurang berbahaya ketika menyebar. Hal ini memberi kabar yang membesarkan hati bagi para peneliti yang berharap akan dapat mengembangkan suatu vaksin yang ampuh dan bekerja dalam kurun sangat panjang.


Di atas adalah Genomic epidemiology of novel coronavirus --- Global subsampling. Menampilkan 112 dari 4616 genom yang disampel Januari 2020-April 2020. https://nextstrain.org/ncov/global?f_division=England&l=clock. Oh ya, genom adalah material genetik suatu organisme; terdiri atas DNA; mencakup baik gen maupun DNA "non-coding", juga mitochondrial DNA (mtDNA) dan chloroplast DNA (chlDNA). Ilmu yang mengkaji genom dinamakan genomics.

Seorang genetikus molekuler dari Johns Hopkins University Applied Physics Lab, Peter Thielen, menyatakan bahwa kini para ilmuwan sedang mengkaji lebih dari 1.000 sampel berbeda coronavirus. Nah, hanya ada 4 sampai 10 perbedaan genetik antara varian-varian genetik SARS-CoV-2 yang telah menginfeksi masyarakat Amerika dan coronavirus asli di Wuhan.

Kata Thielen, "Ini adalah suatu mutasi dalam jumlah yang relatif kecil setelah coronavirus menyebar ke sangat banyak orang. Jadi, 'mutation rate' SARS-CoV-2 menunjukkan bahwa vaksin yang dikembangkan untuk menangkal Covid-19 akan berupa suatu vaksin tunggal, bukan suatu vaksin yang harus dikembangkan baru lagi setiap tahun seperti vaksin flu."

Thielen berharap bahwa "suatu vaksin untuk Covid-19 akan memiliki profil yang serupa dengan vaksin rubela/campak atau vaksin cacar air yang memberi imunitas jangka sangat panjang."

Virolog Stanley Perlman (University of Iowa) dan virolog Benjamin Neuman (Texas A&M University, Texarkana) juga menyatakan bahwa coronavirus relatif stabil. "Virus ini tidak bermutasi dalam besaran yang signifikan." Jika masih bisa bertahan dalam 1 tahun, barulah akan muncul beranekaragam subtypes, tidak seperti virus flu yang genomnya terpecah ke dalam beberapa segmen dengan masing-masing segmen memiliki kode-kode genetiknya sendiri. SARS-CoV-2 tidak masuk virus jenis ini. Kalau dua virus flu ada dalam satu sel yang sama, maka keduanya dapat menukar beberapa segmen, dan kondisi ini dapat potensial melahirkan dengan cepat suatu kombinasi baru---inilah yang terjadi pada "flu babi" alias "swine flu" H1N1.

Memang dapat terjadi bahwa suatu mutasi kecil dalam virus dapat menimbulkan efek yang lebih besar dari rata-rata, dalam hasil klinis Covid-19. Kondisi ini diketahui telah terjadi pada virus-virus lain. Namun tidak ada tanda-tanda bahwa hal semacam ini terjadi pada SARS-CoV-2.

Tapi kenapa di banyak negara Eropa, juga di Amerika, jumlah orang yang meninggal begitu tinggi, jika virus SARS-CoV-2 di sana tidak berbeda signifikan dari virus-virus yang sama di tempat-tempat lain?

Menurut dua virolog tersebut, "death rate" dapat tinggi di Eropa mungkin sekali timbul karena faktor-faktor situasional, misalnya populasi lanjut usia, rumah-rumah sakit yang membludak, kekurangan ventilator, keterbatasan sistem perawatan kesehatan umum dan penyelamatan kehidupan. Jadi, bukan karena ada perbedaan-perbedaan dalam virus patogennya sendiri.

https://www.washingtonpost.com/health/the-coronavirus-isnt-mutating-quickly-suggesting-a-vaccine-would-offer-lasting-protection/2020/03/24/406522d6-6dfd-11ea-b148-e4ce3fbd85b5_story.html

Jadi, ya tak usah takut. Tahun 2021 dunia akan memiliki minimal satu atau dua vaksin (malah makin banyak jenis vaksin, akan makin baik) yang aman, manjur, dan mampu membangkitkan imunogenisitas jangka panjang dalam diri kita untuk menangkal Covid-19. Dus, tak perlu sampai orang (yang tak tahu) mengklaim bahwa Indonesia harus punya suatu vaksin buatan sendiri (sudah mampukah?) untuk menangkal virus SARS-CoV-2 asli Indonesia.

"Ilmu pengetahuan adalah jalan agung menuju Tuhan yang mahatahu dan mahapengasih. Setiap ilmuwan yang menjalankan tugas mereka dengan baik dan bajik adalah hamba-hamba Tuhan."
☆ ioanes rakhmat

6 Mei 2020
____________________________

7 Mei 2020

TIGA JENIS KURVA EPIDEMI COVID-19


Merah bukan berarti berani, tapi petunjuk bahwa negara anda sedang ada dalam bahaya. Bertindaklah segera, sekarang juga.

"Jangan tunggu 'lebih banyak' data atau hasil-hasil dari berbagai model yang ruwet. Tidak terlalu telat untuk bertindak sekarang. Semakin lebih dini anda bertindak, semakin lebih cepat segala hal kembali normal."
☆ NECSI, USA
https://www.endcoronavirus.org/countries

7 Mei 2020
__________________________

5 Mei 2020

KANDIDAT VAKSIN KE-5 Covid-19 kini sedang tahap 1-2 uji klinis, dinamakan BNT162-Vaccine (mRNA platforms), buatan Pfizer-BioNTech SE. Di tahun 2021 akan diproduksi ratusan juta dosis di Kalamazoo, Michigan, Amerika Serikat.

5 Mei 2019

https://www.clickondetroit.com/news/michigan/2020/05/05/pfizer-begins-covid-19-vaccine-trial-will-be-manufactured-in-michigan/
_________________________

28 April 2020

DATA GLOBAL COVID-19 PILIHAN
Sumber: Johns Hopkins University and School of Medicine
https://coronavirus.jhu.edu/map.html
Dicek 28 April 2020
Pk. 17:36 WIB
"(Crude) death rate" dihitung oleh ioanes rakhmat

GLOBAL
Kasus 3.052.245
Mati 211.350
"(Crude) death rate" 6,9% (meningkat lagi!)

USA
988.469 (56.253) (5,7%)

Kematian tinggi sudah banyak kali dialami orang Amerika. Perhatikan data di bawah ini sebagai perbandingan.

https://www.nationalgeographic.com/history/2020/04/coronavirus-death-toll-vietnam-war-cvd/


SPANYOL
229.422 (23.521) (10,3%)
ITALIA
199.414 (26.977) (13,5%)
JERMAN
158.758 (6.126) (3,9%)
INGGRIS
158.348 (21.157) (13,4%)
TURKI
112.261 (2.900) (2,6%)
RUSIA
93.558 (867) (0,9%)
IRAN
91.472 (5.806) (6,3%)
CHINA
83.938 (4.637) (5,5%)
BRAZIL
67.446 (4.603) (6,8%)
KANADA
49.616 (2.841) (5,7%)
BELGIA
46.687 (7.207) (15,4%)
BELANDA
38.440 (4.534) (11,8%)
SWEDIA
18.926 (2.274) (12%)

Perhatikan, negara dengan "(crude) death rate" di atas 10% mencakup:
SPANYOL 10,3%
ITALIA 13,5%
INGGRIS 13,4%
BELGIA 15,4%
SWEDIA 12%
BELANDA 11,8%

ASIA
INDIA
29.451 (939) (3,2%)
SINGAPURA
14.951 (14) (0,09%)
PAKISTAN
14.079 (301) (2,1%)
JEPANG
13.614 (385) (2,8%)
KORSEL
10.752 (244) (2,3%)
INDONESIA
9.511 (773) (8,1%)
FILIPINA
7.958 (530) (6,6%)
BANGLADESH
6.426 (155) (2,4%)
MALAYSIA
5.851 (100) (1,7%)
THAILAND
2.938 (54) (1,8%)
TAIWAN
429 (6) (1,4%)
VIETNAM
270 (0) (0%)
BURMA
146 (5) (3,4%)
KAMBOJA
122 (0) (0%)
MONGOLIA
38 (0) (0%)
TIMOR-LESTE
24 (0) (0%)

Perhatikan, negara dengan "(crude) death rate" tertinggi adalah INDONESIA. Ini angka resmi kematian di rumah-rumah sakit! Penderita Covid-19 yang mati di luar rumah sakit, dus tidak dilaporkan, tentu saja ada.

Entah ada apa, 4 negara ini memiliki "(crude) death rate" NOL %, yakni Vietnam, Kamboja, Mongolia, Timor-Leste. Apakah masing-masing penduduknya rutin menerima vaksinasi lain? Entahlah.

Singapura juga memiliki "(crude) death rate" rendah, 0,09% meskipun jumlah orang yang terinfeksi menanjak terus, bahkan melonjak, kini 14.951 orang. Ada kantong-kantong "viral load" yang belum ketahuan.

"Angka-angka memberi kita pengetahuan sekaligus kekhawatiran."
☆ ioanes rakhmat
________________________

27 April 2020

EMPAT HAL BERBEDA:  OBAT ("DRUGS"), PLASMA DARAH, VAKSIN, dan "HERD IMMUNITY"

Banyak orang tak tahu tentang perbedaan empat hal yang saya mau tulis singkat di bawah ini terkait penanganan penyakit Covid-19.

1. Obat antivirus ("antiviral drugs") dipakai untuk orang yang sedang sakit Covid-19.

Sampai saat ini, belum ada obat antivirus asli pelawan Covid-19 yang betul-betul aman dan manjur.

Alhasil, para ilmuwan berpaling ke obat-obat (antivirus dan non-antivirus) yang sudah (lama) ada, lalu di-repurpose atau di-alihgunakan sebagai obat antivirus (sementara) bagi pasien Covid-19. Tapi harus diuji klinis (ke manusia) dulu untuk tahu keamanan dan kemanjurannya, serta kemampuannya membangun antibodi dalam diri pasien yang sudah sembuh.

Ada belasan obat (antivirus dan non-antivirus) lama yang diusulkan di-"repurpose" untuk obati Covid-19.
https://www.nytimes.com/reuters/2020/04/24/world/asia/24reuters-health-coronavirus-lifeline.html.

Dua diantaranya yang sempat membangkitkan harapan adalah Choloroquine/CHQ (atau jenis yang kurang beracunnya, Hydrochloroquine) yang sebetulnya obat anti-malaria, dan obat antivirus Remdesivir (yang pernah digunakan untuk SARS, MERS dan Ebola).

Tapi sekarang terbukti, CHQ menimbulkan keracunan bahkan kematian pada pasien Covid-19. FDA Amerika telah melarang penggunaan CHQ di luar penggunaan untuk uji klinis karena obat ini membuat jantung penderita berdetak terlalu cepat, yang berakibat kematian.
https://www.wsj.com/articles/fda-warns-against-use-of-chloroquine-outside-of-clinical-trials-11587745979.

Sekarang ini di Indonesia CHQ tersedia cukup berlimpah. Apa harus dibuang? Ya tentu tidak. CHQ masih dapat digunakan untuk pasien Covid-19 rawat inap tahap ringan, tak boleh untuk pasien tahap parah dan tahap kritis.

Lalu harapan diarahkan ke obat antivirus Remdesivir, produk Gilead Sciences. Semula dalam waktu dekat ini diharapkan Remdesivir akan di-approve FDA untuk obati pasien Covid-19. https://www.statnews.com/2020/04/16/early-peek-at-data-on-gilead-coronavirus-drug-suggests-patients-are-responding-to-treatment/.

Sayangnya, terbukti obat ini, sebagaimana sempat diberitakan di situs web WHO, dan juga oleh jurnal medik Inggris, Lancet (Rabu, 29 April 2020), tidak efektif alias gagal dalam uji klinis, meski uji klinis masih akan dilanjutkan. https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-04-23/gilead-plunges-after-report-that-chinese-trial-was-unsuccessful.

Berita mutakhir Rabu, 29 April 2020, menyatakan Remdesivir efektif untuk obati Covid-19 tapi untuk penderita tahap awal atau tahap ringan. https://www.cnbc.com/2020/04/29/gilead-reports-positive-data-on-remdesivir-coronavirus-drug-trial.html.

Sebagai suatu produk Gilead Sciences, Remdesivir tampaknya manjur untuk mengobati pasien Covid-19 dini dengan kesembuhan lebih cepat. Obat antivirus ini, yang dikembangkan sejak 2009, bekerja dengan menghambat enzim pada virus yang berfungsi untuk mereproduksi material genetik virus.


Keberhasilan sementara uji klinis Remdesivir telah menaikkan nilai saham Gilead sebesar 7% pada Rabu, 29 April 2020. Tapi di ruang komentar Twitter, kini orang Amerika ramai membicarakan ihwal harga Remdesivir yang sangat mahal tapi bekerja dengan cepat, dibandingkan obat Chloroquine yang jauh lebih murah tapi bekerja lebih lambat (dan potensial berbahaya, dus tidak di-approve FDA Amerika).

Muncullah celotehan, "Bayar mahal untuk Remdesivir, cepat sembuh. Bayar murah untuk Chloroquine, lambat sembuh."

Di masa pandemi Covid-19 tetap saja ada perusahaan farmasi besar yang mau gaet profit besar ya. Profit is profit; it can't be changed to charity!

Poor you, Gilead!

Tapi kabarnya, Gilead akan mendonasikan 1,5 juta vial Remdesivir di musim panas ini di Amerika.

https://www.cbsnews.com/amp/news/gilead-sciences-stock-rises-remdesivir-covid-19-coronavirus-treatment

Paling mutakhir diberitakan, beda dari berita sebelumnya, bahwa Remdesivir manjur untuk mengobati pasien Covid-19 yang sudah parah atau kritis. Lebih aneh lagi, hasil uji klinis sepenuhnya Remdesivir tidak dipublikasi untuk umum, tetapi sekarang obat ini telah di-approve oleh FDA Amerika sebagai obat yang dibutuhkan pada masa darurat. Approval yang dinamakan "an Emergency Use of Authorization" (EUA).

Otorisasi jenis inilah, yang tak lepas dari pertimbangan politik, yang memungkinkan hasil uji klinis lengkap Remdesivir tidak dirilis ke publik. Orang hanya tahu ada "a preliminary data analysis" tentang Remdesivir, tanpa ditopang "cofirmation studies".
https://www.marketwatch.com/amp/story/guid/57B53654-8BA5-11EA-805E-BE7772630DE1

2. Ekstrasi plasma darah yang berisi antibodi untuk didonorkan hanya ke pasien Covid-19 yang sudah parah/berat (umumnya lansia dengan komplikasi penyakit lainnya) dan dirawat di ICU, karena plasma darah tersedia sedikit, dan orang muda umumnya (semula) dianggap cukup kuat untuk sembuh sendiri. Tapi hal ini tidak berarti pasien Covid-19 ringan/sedang tidak boleh diobati lewat transfusi plasma darah. Tentu boleh, sejauh plasma darah tersedia cukup.

Antibodi ada dalam plasma darah pasien Covid-19 yang sudah sembuh. Inilah plasma "convalescent" (kata kerja "convalesce" artinya "sudah sembuh" atau "sudah sehat kembali").  Hal ini sudah lama saya tulis;  carilah jauh di bawah ini. Ini linknya https://www.nytimes.com/2020/03/25/health/coronavirus-immunity-antibodies.html.

Plasma darah sendiri adalah cairan kuning emas, "liquid gold", yang sudah dipisahkan dari sel-sel darah merah, lalu sel-sel darah merah ini dikembalikan masuk ke dalam tubuh si pendonor lagi. Setelah beberapa waktu, plasma darah akan dihasilkan lagi dalam tubuh si pendonor.

Tapi tak sembarangan plasma darah pasien yang sudah sembuh, yang dapat didonorkan. Plasma darah yang bisa digunakan adalah plasma darah yang bersih dari patogen lain (virus atau bakteri lain yang berbahaya, juga zat-zat alergen) dan mengandung antibodi dengan titer tinggi (plasma darah ada yang berisi sangat kurang bahkan nol antibodi).

Selain itu, orang yang sudah sembuh dari Covid-19 harus sudah tidak menunjukkan simtom-simtom terinfeksi (lagi) 2 hingga 3 minggu setelah dinyatakan sembuh, yang diketahui lewat test PCR. Hal terpenting adalah dalam darahnya sudah ada antibodi (diketahui lewat test serologis) dalam jumlah yang tinggi (diketahui lewat pengukuran titer).

Jika syarat-syarat di atas tak terpenuhi, infus/transfusi plasma darah yang berisi antibodi ke tubuh pasien Covid-19 lain akan berbahaya atau tak berhasil memasukkan antibodi yang tinggi yang diperlukan untuk memacu sistem imun dalam memberi respons terhadap infeksi. Imunitas yang didapat lewat transfusi plasma darah dinamakan imunitas pasif.

Perlu diketahui, terapi lewat plasma darah orang yang sudah sembuh bukan terapi baru (dilakukan pertama kali 1896 untuk menangkal toksin difteria; kemudian juga untuk virus Ebola). Ini bukan terapi "temuan puteri Indonesia manapun"; jadi tak perlu diributi.

Terapi ini sudah lama ada, dipakai khususnya di saat terjadi epidemi besar penyakit infeksius, tapi obat dan vaksin tidak tersedia. Terapi ini tidak selalu efektif. Banyak juga yang gagal. Dalam kondisi darurat ketiadaan obat antivirus dan vaksin yang efektif, terapi plasma darah konvalesen adalah suatu alternatif yang patut diambil. Peralatan medik untuk menjalankan terapi plasma darah ini mahal harganya.

Sekarang ini, perusahaan Jepang Takeda Pharmaceutical Co. sedang mengembangkan Convalescent Plasma TAK-888 yang akan diuji klinis Juli 2020.

Read more
https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2765617

https://www.nytimes.com/2020/04/24/smarter-living/coronavirus-convalescent-plasma-antibodies.html

3. Vaksin yang aman untuk membangkitkan respons imun aktif yang kuat dan tahan lama pada diri orang sehat terhadap serangan virus SARS-CoV-2.

Hingga saat ini, belum ada vaksin khusus untuk Covid-19 yang aman, manjur dan mampu membangkitkan imunogenisitas dalam melawan virus SARS-CoV-2 (penyebab penyakit Covid-19).

Sudah saya tulis di bawah, kini ada 4 kandidat vaksin Covid-19, yang sedang dikembangkan dan sudah masuk uji klinis, yakni vaksin-vaksin yang dibuat oleh CanSino-Beijing, Moderna, Inovio, dan Universitas Oxford Inggris.

Tapi keempatnya (dan akan menyusul yang lain, misalnya yang sedang dalam tahap uji praklinis di Israel) masih butuh 1 higgga 1½ tahun lagi untuk siap diproduksi massal. Itupun kalau vaksin-vaksin ini lolos tahap-tahap uji klinis yang luas yang melibatkan banyak relawan dari berbagai bangsa dan negara.

Nah, menunggu 1½ tahun lagi sangatlah kelamaan di saat pandemi Covid-19 terus meluas dan meroket. Malam ini kasus global akan tembus 3 juta orang yang terinfeksi SARS-CoV-2!

Akhirnya para ilmuwan banting setir, mereka berpaling ke vaksin-vaksin yang sudah tersedia sekarang, dan melakukan uji klinis untuk me-"repurpose" vaksin-vaksin tersebut sebagai vaksin Covid-19.

Satu vaksin yang di-"repurpose" sekarang ini adalah vaksin BCG yang dikenal sebagai vaksin imunitas umum tubuh, yang semula digunakan sebagai vaksin TBC. Dua negara sedang melakukan uji klinis vaksin BCG untuk Covid-19, dan akan segera disusul negara-negara lain.

Vaksin BCG sudah ada. Revaksinasi BCG tidak berbahaya. Kemanjurannya untuk TBC sudah terbukti. Sejumlah peneliti melihat keperluan membentengi para pekerja medis yang berada di garis depan dalam menghadapi Covid-19 dengan revaksinasi BCG ke mereka. Baca di sini https://www.nytimes.com/reuters/2020/04/24/world/asia/24reuters-health-coronavirus-lifeline.html.

Ini harapan besar kita. Riset-riset "repurposing" vaksin BCG ke vaksin Covid-19 sedang berjalan dan banyak dilakukan. Antara lain, baca artikel riset https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.04.07.20053272v2.

Hanya dengan vaksinasi, imunitas populasi besar manusia ("herd immunity") akan tercapai terhadap serangan virus SARS-CoV-2. Tak ada jalan lain.

4. "Herd immunity"

"Herd immunity" bisa dicapai juga lewat cara lain yang tidak etis, yakni dengan membiarkan 70 hingga 80% penduduk Jakarta, misalnya, terinfeksi SARS-CoV-2, tanpa perlindungan apapun dan tanpa tindakan mitigasi penyebaran virus. Setelah tertular dan jatuh sakit, sebagian besar dari mereka akan sembuh sendiri lalu memiliki kekebalan relatif terhadap Covid-19. Di saat itulah, "herd immunity" tercapai.

Tapi para pendukung pendekatan "herd immunity" alamiah ini lupa bahwa virus SARS-CoV-2 sangat menular dan kini ditemukan menyerang seluruh tubuh manusia, mulai dari otak (menimbulkan stroke berat) hingga ke ujung kaki, merusak organ-organ vital dalam tubuh manusia.

Mereka lupa (atau tak paham) bahwa virus ini ganas, sehingga menimbulkan perlawanan terlalu aktif dan agresif dari sistem imun manusia, alhasil menimbulkan apa yang dinamakan "badai sitokin" yang berakibat pada "hyperinflammation". Apakah "badai sitokin" ini timbul karena bawaan genetik, belum bisa dijawab. Apakah mereka buta bahwa "death rate" di Indonesia untuk Covid-19 tinggi?

Jika strategi "herd immunity" alamiah dijalankan, yang terjadi bukanlah prevensi, tapi genosida, pembunuhan lewat penyakit atas 2 hingga 3 juta orang Indonesia, bahkan bisa lebih.

Swedia adalah contoh negara Nordik yang memakai strategi "herd immunity", tetapi gagal sebagaimana diperlihatkan oleh "death rate" di sana yang tinggi (12,3% per 7 Mei 2020, pk. 15:48 WIB), jauh di atas "death rate" Finlandia (4,5%) dan Norwegia (2,7%) yang tidak memakai strategi ini. https://coronavirus.jhu.edu/map.html.

Ada suara-suara kritis dari para pakar kesehatan umum Swedia yang mengkritik kebijakan "herd immunity" alamiah pemerintah mereka. Ahli pathogenesis mikroba Swedia, Prof. Cecilia Soderberg-Naucler, dari Karolinska Institute Swedia, misalnya, kepada Reuter awal April 2020, menyatakan bahwa

"Keprihatinan saya adalah wabah Covid-19 berlangsung begitu cepat, tapi negara terlalu lambat untuk merespons di saat virus pertama kali dibawa masuk le negara oleh warga yang telah berkunjung ke wilayah-wilayah yang berisiko lebih tinggi, termasuk kawasan Alpen di Italia dan Iran.

Kami tidak punya pilihan. Kami harus tutup Stockholm sekarang. Kami harus membangun kendali terhadap situasi. Kami tidak dapat masuk ke suatu situasi yang akan membawa kami ke dalam kekacauan menyeluruh. Tak ada satu negara pun yang telah mencoba jalur ini (yakni tidak menjalankan lockdown). Jadi, mengapa kami harus mengujinya pertama kali di Swedia, tanpa kesepakatan yang berbasis ilmu pengetahuan?"

Prof. Soderberg-Naucler adalah salah seorang dari hampir 2.300 akademisi yang dalam bulan Maret lalu telah ikut menandatangani sebuah surat terbuka ke pemerintah Swedia yang mendesak pemerintah untuk menjalankan tindakan-tindakan yang lebih kuat untuk melindungi sistem perawatan dan kesehatan negara.

Perhatikan data grafik di bawah ini yang menunjukkan "death rate" Swedia yang tinggi, jauh di atas Finlandia dan Norwegia, sesama negara Nordik.



Juga bandingkan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit antara Swedia, Denmark dan Norwegia sebagaimana diperlihatkan oleh kurva-kurva di bawah ini.


Kurva kasus terinfeksi Swedia terus menanjak. Lihat di bawah ini.
https://www.worldometers.info/coronavirus/country/sweden/


Sebagai suatu pengakuan bahwa Swedia telah salah karena menjalankan kebijakan "herd immunity", epidemiolog negara Swedia, Anders Tegnell, mengatakan,

"Tak pernah kami perhitungkan pada awalnya bahwa angka kematian akan begitu tinggi. Kami telah perhitungkan akan lebih banyak orang yang sakit, tapi jumlah kematian yang tinggi sungguh mengejutkan kami."

https://www.businessinsider.com.au/coronavirus-sweden-lockdown-chief-says-high-death-toll-was-surprise-2020-5/

Semula Inggris (yang dipimpin PM Boris Johnson) ingin menerapkan strategi "herd immunity" seperti Swedia. Tapi segera dibatalkan karena kalkulasi berikut ini: untuk mencapai "herd immunity" di Inggris, lebih dari 47 juta warga harus terinfeksi. Menurut estimasi sekarang, dengan "fatality rate" 2,3% dan 19% penderita "parah" Covid-19, maka 1 juta orang akan mati dan 8 juta orang lagi akan memerlukan perawatan kritis. Bayangkan ngerinya!

Apakah Indonesia mau mengikuti suatu negara yang telah gagal????

Ulasan tentang strategi "herd immunity" alamiah pada umumnya, dan yang dijalankan di Swedia, sudah banyak tersedia. Antara lain:

https://www.newsweek.com/coronavirus-second-wave-sweden-lockdown-herd-immunity-covid-19-1500046

https://www.google.com/amp/s/theconversation.com/amp/the-herd-immunity-route-to-fighting-coronavirus-is-unethical-and-potentially-dangerous-133765

https://www.weforum.org/agenda/2020/03/coronavirus-can-herd-immunity-really-protect-us/

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780702040894000822

https://www.jhsph.edu/covid-19/articles/achieving-herd-immunity-with-covid19.html

https://www.sciencealert.com/why-herd-immunity-will-not-save-us-from-the-covid-19-pandemic

https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-05-14/sweden-coronavirus-response-less-economic-damage-more-disease

China bisa lolos dari wabah besar Covid-19 tanpa memakai pendekatan "herd immunity" alamiah. Ya tokh.

27 April 2020
7 Mei 2020
16 Mei 2020
____________________________

25 April 2020

TRUMP SARANKAN MENGINJEKSIKAN DISINFEKTAN KE PASIEN COVID-19. HAA???

Kamis, 23 April 2020, dalam kesempatan briefing harian dengan taskforce nCoV di Gedung Putih, Trump menyarankan perlu diteliti kemungkinan menyuntikkan disinfektan termasuk pemutih ke dalam tubuh sebagai suatu cara untuk menyembuhkan pasien Covid-19.

Ini pernyataan Trump,

“I see the disinfectant that knocks it out in a minute, one minute. And is there a way we can do something like that by injection inside, or almost a cleaning? Because you see it gets inside the lungs, and it does a tremendous number on the lungs, so it would be interesting to check that.”


Parodi medik menginfus pasien Covid-19 dengan cairan pemutih Clorox

Saran Trump ini menyulut banyak reaksi keras.

"Ini adalah salah satu saran yang paling berbahaya dan paling idiot yang sejauh ini pernah diajukan terkait ihwal bagaimana orang sebetulnya dapat diharapkan menangani Covid-19.... Ini luar biasa tak bertanggungjawab karena, susahnya, akan ada orang di seluruh dunia yang mempercayai nonsense semacam ini  lalu mencobanya bagi diri mereka sendiri."
☆ Paul Hunter (profesor medik, Universitas East Anglia, Inggris)

"Meminum pemutih, membunuh. Menginjeksikan pemutih, membunuh lebih cepat."
☆ Penny Ward (profesor medik farmasi, King College, London)

"Briefing-briefing Trump dengan aktif membahayakan kesehatan umum. Boikot propagandanya. Harap jangan minum disinfektan."
☆ Robert Reich (profesor kebijakan publik, Universitas California, Berkeley)

"Tak dapat saya pahami bahwa seorang idiot semacam ini memangku jabatan tertinggi di negeri ini, dan bahwa ada orang yang cukup bodoh untuk beranggapan bahwa ucapannya itu benar. Tak dapat saya percayai bahwa di 2020 ini saya harus mengingatkan siapapun yang telah mendengarkan ucapan sang presiden bahwa menginjeksikan disinfektan dapat membunuhmu."
☆ Walter Schaub (mantan direktur Office of Government Ethics)

"Kami harus jelas sejelasnya bahwa semua produk disinfektan kami, dalam kondisi apapun, tidak boleh dimasukkan ke dalam tubuh manusia (melalui injeksi, atau diminum, ditelan, atau lewat cara lain)."
☆ Reckitt Benckiser (produsen Dettol dan Lysol)

"Dalam situasi apapun, jangan menginjeksikan atau meminum, atau dengan cara-cara lain memasukkan, cairan pemutih atau disinfektan lain apapun ke dalam tubuhmu. Zat yang korosif ini akan membakar bagian dalam tubuhmu dan bahkan dapat membunuhmu. Juga akan terasa sakit luar biasa di saat anda sedang sekarat. Usaha memakai disinfektan atau cairan pemutih itu ibarat anda hendak mengeluarkan seekor laba-laba dari dalam jaket anda dengan cara membakar diri anda sendiri."
☆ Amanda Yeo (jurnalis Mashable.com)

Walaupun kekuatan sistem kesehatan umum Indonesia jauh berada di bawah Amerika Serikat, kita percaya dan bersyukur bahwa Presiden kita, Pak Joko Widodo, tak akan pernah bisa menyampaikan saran yang begitu bodoh seperti yang telah disampaikan Trump--saran yang bikin dunia melongo, bengong, terkaget-kaget, "jaw dropping".

25 April 2020

https://m.jpost.com/international/trumps-disinfectant-idea-shocking-and-dangerous-doctors-say-625809

https://www.nytimes.com/2020/04/24/business/media/virus-fox-trump-disinfectant.amp.html

https://www.theguardian.com/world/2020/apr/23/trump-coronavirus-treatment-disinfectant

https://www.mashable.com/article/inject-bleach-donald-trump-coronavirus-drink-disinfectant-ultraviolet-light.amp
____________________________

27 April 2020

MENYINGKAP DUSTA TRUMP!

Telah kita tahu, Kamis 23 April 2020, Trump dalam suatu kesempatan briefing media taskforce Covid-19 di Gedung Putih menganjurkan disinfektan disuntikkan ke tubuh pasien Covid-19 untuk menyembuhkan.

Segera sarannya ini menimbulkan reaksi sangat keras dari banyak pakar kesehatan. Trump disebut orang idiot yang mengusulkan hal paling berbahaya dan paling idiot.

Keesokan harinya, Trump bilang sarannya itu sarkastik, tak serius. Untuk membuat dirinya tak kehilangan muka.


Tapi orang tahu, Trump berbohong. Video di atas ini menyingkapkan memang Trump berbohong. Dia tidak sarkastik tapi serius dengan saran gilanya itu.

Kita sudah tahu, sejak Kamis malam itu di sejumlah kota di USA banyak orang sungguh-sungguh meminum disinfektan dan sanitizer. Baca misalnya di sini https://www.nydailynews.com/coronavirus/ny-coronavirus-new-yorkers-household-cleaners-trump-20200425-rnaqio5dyfeaxmthxx2vktqa5m-story.html.

Presiden panik, yang cuma pandai beropini, membuat rakyatnya panik dan kehilangan akal.


Warga yang masih berakal, menyampaikan protes-protes dalam berbagai cara dan bentuk terhadap kegagalan Trump dalam menangani epidemi Covid-19 di negaranya sendiri. Ada protes yang disampaikan dengan meletakkan kantong-kantong mayat imitasi di depan hotel kepunyaan Trump.

https://www.washingtonpost.com/local/protesters-dumped-body-bags-at-trumps-hotel-to-protest-his-coronavirus-response/2020/04/24/13e3f400-864c-11ea-a3eb-e9fc93160703_story.html

Mantan presiden Amerika, Barack Obama, menyebut respons Donald Trump terhadap pandemi Covid-19 sebagai "bencana kaotik mutlak", "loyo" dan "mencla-mencle".

https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-05-09/obama-blasts-trump-s-virus-response-as-chaotic-disaster

27 April 2020
_____________________________

22 April 2020

MENOLAK VAKSIN BILL GATES. LOH VAKSINNYA SAJA BELUM ADA!

Ada sebuah tulisan sampai ke saya. Isinya mendesak pemerintah RI untuk menolak penggunaan vaksin yang didanai Bill and Melinda Gates Foundation. Diminta, RI harus hasilkan vaksin sendiri, "made in Indonesia".

Hemat saya, tulisan itu bagian dari dukungan terhadap teori konspirasi yang selalu menciptakan momok-momok tambahan. Bukan membantu menenangkan dunia, malah bikin keresahan tambahan. Dari teori konspirasi Segi Tiga Mata Satu Dajjal Illuminati, hingga tega menjadikan Bill Gates seorang yang keji yang demi menciptakan New World Order tega merekayasa virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab penyakit Covid-19.

Kata penyusun dan pendukung teori konspirasi Bill Gates ini, sebetulnya vaksin Covid-19 sudah lama ada di tangan Bill Gates, yang baru akan diproduksi besar-besaran kalau dunia sudah masuk dalam resesi ekonomi global dan "chaos". Lewat pandemi Covid-19 ini, Bill Gates dkk serta stakeholders lainnya, kata mereka, akan mengambilalih dunia, menguasai ekonomi dan politik global, serta mengatur kehidupan setiap individu lewat implan RFID ("Radio Frequency Identification"). Inilah New World Order.

Nah, berikut ini tanggapan cepat saya terhadap teori konspirasi Bill Gates.

Bill Gates sudah menolak dirinya dikaitkan dengan teori konspirasi. Dia tegas. Berintegritas.

Ada 7 vaksin yang didanai Yayasan Bill and Melinda Gates dan stakeholders lainnya. Yang baru masuk tes klinis (diuji ke manusia) ada 1 kandidat vaksin, dari perusahaan farmasi Inovio. Menurut Bill Gates, dari 7 kandidat vaksin, hanya akan dipilih paling banyak 2 vaksin. Dana jutaan USD sudah disediakan dari kebutuhan seharusnya, puluhan milyar USD.

Dalam daftar WHO sudah ada 70 kandidat vaksin. Total yang sedang dalam tahap uji klinis baru 4 kandidat vaksin (CanSino-Beijing; Moderna; Inovio; Oxford University, U.K.). Kandidat vaksin dari Israel, sejauh ini, belum masuk uji klinis.

Nah, paling cepat, 1 tahun lagi baru akan tersedia vaksin Covid-19 yang aman, manjur, dan mampu membangkitkan imunitas tubuh terhadap SARS-CoV-2. Yang paling optimistik justru tim pengembang  kandidat vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford, Inggris, yang dipimpin Prof. Sarah Gilbert, yang menyatakan September 2020 kandidat vaksin akan rampung dan bisa digunakan besar-besaran.

Jadi, adalah omong kosong sekosong-kosongnya jika orang menyatakan vaksin Covid-19 kini sudah ada di tangan seseorang!

Virus memang bermutasi sebagai respons terhadap tekanan-tekanan alam dan intervensi manusia yang mencoba menahan laju penularan virus apapun yang sedang mewabah.

Tapi vaksin yang dikembangkan tidak perlu mengikuti mutasi-mutasi genetik virus yang menghasilkan "strains" atau "subtypes" virus-virus baru.

Vaksin yang dikembangkan tim Prof. Sarah Gilbert, misalnya, dibuat dari virus lain yang tidak berbahaya, yang direkayasa sehingga menumbuhkan "protein paku" ("spike proteins") serupa dengan protein paku pada bagian permukaan luar SARS-CoV-2. Ketika vaksin ini sudah disuntikkan ke dalam tubuh, sistem imun kita akan mengenali "protein paku" ini; dus, akan menyerang SARS-CoV-2 yang berbahaya jika virus penyebab Covid-19 menginfeksi tubuh orang yang sudah divaksinasi. Clear ya.

Nah, bukan Bill and Melinda Gates Foundation yang akan menjadi wasit nantinya dalam menentukan vaksin-vaksin pilihan global, tetapi WHO.

Well, jika WHO juga dicurigai sebagai antek orang-orang superkaya dunia yang mau membentuk New World Order, ya sudah, mereka (penyusun teori-teori konspirasi) buat saja WHO tandingan. Ciptakan terus momok-momok baru. Jadikan WHO itu momok baru. Gih sana!


Ilustrasi implan RFID yang berukuran sebutir beras

Sangatlah menggelikan jika imunisasi dikatakan akan dilakukan serentak dengan implan microchip yang dinamakan RFID yang berukuran sebutir beras. Teknologi RFID ini dibangun dengan maksud baik. RFID juga bukan manifestasi mata satu Dajjal atau angka Antikristus 666.

Tak sembarang negara siap dengan penggunaan implan RFID pada setiap individu warganegara. Perlu infrastruktur dan suprastruktur yang siap untuk teknologi implan ini dapat digunakan dan berfungsi baik.

Jadi, Indonesia yang tak siap dengan penggunaan teknologi RFID, tentu saja tidak mungkin melakukan vaksinasi Covid-19 serentak dengan implan RFID.

Sangat mengherankan jika ada orang yang beranggapan vaksinasi global dijalankan serentak dengan pemasangan implan RFID. Ini momok khayalan.

Meminta Indonesia memproduksi vaksin sendiri berdasarkan info sekuensing virus SARS-CoV-2 asli Indonesia? Ini anjuran yang aneh. Mutasi genetik virus apapun selalu terjadi, tapi tak berarti setiap negara atau setiap bangsa harus punya vaksin asli sendiri-sendiri.

Ketahuilah, jika satu atau dua vaksin sudah ditetapkan sebagai vaksin global, itu artinya waktu dalam proses pengembangan dan uji klinis, banyak bangsa dan negara di dunia telah dilibatkan. Membuat sebuah vaksin yang mujarab dan aman bagi hanya satu bangsa atau satu negara, adalah suatu kebodohan tanpa batas dan pemborosan biaya.

Lagian, apakah Indonesia sekarang sudah sanggup mengembangkan vaksin apapun yang memerlukan iptek maju dan dana sangat besar? Ya jelas belum sanggup.

Tak usah berkhayal memproduksi vaksin asli sendiri. Lihat saja sementara ini ke sistem kesehatan umum negeri Indonesia. Sudah kuat gak sistemnya? Ya masih tidak kuat, dan kondisi ini berakibat pada tingginya "(crude) death rate" korban Covid-19 di Indonesia, sampai mencapai 9% kurang lebih.

Daripada mendukung dan ikut menyebarkan teori-teori konspirasi yang tanpa isi ilmiah, dan menambah momok, lebih baik orang Indonesia ramai-ramai ikut mendukung langkah-langkah pemerintah RI sekarang untuk menanggulangi epidemi Covid-19 dalam segala keterbatasan mereka.

Sementara itu dulu.

22 April 2020
______________________________

24 April 2020

MENGHITUNG "DEATH RATE"

Sebetulnya menghitung "death rate" (persentase kematian) tidaklah sederhana dengan hanya membagi jumlah kematian ("confirmed total deaths") dengan jumlah kasus ("confirmed total cases"), lalu dikali 100 (untuk dapat persentase).

Kenapa tidak sederhana? Sebab, pandemi Covid-19 belum berakhir: ada kasus lama, ada kasus baru, ada total kasus, ada kasus yang tak dilaporkan, ada yang mati di rumah-rumah sakit sehingga dapat dilaporkan, ada yang mati di luar rumah sakit sehingga tak dilaporkan, ada yang sembuh, begitu terus,... belum selesai.

Tapi cara ini dapat dipakai hanya untuk tahu situasi perkembangan harian saja, atau data pada satu hari tertentu saja pada jam dan menit tertentu. Gak mau repot memantau data periodikal, setiap 7 hari atau setiap 14 hari, atau malah setiap hari. Cara sederhana ini yang saya pakai selama ini.

Cara ini menghasillan "crude fatality rate" atau persentase kematian yang disederhanakan saja atau secara kasar saja, angka mentah.

Tapi cara ini sangat praktis dan berguna untuk membanding-banding antarnegara dengan cepat berdasarkan data pada hari, jam dan menit yang sama yang ditampilkan oleh pusat-pusat data global Covid-19. Tapi tidak menampilkan sikon faktual dalam suatu pandemi yang masih berlangsung, dengan berbagai perubahan cepat yang terus terjadi.

Minimal ada dua cara yang lebih rumit.

1) CFR = deaths at day x/cases at day x - {T}

Keterangan:
CFR = Case Fatality Rate
T = kurun waktu rata-rata dari sejak kasus dikonfirmasi hingga kematian (T konservatif dapat dipakai 7 hari atau 14 hari).

Jadi, CFR tanggal 7+7, yakni tanggal 14 April, adalah jumlah kematian tanggal 14 April dibagi jumlah kasus tanggal 7 April. Lalu dipersentasekan.

2) CFR = deaths/deaths + recovered

CFR = jumlah kematian dibagi (jumlah kematian + jumlah kesembuhan) lalu dikali 100 untuk dapatkan persentase.

Dua cara yang lebih rumit di atas dapat teman-teman pakai jika ingin hitung "death rate" terkonfirmasi dalam suatu pandemi yang belum selesai.

24 April 2029

https://www.worldometers.info/coronavirus/coronavirus-death-rate/#correct
_____________________________

21 April 2020

DEMO TANPA AKAL!


2.500 orang berdemo di Olympia Washington, USA, 20 April 2020, menentang lockdown. Ulah bodoh orang-orang yang tak taat hukum ini diprediksi akan menimbulkan suatu gelombang baru epidemi Covid-19, 2 hingga 4 minggu ke depan.
======
2500 anti-lockdown rally in Olympia Washington. I predict a new epidemic surge (incubation time ~5-7 days before onset symptoms, if any, and transmission to associates around that time, even among asymptomatics)... so increase in 2-4 weeks from now. Remind me to check. #COVID19
☆ Dr. EFD


FREEDOM IS ESSENTIAL, sebuah motto gaya hidup orang Amerika umumnya  yang harus dibayar dengan kasus terinfeksi SARS-CoV-2 tertinggi di dunia, sudah tembus 700.000 orang. Mereka menuntut kebebasan, tapi tak bisa membebaskan diri sendiri dari serangan epidemi Covid-19.

21 April 2020
_________________________________

18 April 2020 (a)

KANDIDAT VAKSIN COVID-19 KEEMPAT

Setelah tiga kandidat vaksin Covid-19 masuk tahapan uji klinis (CanSino-Beijing; Moderna; Inovio), kini kandidat vaksin ChAdOx1 nCoV-19 yang dikembangkan tim Prof. Sarah Gilbert, Universitas Oxford, U.K., juga sedang diuji klinis. Kemanjurannya akan diketahui September 2020. Luar biasa cepat, dan ambisius. Semoga sukses. Absolutely!



Kandidat vaksin ChAdOx1 nCoV-19 ini adalah vaksin vektor viral rekombinan yang dibuat dari suatu virus yang tidak berbahaya yang telah diubah untuk memproduksi "protein paku" ("spike protein") pada bagian luar permukaannya, yang sama dengan protein paku pada Coronavirus-19.

Vaksin tim Prof. Sarah Gilbert (pakar vaksinologi) ini bekerja dengan menstimulir sistem imun untuk mengenali dan menyerang nCoV-19 dan membangkitkan respon T-sel dalam tubuh manusia.

Sebanyak 500 relawan (usia 18-55) telah direkrut untuk uji klinis vaksin tahap awal dan tahap tengah. Lalu akan diperluas dengan mengikutsertakan orang dewasa yang lebih tua, selanjutnya disusul dengan tahap final uji klinis yang akan melibatkan 5.000 relawan dari berbagai negara. Sekali lagi, September 2020 akan konklusif! Prof. Sarah bilang, jadwal ini "achievable"!

Dalam uji klinis tahap awal, total relawan 510 orang dibagi dalam 5 kelompok yang diobservasi selama 6 bulan ke depan, dan masih akan di-"follow-up" kurang lebih 1 tahun kemudian. 1 kelompok akan menerima satu suntikan intramuskular 4 minggu setelah vaksinasi permulaan.

Tujuan tahap-tahap uji klinis tersebut adalah untuk mengetahui kemanjuran, keamanan, dan kemampuan menimbulkan respons imun yang dimediasi sel ("imunogenisitas"), dari kandidat vaksin ini.

Dana puluhan juta pound dibutuhkan untuk keseluruhan proses hingga ke produksi besar-besaran (yang kini juga sedang dijalankan!). Tim Prof. Sarah Gilbert telah menerima dana awal sebesar 2,2 juta pound (= 2,8 juta USD).

Mau ikut mendanai gak? Dana doa saja deh dari jauh. Boleh.

18 April 2020

https://www.bloomberg.com/amp/news/articles/2020-04-17/oxford-vaccine-veteran-lays-out-coronavirus-immunization-plans
_________________________

18 April 2020 (b)

GEN ANDA IKUT BERPERAN!

Mengapa respons orang terhadap infeksi nCoV berbeda-beda?

Selain "faktor environmental" (seperti gaya hidup anda, obat apa yang anda minum, lingkungan tempat anda hidup, dll), gen anda ikut berperan dalam menentukan jenis dan tingkat risiko anda terinfeksi nCoV: terinfeksi tapi tak jatuh sakit (asimtomatik), atau terinfeksi namun simtom muncul beberapa hari sesudahnya (prasimtomatik), atau terinfeksi dan langsung terlihat simtom dan jatuh sakit (simtomatik).

Jika gen anda membuat sistem imun anda terlalu aktif (alhasil terjadi "badai sitokin" dan "kondisi pro-inflamasi"), atau membuat anda overweight, terkena hipertensi dan diabet, atau menderita penyakit-penyakit kritis, anda memiliki risiko tinggi terinfeksi nCoV lalu jatuh sakit.

https://www.bloomberg.com/amp/news/articles/2020-04-16/your-risk-of-getting-sick-from-covid-19-may-lie-in-your-genes.

18 April 2020
______________________________

18 April 2020 (c)

BUATLAH RUANG DALAM RUMAH ANDA DIPENUHI CAHAYA MATAHARI!

Hal yang mau dibeberkan pada kesempatan ini serupa dengan yang sudah ditulis sebelumnya pada kronik ini. Periksalah di bawah.

Para ilmuwan telah mengamati fakta bahwa di negeri-negeri tropis yang bersuhu udara tinggi dengan tingkat kelembaban udara tinggi penularan Coronavirus-19 berlangsung lambat, dibandingkan di negeri-negeri 4 musim umumnya.

Qasim Bukhari dan Yusuf Jameel, dalam artikel risetnya yang terbit 19 Maret 2020, antara lain menyatakan bahwa "adalah mungkin bahwa cuaca berperan dalam penyebaran nCoV-2019. Suhu udara yang lebih hangat memperlambat penyebaran virus."

Mereka menegaskan bahwa "Jika nCoV-2019 memang sensitif terhadap faktor-faktor lingkungan, maka temuan ini dapat digunakan untuk mengoptimalkan strategi mitigasi nCoV-2019. Tetapi temuan-temuan kami sama sekali tidak menyatakan bahwa nCoV-2019 tidak menyebar di kawasan-kawasan yang hangat dan lembab. Intervensi kesehatan umum yang efektif harus dijalankan di seluruh dunia untuk memperlambat penularan virus."/*/

Hari-hari terakhir ini ada bocoran berita dari Department of Homeland Security (DHS) tentang eksperimen laboratorium yang telah dilakukan National Biodefense Analysis and Countermeasures Center, Amerika, yang memperlihatkan hubungan cahaya matahari dan kelembaban udara yang tinggi dengan ketahanan hidup nCoV-2019./**/

Test telah dilakukan untuk menemukan berapa lama partikel-partikel  nCoV-2019 yang diambil dari cipratan (droplets) liur yang berasal dari batuk dan bersin dan dari sekresi pada laring tenggorokan dapat bertahan hidup dalam kondisi-kondisi yang berkaitan dengan temperatur udara, kelembaban udara dan cahaya Matahari.

Eksperimen "pendahuluan" dan belum melewati "peer-review" itu menemukan bahwa nCoV-2019 tidak dapat bertahan hidup lama dalam suhu udara tinggi dan kelembaban tinggi, dan dengan cepat dibinasakan oleh cahaya Matahari. Temuan ini yang berasal dari test-test yang terkontrol menyediakan bukti pada apa yang dipercaya para ilmuwan sebagai kebenaran.

Cahaya Matahari dengan cepat membunuh virus yang menyebar lewat udara.

Siang hari dengan suhu udara dan kelembaban udara tinggi menurunkan risiko penularan virus lewat udara.

Lingkungan di luar rumah pada siang hari yang dibuat hangat oleh sinar Matahari mengurangi risiko penularan.

Arthur Anderson (mantan direktur Office of Human Use and Ethics, US Army Medical Research Institute of Infectious Diseases di Ford Detrick, Md.) menyatakan bahwa "sinar ultraviolet Matahari memecahbelah DNA virus. Jika virus melayang-layang di udara, sementara sinar Matahari menyorot dengan terang, maka komponen ultraviolet dalam cahaya Matahari akan menghancurkan DNA atau RNA virus."

Pengetahuan ini tidak lantas berarti bahwa tindakan-tindakan pencegahan lain jadinya tak diperlukan untuk mengeliminir penularan virus. Juga sama sekali tak berarti bahwa cahaya Matahari tidak akan menambah jumlah kasus-kasus terinfeksi. Lihat saja kasus Indonesia.

Sebab, sementara cahaya Matahari dan kelembaban udara yang tinggi membuat nCoV-19 tidak dapat bertahan lama di udara, penularan Covid-19 tetap terus berlangsung lewat cara dan medium lain, seperti penularan dari manusia ke manusia yang tidak menjalankan "physical distancing" atau membuat kerumunan besar baik di udara terbuka maupun di ruang tertutup.

Jadi? Ya, buatlah ruang rumah anda dimasuki cahaya Mentari dengan berlimpah, dan berjemurlah di bawah Matahari antara pukul 9 hingga pukul 11 pagi.  Dan... jangan berdiam diri dalam ruang tertutup ber-AC sepanjang hari.

18 April 2020

/*/ https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=3556998

/**/ https://news.yahoo.com/sunlight-destroys-coronavirus-very-quickly-new-government-tests-find-but-experts-say-pandemic-could-still-last-through-summer-200745675.html
___________________________

17 April 2020

GOOGLE dan APPLE sedang membangun Mobile Contact-Tracing Apps (MCTApps) dengan menggunakan teknologi Bluetooth.

MCTApps ini diperlukan untuk menekan dan membatasi jumlah kasus infeksi baru Coronavirus jika lockdown dihentikan dalam bulan-bulan mendatang.

Apps ini bekerja dengan mengingatkan pengguna jika mereka telah terkontak dengan orang yang telah terinfeksi virus.

Di Uni Eropa khususnya, rencana pembuatan MCTApps menimbulkan debat terkait pengembangan teknologi dan perlindungan privasi dan data individual.

Diingatkan juga, Apps ini harus bebas untuk mau digunakan atau tidak oleh pemakai smartphones, dan pengguna juga bebas meng-uninstall Apps ini jika sudah tidak diperlukan.

Menurut tim peneliti dari Universitas Oxford,  MCTApps baru akan bekerja jika ada 60% populasi yang menggunakannya.

17 April 2020

https://www.cnbc.com/amp/2020/04/17/google-told-to-follow-european-privacy-rules-on-virus-tracing-app.html
____________________________

16 April 2020 (a)

BANYAK TEMAN TANYA SAYA, KAPAN PANDEMI COVID-19 BERAKHIR

Loh, saya kok ditanya, memangnya saya pakar epidemi? Memangnya saya ahli nujum? Saya ini cuma pengamat.

Tapi ok-lah. Ini opini saya.

Pertanyaan itu memang serius. Banyak orang sudah tak tahan, ingin pandemi Covid-19 segera berakhir. Mau kita, besok tiba-tiba saja Coronavirus lenyap dari planet kita. Seperti di tahun 2003, SARS yang telah mewabah, menginfeksi 8.000 orang di dunia, tiba-tiba saja hilang sendiri. Usaha-usaha pengembangan vaksin SARS waktu-waktu itu juga jadi terhenti begitu saja.

Tapi, realitas sekarang bagaimana? Penyakit Covid-19 telah mewabah global, dengan penderita sekarang sudah tembus 2 juta orang di dunia. Apakah masih mungkin berharap virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, hilang sendiri begitu saja? Saya cenderung menjawab, tidak mungkin.

Jadi? Ya, tak ada yang tahu kapan pandemi Covid-19 ini akan sampai titik puncaknya, lalu kurva pandemi bertahap menurun atau mengempes. None knows.


Caitlin Rivers, Ph.D., "Tak ada caranya untuk kita tahu. Terlalu banyak kemungkinan masa depan. Terlalu sedikit petunjuk."

Sekian epidemiolog telah membangun model-model statistik dan mekanistik yang memperhitungkan banyak variabel untuk membuat prediksi-prediksi kapan kurva epidemi yang sekarang terus menanjak, akan sampai di puncaknya, lalu mulai menurun, melandai hingga mengempes. Tapi, prediksi-prediksi ini sepenuhnya hipotetikal dan penuh ketidakpastian. 

Di antaranya adalah prediksi yang di-update setiap hari, terpasang di https://ddi.sutd.edu.sg/. Di situ terpasang antara lain 2 prediksi berikut:



Bandingkan dengan kurva "death rate" di bawah ini, yang dihasilkan dari model yang dibangun IHME (Institute for Health Metrics and Evaluation), USA. Berbeda dari model di atas.


Diproyeksikan oleh IHME, "death toll" di USA akan capai 72.860 pada 4 Agustus 2020. Entah ini puncaknya atau masih akan menanjak. Tergantung biologi virusnya, kondisi alam, perilaku manusia, dan kebijakan mitigasi dan politik serta kekuatan sistem kesehatan umum. Proyeksi angka 72.860 untuk 4 Agustus 2020 meleset, karena jumlah kematian di Amerika karena Covid-19 telah mencapai 87.559 pada 16 Mei 2020 pukul 11:58 WIB. Proyeksi yang meleset itu pasti sudah dan akan terus disesuaikan.

https://covid19.healthdata.org/united-states-of-america.

https://coronavirus.jhu.edu/map.html

Jadi, lebih penting kita fokus pada hal apa saja yang bisa kita lakukan sekarang.

Nah, kita dapat memperlambat laju penyebaran virus lewat banyak intervensi manusia, berupa lockdowns yang cepat diberlakukan, social/physical distancing, contagion-chain tracking, contact tracing, testing PCR dan serologis berskala besar, stay-at-home, pemakaian masker, memperkuat sistem kesehatan umum, dll, sampai satu atau dua vaksin ampuh ditemukan dan diproduksi besar-besaran. Kita perlu "buy time" sebelum suatu vaksin yang aman, manjur, kuat dan mampu menimbulkan respons sistem imun yang kuat dihasilkan.

Pendek kata, untuk kita dapat bertahan diperlukan suatu perubahan gaya hidup dalam semua bidang kehidupan di saat kita sedang menghadapi pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan akan berakhir.


Spanduk "Physical Distancing" di depan sebuah gereja....

Kita berharap Amerika Serikat bisa hasilkan satu atau dua vaksin aman, ampuh dan murah untuk imunisasi global, 1 tahun lagi, minimal. Atau bisa kurang dari 1 tahun untuk vaksin darurat yang belum tentu aman, bisa tidak manjur, dan bisa berefek samping berat.

Tapi fakta ini perlu diingat: dari total orang yang terinfeksi tingkat global hari ini sebanyak 2.069.819 (16 April), sebesar 30,1% ada di USA. Crazy ya. Si Trump gak becus.

Jadi, kalau USA telah hasilkan vaksin perdana Covid-19, ya mereka akan produksi besar-besaran untuk kebutuhan mereka sendiri dulu. Indonesia akan dianaktirikan.

Gitu loh yang saya lihat, dalam keadaan bengong sendirian. Memandangi langit malam tanpa bintang.

16 April 2020
pk. 22:03
_______________________________

16 April 2020 (b)

KOK WUHAN, CHINA, BISA?

Ada teman pendeta yang berujar, kok Wuhan, China, bisa menyetop epidemi Covid-19 hanya dalam tempo kurang lebih 3 bulan lockdown? Kita di Indonesia juga akan bisa begitu, sambungnya lagi.

Ini jawaban saya kepadanya.

Gak akan kita bisa capai keberhasilan seperti China. Mereka punya iptek maju yang dibangun sendiri lewat berbagai sarana dan program, termasuk iptek medik, ekonomi yang kuat, rakyat yang taat pada perintah pemerintah dalam menjalankan tindakan-tindakan penanggulangan Covid-19, juga punya sistem kesehatan yang sangat kuat.

Tapi, ada kemungkinan gelombang kedua wabah Covid-19 akan melanda China lagi. Misalnya, lewat para pendatang dari luar China. Tentu, China mewaspadai ini. Kontrol kesehatan dan testing masih meluas dijalankan di sana, di banyak wilayah dan tempat, sementara kehidupan di Wuhan berangsur kembali normal.

USA superpower nomor 1, kita lihat sekarang kan luar biasa terpukul oleh wabah Covid-19. Padahal USA juga punya iptek medik yang maju, sistem kesehatan yang kuat, dan ekonomi yang kokoh dan tangguh.

Lantaran si Trump gak becus, berleha-leha cukup lama, berminggu-minggu, beropini terus terkait Covid-19 tanpa pijakan ilmu pengetahuan, dan warga Amerika Serikat biasa menjalani gaya hidup "we want to be free forever", jadilah wabah Covid-19 telah menjangkit hampir 700.000 warga Amerika sekarang.

Kita kan jauh tertinggal bukan saja dari China, tapi dari Amerika juga. Ya kan?

Jadi? Ya, kita realistik saja. Perkuatlah kondisi fisik kita masing-masing, perteguh mental kita, dekatkan diri pada Tuhan, dan patuhi kebijakan-kebijakan pemerintah kita terkait penanggulangan epidemi Covid-19. Dan kita perlu bisa terima fakta bahwa sistem kesehatan umum Indonesia masih belum kuat, dan penduduk Indonesia masih banyak yang menjalani kehidupan as usual, seolah tak ada wabah Covid-19 di negeri katulistiwa ini. Negeri yang kaya cahaya terang Mentari dan banyak curah hujan.

"There is a crack. A crack in everything. That's how the light gets in." (Leonard Cohen)

Kita saling menjaga dan mendoakan ya.

16 April 2020
Pk. 22:32
___________________________

16 April 2020 (c)

DATA COVID-19 PER 16 APRIL 2020
Sumber: CoV Resource Center, Johns Hopkins University and School of Medicine https://coronavirus.jhu.edu/map.html

Dicek 16 April 2020, pk. 16:45 WIB

DUNIA
Tembus 2 juta kasus!!!
Total kasus 2.069.819
Mati 137.193
Negara/wilayah 185
Death Rate 6,63%

AMERIKA SERIKAT
Kasus 639.664
Mati 30.985
Death Rate 4,84%

New York
Kasus 214.832
Mati 14.073
Death Rate 6,6%

ASIA
12 top (di luar China)

1. India 12.456/423/3,4%
2. Korsel 10.613/229/2,12%
3. Jepang 8.626/178/2,06%
4. Pakistan 6.505/124/1,9%
5. Indonesia 5.136/469/9,13% 
6. Malaysia 5.072/83/1,6%
7. Singapura 3.699/10/0,27%
8. Thailand 2.672/46/1,72%
9. Vietnam 268/0/0%
10. Brunei 136/1/0,74%
11. Kamboja 122/0/0%
12. Birma 85/4/4,7%

Perhatikan, "death rate" Indonesia tertinggi, 9,13%! Sistem kesehatan umum Indonesia yang tak kuat, salah satu faktor penyebabnya.
____________________________

14 April 2020

HARUSKAH PARA PENDETA TERJUN LANGSUNG MELAWAT WARGA GEREJA YANG TERSERANG COVID-19?

Hari ini lewat WA saya dikirimi seorang teman yang berdiam di Bali sebuah tulisan sangat sinistik dan luar biasa nyelekit terhadap gereja dan para pendeta terkait epidemi Covid-19 di Indonesia.

Juga saya terima lewat WA dari seorang teman di Jawa Tengah sebuah gambar Perjamuan Terakhir Yesus dulu, yang dibarengi dengan gambar "perjamuan terakhir" yang digelar para pekerja medis berseragam hijau yang semuanya memakai masker di ruang sebuah rumah sakit.


Baik tulisan tersebut maupun gambar dua "perjamuan terakhir" itu, menyampaikan pesan sinistik dan tajam tentang gereja dan para pendeta. Bahwa mereka hanya bisa mendoakan dari jauh warga mereka yang sedang terjangkit Covid-19, tak berani melawat langsung warga yang sedang diisolasi sendirian di kamar-kamar isolasi di rumah-rumah sakit.

Sinisme juga diungkap ketika disebut gereja dan para pendeta hanya bisa mengadakan ibadah-ibadah online sambil menunggu kiriman uang persembahan lewat QR yang dilampirkan pada screen smartphones warga gereja.

Kata mereka yang sinis itu, yang kini berada di garis depan justru para pekerja medis, yang berani mempertaruhkan nyawa mereka sendiri dalam menangani pasien-pasien Covid-19, dan yang akhirnya betul-betul mati karena ketularan Covid-19 dari para pasien yang mereka sudah tangani.

Dus, bagi mereka yang membawa aroma sinisme yang sangat kuat menyebar dan menular, orang yang kini menampakkan diri sebagai murid-murid sejati Yesus adalah para pekerja medis yang berseragam hijau di rumah-rumah sakit.

Merekalah, para pekerja medis itu, yang layak berada semeja dengan Yesus dalam perjamuan suci.

Saya mau menyatakan terus terang. Meski saya juga kritis terhadap gereja, tak akan sanggup hati dan pikiran saya untuk menulis sesuatu, atau mengolah gambar-gambar, yang luar biasa sinistik dan nyelekit terhadap gereja dan para pendeta.

Perlukah, atau haruskah, para pendeta pergi melawat warga gereja mereka yang sedang berada dalam ruang-ruang isolasi para penderita Covid-19, tahap sedang atau tahap parah, di rumah-rumah sakit?

Saya tegaskan, TIDAK PERLU, dan HARUS TIDAK. Kenapa begitu?

Pertama, sudah ada ketentuannya bahwa tak ada seorang pun yang dapat diizinkan memasuki kamar-kamar isolasi, kecuali para pekerja medis dan perawat yang berkepentingan.

Kedua, para pendeta umumnya tidak memiliki ilmu pengetahuan medis dan berbagai kecakapan teknikal dalam menangani pasien-pasien penyakit Covid-19 yang sangat menular, extremely contagious.

Adalah suatu kebodohan dan tindakan yang kontraproduktif jika, atas nama iman, para pendeta mau menangani sendiri warga mereka yang sedang sangat parah dan kritikal menanggung Covid-19, tahap yang dinamakan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) yang merusak total paru mereka.

Ketiga, jika ada begitu banyak pasien yang dibawa masuk ke rumah-rumah sakit atau ditempatkan di tempat-tempat penampungan korban bencana besar, para profesional medis harus bekerja menurut suatu proses yang dinamakan PROSES TRIASE (Inggris: "triage process").

Dalam proses ini, pasien yang berjumlah besar dibagi dalam empat kategori.

* KATEGORI SANGAT MENDESAK
Pasien memerlukan penanganan cepat untuk menyelamatkan kehidupan.

* KATEGORI MENDESAK
Pasien-pasien memerlukan intervensi yang signifikan secepat mungkin.

* KATEGORI DITUNDA
Pasien-pasien akan mendapat pertolongan medis, tapi tidak sekarang, tidak sesegera mungkin.

* KATEGORI EKSPEKTAN
Pasien-pasien atau korban-korban sudah luar biasa sakit atau luar biasa parah terluka, sehingga peluang mereka untuk dapat bertahan hidup sangat minim, sekalipun ada intervensi medik. Jadi, ketimbang menangani pasien-pasien kategori ini yang akan menghabiskan sumber-sumber daya yang sangat berharga dan dibutuhkan, para profesional medik memutuskan untuk menangani pasien-pasien yang memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan hidup dan selamat. Adanya kategori ini memang kontroversial. Tapi dibuat berdasarkan akal sehat dan pertimbangan medis yang cermat.

Nah, para profesional medis saja bekerja dengan memilah-milah pasien berdasarkan peluang untuk bisa diselamatkan dan bertahan hidup.

Jadi, para pendeta juga harus memilih: nekat dan bodoh, atas nama iman, sehingga ngotot mau melawat warga mereka yang terjangkit Covid-19 yang sudah ditangani tim medis profesional, atau mereka ikut memelihara kesehatan mental dan tubuh warga mereka yang sehat supaya tidak ikut tertular.

Tentu saja, adalah tugas para pendeta yang memiliki pengetahuan dan kecakapan konseling untuk sepenuh hati dan ikhlas ikut menjaga dan memelihara warga mereka yang sehat, dan menguatkan warga mereka yang sedang terjangkit rasa cemas, takut atau bahkan panik di tengah wabah Covid-19 sekarang ini. Ibadah online adalah salah satu cara untuk kebutuhan itu.

Pendeta ya pendeta, tak mungkin dalam satu atau dua bulan berubah dadakan jadi para profesional medis. Jubah hitam mereka tak bisa diganti dengan seragam hijau para pekerja medis. Apalagi mereka dadakan diubah jadi para profesional medik yang sudah biasa memakai "protective gear" berlapis-lapis.

Keempat, bagaimana dengan pengumpulan persembahan uang (tunai atau elektronik) dari jemaat lewat ibadah-ibadah online? Ya, harus berlangsung terus karena gereja baru bisa melayani warga dan masyarakat, dalam berbagai bentuk, jika gereja memiliki uang yang dikembalikan lagi ke warga dan masyarakat lewat berbagai program kegiatan.

Dalam masa epidemi Covid-19, tentu logis jika penerimaan uang persembahan lewat ibadah-ibadah online menurun.

Menurunnya penerimaan persembahan tokh diiringi dengan penghentian sementara (entah berapa lama) banyak kegiatan gereja; dus, pengeluaran juga berkurang. Selain itu, untuk cashflow gereja cukup, sekarang ini perlu ada suntikan dana besar dari warga gereja yang kaya raya dan dermawan.

Nah, itu jawaban saya kepada kalangan manapun yang menjadi sangat sinis kepada gereja dan para pendeta, karena kepongahan dan ketidaktahuan mereka.

Sebagai penutup, mereka yang sinis itu, yang bukan pekerja profesional medis, saya anjurkan untuk langsung mulai besok terjun ke ruang-ruang isolasi pasien-pasien Covid-19 untuk ngobrol, bercanda, berdoa, ditutup dengan cipika-cipiki. Good luck.

Selamat melayani terus, para pendeta. Aku di pihak kalian.

14 April 2020
Malam, pk. 22.23.

https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/triage
________________________________

13 April 2020

MARI TENGOK INDIA DI MASA LOCKDOWN!

Menurut data Worldometers, 13 April 2020, pk. 11:14 GMT, jumlah kasus terinfeksi nCoV di India mencapai 9.240, dengan jumlah kematian 331. DEATH RATE di sana jadinya 3,6%.

India (populasi 1,3 milyar orang) oleh PM Narendra Modi ditetapkan "on lockdown" sejak 25 Maret 2020, dan kini, 13 April, sudah dinyatakan diperpanjang hingga waktu yang belum ditetapkan, bisa 2 minggu diperpanjang, bisa juga lebih. Kurun 3 hingga 4 minggu ke depan adalah kurun yang "kritis" untuk melihat dampak langkah-langkah yang telah diambil sejauh ini.

Jika lockdown yang sudah berlangsung 21 hari diakhiri, maka akan ada risiko besar muncul gelombang-gelombang baru infeksi nCoV. Lockdown yang ketat dan cukup waktu diyakini akan memperlambat penularan Covid-19. Para virolog India percaya bahwa India masih berada pada tahap awal epidemi Covid-19.


Belum ada data yang cukup dan akurat tentang peringkat penularan virus dan kecepatannya, dan berapa banyak orang yang sudah terinfeksi, dan berapa yang sudah sembuh sehingga "herd immunity" (kekebalan populasi umum) terbangun cukup kuat.

Dicatat, sejak lockdown diberlakukan, penularan virus terjadi dengan cepat lewat komunitas-komunitas yang padat warga, dan klaster-klaster baru warga yang terinfeksi dilaporkan terus bertambah dari hari ke hari.

Lockdown bukan hanya berdampak serius negatif pada ekonomi India (dan dunia), tapi juga menimbulkan krisis-krisis sosial dan keamanan masyarakat luas, khususnya di negeri-negeri terbelakang atau yang belum berkembang di mana orang miskin dan tunawisma sangat besar jumlahnya.

Ketika lockdown diumumkan diperpanjang oleh pemerintah India, ratusan pekerja migran marah besar karena mereka terkurung di bagian barat kota Surat di Gujarat. Mereka menentang pembatasan-pembatasan berskala besar, dan menuntut diizinkan pulang.

Para migran tersebut memblokir jalan-jalan, menjarah, membakar ban-ban dan kendaraan-kendaraan. Yang lain melemparkan batu-batu. Sejumlah besar polisi dikerahkan ke Surat, dan 80 migran ditahan.

Di awal lockdown diumumkan PM Modi, sebelumnya hanya diberi sedikit peringatan, dan tanpa persiapan yang matang. Akibatnya, jutaan orang tak bisa ke mana-mana, terdampar, dan tidak punya bahan makanan. 1,3 milyar penduduk India dilarang meninggalkan rumah, bisnis-bisnis yang tak penting ditutup, dan nyaris semua kegiatan kumpul-kumpul umum dilarang.


Nah, ada sisi lain yang memilukan hati. Di India ada jutaan anak-anak jalanan, dari antara 472 juta anak-anak India. Lockdown membuat kehidupan mereka tiba-tiba berubah kacau. Puluhan ribu anak terus-menerus meminta pertolongan setiap hari. Ribuan tidur dengan perut lapar.

Ada 40 juta anak-anak dari keluarga miskin yang mengalami dampak buruk dari lockdown. Termasuk mereka yang bekerja di sawah-ladang dan di lapangan-lapangan terbuka di kawasan pedesaan, dan juga pemulung anak-anak di kota-kota, anak-anak penjual pulpen, balon  dan pernak-pernik lainnya di jalan-jalan dekat lampu-lampu lalu-lintas.

Dampak terburuk lockdown dialami anak-anak tunawisma yang hidup di kota-kota, di bawah jalan-jalan layang, atau di jalan-jalan yang sempit dan sesak. Lockdown mengharuskan setiap orang tinggal di rumah. Tapi, di manakah anak-anak tunawisma yang hidup bergelandang setiap hari, harus tinggal? Kalau mereka diharuskan pulang, ya pulang ke mana?

Di kota Delhi saja, ada lebih dari 70.000 anak-anak jalanan. Lazimnya mereka dapat hidup mandiri. Dengan adanya lockdown, mereka jadi membutuhkan bantuan. Tapi mereka kini sulit dicapai.

Untuk menjangkau anak-anak jalanan, pemerintah India memakai cara-cara inovatif untuk memelihara kontak dengan mereka.

Banyak anak jalanan memiliki HP. Mereka biasanya hidup dalam kelompok-kelompok. Nah, pemerintah mengirim pesan-pesan atau video TikTok kepada mereka, untuk memberi petunjuk-petunjuk tentang bagaimana menjaga keselamatan mereka dan peringatan-peringatan kewaspadaan yang perlu mereka ikuti. Anak-anak membalas dengan mengirim pesan-pesan video.

Mereka menyuarakan perasaan mereka yang berat dan ketidakpastian yang mencengkeram mereka. Juga ada testimoni-testimoni dari anak-anak yang sedang ketakutan karena orangtua mereka kehilangan pekerjaan, tak tahu lagi bagaimana membayar sewa ini dan itu, atau mendapatkan uang untuk membeli ransum atau bekal makanan yang dibatasi, atau untuk menjaga diri mereka sendiri dari wabah Covid-19. Mereka juga tak bisa lagi mengambil air atau mencari kayu bakar.


Kadang-kadang anak-anak jalanan menerima distribusi makanan, tapi terlalu sedikit sehingga mereka harus makan 1 kali dalam 2 atau 3 hari.

Delhi Commission for Protection of Child Rights mendistribusikan makanan ke anak-anak jalanan dan keluarga-keluarga yang rentan di ibu kota India, bersama lembaga-lembaga amal. Pemerintah India sendiri berkomitmen untuk anak-anak dapat makan 3 kali sehari.

Tapi ada anak-anak jalanan yang tak kelihatan, "invisible children" yang hidup jauh dari jalan-jalan besar, di kawasan-kawasan yang sulit dicapai. Ada ribuan anak yang seperti ini yang tak dapat dijangkau pemerintah.

Ada jalur pelayanan komunikasi telpon darurat ("emergency phone helpline") yang beroperasi 24 jam bagi anak-anak yang disediakan pemerintah. Jalur telpon ini terus-menerus menerima panggilan harian yang makin tinggi sejak lockdown dimulai 25 Maret yang lalu.

Dalam minggu pertama lockdown, nomor telpon 1098 ("Childline India Foundation") telah menerima panggilan 300.000 kali, sementara rata-rata per minggu 200.000 panggilan.

"Phone helpline" yang beroperasi di 569 distrik (dari 718) dan di 128 stasiun kereta api, menerima ribuan panggilan setiap hari. Yang dilaporkan mencakup tindak kekerasan pada anak-anak, kasus-kasus anak yang lari dari rumah atau hilang. Ratusan panggilan berisi pertanyaan-pertanyaan tentang Covid-19. Yang memanggil ada anak-anak sendiri, ada juga orangtua yang mewakili anak-anak. Banyak yang meminta makanan, atau bertanya di mana mereka harus berobat jika mengalami simtom-simtom.

Di minggu pertama lockdown, anak-anak sekolah menikmatinya sebagai liburan. Tapi, setelah beberapa minggu lockdown berjalan, dan makin banyak yang terinfeksi, mereka mulai merasa bosan dan terisolasi, lalu ketakutan, kecemasan bahkan panik mulai masuk ke dunia anak-anak.

13 April 2020

https://www.worldometers.info/coronavirus/countries-where-coronavirus-has-spread/

https://www.bbc.com/news/world-asia-india-52255011

https://www.bbc.com/news/world-asia-india-52210888
____________________________

11 April 2020

DATA GLOBAL 11 APRIL 2020

USA 11 APRIL 2020
Total kematian 18.586
Kematian/hari lebih dari 2000 orang
Kasus terinfeksi 501.609
DEATH RATE 3,7%.

https://www.washingtonpost.com/world/2020/04/11/coronavirus-latest-news/


Lihat di atas data 7 April 2020 di USA. Jumlah kematian karena Covid-19 mencapai posisi teratas dibandingkan karena berbagai penyakit lain.


Data kurva di atas menunjukkan angka kematian rata-rata per hari selama 8,9 dan 10 April 2020 di USA sudah meroket ke 2.000 orang. Di bawah USA, ada Inggris, Spanyol dan Italia. Korea Selatan NOL kematian.


Di atas screencapture 11 April 2020 pk. 14:23 WIB, menampilkan jumlah kasus terkonfirmasi di 12 negara teratas.


Data global per 11 April 2020 pk. 14:23 WIB. Total kasus terkonfirmasi 1.699.019 orang. Total kematian 102.782. Mencakup 185 negara. DEATH RATE jadinya 6,05%, naik dari sebelumnya kurang lebih 5%.

Ikuti data stats global Covid-19 terpercaya dari waktu ke waktu di

Johns Hopkins University and School of Medicine
https://coronavirus.jhu.edu/map.html

atau di CDC Eropa
https://ourworldindata.org/coronavirus-data
__________________________

11 April 2020

KOREA SELATAN, SUATU MODEL "MENGEMPESKAN KURVA"

11 April 2020, pk. 13:27 GMT, kasus mencapai 10.480. Dengan kematian 211 orang. DEATH RATE jadinya 2,01%, terendah di Asia, dan kurang lebih setara dengan Jerman.


Jumlah kasus tertinggi terjadi di akhir Februari 2020 hingga awal Maret 2020. Setelah itu, kurva epidemik Covid-19 di sana terus mengempes hingga 10 April.


Kenapa Korsel menjadi model "merendahkan atau mengempeskan kurva" epidemi Covid-19, dengan persentase kematian yang rendah?

Karena Korsel terus melakukan test besar-besaran atas warganya dan juga atas imigran asing. Pemerintah menanggung sepenuhnya biaya test dan biaya perawatan/pengobatan pasien.

Korsel mampu melakukan 1 test per 250 orang; dan per hari dijalankan 10.000 test selama minggu-minggu lalu setelah terjadi lonjakan kasus terinfeksi di selatan kota Daegu Februari lalu.

Selain itu tempat test tersedia di banyak lokasi, mulai dari kios-kios test "drive through", rumah-rumah sakit, hingga ke klinik-klinik setempat.

Orang lansia, dan penderita yang sudah terlalu sakit, didatangi petugas-petugas kesehatan ke rumah-rumah mereka untuk "swab" atau sampel lendir dari hidung atau laring mereka diambil lalu ditest.

Selain itu, karantina dan tindakan-tindakan lain sangat cepat dilakukan Korsel untuk menyetop penularan Coronavirus. Sistem kesehatan umum mereka sangat kuat.

Peran pemerintah yang memberi "persetujuan darurat" atas jenis test kits setelah kasus pertama Covid-19 muncul di Korsel (4 Feb 2020), juga suatu faktor penting bagi kecepatan Korsel menanggapi wabah Covid-19.

Test kits yang lazimnya butuh waktu 1 tahun untuk bisa tersedia dan siap digunakan, di saat wabah Covid-19 dapat disediakan Korsel hanya dalam beberapa minggu. Perusahaan Kogene Biotech di Seoul mampu bergerak cepat dalam memproduksi test kits lewat kerja lab mereka, sebab mereka sudah mengantisipasi masuknya Covid-19 setelah wabah pertama kali muncul di China.

Selain itu, Korsel juga telah belajar dari serangan wabah MERS di 2015, yang telah menewaskan 38 orang di sana, lantaran test kits tersedia sangat sedikit waktu itu.

11 April 2020

https://www.worldometers.info/coronavirus/country/south-korea/

https://www.washingtonpost.com/world/asia_pacific/coronavirus-test-kits-south-korea-us/2020/03/13/007f14fc-64a1-11ea-8a8e-5c5336b32760_story.html
____________________________

10 April 2020

THE SKY


Covid-19 patients worldwide
In isolation chambers died alone
Buried in haste
Deeply lonesome

Long ago in the first century
On a day called Good Friday
Jesus bore agony
Deeply lonely

He cried aloud to the sky above
But the sky was in silence
Jesus died deeply lonesome

Friday, 10 April 2020
______________________________

9 April 2020

TEMUAN KAJIAN ILMIAH: SESUDAH SEMBUH, ANTIBODI COVID-19 RENDAH ATAU MALAH NOL!

Suatu tim peneliti dari Universitas Fudan di Shanghai telah melakukan suatu kajian analitis awal ("preliminary") yang belum "peer-reviewed" (belum dikaji oleh para ilmuwan lain di bidang yang sama) terhadap sampel-sampel darah yang diambil dari 175 pasien yang telah sembuh dari Covid-19 dan sudah diperbolehkan pulang dari Sentra Klinis Kesehatan Umum Shanghai.


Ini adalah penelitian pertama yang sistematis di dunia untuk mengetahui jumlah atau peringkat ANTIBODI yang terbentuk dalam diri pasien-pasien yang telah sembuh dari Covid-19.

Semua pasien yang baru saja sembuh yang diteliti ini sebelumnya mengalami simtom-simtom ringan Covid-19 dan kebanyakan mereka berusia muda (15-39 tahun). Pasien lainnya berusia lebih tua (60-85 tahun).

Penelitian yang dipimpin Prof. Huang Jinghe ini tidak mengikutsertakan pasien-pasien yang telah dirawat di ICU karena banyak dari mereka telah menerima antibodi-antibodi dari plasma darah yang didonorkan oleh orang-orang yang telah sembuh.

Antibodi diukur dalam satuan "titer" (untuk mengukur konsentrasi suatu antibodi dalam aliran darah).

Nah,  penelitian tersebut menemukan fakta-fakta berikut:

1) Kurang lebih sepertiga pasien (dari 175) memiliki nilai titer kurang dari 500. Ini berarti, mereka memiliki peringkat antibodi yang terlalu rendah untuk bisa memberikan perlindungan lanjutan.

2) Kurang lebih 30% pasien malah gagal mengembangkan titer antibodi yang tinggi yang akan menetralisir virus yang menginfeksi, padahal mereka menanggung penyakit itu sama lamanya dengan pasien-pasien lain.

3) Bahkan antibodi pada 10 pasien sama sekali tidak terdeteksi di lab. Padahal pasien-pasien ini juga mengalami simtom-simtom Covid-19 yang umum, termasuk demam, menggigil dan batuk. Mungkin juga virus dalam sel-sel mereka telah dipukul mundur oleh bagian-bagian lain sistem imun seperti sel-sel T (suatu jenis sel limfosit yang diproses dan dihasilkan oleh kelenjar thymus dan ikut aktif dalam respons imun) atau sitokin (substans yang dikeluarkan sel-sel tertentu dari sistem imun dan memberi efek pada sel-sel lain).

4) Semakin tinggi usia (60-85), semakin tinggi level antibodi yang terbentuk, tiga kali lebih banyak dari pasien usia muda (15-39).

5) Ditemukan juga bahwa antibodi yang muncul dari serangan Covid-19 dapat mengikat subtipe-subtipe virus Corona penyebab SARS 2003 yang memiliki relasi jauh dengan Coronavirus-19. Problemnya adalah pengikatan ini tidak dapat menekan atau menghentikan replikasi (pelipatgandaan diri) virus SARS dalam sel-sel manusia. Hal ini tampaknya menghancurkan harapan untuk kita dapat mengembangkan suatu vaksin yang dapat menetralisir subtipe-subtipe virus Corona lainnya sekaligus.

Nah, apa artinya semua temuan di atas?

Artinya,
1) orang yang sudah sembuh, tapi dengan level antibodi yang rendah, masih berisiko tinggi terinfeksi kembali. Temuan ini masih harus diselidiki lebih jauh lewat kajian-kajian lanjutan.

2) Antibodi yang rendah akan berdampak mengurangi herd immunity terhadap Covid-19.

"Herd immunity" adalah daya tolak atau resistensi terhadap suatu wabah penyakit di antara populasi umum yang diperlukan untuk menghentikan penyebaran suatu penyakit yang menular.

Kenapa "herd immunity" jadi berkurang? Ya karena orang yang sudah dinyatakan sembuh dan kembali hidup normal di suatu populasi mungkin dapat terus menularkan virus tanpa diketahui, kecuali sudah diadakan tes ulang berkali-kali terhadap semua pasien yang sudah dinyatakan sembuh.

Tapi, apa makna dan dampak rendahnya level antibodi terhadap "herd immunity", baru dapat dipastikan hanya jika sudah ada lebih banyak data dari bagian-bagian lain dunia. Hal ini ditekankan oleh Prof. Huang Jinghe.

3) Jika infeksi virus Corona baru tidak dapat membangkitkan respons antibodi yang kuat pada pasien-pasien yang sudah sembuh, harapan satu-satunya yang masih ada adalah pengembangan kandidat vaksin yang sangat kuat. Jika tidak kuat, vaksin apapun juga tidak akan bekerja efektif.

Perlu diketahui, antibodi-antibodi diproduksi oleh sistem imun dan memiliki struktur-struktur kimiawi yang spesifik. Antibodi Coronavirus menyadap "protein paku" yang ada pada permukaan bungkus luar virus ini untuk mencegah protein paku ini mengikat sel-sel manusia yang membuat virus dapat menyusup masuk ke dalam sel-sel dan menyebarkan material genetik virus ke dalam DNA sel-sel manusia.

Nah, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab di sekitar Coronavirus baru, termasuk pertanyaan-pertanyaan bagaimana virus ini bisa melompat ("spillover") dari hewan ke manusia langsung, mengapa sejumlah orang mati karena Covid-19 sementara sebagian lagi sembuh, dan mengapa ada orang yang "kebal" atau asimtomatik meski sudah terinfeksi, dan mengapa pasien-pasien yang sudah sembuh ternyata ketika dites kembali didapati mereka sudah terinfeksi kembali.

Ilmuwan penasihat senior pemerintah pusat China, Prof. Wang Chen, menegaskan bahwa masih terlalu dini untuk mendeklarasikan kemenangan terhadap Covid-19 bahkan juga di China yang telah berhasil mengontrol situasi.

Siapa tahu (seperti sempat dipikirkan Donald Trump), mungkin Covid-19 akan bisa menjadi wabah endemik, artinya akan ada permanen bersama manusia dari musim ke musim, seperti halnya dengan flu biasa dan influenza. Bedanya, "sengat kematian" Covid-19 sangat mengerikan, seperti sedang kita saksikan sekarang ini. Atau, bisa juga terjadi, Covid-19 akan menjadi suatu penyakit kronis seperti hepatitis B, atau menghilang sendiri begitu saja seperti telah terjadi pada SARS.

Hal yang realistis sekarang ini adalah melakukan perlawanan cerdas berbasis ilmu pengetahuan terhadap Covid-19, dan menemukan obat-obat antivirus yang aman dan manjur sebelum suatu vaksin yang aman dan kuat dihasilkan dan diproduksi besar-besaran.

9 April 2020.

Sumber berita:
Stephen Chen, "Coronavirus: low antibody levels raise questions about reinfection risk", South China Morning Post, 7 April 2020, updated 8 April 2020, https://amp.scmp.com/news/china/science/article/3078840/coronavirus-low-antibody-levels-raise-questions-about.

Dengarkan juga berita serupa dari CDC Korea Selatan di https://assets.bwbx.io/s3/readings/Q8I6GRT0AFBB1586430608411.mp3.
____________________________

6 April 2020

INI DATA GRAFIK (6 April 2020) jumlah kematian karena Covid-19 sejak tercatat 3 kematian per hari.


Selama seminggu lalu, rata-rata kematian per hari di USA 1000 orang. Angka ini bikin merinding gak? Sementara Donald Trump terus memberi disinformasi bahwa penderita Covid-19 akan sembuh cukup dengan minum tablet Chloroquine plus antibakteri Azithromycin Dihydrate.

Pada pihak lain, kurva kematian di Spanyol, Italia, Prancis, Jerman mulai menurun, dan Inggris mungkin juga akan menurun. Di luar Eropa dan Amerika, kurva kematian yang langsung mengempes terjadi di China.
___________________________

8 April 2020

LAGI, 1 KANDIDAT VAKSIN COVID-19 MASUK TAHAP UJI KLINIS KE MANUSIA

Di AS, setelah Moderna melakukan uji klinis kandidat vaksin mRNA-1273 pertengahan Maret lalu, kemarin 7 April perusahaan farmasi INOVIO yang ditopang Yayayan BILL & MELINDA GATES disetujui FDA untuk memulai tahap uji klinis vaksin DNA yang diberi nama INO-4800 ke 40 relawan. Ini dilakukan setelah ujicoba praklinis ke hewan-hewan sukses meningkatkan  respons imun.

Inovio relatif cepat mengembangkan kandidat vaksin ini karena perusahaan ini tidak mulai dari nol, tapi berpijak pada kajian-kajian terhadap vaksin DNA yang pernah dikembangkan untuk MERS. Kajian-kajian ini menunjukkan hasil-hasil yang memberi harapan karena terlihat antibodi-antibodi dalam jumlah besar terbentuk dalam diri subjek-subjek yang menjalani ujicoba, dan bertahan dalam waktu yang panjang.

Inovio telah memproduksi "ribuan dosis" INO-4800 hanya dalam beberapa minggu untuk menopang ujicoba klinis tahap 1 dan tahap 2. Jika semua uji klinis sukses, akan diproduksi 1 juta dosis lagi pada akhir 2020 untuk uji klinis tambahan dan untuk penggunaan darurat potensial sambil menunggu otorisasi.

Di akhir musim panas 2020, diharapkan data awal tentang respons imun dari subjek-subjek insani yang dites akan sudah diperoleh, termasuk data tentang keamanan kandidat vaksin ini bagi manusia.

Vaksin DNA bekerja lewat suatu plasmid, yakni suatu struktur kecil independen dari info genetik suatu virus yang dikemas ke dalam suatu DNA sintetis, lewat bioteknik rekayasa  genetik khusus. Plasmid ini diinjeksikan ke dalam diri pasien-pasien sehingga sel-sel mereka dapat memproduksi antibodi-antibodi yang diinginkan dan ditargetkan untuk menangkal suatu infeksi virus.

40 relawan pertama untuk uji klinis tersebut dipilih lewat screening yang dilaksanakan oleh Perelman School of Medicine Philadelphia, Universitas Pennsylvania, dan oleh Center for Pharmaceutical Research di Kansas City./*/

Mengingat uji praklinis sudah sukses, dan tahap uji klinis sedang berjalan, kita dapat berharap tak lama lagi, satu setengah tahun mendatang, vaksin Covid-19 akan sudah tersedia untuk penggunaam global.

Lama juga ya? Tentu. Tak ada suatu vaksin yang siap dalam hitungan minggu. Mengembangkan suatu vaksin tidak sama dengan mengembangkan adonan bakpao.


Apa kata Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF)?

BMGF menyatakan bahwa

"BMGF sedang bekerja dengan sejumlah negara dan stakeholder multilateral yang mendanai pengembangan vaksin-vaksin untuk Covid-19. Banyak pendekatan pengembangan vaksin saat ini yang baru dan belum pernah dicoba untuk suatu produk yang dikomersialisasi...

BMGF sedang mengeksplorasi hal penggunaan dana percepatannya supaya prosesnya segera berjalan, dan mengakui bahwa proyek-proyek berskala besar apapun akan membutuhkan pendanaan multilateral dan pendanaan dari pemerintah."

Bill Gates sendiri menyatakan bahwa

"uang perdana kami dapat mempercepat segala hal. Dari semua rancangan vaksin, ada tujuh yang paling memberi harapan, meski pada akhirnya kami akan memilih paling banyak dua vaksin saja.

Kendati demikian, kami mendanai industri-industri farmasi untuk tujuh vaksin tersebut, dengan tujuan sesungguhnya supaya kita tidak membuang-buang waktu dengan terus-menerus berkata, 'Ok, vaksin mana yang bekerja?', dan setelah itu baru membangun pabriknya."

Hingga saat ini, ada 7 program vaksin yang didanai BMGF, di antaranya program empat perusahaan farmasi dan satu universitas, yakni Moderna, CureVac, Inovio, Novavax, University of Queensland./**/

Read more

/*/ https://news.yahoo.com/second-potential-covid-19-vaccine-194415628.html.

https://krcgtv.com/news/local/us-company-poised-to-start-covid-19-vaccine-safety-test-04-06-2020.

/**/ Aarthi Swaminathan, "Bill Gates is spending billions to 'save months' on a Coronavirus vaccine", Yahoo Finance, 6 April 2020, https://finance.yahoo.com/amphtml/news/bill-gates-coronavirus-vaccine-152251369.html.
________________________________

6 April 2020

"AEROSOL TRANSMISSION", BELUM KONKLUSIF?

Ihwal bahwa nCoV ditularkan lewat udara yang memuat partikel virus dari droplets (percikan bangkis/batuk/ludah saat bicara), cara yg disebut "AIRBORNE or AEROSOL TRANSMISSION", belum konklusif. Jika benar bisa, memakai masker medik tak bisa ditawar.

Sejauh ini, WHO baru menyatakan akan meneliti apakah "airborne transmission" dimungkinkan berhubung, menurut badan kesehatan dunia ini, droplets yang tersembur akan langsung jatuh ke tanah. Tapi bagaimana halnya dengan "microdroplets"?

Bagaimana, bisakah virus yang ada dalam droplets menginfeksi lewat mata? Juga apa fungsi "physical distancing", jadinya, jika tidak disertai pemakaian masker wajah?


Jika betul AEROSOL TRANSMISSION terjadi, udara dalam rumah juga nyambung dengan udara di luar rumah. Lantas? Cara teraman adalah membuat udara indoor rumah kita mengalir lewat banyak ventilasi.

Selama berapa jam virus bisa bertahan di udara dan menyebar lewat aerosols? Bisa sampai 4 jam.

Ya, pertanyaan banyak, tapi temuan-temuan masih sedikit. Kita musti menunggu para ilmuwan peneliti.

https://www.the-scientist.com/news-opinion/the-covid-19-coronavirus-may-travel-in-aerosols-67380

https://www.thailandmedical.news/news/is-the-covid-19-coronavirus-capable-of-airborne-transmissions-what-is-the-real-truth

Tapi coba tonton video di bawah ini. AIRBORNE TRANSMISSION itu real, diperlihatkan lewat pemantauan oleh kamera yang bisa menangkap partikel droplets, dan bagaimana partikel droplets ini terus menyebar. Hanya jika ada ventilasi keluar ruang indoor, partikel droplets akan terbuang ke luar.


Ya, jelas pengetahuan yang disingkap video di atas mengganggu hati dan pikiran. Stay calm. Calm. Calm.

Coba lihat kasus di negeri-negeri tropis, seperti Indonesia. Penularan lambat, bukan tidak ada, mungkin karena banyak cahaya dan panas matahari. Partikel virus yang bertahan lewat butiran droplets di udara mungkin tak bisa bertahan lama di udara panas dengan humiditas atau kelembaban yang tinggi. Di udara yang kering, butiran halus droplets yang tak terlihat dapat bertahan dan menyebar dalam waktu yang lebih lama dan cepat.

Studi terbaru menemukan bahwa partikel droplets atau microdroplets atau aerosol yang mengandung "viral load" melayang di udara ruang tertutup yang dipadati manusia, di udara ruang pasar-pasar swalayan, di udara ruang toilet umum, di udara kamar para dokter melepaskan APD atau "protective gear" mereka, dan di ruang indoor tanpa ventilasi.

https://www.bloomberg.com/amp/news/articles/2020-04-27/coronavirus-lingers-in-air-of-crowded-spaces-new-study-finds.

Selama kita masih bernafas dan menghirup oksigen dari udara, ya tak usah ditanya apakah virus corona bisa menginfeksi kita dari udara. Tapi, sekali lagi, kita juga tahu, suhu udara yang tinggi, sinar UV Matahari, dan kelembaban udara yang tinggi, akan menghancurkan dan membunuh Coronavirus yang mengapung di udara terbuka outdoor, menyatu dengan aerosol microdroplets. Tetapi kita belum tahu berapa lama cahaya Matahari dapat menghancurkan molekul RNA coronavirus.

6 April 2020
27 April 2020
__________________________________

20 Maret 2020

DIAM DI RUMAH BER-AC LEBIH RENTAN TERINFEKSI VIRUS?

Ruang ber-AC tentu dingin, dengan kelembaban udara (humiditas, atau tingkat konsentrasi uap air di udara atau di atmosfir) juga rendah, alias udaranya kering. AC baru bisa berfungsi baik, yakni mendinginkan ruang, jika sistemnya dapat menghilangkan uap air dalam suatu ruangan. Makin kering, makin dingin.

Nah, sebuah studi (yang belum "peer-reviewed") atas 100 kota di China dengan masing-masing memiliki kasus terinfeksi Coronavirus lebih dari 40, dan dengan memakai "reproduction number" atau "rate of transmission" antara 21-23 Jan 2020, menemukan bahwa suhu udara yang tinggi dan kelembaban udara yang tinggi mengurangi (catat: bukan menghentikan!) penularan virus.


Temuan itu sejalan dengan fakta bahwa suhu udara yang tinggi dan kelembaban udara yang juga tinggi, mengurangi penularan influenza dan SARS.

Temuan di atas mengindikasikan bahwa tibanya musim panas (yang membuat uap air dihasilkan banyak dalam udara) dengan banyak hujan di belahan utara Bumi AKAN DAPAT MENGURANGI penularan Covid-19./*/

Temuan ini juga dapat menjadi suatu penjelasan mengapa di negara tropis seperti Indonesia kasus terinfeksi yang resmi dilaporkan berjumlah rendah dibandingkan jumlah populasi Indonesia. Namun, jumlah kasus yang rendah ini tapi dengan "death rate" yang tinggi (8-9%), bisa juga disebabkan belum terdeteksinya dengan akurat jumlah orang asimtomatik yang membawa dan menularkan virus sementara diri mereka sendiri tidak menampakkan gejala sakit apapun.

Selanjutnya, pandangan dan temuan imunobiolog dari Yale University, New Haven, CT, Prof. Akiko Iwasaki, yang dipublikasi dalam artikel risetnya yang terbit di Annual Review of Virology, 20 March 2020, patut kita perhatikan terkait suhu dan tingkat kelembaban udara yang tinggi.

Menurut beliau dkk, siklus musim-musim memainkan peran yang krusial dalam penularan penyakit-penyakit saluran pernafasan.

Flu biasa ("common cold") dan influenza menjadi pandemi selama musim dingin di negeri-negeri 4 musim. Wabah-wabah besar SARS dan Covid-19 yang ditimbulkan oleh infeksi Coronavirus, berlangsung juga dalam musim dingin.

Jadi, ada koneksi antara meledaknya wabah dan musim. Ada 2 faktor yang berkontribusi dalam terbangunnya koneksi tersebut, yakni, pertama, perubahan-perubahan dalam parameter environmental (musim dan cuaca, serta lingkungan tempat anda tinggal) dan perilaku manusia.

Ada hubungan suhu dan tingkat kelembaban udara di ruang terbuka di luar rumah dan di ruang dalam rumah dengan penyebaran dan penularan virus lewat udara ("airborne or aerial transmission") yang berisi butiran halus droplets.

Udara yang dingin, dan kering (karena uap air sangat minim dalam udara), di musim dingin dapat berpengaruh pada penularan virus yang lebih cepat. Otomatis di negeri-negeri 4 musim, orang berpikir, supaya tidak tertular, lebih baik diam terus dalam rumah, indoor.

Oh, tidaklah demikian. Kenapa?

Di negeri-negeri 4 musim, rumah-rumah dilengkapi mesin pemanas ruangan ("verwarming") yang dihidupkan ketika musim dingin yang menggigit tiba.

Nah, ketika udara yang dingin dan kering masuk ke dalam rumah, otomatis ruang indoor harus dihangatkan. Di saat itulah tingkat kelembaban udara relatif dalam rumah menjadi turun kurang lebih 20%. Mengingat Coronavirus lambat menular di negeri-negeri tropis yang memiliki suhu dan kelembaban udara tinggi, maka jika kelembaban udara dalam rumah dibuat turun 20% pada waktu musim dingin yang udaranya kering, maka penularan virus lewat udara indoor malah dapat berlangsung lebih mudah.

Perlu juga diketahui, silia (atau cilia), yakni organel-organel yang seperti rambut, yang ada di permukaan luar sel-sel tubuh kita, dalam sistem pernafasan berfungsi untuk menggerakkan mukus/lendir dan unsur-unsur patogen keluar dari saluran pernafasan. Nah, silia akan tak berfungsi maksimal dalam kondisi udara yang kering, dengan tingkat kelembaban yang rendah. Artinya, silia tak dapat membuang partikel-partikel virus keluar dari tubuh.

Tingkat kelembaban udara yang tinggi di ruang terbuka di luar rumah sangat menguntungkan, sebab kondisi seperti ini dapat dengan cepat menjatuhkan droplets yang berisi partikel-partikel virus  ke bawah. Droplets bisa bertahan lama dalam wujud butiran sangat halus yang tak kasat mata, yang melayang di udara hanya jika udara kering.

Tapi masalahnya, butiran-butiran halus droplets yang tak terlihat mata, yang mengandung virus itu, ketika jatuh, akan langsung menempel pada permukaan benda-benda dalam rumah di mana virus dapat bertahan lebih lama.

Jadi, penularan virus lewat udara memang dilematis. Berada di luar rumah berisiko tinggi terinfeksi. Tapi, sebaliknya, tinggal lama indoor juga berisiko tertular lewat droplets halus yang telah menempel di permukaan berbagai benda dan bidang (lantai, dinding, railing tangga, handle pintu, dll) dalam rumah.

Selain itu, di negeri-negeri tropis yang mengenal hanya 2 musim, orang juga lebih senang diam dalam ruangan ber-AC (untuk bekerja atau bersantai) karena udara di luar panas. Nah, ketika masuk ke ruangan ber-AC, kita masuk ke ruang yang dingin tapi dengan kelembaban udara yang rendah. Dalam ruang seperti ini virus dapat bertahan lebih lama di udara lewat "airborne transmission".

Tapi apakah benar, orang kelas menengah ke atas yang jauh lebih sering dan lebih lama berada dalam ruang ber-AC lebih rentan tertular virus, ketimbang orang kelas menengah ke bawah yang berdiam dalam rumah tanpa AC?

Tidak juga! Kenapa? Karena orang kelas menengah ke bawah umumnya, di banyak negara yang terbelakang dan belum berkembang, berdiam dalam rumah-rumah yang minim ventilasi udara, dan letaknya berhimpit-himpitan, sehingga sirkulasi udara dalam rumah dan antar-rumah juga tidak berlangsung dengan baik.

Akibatnya, aerosol atau butiran sangat halus droplets yang mengandung virus, yang berhembus lewat udara, akan tertahan dalam rumah mereka, dan menularkan virus ke mereka. Alhasil, manfaat dari kelembaban udara yang tinggi di negeri-negeri tropis  tidak mendatangkan dampak positif yang besar dalam pembatasan dan pencegahan penularan virus.

Bisa saja, karena gaya hidup mereka yang berbeda dari gaya hidup masyarakat kelas menengah ke atas, mereka menjadi orang yang asimtomatik: sudah terinfeksi virus, tapi kebal, akibatnya tidak jatuh sakit. Persoalannya, mereka kebal bagi diri mereka sendiri, tapi menularkan virus ke banyak orang lain yang tak punya "kekebalan alamiah". Situasinya tokh tak sederhana.

Jadi, demi kesehatan umum bersama yang luas, sudah seharusnya orang yang asimtomatik juga memakai masker di mana pun mereka berada di luar rumah supaya tidak menularkan virus. Dan orang yang sehat juga perlu memakai masker supaya tak tertular lewat droplets orang yang sudah terinfeksi tapi tak memakai masker.

Akhirnya, menurut Prof. Akiko Iwasaki, tingkat kelembaban udara yang ideal untuk memperlamban dan mencegah penyebaran virus dan membangkitkan sistem imun yang efisien adalah 40 hingga 60%./**/

/*/ Jingyan Ming, Ke Tang, Kai Feng, Weifeng Lv, "High Temperature and High Humidity Reduce the Transmission of Covid-19", Research Gate, March 2020, https://www.researchgate.net/figure/A-city-level-visualization-of-the-COVID-19-transmission-a-temperature-b-and-relative_fig2_339873481.

/**/ Akiko Iwasaki, Miyu Moriyame, Walter J. Hugentobler, "Seasonality of Respiratory Viral Infections", Annual Review of Virology, vol. 7, posted online March 20, 2020, https://www.annualreviews.org/doi/10.1146/annurev-virology-012420-022445.

Lihat juga https://www.medicalnewstoday.com/articles/how-humidity-may-affect-covid-19-outcome#4060%-humidity-may-be-ideal.

20 Maret 2020
____________________________

15 April 2020

WUHAN SEDANG PULIH KEMBALI



April 13, 2020. Traffic flow in Wuhan, day and night, has gradually been back to normal after a 76-day lockdown due to Covid-19 epidemic.

13 April 2020. Arus lalu-lintas di Wuhan siang dan malam mulai bertahap kembali normal setelah 76 hari "lockdown" karena epidemi Covid-19.


Wuhan, kota episentrum pertama pandemi Covid-19 akan dibuka kembali 8 April. WELL DONE!

Sementara banyak negara Barat sedang berjuang keras mengatasi pandemi Covid-19 dan berharap udara yang lebih hangat di bulan Mei akan merendahkan, kalau bisa mengempeskan, kurva epidemi.

China telah menaklukkan Coronavirus, kendati telah dipikirkan juga ada kemungkinan wabah kedua pecah lagi, diimpor dari para pendatang dari luar China.

Kepercayaan rakyat terhadap pemerintah China adalah suatu faktor kemenangan. Tapi... adalah terlalu dini jika sekarang orang menyatakan kemenangan terhadap Covid-19, pun juga di China.
______________________________

28 Feb 2020

BILL GATES dan COVID-19

BILL GATES telah menulis sebuah artikel tanggapan terhadap Covid-19. Artikelnya ini terbit di The New England Journal of Medicine, 28 Feb 2020.

Banyak hal penting ditulis Bill Gates (BG) di artikel itu. Ada beberapa bagian saja dari artikelnya itu yang saya mau share ke anda sekarang.

Di permulaan artikelnya itu, BG mengingatkan hal yang sangat penting.

Tulisnya, "Tantangan jangka panjang---yakni meningkatkan kemampuan kita untuk memberi respons terhadap wabah-wabah global--- bukanlah baru muncul sekarang.

Para pakar kesehatan global sudah dan terus mengingatkan selama bertahun-tahun bahwa suatu pandemi lain yang kecepatan penularan dan tingkat keparahannya melebihi epidemi influenza 1918 bukankah perkara "bersyarat" ("if"), "jika", melainkan perkara "kapan" ("when") akan terjadi.

Nah, Yayasan Bill and Melinda Gates telah memberikan sumber-sumber daya yang besar dalam tahun-tahun belakangan ini untuk menolong dunia dalam mempersiapkan diri jika hal yang diingatkan para pakar kesehatan itu terjadi."

Nah, ketika pandemi Covid-19 pecah, BG menyatakan bahwa

"Covid-19 ditularkan dengan betul-betul efisien. Rata-rata orang yang sudah terinfeksi menularkan penyakitnya ke dua sampai tiga orang lain--- ini suatu angka pertambahan yang besar dari orang-orang yang terjangkit. Juga ada bukti yang kuat bahwa Covid-19 dapat ditularkan oleh orang-orang yang hanya sakit ringan saja, atau bahkan orang yang presimtomatik, yang sekian hari setelah terinfeksi baru menampakkan gejala.

Itu artinya Covid-19 akan jauh lebih sulit untuk ditanggulangi dibandingkan MERS dan SARS yang menyebar sangat jauh kurang efisien dan ditularkan hanya oleh orang yang simtomatik, yang sudah menampakkan gejala. Sesungguhnya, Covid-19 telah menimbulkan kasus sebanyak 10 kali lipat dari kasus SARS hanya dalam seperempat tempo yang dibutuhkan SARS."

BG juga menegaskan bahwa "selama suatu pandemik sedang berlangsung, vaksin-vaksin dan obat-obat antivirus tidak dapat begitu saja dijual kepada si penawar tertinggi. Vaksin dan obat antivirus harus tersedia dengan harga murah dan terjangkau bagi orang-orang yang paling berat terdampak oleh wabah dan bagi orang-orang yang paling membutuhkan. Distribusi yang seperti ini bukan saja suatu hal yang tepat yang harus dilakukan, tapi juga suatu strategi yang tepat untuk memperpendek dan memutus penularan dan mencegah pandemi-pandemi yang akan datang."

Read more
Bill Gates, "Responding to Covid-19--- A Once-in-a-Century Pandemic?", The New England Journal of Medicine, 28 Feb 2020, https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMp2003762. Terjemahan ke dalam bahasa Mandarin artikel ini dapat di akses di https://nejmqianyan.cn/article/YXQYp2003762?sg=AbW1NGsHw3NxPd6F.
______________________________

TINDAKAN HUKUM di INDONESIA 

Penegakan dan tindakan hukum dijalankan terhadap para penyebar hoax dan para penghina Presiden dan pejabat negara terkait epidemi Covid-19 di Indonesia dan langkah-langkah penanganan Covid-19 oleh negara.

Bagus deh. Di Jerman, kepercayaan penuh pada pemerintah dalam penanganan Covid-19 adalah salah satu faktor pendukung mengapa DEATH RATE di Jerman sangat rendah, 1,4%.

https://m.liputan6.com/amp/4219978/polri-terbitkan-aturan-khusus-tangani-hoaks-dan-penghinaan-presiden-terkait-corona
______________________

4 April 2020

JERMAN KUAT. KENAPA?

SABTU siang, 4 April 2020, Jerman capai 92.000 kasus (di bawah Amerika Serikat, Italia dan Spanyol), dengan jumlah kematian 1.295 orang. Berarti, DEATH RATE 1,4% (laporan 4 April 2020). Update 6 April, kasus bertambah jadi 1.584, dengan persentase kematian 1,6%.


DEATH RATE di Jerman itu rendah betul dibandingkan 12% di Italia, 10% di Spanyol, Prancis, Inggris, 4% di China, dan 2,5% di Amerika Serikat. Korea Selatan sendiri, yang menjadi suatu model "mengempeskan kurva", memiliki "death rate" 1,7%.

Mengapa persentase kematian di Jerman rendah?

Ya, karena Jerman menjalankan dan memiliki:

* testing/diagnosa dini dan tracking yang luas
* Sistem kesehatan umum yang kuat
* pelayanan kesehatan yang gratis
* "physical distancing" yang ketat
* kepercayaan kuat pada pemerintah
* "decision making" yang rasional di puncak pemerintahan
* Usia rata-rata pasien 49 tahun

https://www.nytimes.com/2020/04/04/world/europe/germany-coronavirus-death-rate.html

Jerman, 7 Mei 2020, pk. 16:15 WIB. Jumlah kasus terinfeksi 168.162. Jumlah kematian 7.275. "Death rate" jadi 4,3%. Masih termasuk negara yang berhasil melandaikan kurva epidemi.

___________________________


"ASYMPTOMATIC AND PRESYMPTOMATIC PEOPLE"

Orang yang sudah terinfeksi Coronavirus tapi baru menampakkan gejala beberapa hari setelahnya ("presymptomatic people"), dan orang yang sudah terinfeksi tapi tak menampakkan gejala sama sekali ("asymptomatic people"), IKUT BERPERAN dalam penyebaran cepat Coronavirus.

Sementara ini, diestimasi bahwa penularan lewat orang yang asimtomatik berkisar antara 18% hingga 30% dari seluruh kasus terinfeksi yang terkonfirmasi.

Berapa "rate of transmission" (jumlah orang yang tertular dari satu pembawa virus) dari orang yang asimtomatik juga ikut ditentukan oleh "viral load" atau "muatan virus" yang mereka bawa-bawa ke mana-mana. Selain juga oleh seberapa banyak orang yang sudah mengadakan kontak fisik dengan mereka, atau berada sangat dekat dengan mereka, tanpa "physical distancing" dan tanpa memakai masker medik.

Cuek, suatu kebodohan!

Berapa total jumlah "asymptomatic people" di Jakarta? Jawabannya hanya bisa diketahui jika sudah dilakukan tes antibodi pada seluruh penduduk Jakarta, suatu hal yang mungkin tak akan pernah sanggup dilakukan pemerintah. "Quick count" bukanlah pilihan.

https://www.buzzfeednews.com/article/stephaniemlee/coronavirus-asymptomatic-silent-carrier-spread-contagious.
_______________________

2 April 2020

"SILENT CARRIERS" ORANG DEWASA dan ANAK-ANAK

Direktur Center for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat, Robert Redfield, pada Selasa, 31 Maret 2020, menyatakan bahwa "Sebanyak 25% dari orang yang terinfeksi Coronavirus baru, tak pernah menunjukkan simtom apapun atau tak pernah jatuh sakit, tapi mereka masih dapat menularkan Covid-19 ke orang-orang lain."

Redfield lebih lanjut menyatakan:

"Orang-orang asimtomatik yang membawa virus sangat mungkin ikut berperan dalam penyebaran cepat Coronavirus di seluruh dunia. Kondisi ini sangat menantang para ahli untuk menaksir sebetulnya sudah berapa luas pandemi ini."

Artinya, kasus global yang sudah tembus 1 juta orang di awal April 2020 ini belum termasuk orang-orang terinfeksi yang asimtomatik! Kalau orang-orang asimtomatik ini diperhitungkan, jumlah 1 juta orang bisa bertambah 30% hingga 40%!

Kata Redfield juga,

"Virus ini terus-menerus begitu cepat menyebar di Amerika Serikat, karena kita memiliki para penular yang asimtomatik, selain ada banyak individu yang sudah menularkan virus 48 jam sebelum mereka menjadi simtomatik."

Sejumlah studi menemukan bahwa anak-anak adalah juga pembawa virus yang asimtomatik. 

Hingga saat ini, anak-anak paling sedikit jumlahnya dari antara orang-orang yang dibuat sakit paling ringan oleh Coronavirus baru. Tapi sebagian dari anak-anak tersebut dapat terinfeksi ringan lalu menyebarkan virusnya.

Suatu studi yang masih perlu di-"peer-reviewed" menemukan bahwa 56% dari 700 anak-anak yang terinfeksi Covid-19 di China memperlihatkan simtom-simtom yang ringan, itu pun jika ada.

Seorang pakar penyakit infeksi pada anak-anak dari Medical Center Universitas Pittsburgh, Amerika, menyatakan bahwa "infeksi asimtomatik adalah umum pada anak-anak, terjadi 10-30% dari kasus-kasus terinfeksi."

Fakta tentang kekebalan relatif anak-anak terhadap Coronavirus, sebaiknya diketahui setiap orangtua.

Umumnya, orangtua, yaitu mama dan papa, tentu ingin melindungi anak-anak mereka dari Coronavirus.

Nah, bisa terjadi, alih-alih mereka melindungi anak-anak mereka, malah mereka tertular Covid-19 lewat anak-anak mereka sendiri.

Karena itu, hal yang sangat perlu dilakukan adalah tetap tinggal dalam rumah bersama-sama, orangtua dengan anak-anak mereka.

Kebiasaan di Indonesia anak-anak bebas bermain sendiri bersama kawan-kawan mereka di luar rumah, sekarang, di saat pandemi Covid-19, harus diubah.

Buatlah anak-anak betah berdiam dalam rumah, dengan cara-cara yang sehat dan menyenangkan, yang anda masing-masing sebagai orangtua bangun dan ciptakan di dalam rumah.

Patut diingat, jangan beri mereka gadgets untuk terus-menerus bermain game, online atau offline, selama sekian minggu atau bahkan berbulan-bulan. Kecanduan bermain game lewat gadgets, oleh WHO sudah digolongkan sebagai suatu gangguan mental.

Aylin Woodward, "1 in 4  people who get the Coronavirus may show no symptoms but still be contagious. Here's the latest research on asymptomatic carriers", Business Insider, 2 April 2020, https://www.businessinsider.com/coronavirus-carriers-transmit-without-symptoms-what-to-know-2020-4.
________________________

7 April 2020

DATA MUTAKHIR GLOBAL dari CoV Resource Center, Johns Hopkins University and School of Medicine

Screenshot 7 April 2020
Total kasus terkonfirmasi: 1.280.046
Mati: 69.555
Negara: 183
DEATH RATE jadi 5,4%



3 April 2020
Tembus 1 juta kasus!
"Death rate" sementara ini 5,2%.



2 April 2020

* Total kasus terkonfirmasi:
935.817 orang
* Total kematian: 47.208 orang
* Jumlah negara/teritori: 180

Minggu depan akan capai 1 juta kasus. Sedih tak terkatakan.



Top 12 negara (dari 180 negara):

* AS 216.722
* ITALIA 110.574
* SPANYOL 104.118
* CHINA 82.394
* JERMAN 77.981
* PRANCIS 57.763
* IRAN 47.593
* INGGRIS 29.865
* SWISS 17.781
* TURKI 15.679
* BELGIA 15.348
* BELANDA 13.696


Ikuti update stats COVID-19 GLOBAL di https://coronavirus.jhu.edu/map.html.
_________________________

27 Maret 2020

CHINA JUGA BERLOMBA SEDANG UJICOBA VAKSIN COVID-19 REKOMBINAN 

Menyusul ujicoba klinis vaksin COVID-19 di Amerika Serikat, yang dinamakan vaksin mRNA-1273 yang diproduksi oleh Moderna, China kini juga sedang menjalankan ujicoba klinis tahap pertama vaksin rekombinan COVID-19 ("adenovirus type 5 vector") ke sejumlah 108 relawan yang berumur 18-60 tahun, penduduk Wuhan.

Para partisipan tersebut dibagi dalam 3 kelompok dengan masing-masing kelompok diberi dosis yang berbeda.

Tahap pertama ini menginvestigasi ihwal apakah vaksin akan memicu produksi antibodi dan membuat para relawan imun terhadap virus Corona baru.

Para relawan dikarantina selama 14 hari. Perkembangan mereka diikuti selama 6 bulan ke depan untuk memonitor reaksi-reaksi negatif apapun yang ditimbulkan oleh vaksin ujicoba tersebut.

Vaksin rekombinan yang sedang dikembangkan China ini adalah gabungan dari vaksin yang dihasilkan CanSino Biologics dan tim riset dari PLA Academy of Military Sciences./a/

Ujicoba klinis vaksin COVID-19 rekombinan yang dilakukan China mulai 16 Maret 2020 di Wuhan tersebut selanjutnya, lewat kerjasama internasional, akan juga dijalankan China di negara-negara lain yang sedang sangat serius mengalami epidemi COVID-19. Selain itu, ujicoba tambahan ini juga akan dilakukan pada orang-orang asing yang berdiam di Wuhan.

Tentu saja, ujicoba tambahan yang meluas itu akan dilaksanakan sejauh vaksin ujicoba ini telah terbukti aman dan manjur dalam ujicoba tahap pertama. Hasil ujicoba tahap awal ini direncanakan akan dipublikasi bulan ini, April 2020.

Seorang anggota Chinese Academy of Engineering dan juga seorang peneliti di Academy of Military Sciences, Ms. Chen Wei, menegaskan bahwa "vaksin ini dapat menjadi solusi paling efektif dalam mengakhiri epidemi global COVID-19."/b/

Ms. Chen Wei adalah pemimpin tim riset yang sedang mengembangkan kandidat vaksin rekombinan tersebut.

Jubir Kementerian Pertahanan China, Ren Guoqiang, menyatakan pada Kamis, 26 Maret 2020, bahwa "para pakar medis militer China, tanpa membuang-buang waktu, sedang melangkah maju dalam penelitian obat dan vaksin, serta menelusuri sumber virus nCoV-19 untuk membantu negara dalam memerangi virus ini."/c/

Jangan lupa, ada aspek ekonomi yang serius dalam mengembangkan vaksin yang aman dan efektif.

Ada banyak faktor yang terlibat untuk suatu vaksin dapat dihasilkan dengan aman dan mujarab, dan tersedia dengan harga terjangkau.

Jika suatu wabah sudah mencapai puncaknya lalu berhenti sendiri, pengembangan vaksin juga terhenti dengan sendirinya, seperti telah terjadi di tahun 2003 ketika virus Corona SARS mewabah (menginfeksi 8.000 orang di seluruh dunia), lalu berhenti sendiri.

Waktu itu, pengembangan vaksin SARS langsung terhenti. Tak ada perusahaan obat yang mau melanjutkan. Seandainya tidak demikian, COVID-19 tentu tidak akan sempat menjadi pandemi yang di awal April 2020 ini sudah menginfeksi hampir 1 juta orang di dunia.

Vaksin SARS, jika dulu berhasil diproduksi, bisa dalam waktu cepat dikembangkan menjadi vaksin virus Corona baru 2019! Ya sudah. China belajar banyak dari fakta ini.

Selain itu, tanpa insentif dan dukungan dana dari pemerintah, atau dari para filantropis dan yayasan-yayasan kemanusiaan mereka, banyak perusahaan obat tidak mau mengembangkan vaksin karena pertimbangan biaya dan keuntungan. Memproduksi vaksin itu sangat mahal, tetapi harus dijual dengan harga murah.

Seperti ditulis oleh Rachel M. Cohen, "sekalipun ada lebih banyak perusahaan farmasi yang tertarik untuk mengembangkan vaksin COVID-19, tetaplah tak ada jaminan bahwa harga vaksinnya akan terjangkau sementara harga vaksin terus membengkak dari tahun ke tahun."/d/

Tapi Laurie Garrett yang telah menulis sebuah artikel panjang yang sangat impresif tentang "political games" Donald Trump dan Xi Jinping di sekitar pandemi COVID-19, mengajukan suatu visi yang sangat menantang pada bagian akhir artikelnya.

Tulis Garrett, "Jika suatu vaksin COVID-19 yang efektif telah berhasil dikembangkan, target vaksin tersebut akan mencakup hampir 8 milyar manusia, dengan nyaris tiga perempatnya hidup dalam kondisi-kondisi kemiskinan yang ekstrim, menurut data World Bank.

Untuk melenyapkan penderitaan karena Coronavirus, akan dibutuhkan mobilisasi puluhan ribu tim-tim imunisasi, yang dipersenjatai dengan vaksin-vaksin dengan harga yang terjangkau.

Adalah mungkin bahwa baik China maupun Amerika Serikat, berdasarkan test-test awal kandidat-kandidat vaksin kepada manusia, akan berada di garis depan dalam memproduksi vaksin COVID-19 skala global-- dan bahwa dua negara ini akan menghadapi tekanan-tekanan moral dan ekonomi untuk menyeimbangkan keperluan-keperluan masyarakat global, berhadap-hadapan dengan keuntungan-keuntungan perusahaan farmasi."/e/

N.B.
Sejauh ini sudah ada 3 negara yang sedang mengembangkan vaksin penyakit COVID-19 yang timbul karena infeksi Coronavirus-19. Tiga negara tersebut adalah USA, China dan Israel.

 /a/ https://www.clinicaltrialsarena.com/news/china-covid-19-vaccine-trial-begins/.

/b/ https://www.google.com/amp/s/www.livemint.com/news/world/china-s-vaccine-for-covid-19-may-be-tested-abroad-official/amp-11585649831442.html.

/c/ https://www.thestar.com.my/news/regional/2020/03/26/chinese-military-medical-experts-work-on-covid-19-drug-and-vaccine.

/d/ Rachel M. Cohen, "To Develop A COVID-19 Vaccine, Pharma and The Federal Government Will Have To Break Old Patterns", The Intercept.com, 27 March 2020,
https://theintercept.com/2020/03/27/us-government-vaccines-big-pharma/.

/e/ Laurie Garrett, "Grim Reapers--- How Trump and Xi set the stage for the Coronavirus pandemic", The New Republic, April 2, 2020, https://newrepublic.com/amp/article/157118/trump-xi-jinping-america-china-blame-coronavirus-pandemic.
_______________________

PROTOTIPE VAKSIN CORONAVIRUS SEDANG DIUJICOBA DI ISRAEL


Israel Institute for Biological Research (IIBR) telah menghasilkan prototipe vaksin Coronavirus-19, dan kini sedang diujicoba pada binatang pengerat "yang unik" (entah apa?). Dengan memakai suatu teknologi yang unik, binatang-binatang ini dapat dideteksi dan diikuti untuk melihat interaksi mereka dengan COVID-19, sekalipun seandainya binatang-binatang ini tidak menjadi sakit.

Binatang pengerat digunakan bukan hanya untuk mendeteksi antibodi-antibodi yang akan terbentuk untuk menetralisir Coronavirus-19, tapi sesungguhnya juga untuk melihat binatang-binatang itu jatuh sakit dan menjadi lebih sehat setelah diberi vaksin.

Sementara ini, di Israel kasus terinfeksi sudah mencapai 4.473 dan 19 mati.

https://mobile.reuters.com/article/amp/idUSKBN21I2EZ.
________________________

25 Maret 2020

EKSTRASI SERUM DARAH UNTUK DAPATKAN ANTIBODI

Di China 3-14% dari pasien COVID-19 yang telah sembuh ternyata terinfeksi kembali. Meskipun demikian, ANTIBODI yang diekstrasi dari serum darah dari pasien yang sudah dinyatakan sembuh dapat dengan hati-hati diinjeksikan ke dalam tubuh penderita COVID-19 untuk membantu penyembuhan.

"Dengan hati-hati", maksudnya: plasma darah yang diambil dari pasien yang sudah sembuh, yang darinya diekstrasi antibodi, haruslah plasma darah yang sudah bebas dari virus patogen lain, dari bakteri patogen, dan dari racun lain-lain. Selain itu, antibodi yang diekstrasi ini hanya perlu disuntikkan ke tubuh pasien yang sedang sangat serius menderita COVID-19.


Lewat mekanisme sistem imun, di saat sel-sel tubuh kita dimasuki penyusup-penyusup asing seperti virus atau bakteri, tubuh kita menghasilkan antibodi yang mencakup dua jenis.

Pertama, antibodi Immunoglobulin M yang berdiam waspada dalam tubuh, dan akan mengingatkan bagian-bagian lain sistem imun jika antigen-antigen asing (virus dan bakteria yang berbahaya) menyusup masuk ke dalam sel-sel tubuh.

Kedua, setelah sekian hari terinfeksi, sistem imun akan mengolah dan mengembangkan antibodi jenis pertama, menjadi antibodi jenis kedua yang dinamakan Immunoglobulin G, yang didesain dengan sempurna untuk mengenali dan menetralisir suatu virus spesifik. Pendesainan Immunoglobulin G ini butuh waktu 1 minggu.

Kalau tubuh sudah tak lagi memproduksi antibodi jenis kedua, tubuh orang yang sudah terinfeksi dan sembuh masih memiliki sel-sel memori imun yang dapat mengaktifkan kembali suatu respons tubuh yang efektif untuk menangkal infeksi, dalam jangka tertentu.

Ya, efektivitas antibodi dan sel-sel memori imun tak berlangsung selamanya. Masalah ini akan terselesaikan jika suatu vaksin yang aman dan manjur sudah ditemukan dan tersedia untuk masyarakat global.

Patut dicatat, para pekerja perawatan kesehatan yang sudah sembuh dari COVID-19 dan tubuhnya sudah memiliki antibodi, dapat berada di garis depan dalam menangani pasien-pasien yang sedang menderita COVID-19. Tentu, para pekerja kesehatan tersebut tetap rentan terinfeksi kembali walau tidak atau kurang berbahaya dibandingkan ketika mereka pertama kali terkena.

https://www.nytimes.com/2020/03/25/health/coronavirus-immunity-antibodies.html.
__________________________

29 Maret 2020

SAAT TEDUH MINGGU SIANG, 29 MARET 2020

Kita awali dengan data mutakhir resmi wabah COVID-19 di Indonesia, Sabtu, 28 Maret 2020.


Kasus: 1155
Sembuh: 59
Mati: 102
"Death rate" jadinya 8, 83%, rate yang terlalu tinggi, bahkan tertinggi di dunia.

Kenapa? Karena kasus real-nya jauh lebih tinggi dari 1155! Kenapa bisa begitu? Ya karena tak pernah atau belum dilakukan tes besar-besaran, atas seluruh warga Jakarta terlebih dulu. "Silent carriers" harus dianggap ada dalam jumlah sangat besar di DKI.

Bandingkan dengan data resmi Rabu, 25 Maret 2020.

Kasus: 790
Mati: 58
Sembuh: 31
Provinsi: 24 (dari 34)
Persentase kematian atau "death rate" jadinya 7,34%!

Berapa sih jumlah kasus real-nya? 

"Death rate" Sabtu, 28 Maret, sebesar 8,83% itu jelas terlalu tinggi. Hal ini mendorong saya untuk melakukan hitung matematis sederhana untuk tahu jumlah kasus REAL di Indonesia.

Ya, kita pakai "death rate" global COVID-19 yang diestimasi 1%; dan "rate of transmission" (atau "Reproduction number"/RO) 2,5.

Jika data resmi Indonesia Sabtu, 28 Mar 2020, dipakai, itu berarti KASUS REAL TERINFEKSI = 1155 x 8,83 × 2,5= 25.497 kasus. Dengan juga memakai data resmi Rabu, 25 Maret, maka dapat dihitung bahwa Sabtu depan (4 April), KASUS REAL akan mencapai 59.492 orang. Sekali lagi, ini hasil hitung matematis sederhana. Hanya tes besar-besaran yang dapat menunjukkan kebenarannya.

Anda jadi makin takut? Jika ya, masuki saat hening sendirian.

Dalam kehidupan anda, perlu ada momen-momen ketika anda bisa mendengarkan kesunyian dan keheningan yang tak terdengar. Di saat anda menemukan dan mengalami momen-momen itu, anda berubah menjadi seorang yang berbeda, yang kembali kosong, tanpa beban muatan apapun.

Dan dari kekosongan itu anda akan menyaksikan segala hal dari sudut pandang yang lain.

Kata Lao Tzu,
"Keheningan adalah suatu sumber kekuatan besar."


Nah, masuki keheningan dan jumpai kekosongan lewat 5 menit instrumental relaksasi pada video terlampir di atas, karya Hennie Bekker, Hujan Musim Semi, Spring Rain.
____________________________

27 Maret 2020

TRAJEKTORI KASUS setelah 100 kasus pertama (data 27 Mar 2020 malam)


* USA 80.000 (hari ke-21)
* Italia 80.000 (ke-33)
* China 75.000 (ke-35)
* Spanyol 60.000 (ke-24)
* Iran 30.000 (ke-30)
* UK 15.000 (ke-22)
* Korsel 10.000 (ke-33)
* Jepang 1.500 (ke-33)
* Sg 750 (ke-26)
* HK 400 (ke-23)

Hong Kong berhasil menekan peningkatan kasus lewat penutupan sekolah-sekolah, karantina, dan respons komunitas.

Singapura lewat aturan-aturan karantina yang ketat, dan "contact tracing" (penelusuran penularan dari orang ke orang, lalu melakukan tindakan pemutusan).

Jepang lewat norma-norma sosial yang kuat di sekitar kepatuhan (pada langkah-langkah yang ditetapkan negara) dan pemakaian masker wajah.

Korea Selatan lewat test besar-besaran dan "contact tracing".
_________________________

26 Maret 2020

SETELAH SEMBUH, TERNYATA TERINFEKSI KEMBALI

Sampai dengan 25 Maret 2020, China telah mengeluarkan dari rumah sakit 74.051 pasien yang dinyatakan sudah sembuh dari COVID-19. Ini lebih dari 90% dari jumlah keseluruhan orang yang terinfeksi Coronavirus-19, yaitu 80.000 orang. Tapi diungkap juga, masih ada 43.000 orang lagi yang dikarantina karena positif terinfeksi namun tanpa simtom apapun yang terlihat/dialami. Jadi, total orang yang terinfeksi di China 123.000 orang.

Jumlah orang yang terinfeksi namun tanpa simtom yang ketahuan ("hidden/silent carriers") atau simtom muncul belakangan mencapai sepertiga dari jumlah orang yang sudah dites positif terinfeksi dengan memperlihatkan simtom.

Skala wabah dan berapa jumlah "hidden carriers" atau "silent carriers" ternyata lebih tinggi dari yang dipikirkan sebelumnya.

Dengan menggunakan test asam nukleik atas jumlah sampel yang tak terlalu besar dari orang-orang yang sudah dinyatakan sembuh, ditemukan 3 hingga 14 persen terinfeksi kembali, namun ditemukan bahwa mereka tidak menularkan penyakit mereka yang telah kambuh lagi. Anggota keluarga mereka tetap sehat.

Di Wuhan, pasien yang sudah sembuh namun didapat terinfeksi kembali ketika dites, sama sekali tak menunjukkan simtom sedang terinfeksi lagi.

Di salah satu RS di Wuhan ditemukan, 5 dari 147 pasien yang sudah sembuh terinfeksi kembali.

Sedangkan di provinsi Guandong, China selatan, ditemukan 14% dari pasien yang sudah sembuh terdiagnosa terinfeksi kembali.

Setelah "on lockdown" selama 2 bulan, jutaan penduduk provinsi Hubei (pusat pandemik) sudah boleh pergi meninggalkan provinsi.

Kini yang dikhawatirkan, dan harus diantisipasi, adalah meledak kembali wabah kedua karena jumlah orang luar yang masuk ke China makin banyak, selain juga jumlah "silent carriers" masih sangat banyak dan tidak terdeteksi, dan mereka berkeliaran di mana-mana.

Waah.... kalau begitu keadaannya, hanya vaksin yang ampuh yang dapat meredam pandemi COVID-19 ini. Tapi, ketersediaan vaksin yang aman dan manjur masih lama, 1 hingga 2 tahun lagi. Mungkin ada vaksin darurat yang sedang dikembangkan China. Tapi apakah emergency vaccine ini aman dan manjur? Seberapa luas dan besar tes klinis yang sudah dilakukan kepada suatu vaksin darurat?

Jadi? Ya, pandemi COVID-19 masih akan berlangsung lama.

Di Indonesia, jumlah "silent carriers" harus dianggap sangat banyak. Ada di mana-mana. Adalah tugas pemerintah yang sangat mendesak untuk menjalankan test cepat terhadap, mula-mula, seluruh penduduk DKI. Selain itu, pasien di kota manapun yang sudah dinyatakan sembuh harus ditest ulang dengan testkits yang dapat dipercaya. Tentu saja ini pekerjaan sangat berat yang mungkin tak bisa dijalankan.

Sumber
https://www.dailymail.co.uk/news/article-8155405/Up-14-cent-recovered-coronavirus-patients-China-test-positive-doctors-reveal.html.
__________________________

26 Maret 2020 (a)

INDONESIA DI AMBANG BENCANA TOTAL CORONAVIRUS


PM Australia, Kevin Rudd, lewat akun Twitternya kemarin, 25 Maret 2020, menyatakan bahwa "Indonesia, yang berpenduduk 275 juta, sahabat dan tetangga kita, kini sedang berada di ambang bencana total Coronavirus...."

Sementara itu, dari modelling yang dibuat para peneliti Indonesia, muncul indikasi bahwa di Indonesia dari cuma 790 kasus terinfeksi (25 Maret 2020) akan meroket menjadi separuh dari jumlah penduduk. Sistem kesehatan di Indonesia belum siap menanggulangi bencana Coronavirus.

Semoga Tuhan menolong kita semua. Semoga juga Kevin Rudd salah.

https://www.9news.com.au/world/coronavirus-indonesia-could-be-on-cusp-of-full-blown-covid-19-disaster-as-death-rate-soars/540f5d73-91d7-47cc-bec9-91d1178f8697.
___________________________

25 Maret 2020

NY. KUNGFU PANDA (KP)

Ny. KP menjalankan home industry kecil yang memproduksi pakaian. Tapi di tengah pandemi COVID-19 dia memutuskan untuk mengambil sejumlah modal usahanya untuk membuat masker kain sebanyak 400 pieces.


Setelah jadi, karena dia tidak kikir dan ingin berbuat bajik, dia bagikan 400 masker kainnya itu GRATIS kepada umat vihara tempat dia beribadah.

Tak lama, 400 masker gratis itu habis, diambil sendiri oleh orang per orang anggota vihara di rumah Ny. KP.

Tapi setelah itu,  Ny. KP tidak bisa memproduksi lagi masker gratis. Karena modal usaha kecilnya sudah tak bisa lagi diambil sebagian untuk membuat masker gratis. Ekonomi sedang menukik ke bawah sekarang ini di tengah pandemi COVID19. Yang paling menderita adalah golongan ekonomi kecil dan para usahawan kecil dan menengah.

Dewan vihara tahu keadaan yang kini dialami Ny. KP terkait usaha kecilnya di dunia pakaian. Dewan vihara itu rapat, lalu memutuskan suntikan modal gratis sejumlah tertentu ke Ny. KP supaya dengan itu dia dapat memproduksi 10.000 masker kain, bahkan direncanakan oleh Dewan vihara 500.000 masker kain.

10.000 masker kain itu sebagian akan dibagikan gratis ke para penduduk miskin yang tinggal di sekitar kawasan vihara. Sebagian lagi akan dijual ke orang yang tidak miskin dengan harga modal per piece untuk pembuatan masker kain; dan jika perlu, diambil keuntungan 2-5% per piece dari harga modal.

Rencana itu dijalankan Dewan vihara. Setelah beberapa waktu, 10.000 masker itu sebagian habis dibagikan gratis, dan sebagian lagi dijual ke orang yang mampu, dengan harga modal plus 2% keuntungan.

Semua uang yang telah masuk diberikan ke Ny. KP untuk pembuatan masker kain gratis lanjutan. Ny. KP tertolong. Dia dapat terus membuat masker kain lewat home industry-nya yang tergolong usaha kecil.

Dengan kerjasama Dewan vihara dan karena ketulusan Ny. KP, tahap demi tahap, minggu demi minggu, bulan demi bulan, target memproduksi 500.000 masker gratis dan membagikan gratis sebagiannya dan menjual dengan harga modal plus keuntungan sangat kecil sebagiannya lagi, hampir tercapai.

Tapi 500.000 masker kain hanya sedikit artinya dibandingkan puluhan juta orang yang kini memerlukan. Perlu lebih banyak Ny. KP dan Dewan vihara muncul di negeri +62 ini.

Barangsiapa bertelinga, pastilah mereka bisa mendengar.
_________________________

25 Maret 2020 (a)

DATA MUTAKHIR RESMI
COVID-19 pemerintah Indonesia/a/

Rabu, 25 Maret 2020
Terinfeksi: 790
Mati: 58
Sembuh: 31
Provinsi: 24 (dari 34)
Persentase kematian atau "death rate" jadinya 7,34%!

Prediksi
Para pakar Indonesia memperkirakan di bulan Ramadan dan Idul Fitri (24-25 May 2020), jumlah orang yang terinfeksi akan mencapai 70.000 orang ("estimasi konservatif"). Seorang peneliti Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) memprediksi bahwa pada akhir April 2020, yang terinfeksi akan mencapai 71.000.

Prediksi "pesimistik" malah menyatakan bahwa setelah 50 hari sejak kasus terinfeksi baru 2 orang (2 Maret 2020), jadi pada pertengahan April 2020, penduduk Jakarta yang terinfeksi akan mencapai 50%./b/

_____________________________

23 Maret 2020

Baru 2% yang ketahuan!

Para peneliti dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, pada 23 Maret 2020, menyatakan hal ini: 800 kasus COVID-19 yang resmi dilaporkan baru 2% dari kasus yang sebetulnya, yang tak diketahui, yakni 34.000 kasus. Mereka menegaskan, 2% itu "estimasi kasar" berdasarkan "preliminary analysis" yang belum di-"peer-reviewed"./c/

Sumber:

/a/ https://www.thejakartapost.com/news/2020/03/23/indonesias-latest-covid-19-figures.html.

/b/ https://www.thejakartapost.com/amp/news/2020/03/25/explainer-will-indonesia-be-southeast-asias-italy-a-review-of-how-the-nation-is-battling-covid-19.html.

/c/ https://www.theguardian.com/global-development/2020/mar/26/indonesia-could-have-thousands-of-hidden-coronavirus-cases-study-says.
______________________

20 Maret 2020

"REPRODUCTION NUMBER" atau dikenal juga sebagai RO atau "R naught" adalah ukuran dasar (dalam angka) atas jumlah sebar infeksi suatu penyakit lewat 1 orang yang sudah terinfeksi.

Jika penyakit A memiliki RO 16, misalnya, itu berarti dari 1 orang yang sudah terkena, penyakit A akan tertular rata-rata ke 16 orang lain.


Perhatikan gambar terlampir di atas. MERS memiliki RO 0,8. Influenza 1,5. Ebola 2,0. COVID-19 2,5. SARS 3,5. Gondongan (mumps) 4,5. Rubella (campak Jerman) 6,0. Cacar (smallpox) 6,0. Campak (measles) 16,0.

Mengingat penularan COVID-19 berlangsung sangat cepat dan luas, RO 2,5 menjadi angka yang serius.

Ada juga yang menyebut RO sebagai "rate of transmission".

Sumber https://www.visualcapitalist.com/history-of-pandemics-deadliest/.
___________________________

4 Maret 2020

VIRUSNYA BERMUTASI!

Para peneliti di Peking dan Shanghai, China, menemukan CoV-19 kini sudah bermutasi secara genetik sehingga muncul 2 varian genetik baru virus ini: Tipe-L (agresif) dan Tipe-S (kurang agresif). Unified global combat needed.

Itu baru temuan di China. Sikon terasa tambah menyeramkan kalau studi-studi genom Coronavirus-19 yang juga bermutasi di Eropa kita ikuti.

Sebaiknya memang diam di rumah saja, dan tutup semua medsos. Jaga kebersihan dan kesehatan. Jaga jarak fisik jika ada di tempat umum. Jangan berkerumun, dan jauhi kerumunan.

Banyak relaksasi lewat musik dan meditasi. Bersaat teduh, mendekatkan diri ke Tuhan, bernyanyi memuji nama-Nya, dan berdoa, dengan teratur, akan membantu timbulkan ketenangan. Apalagi jika anda juga mampu menenangkan dan menguatkan orang lain, tidak dikalahkan rasa takut sendiri.

Jangan lupa, berolahraga 30 menit setiap hari, dengan jenis olahraga yang cocok untuk orang seusia anda. Jika tubuh sehat dan bugar, sistem imun tubuh kita terbantu untuk bekerja dengan baik.

Itu saya lakukan, tentu tidak semua, sambil terus ikuti perkembangan. Buta pengetahuan juga sama bahayanya.

https://fortune.com/2020/03/04/coronavirus-mutating-second-strain-covid-19-wuhan-china/.
___________________________

1 Maret 2020

SUDAH TERSEDIAKAH VAKSIN CORONAVIRUS-19?

Karena ketakutan yang dapat dimaklumi terkait wabah pandemi COVID-19, sangat banyak orang mengira (atau menghibur diri) bahwa vaksin untuk menangkal penyakit COVID-19 akan segera tersedia dalam satu atau dua minggu ke depan, karena mereka mendapat info yang salah dan membayangkan hal yang akan menenteramkan hati.

Banyak ilmuwan dari banyak negara sedang bekerja keras dan berlomba untuk menghasilkan vaksin COVID-19 demi menyelamatkan kehidupan.

Di Januari 2020, dua negara pertama yang sedang berusaha keras untuk mengembangkan vaksin tersebut adalah China dan Israel. Bahkan diberitakan waktu itu bahwa China dan Israel yang sudah memiliki teknologi baru mRNA ("messenger-RNA") akan dapat dengan cepat (ditulis "dalam 40 hari" oleh China dan "dalam 90 hari" oleh Israel) menghasilkan vaksin virus penyebab penyakit COVID-19.

Vaksin m-RNA untuk COVID-19 diharapkan dapat cepat dikembangkan dan tersedia karena sudah ada studi-studi sebelumnya terhadap virus-virus famili Corona lainnya seperti SARS (2003) dan MERS (2012).

Vaksin mRNA ditujukan langsung ke sel-sel tubuh manusia untuk menghasilkan suatu protein virus yang diharapkan akan memberi respons imun yang kuat dan sehat.


Tapi poin terpentingnya adalah fakta ini: para ilmuwan China di bulan Januari 2020 telah membuat "sekuen informasi material genetik" Coronavirus-19, lalu merilisnya ke para ilmuwan sedunia. Selanjutnya, para ilmuwan di banyak negara merespons dengan memilih suatu "sekuen protein paku ('spike protein' atau 'S protein') yang telah distabilkan" dari Coronavirus-19, dan mengekspresikannya dalam struktur atau platform mRNA yang telah ada.

Nah, suatu perusahaan di Amerika, yang bernama Biotechnology Company Moderna, Inc., dengan dukungan dana dari NIAID, telah mengerahkan para ilmuwan dan rekan-rekan kerja mereka untuk mengembangkan vaksin Coronavirus-19, penyebab penyakit COVID-19, dengan memakai teknologi mRNA tersebut di atas.


Kabar gembiranya adalah vaksin eksperimental sudah Moderna hasilkan. Untuk menguji keamanan dan kemanjuran vaksin ujicoba ini, sampai siap diproduksi besar-besaran untuk dunia, masih dibutuhkan waktu 1 hingga 2 tahun lagi. Yaaahhhh!

Fase pertama ujicoba vaksin produksi Moderna yang diberi nama vaksin mRNA-1273 sedang dilakukan dengan memangkas ujicoba praklinis (dengan memakai hewan pengerat dan primata), dan langsung masuk ke eksperimen klinis dengan partisipan manusia. Langkah berani ini dapat berakibat fatal. Semoga tidak.

Pengumuman tahap pertama ujicoba klinis ini sudah disampaikan oleh National Institutes of Health (NIH) Amerika.

Partisipan pertama telah menerima suntikan vaksin pada bahunya. Ujicoba akan diteruskan sampai mencapai 45 relawan dewasa yang sehat, usia 18-55 tahun, selama kurang lebih 6 minggu, dengan dosis suntikan yang bervariasi. Tahap ini mau menguji keamanan dan kemanjuran vaksin mRNA-1273 untuk membangkitkan suatu respons imun dalam diri partisipan.

Ujicoba tahap pertama ini memerlukan waktu 2 x 28 hari terpisah. Follow-up ujicoba vaksinasi tahap pertama ini memerlukan waktu 1 tahun sesudahnya, untuk mengetes di lab sampel darah partisipan untuk mendeteksi respons imun yang ditimbulkan vaksin percobaan ini. Juga masih dibutuhkan waktu lagi untuk menguji vaksin ini langsung pada pasien penderita COVID-19.

Jadi, demi menjamin keamanan dan kemanjuran vaksin eskperimental mRNA-1273, sampai tahap memproduksi besar-besaran vaksin ini jika lolos ujicoba, masih diperlukan waktu 1 hingga 2 tahun ke depan. Tidak dalam hitungan minggu.

Apakah ada kemungkinan ujicoba yang baru berlangsung gagal total pada akhirnya? Ya, ada; dan, kabar sedihnya adalah, vaksin untuk COVID-19 bisa tidak pernah berhasil dikembangkan. Kegagalan seperti ini bukan hal baru.

Tonton video tentang vaksin Coronavirus-19 pada link ini https://youtu.be/SSuxVwMkcpA.

Read more https://www.europeanpharmaceuticalreview.com/news/115267/first-patient-dosed-in-phase-i-clinical-trial-for-coronavirus-vaccine/.

https://time.com/5807669/coronavirus-vaccine-moderna/.
___________________________

22 Maret 2020

SIMTOM TERINFEKSI bertambah

Jika indra penciuman anda tak bekerja (anosmia), begitu juga indra perasa tak berfungsi (ageusia), itu indikasi anda terkena COVID19. Segera cek ke RS dan mengisolasi diri sendiri. Endoskopi sinus nonesensial tak diperlukan.

https://www.nytimes.com/2020/03/22/health/coronavirus-symptoms-smell-taste.html.
_______________________

26 Maret 2020

OBAT HYDROXY-CHLOROQUINE untuk COVID 2019

Obat ini (yang dikenal juga dengan nama Plaquenil, Sanofi-Aventis, dll), telah diuji klinis terhadap 24 pasien oleh suatu tim dokter di Prancis. Uji klinis juga dilakukan di China dan di Australia terhadap penderita COVID 2019.


Uji klinis di Prancis tersebut menunjukkan bahwa 25% pasien masih terinfeksi virus Corona-19 setelah 6 hari, dibandingkan 90 % pasien yang diberikan placebo.

Chloroquine bekerja dengan memberi efek antivirus langsung, dan mensupres produksi dan penyebaran protein yang terlibat dalam komplikasi-komplikasi peradangan dalam beberapa penyakit infeksi virus.

N.B. Biasanya, Chloroquine dipakai untuk mengobati malaria, juga lupus dan rheumatoid arthritis.

KERACUNAN Chloroquine!

Setelah baru-baru ini Donald Trump menyatakan FDA telah "menyetujui" Chloroquine untuk pengobatan COVID-19, tablet malaria ini habis dibeli penduduk mega kota Lagos di Nigeria (200 juta penduduk). Mereka "mengobati diri sendiri tanpa petunjuk dokter". Akibatnya, beberapa orang keracunan obat ini (karena overdosis atau salah kombinasi dengan obat lain, atau tubuh menolak), dan diperkirakan jumlah mereka akan bertambah dalam beberapa hari ke depan./a/ Nah loh!

Sumber:
/a/ https://amp.scmp.com/news/world/africa/article/3076240/coronavirus-nigeria-reports-chloroquine-poisonings-after-donald.

MATI setelah minum Chloroquine

Seorang pria (60-an) di Arizona mati, dan istrinya (60-an) kini berada dalam kondisi kritis, setelah keduanya meminum Chloroquine phosphat untuk mengobati sendiri penyakit COVID-19. Mereka langsung sesak nafas hebat setelah menelan tablet Chloroquine. Dr. Daniel Brooks mendesak untuk Chloroquine diberikan hanya untuk pasien rawat inap./b/

/b/ https://www.straitstimes.com/world/united-states/arizona-man-dies-after-taking-chloroquine-for-coronavirus.

DUA HAL tentang Chloroquine

1. Chloroquine belum konklusif akan mujarab bagi penderita COVID-19, bergantung misalnya pada populasi pasien, tahap penyakit, dan dosis.
Bahwa Chloroquine itu bersifat anti-virus juga masih spekulatif.

2. Lepas dari hal yang masih spekulatif itu, Chloroquine dapat mengurangi kekuatan faktor-faktor dan reseptor-reseptor penimbul inflamasi yang menjadi penyebab pneumonia memburuk jadi sindroma kerusakan paru akut (Acute Respiratory Distress Syndrome) yang akan berujung pada kematian pasien./c/

/c/ Baca artikel teknisnya di sini https://www.nature.com/articles/s41565-020-0674-9.epdf.

Selain itu, obat radang Kevzara (produk Regeneron) dan Actemra (Roche Holding AG) telah digunakan juga untuk mengobati radang paru karena serangan COVID-2019. 

Kaletra (obat HIV antiretroviral Lopinavir dan Ritonavir) ditemukan gagal untuk mengobati COVID-19, menurut peneliti China.

Obat tekanan darah Losartan juga disebut mungkin untuk digunakan dalam pengobatan pasien COVID-19./d/

/d/ Deena Beasley, "Two Generic Drugs Being Tested in U.S. in Race to Find Coronavirus Treatments", Medscape, 20 March 2020, https://www.medscape.com/viewarticle/927119.

26 Maret 2020
_______________________


MENKEU SRI MULYANI RESPONSIF terhadap wabah COVID-19

Pandemi COVID-19 mengharuskan BNPB di Indonesia menetapkan "keadaan darurat bencana non-alam" yang berlangsung dalam kurun 29 Feb 2020 hingga 29 Mei 2020. Keadaan darurat tentu perlu disikapi dengan cerdas dan tepat: COVID-19 harus ditanggulangi.


Untuk membiayai pengeluaran yang dibutuhkan untuk pengadaan alat kesehatan, penyediaan rumah sakit, obat-obatan, dll, hingga dunia usaha (di tengah resesi ekonomi global yang mulai berlangsung karena wabah COVID-19), pemerintah telah mengatur realokasi dana dari pos belanja pemerintah pusat sebesar Rp. 62,3 trilyun.

Realokasi anggaran belanja ini mengharuskan perpanjangan pelaksanaan kegiatan, menjadi kegiatan "banyak tahun" ("multiyears") sehingga beban anggaran tidak jatuh sekaligus di tahun 2020. Alhasil, akan ada ruang-ruang waktu dan tempat ("spacing") yang tidak diisi dengan kegiatan karena anggaran kegiatan tersebut sudah direalokasi.

Selain itu, perlu dilakukan juga penghematan sejumlah belanja di kementerian dan lembaga, seperti biaya perjalanan dinas yang dipangkas hingga 50%, honor hingga "output" cadangan.

Penghematan dari pos Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) dan dalam APBD 2020 bisa mencapai Rp. 56 trilyun hingga Rp. 59 trilyun, untuk direalokasi ke penanganan COVID-19.

Pendek kata, pemerintah kini fokuskan APBN 2020 (dan APBD) untuk penanganan COVID-19.

Pada pihak lain, KPK juga akan bekerja maksimal untuk mengawasi aliran dana negara untuk penanganan COVID-19. Siapapun yang mengkorupsi dana ini akan dijatuhi hukuman mati.

Well done, Bu SM!

Sumber: https://m.kumparan.com/kumparanbisnis/sri-mulyani-tambah-anggaran-corona-rp-62-t-kpk-ancam-hukum-mati-jika-dikorupsi-1t49W501X86.
__________________________


ESTIMASI AWAL: 500.000 PENDUDUK INDONESIA AKAN TERINFEKSI

Dari 270 juta penduduk Indonesia, orang yang berisiko tinggi terkena COVID-2019 berjumlah 600.000 hingga 700.000.

Doa, silakan. Sendiri-sendiri. Jangan adakan KKR kesembuhan ilahi.

Yang kini urgen kita butuhkan adalah teknologi kedokteran dan pengobatan, rumah-rumah sakit, obat-obatan (dan vaksin yang masih butuh waktu lama akan baru tersedia, jika sukses ujiklinis tahap demi tahap), serta testkits dan social distancing.

Pak Jokowi sedang bekerja cepat setelah mamahami sikon real yang ada.

https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/coronavirus-indonesian-president-vows-to-use-all-powers-to-tackle-health-economic-woes.
____________________________

20 Maret 2020

DATA RESMI COVID-19 DI INDONESIA

Senin, 16 Maret 2020, penderita Covid-2019 terdata 134 kasus.

Selasa, 17 Maret 2020, meningkat jadi 172 kasus, di antaranya 5 meninggal dan 9 dinyatakan sembuh.

Jumat, 20 Maret 2020, meningkat jadi 369 kasus, di antaranya 32 meninggal, dan 17 sembuh.

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/20/16000781/update-bertambah-7-kasus-total-32-orang-meninggal-akibat-covid-19.

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/17/15561291/jumlah-bertambah-38-total-pasien-positif-virus-corona-kini-172-kasus?page=all#page3.
___________________________

13 Feb 2020

COVID-19 MENYERANG SEMUA GOLONGAN UMUR

Data dari Amerika Serikat 12 Februari-16 Maret 2020

1) Umur 0-19: 123 kasus
* masuk RS 1,6-2,5%
* masuk ICU 0 %
* Angka kematian 0 %

2) Umur 20-44: 705 kasus
* masuk RS 14,3-20,8 %
* masuk ICU 2,O-4,2 %
* Angka kematian 0,1-0,2 %

3) Umur 45-54: 429 kasus
* masuk RS 21,2-28,3 %
* masuk ICU 5,4-10,4 %
* Angka kematian 0,5-0,8 %

4) Umur 55-64: 429 kasus
* masuk RS 20,5-30,1 %
* masuk ICU 4,7-11,2 %
* Angka kematian 1,4-2,6 %

5) Umur 65-74: 409 kasus
* masuk RS 28,6-43,5 %
* masuk ICU: 8,1-18,8 %
* Angka kematian 2,7-4,9 %

6) Umur 75-84: 210 kasus
* masuk RS 30,5-58,7%
* masuk ICU 10,5-31,0 %
* Angka kematian 4,3-10,5 %

7) Umur > atau = 85: 144 kasus
* masuk RS 31,3-70,3%
* masuk ICU 6,3-29,0 %
* Angka kematian 10,4-27,3 %



____________________________

10 Feb 2020

BUKAN TINGKAT UMUR yang menentukan apakah anda akan terkena COVID-19 atau tidak, tapi kondisi kesehatan anda sekarang. 

Data yang mati, diambil dari 44.672 penderita COVID-19 di China:

* penyakit kardiovaskuler 10,5%
* diabetes 7,3%
* penyakit pernafasan kronis 6,3%
* tekanan darah tinggi ekstrim 6%
* kanker 5,6%
* tampak sehat 0,9%


Editing 5 Mei 2020:
Lihat juga tabel data di bawah ini, disusun oleh New York City Health, 14 April 2020. Manula (usia 65 tahun ke atas), apalagi yang sedang menanggung penyakit (kritis) lain, sangat rentan terserang Covid-19 lalu meninggal dunia.

Tentu saja hal ini dapat dipahami. Tanpa pandemi Covid-19 pun, manula memang rentan terluka atau sakit berat, lalu mati. Tak perlu lagi diingatkan bahwa manula adalah orang-orang yang termasuk sedang "letih lesu dan berbeban berat" dalam ucapan Yesus.


_______________________________

18 Maret 2020

Obat FAVIPIRAVIR

Obat flu FAVIPIRAVIR (atau Avigan) yang diproduksi Fujifilm Toyoma Chemical, Jepang, tahun 2014, oleh pejabat medik China pada Rabu, 18 Maret 2020, dinyatakan EFEKTIF menyembuhkan 340 pasien di Wuhan dan Shenzhen yang terinfeksi virus Corona-19 yang belum parah, ketika virus belum memperbanyak diri. Kesembuhan dicapai rata-rata dalam 4 hari; sementara yang tidak meminum obat ini membutuhkan waktu rata-rata 11 hari.


91% pasien yang menggunakan Favipiravir menunjukkan perkembangan positif pada kondisi paru mereka yang diperlihatkan oleh X-rays; sedangkan yang tidak meminum obat ini 62 persen memperlihatkan perbaikan kondisi paru.

Begitu juga, Favipiravir lebih efektif dibandingkan pengobatan dengan kombinasi obat HIV antiretroviral Lopinavir dan Ritonavir (atau KALETRA)

Obat Favipiravir pernah digunakan untuk mengobati pasien yang terinfeksi virus Ebola yang mewabah di Guinea tahun 2016./*/

/*/ Justin McCury, "Japanese flu drug 'clearly effective' in treating coronavirus, says China", The Guardian, 18 March 2020, https://amp.theguardian.com/world/2020/mar/18/japanese-flu-drug-clearly-effective-in-treating-coronavirus-says-china.
____________________________

27 Feb 2020

OTOPSI MAYAT KORBAN COVID-2019
Apa yang ditemukan?



Untuk deskripsi medik yang lebih detail, lihat video di bawah ini.



Ilmuwan China (24 Februari 2020) telah mengotopsi paru-paru 12 orang yang telah meninggal karena serangan COVID-2019. Mereka menyatakan, tindakan mengotopsi adalah tindakan yang sangat berbahaya karena virus Corona-19 dapat menyebar lebih luas, dan mereka sendiri marasa takut tertular saat melakukan otopsi.

Kalau paru-paru normal disentuh, ya terasa seperti menyentuh tekstur busa karet atau sponge. Ya karena alveoli  paru-paru orang sehat berisi udara.

Tapi, hasil otopsi paru korban Covid-2019 menunjukkan, paru-paru sudah tidak seperti sponge lagi. Sebaliknya, di dalam paru ruang kosong sudah terisi luar biasa banyak mukus atau fluida ingus tebal yang sangat lengket, ibarat dipenuhi adukan cat tembok. Mukus sangat kental dan lengket ini berbeda sekali dari lendir mukus yang keluar dari hidung di saat orang terserang flu biasa.

Tak ada jalur keluar masuk udara lagi dalam paru. Memompakan oksigen ke dalam paru, adalah usaha yang sia-sia sebab ruang udara sudah penuh fluida yang sangat lengket. Sudah terblokir. Pemasangan ventilator yang membantu paru untuk mengembang dan mengempis, juga sia-sia.

Bahkan diyakini, penularan virus nCoV dari pasien-pasien kritis yang sedang dirawat berlangsung lewat udara, seperti aerosol yang disemprotkan lalu memenuhi ruangan perawatan. Berapa jam partikel virus bertahan di udara sebagai medium penularan?

Mengerikan, sungguh.

Mengingat kondisi ini, pengobatan paru pada penderita Covid-2019 tingkat lanjut atau tingkat pneumonia harus benar-benar terarah ke target yang spesifik.

Selain itu, kita perlu tahu perubahan patologis apa yang sudah terjadi sampai kondisi paru berubah sedemikian rupa.

Binatang apakah virus Corona-2019 ini? Para ahli belum tahu banyak.
__________________________

12 Maret 2020

ISOLASI 14 HARI TAK CUKUP!

Sampai saat ini, yang direkomendir untuk masa karantina pasien yang terinfeksi Coronavirus-19 adalah 14 hari.

Tapi dalam pemeriksaan terkini ditemukan bahwa RNA Coronavirus-2019 bertahan pada saluran pernafasan pasien rata-rata selama 20 hari sejak terinfeksi virus ini.

Bahkan ada juga yang bertahan di saluran pernafasan selama 4 minggu hingga 5 minggu (37 hari)./*/

/*/ Claire Che, "Coronavirus Can Live in Patients for Five Weeks After Contagion", Bloomberg, 12 March 2020, https://www.bloomberg.com/amp/news/articles/2020-03-12/coronavirus-can-live-in-patients-for-five-weeks-after-contagion.
_________________________

20 Feb 2020

TEORI KONSPIRASI COVID-2019

Terkait wabah pandemik COVID-2019 banyak bermunculan teori konspirasi, dilengkapi dengan cover buku-buku yang dibuat lusuh. Menurut para teoretikus konspirasi, COVID-19 adalah bio-weapons atau bio-terrorism USA yang diarahkan ke China, atau (anehnya) yang diarahkan China ke USA.

Semua teori konspirasi di bidang apapun adalah teori yang buruk, bahkan evil, tak bisa diverifikasi dengan bukti-bukti empiris tapi terus disebarkan sebagai "junk-science" oleh para politikus busuk dan diteruskan ke mana-mana oleh orang yang tak memiliki ilmu pengetahuan.

Fakta kuat yang mematahkan teori konspirasi COVID-2019 adalah wabah ini oleh WHO sudah dinyatakan wabah PANDEMIK, wabah global; tak ada pihak yang dimenangkan oleh wabah ini.

Salah satu teori konspirasi terkait pandemi COVID-19 mengkhayalkan suatu momok baru yang mereka namakan Illuminati sebagai biang keladi pandemi.

Momok yang diberi simbol satu mata dalam bingkai segitiga, yang kurang lebih paralel dengan simbol sosok Dajjal, tidak bisa mereka buktikan ada di mana, beralamat di mana, dan siapa saja tokoh-tokohnya di masa kini. Klaim-klaim mereka di sekitar Coronavirus juga tidak klop dengan hasil kajian-kajian ilmiah yang sudah lewat "peer-review". Sekarang ini, sudah ada lebih dari 30 ribu artikel ilmiah tentang COVID-19 yang sudah dibuka untuk diakses siapapun yang membutuhkan. Klaim para pengkhayal Illuminati bahwa vaksin Covid-19 sudah tersedia, tapi masih disembunyikan, adalah klaim omong kosong sekosong-kosongnya!

Hemat saya, agenda politik para penyusun teori konspirasi Illuminati ini adalah perlawanan terhadap peradaban modern Barat, yang disimbolkan sebagai si "mata satu".

Sebuah teori konspirasi lainnya memelintir fakta dan memotong berita resmi dari Amerika Serikat. Tonton dulu video di bawah ini terkait ilmuwan terkenal Amerika, Prof. Charles M. Lieber. Oleh narator Indonesia dalam video ini disebut Lieber telah melakukan rekayasa genetik Coronavirus lalu membawanya ke Wuhan.


Prof. Charles Lieber (lahir 1959),
ilmuwan Amerika, ahli di bidang nanosains, nanoteknologi, kimia, fisika material, dan neurosains. Berbasis di Universitas Harvard dan Universitas Columbia,

Dia ditangkap pada 28 Januari 2020 dengan tuduhan telah membuat pernyataan-pernyataan yang salah kepada Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan kepada penyelidik Harvard tentang partisipasinya dalam THOUSAND TALENTS PLAN China (start 2008) dan aktivitas akademiknya di Wuhan University of Technology.

TTP China ini bertujuan untuk merekrut dan menarik pulang para ilmuwan China yang bekerja di Barat, dan juga mengajak kerjasama para ilmuwan Barat dengan bayaran tinggi dan mengikat mereka dengan kewajiban-kewajiban di dan untuk China.

Hal yang diperkarakan otoritas Amerika adalah Prof. Lieber menerima bayaran tinggi sekaligus dari dua instansi pendidikan, Universitas Harvard dan Wuhan University of Technology.

Selain Lieber, ada dua atau tiga orang peneliti China yang bekerja di Amerika yang juga berurusan dengan aparat hukum Amerika.

Kasus Lieber dan kasus-kasus lainnya yang terpisah tak ada hubungannya dengan Coronavirus yang mewabah sekarang, yang episentrumnya (dianggap) dimulai di Wuhan. Yang menghubung-hubungkan hanyalah para penganut teori konspirasi kosong, yang selalu mencari celah untuk nongol, atau memelintir fakta-fakta. Tak ada satu pun pakar virologi yang mengklaim Coronavirus adalah produk rekayasa genetik di lab Amerika. Mereka sepakat, nCoV adalah virus alamiah

Read more

https://www.snopes.com/fact-check/charles-lieber-arrested-coronavirus/

https://www.npr.org/2020/02/14/806128410/harvard-professors-arrest-raises-questions-about-scientific-openness

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Charles_M._Lieber

Mari kita kembali ke Coronavirus. Ilmu pengetahuan punya penjelasan tentang virus Corona-SARS berdasarkan bukti, "evidence-based". Tidak ngeyel ngalor ngidul. Berikut ini.

Riset lapangan dan laboratorium menunjukkan virus Corona-SARS (ada 400 "strains" atau "genetic variants" atau "subtypes"!!) yang berinang pada kelelawar memiliki kemampuan SPILLOVER: MENGINFEKSI LANGSUNG sel-sel manusia, tanpa perlu mutasi ekstra dulu dalam sel-sel hewan lain yang dekat ke manusia.

Biasanya dianggap, sebelum virus-virus Corona-SARS ("SARS-related Coronaviruses") menginfeksi sel-sel manusia, mereka perlu menginfeksi sel-sel hewan lain (misalnya trenggiling atau luwak) yang hidup dekat manusia sebagai inang perantara untuk memutasi kode genetik mereka supaya bisa menginfeksi sel-sel manusia.

Percobaan di petri dish dalam laboratorium menunjukkan bahwa virus-virus Corona yang diambil dari sampel liur, urin dan kotoran kelelawar dapat langsung menginfeksi sel-sel manusia. Ini hal yang sebetulnya sudah lama diketahui berlangsung dalam alam, yang dinamakan mekanisme Horizontal Gene Transfer (HGT) antar spesies-spesies yang memiliki relasi yang jauh.

Melalui mekanisme HGT, material genetik dari satu spesies (termasuk virus atau agent-agent genetik yang lebih kecil) pindah ke spesies lain.


Bagaimana kondisinya di luar lab, dalam kehidupan nyata?

Dari sampel darah yang diambil dari penduduk kota Wuhan dll di China, yang berumah tinggal dekat goa-goa kelelawar, ditemukan mereka sudah terinfeksi virus Corona kelelawar. Tentu mereka juga telah mengalami simtom-simtom terinfeksi yang diabaikan, atau luput dari perhatian serius, lembaga-lembaga kesehatan, bertahun-tahun lamanya sebelum pecah wabah COVID di awal Desember 2019.

Jika kondisinya demikian, peluang pecahnya wabah baru BESAR!

Wabah pandemik COVID-2019 bukan yang terakhir.

Homo sapiens yang struktur anatomi tubuhnya besar dan kokoh, dan jejaring sel-sel tubuhnya rumit dan kompleks, ternyata bisa sangat kewalahan dalam menghadapi mikroorganisme virus.

Read more:
https://www.npr.org/sections/goatsandsoda/2020/02/20/807742861/new-research-bats-harbor-hundreds-of-coronaviruses-and-spillovers-arent-rare.

https://www.theguardian.com/world/2020/apr/28/how-did-the-coronavirus-start-where-did-it-come-from-how-did-it-spread-humans-was-it-really-bats-pangolins-wuhan-animal-market.

_______________________

4 Maret 2020

SEKILAS DAMPAK EKONOMI

Menurut WTTC, wabah pandemik COVID-19 membuat 16% dari 319 juta orang (= 51 juta orang) yang bekerja di industri turisme tingkat global akan kehilangan pekerjaan. Dibutuhkan 10 bulan untuk pulih kembali. Be strong. Sterkte./*/

OPINI: Wabah COVID-19 mungkin akan mengirim gelombang kejut ekonomi jangka pendek kepada Amerika, gelombang resesi demand/supply jangka pendek. Tapi ekonomi akan cepat rebound./**/

/*/ https://www.bloomberg.com/amp/news/articles/2020-03-13/coronavirus-travel-plunge-could-wipe-50-million-tourism-jobs.

/**/ https://www.cnbc.com/amp/2020/03/04/coronavirus-will-likely-spark-a-recession-strategist-tony-dwyer-warns.html.
______________________



TRAJEKTORI PENYEBARAN COVID-19 sejak mencapai 100 kasus, di luar China

7-10 hari setelah itu, Hong Kong dan Singapura paling efektif mencegah perluasan wabah. Hari ke-7, Amerika mencapai jumlah hampir 2.000. Mulai hari ke-13 hingga hari ke-20, tiga negara teratas: Italia, Iran, Korsel.

Trend kenaikan kasus per hari 33 persen. Tinggi juga ya.

Thank you @DrEricDing

___________________________

32.544 ARTIKEL DIBUKA

Dr. Eric Feigl-Ding, epidemiolog Harvard dan John Hopkins, dkk, telah berjuang dan berhasil membuka untuk publik dunia 32.544 artikel tentang COVID-19 demi menyelamatkan kehidupan.

Semoga epidemiolog Indonesia mau memanfaatkan. @KemenkesRI

Thanks you @DrEricDing for your works. https://t.co/3gIaY1ZA0o

_________________________

11 Maret 2020

WHO: COVID-2019 ADALAH SUATU PANDEMIK

Pada 11 Maret 2020 WHO mengkategorikan COVID-19 sebagai suatu PANDEMIK "pertama yang disebabkan oleh suatu coronavirus. Dan kita tak pernah sebelumnya pada waktu yang bersamaan melihat suatu pandemik dapat dikendalikan."


Read more
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/events-as-they-happen
________________________

10 Maret 2020

DATA GLOBAL WHO
per 10 MARET 2020

Di luar China, tiga negara teratas yang terserang wabah COVID-19 adalah
* ITALIA (10.149 kasus)
* IRAN (8.042 kasus)
* KOREA SELATAN (7.513 kasus).

Data WHO per 10 Maret 2020.


BBC News Indonesia telah memberitakan bahwa PM Italia, Giuseppe Conte, telah melarang berpergian ke luar kota bagi kurang lebih 60 juta penduduk Italia, dan Italia sekarang seluruhnya dinyatakan tertutup ("on lockdown") sampai 3 April 2020. Sejauh ini, sudah lebih dari 460 orang yang telah meninggal dunia karena wabah Covid-2019.

Penduduk boleh meninggalkan rumah hanya untuk tiga keperluan penting: urusan pekerjaan yang mendesak, kondisi gawat darurat, dan alasan medis. Jika mau berpergian ke luar kota, harus mendapat izin khusus dari pihak kepolisian yang diberikan berdasarkan alasan yang sebenarnya. Jika kedapatan berbohong, maka akan dikenakan hukuman denda atau hukuman penjara.

Meski diisolasi, warga Italia masih boleh berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari, tapi dilarang berkumpul di luar rumah atau tempat-tempat umum.

_________________________________

CHINA TAWARKAN BANTUAN KE ITALIA

Saat ini pengekspor tertinggi virus COVID-19 adalah ITALIA dan IRAN.

China kini menawarkan bantuan besar untuk menyelamatkan Italia: 100.000 ventilator paru; 20.000 pakaian pelindung; 50.000 test kits; dan 2 juta masker wajah.

Tanpa intrik agama dan politik.


___________________________

2 Maret 2020

BERALIH DARI CHINA KE ITALIA DAN IRAN

Sejak mewabah 1 Des 2019, China adalah sumber penyebaran virus Corona-19, sampai 21 Februari 2020. Selanjutnya virus ini bergerilya lewat kapal pesiar UK-US Diamond Princess. Tercatat sampai 2 Maret 2020, pengekspor terbesar virus Corona bukan lagi China, tapi Italia dan Iran. Nah loh, "pasukan Allah" kok menyerang Iran?



______________________

TEST SEROLOGIS (dengan menggunakan sampel darah) yang baru dikembangkan di Singapura DAPAT MENDETEKSI ANTIBODI dalam tubuh pasien yang sudah sembuh dari infeksi COVID-19 (baik yang infeksinya sudah terdeteksi maupun yang tidak/belum terdeteksi sebelumnya), dan yang sudah terinfeksi 3-5 hari tapi belum terdeteksi.

Test PCR (Polymerase Chain Reaction) yang biasa dipakai (dengan memakai sampel liur dan fluida di laring tenggorokan) tidak memiliki kemampuan mendeteksi antibodi tersebut.

Penting diketahui @KemenkesRI

https://www.straitstimes.com/singapore/grace-assembly-coronavirus-mystery-solved-mega-cluster-linked-to-2-wuhan-tourists-via-a
____________________________

3 Feb 2020

DRUGS AND VACCINES for COVID-19

Virus COVID-19 (Corona Virus Desease-2019) telah diketahui dapat menginfeksi manusia tanpa terdeteksi.

Sejauh ini ada beberapa obat yang direkomendir untuk mengobati penyakit Coronavirus-19, yakni:
* REMDESIVIR (obat antivirus; buatan Gilead Sciences Inc.) dan
* KALETRA (Lopinavir dan Ritonavir; obat antivirus HIV adhoc, produk AbbVie Inc.)./*/
* CHLOROQUINE (obat anti-Malaria dan otoimun) juga digunakan;
* APNO1

https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-02-03/gilead-drug-to-undergo-human-trials-in-china-to-cure-coronavirus.

https://www.healthline.com/health/coronavirus-treatment.

Bagaimana dengan vaksin Covid-2019?

Nah, Israel memiliki teknologi untuk mengembangkan vaksin COVID-2019. Vaksin ini akan siap "dalam beberapa minggu" ke depan, dan akan tersedia dalam tempo 90 hari./**/ Semoga sukses.

Orang yang sudah terinfeksi suatu virus, lalu sembuh setelah ditangani dengan benar, dalam tubuhnya lewat mekanisme sistem imunitas, sudah terbentuk antibodi yang siap menggempur virus yang sama (sebagai antigen) jika virus ini mau menyerang lagi. Sembuh dalam arti virus yang sudah mentransfer material genetiknya ke dalam DNA sel-sel tubuh manusia di-DEAKTIVASI. Jadi, orang yang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19 mungkin sekali bisa terinfeksi kembali oleh virus yang sama.

Jika belum terinfeksi virus, vaksin diberikan (lewat obat tetes atau cairan suntik) untuk menstimulir pembentukan antibodi dan menyediakan imunitas terhadap satu atau lebih penyakit yang datang dari virus patogenik sebagai antigen. Vaksin dibuat dari agent penyebab suatu penyakit dan hal-hal yang ditimbulkannya, atau dari suatu zat sintetis, yang akan bertindak sebagai suatu antigen asing dalam tubuh kita tanpa menimbulkan penyakitnya.

Sumber:

/*/ https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-02-03/gilead-drug-to-undergo-human-trials-in-china-to-cure-coronavirus.

/**/ https://m.jpost.com/HEALTH-SCIENCE/Israeli-scientists-In-three-weeks-we-will-have-coronavirus-vaccine-619101/amp.
___________________________

2 Maret 2020

FAKTA GLOBAL PER 2 MARET 2020 

Infeksi COVID 2019 (tanpa intrik politik dan agama) per 2 Maret 2020:
☆ Kasus terinfeksi 87.163
☆ Kasus kematian 2.980
Mortality rate jadinya 3,42%

Mortality rate relatif kecil, tapi penyebaran virus cepat dan luas!

_________________________

23 Maret 2020

POLUSI UDARA DI CHINA MENURUN DRASTIS

Dua citra satelit NASA ini memperlihatkan tingkat polusi udara di China sedang menurun drastis setidaknya sebagian karena pelambatan aktivitas ekonomi menyusul wabah Covid-2019. Bandingkan citra kanan (polusi tinggi) dan citra kiri (polusi merosot drastis).


Sumber:
https://www.bbc.com/news/amp/world-asia-51691967.

Di ASIA dan di EROPA limbah NOdi udara menurun



Dari data images yang diambil oleh satelit Sentinel-5P milik ESA, terlihat bahwa dalam 6 minggu terakhir ini tingkat limbah nitrogen dioksida (NO2) di atas kota-kota dan kawasan-kawasan industri di Asia dan Eropa kentara sekali lebih rendah dibandingkan periode yang sama 2019.

Hal itu terjadi karena pandemi COVID-19 telah menurunkan dan memperlamban drastis kegiatan-kegiatan industrial di benua-benua tersebut.

Sumber
https://amp.theguardian.com/environment/2020/mar/23/coronavirus-pandemic-leading-to-huge-drop-in-air-pollution.

Kita jadi belajar bahwa kebutuhan pemakaian clean energy makin mendesak. Bisa ada hubungan antara tingkat polusi udara yang tinggi dengan kecepatan penyebaran pandemi, dan pasti ada kaitannya dengan penyakit-penyakit tertentu yang terkait dengan saluran pernafasan.

Selain itu, perubahan gaya hidup manusia seluruh dunia diperlukan untuk mempertahankan planet Bumi yang ramah terhadap kehidupan kita, entah gaya hidup baru yang seperti apa, yang tak menimbulkan polusi udara.

Tentang penurunan drastis polusi udara di tengah pandemi COVID-19, dan maknanya buat manusia, tonton video di bawah ini.

____________________________

7 Feb 2020

DATA GLOBAL 7 FEB 2020

ANGKA KEMATIAN akibat wabah virus nCoV-2019

Ada 34.000 pasien terinfeksi virus ini. Yang mati 700 orang. Jadi, mortality rate-nya 2,06%, masih jauh di bawah death rate virus MERS (virus onta 2012) dan virus SARS (2003).


______________________________

30 Feb 2020

CHINA SEDANG KEMBANGKAN VAKSIN

Di tengah mewabahnya virus korona baru 2019 (nCoV-2019) yang sudah diidentifikasi (lewat kajian sekuen genetik) berasal dari virus ular kobra China, dan juga terdapat pada kelelawar, sekarang ini China sedang mengembangkan VAKSIN nCoV-2019 dengan cepat.

Sampel vaksin akan selesai tak lebih dari 40 hari, dengan menggunakan generasi baru teknologi mRNA. Hasil kerjasama Shanghai East Hospital Tongji University dan Stermina Therapeutics Co., Ltd. Semoga sukses.

Bagaimana situasinya kini? Komisi Kesehatan Nasional China mengonfirmasi bahwa hingga akhir Rabu, 29 Januari 2020, sudah ada 1.737 kasus baru (termasuk 1 kasus di Tibet) dan tambahan kematian 38 orang. Jadi, dalam lingkup nasional total sudah muncul 170 kematian dan 7.711 kasus terjangkit virus, dan sudah ada 170 orang yang berhasil disembuhkan dan boleh pulang.

Kamis pagi, 30 Jan 2020, Pemprov Hubei, di mana kota Wuhan berada sebagai kota perdagangan dan industri, mengonfirmasi tambahan kematian 37 orang dan 1.032 kasus baru di provinsi ini. Total kasus jadinya 4.586, 162 kematian, dan 90 orang berhasil disembuhkan.


Sumber CNBC, "Coronavirus live updates: China says death toll hits 170 as cases rise beyond 7,700", CNBC, 29 Jan 2020, https://www.cnbc.com/2020/01/30/coronavirus-live-updates-china-says-death-toll-rises.html.
___________________________

7 Feb 2020

DATA MUTAKHIR tentang nCoV-2019 di RS Zhongnan, Wuhan

Dari studi longitudinal 1 Jan-28 Jan 2020, di RS Zhongnan Univ. Wuhan, China, ditemukan data berikut: dari 138 pasien yang terkena pneumonia akibat terinfeksi nCoV ("Novel Corona-Infected Pneumonia", NCIP) 26% (rata-rata usia 66 tahun) memerlukan ICU dan 4,3 % mati. 41% diduga terinfeksi dari manusia ke manusia yang sedang dirawat.

Simtom atau gejala awal terinfeksi virus nCoV-2019 kini bukan hanya batuk dan demam, tapi ditemukan juga mencakup diare, mual, pusing, keleyengan dan limbung, sakit perut. Rata-rata setelah 5 hari terkena simtom awal, pasien mulai pendek nafas, dan rata-rata di hari ke-8 mengalami masalah pernafasan yang parah atau pneumonia (NCIP).

Pasien lansia yang menderita diabet, penyakit jantung atau kanker, condong sakit lebih parah dibandingkan pasien berusia muda.



Waah, bagaimana nih? Kalem saja. Ini bukan azab atau hukuman dan kutukan atau tulah dari Tuhan.

Memandang suatu masalah besar sebagai azab Tuhan yang tak bisa ditangkal, membuat orang berpasrah diri, menyerah, dan kehilangan dorongan kuat untuk mengatasi dan melawan azab lewat akal dan iptek. Bangsa yang bermental semacam ini TAK AKAN PERNAH MAJU, selalu menjadi pecundang. Tak ada dorongan kuat untuk mengubah keburukan. Terpuruk terus.


Virus yang pada bagian luarnya memiliki tentakel berbentuk paku-paku ("spike protein") sehingga keseluruhannya menyerupai korona, crown, mahkota

Tentang usaha cepat mengembangkan vaksin nCoV-2019, lihat:
http://www.ecns.cn/m/news/society/2020-01-28/detail-ifzsyram6093522.shtml.

Tentang asal-usul nCoV-2019, baca lebih lanjut di https://www.newscientist.com/article/2231162-wuhan-coronavirus-may-have-been-transmitted-to-people-from-snakes/.       

dan juga di
https://www.thestar.com.my/news/regional/2020/01/24/wuhan-virus-studies-suggest-role-of-bats-snakes-in-outbreak.
__________________________

28 Jan 2020



DUA RUMAH SAKIT BESAR BARU DI WUHAN

Wabah virus nCoV-2019 di Wuhan mendorong pemerintah China untuk membangun dua rumah sakit besar di sana dalam kurun 6-10 hari mulai 24 Jan 2020. Masing-masing akan mulai beroperasi 3 Feb (RS Huoshenshan atau RS Gunung Api Tuhan, kapasitas 1.000 tempat tidur, luas 269.000 kaki persegi) dan 5 Feb 2020 (RS Leishenshan atau RS Gunung Guntur Tuhan, kapasitas 1.300 tempat tidur, luas 323.000 kaki persegi).

Ini bukan bahan nyinyiran, tapi hal yang harus mampu juga kita lakukan nanti jika diperlukan. Pergilah, belajarlah dari China.

Tentang seluk-beluk arsitektur dua rumah sakit tersebut, dan bahan-bahan yang sudah dibuat sebelumnya untuk tinggal pasang, seperti sistem knock-down pada furniture, tanpa menyepelekan pertimbangan keamanan dan kegunaan, dan tentang kekuatan dan kelemahannya, baca berita ini:

https://qz.com/1792705/coronavirus-the-engineering-behind-wuhans-rapidly-built-hospitals/.


Juga ini:
https://www.businessinsider.com/china-virus-wuhan-building-new-hospital-coronavirus-2020-1.

Ada reportase videonya juga, antara lain ini https://youtu.be/4UF9f6ohyvk dan ini https://youtu.be/VSdzlcAfBfY.

Editing: Di bawah ini video reportase sekilas tentang siap beroperasinya rumah sakit Gunung Api Tuhan, di Wuhan, pada Senin 3 Feb 2020, sesuai rencana.


Sampai kapan dikau nyinyir
Sementara China mampu menyihir?
Sebaliknya, kita semakin pandir
Dan hanya bisa mencibir bibir
_________________________

28 Jan  2020

VIRUS SARS



Wabah SARS 2003

Strategi membangun dengan cepat beberapa rumah sakit besar di wilayah wabah virus pernah dipakai China pada 2003 ketika muncul wabah virus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) di China yang menjangkit 8.000 orang sedunia.

Virus nCoV-2019 adalah virus ketujuh dari famili virus Corona yang diketahui manusia. Dibandingkan SARS yang membunuh 10 persen dari jumlah populasi yang terinfeksi, nCoV-2019 membunuh 3 persen.

VIRUS MERS

Masih satu famili dengan virus SARS dan nCoV-2019 adalah virus CoV-MERS, atau yang dikenal sebagai virus onta. Diketahui, dibandingkan nCoV-2019, infeksi virus MERS lebih berbahaya.

Virus corona MERS (Middle East Respiratory Syndrome), atau disebut juga virus onta, yang menyerang saluran pernafasan, menimbulkan demam, batuk, diare, dan pneumonia dan bronkhitis akut, dan juga dapat menyebabkan kegagalan ginjal dan organ-organ lain, diindentifikasi pertama kali pada pertengahan Juni 2012 oleh virolog Ali Mohamed Zaki yang berpraktek di RS Dr. Soliman Fakeeh di Jeddah, Arab Saudi.


Temuannya ini segera dibagikan oleh Zaki lewat situs Internet proMED ke para peneliti dan agen-agen kesehatan lain umumnya. Seminggu kemudian, ketika dia sedang berada di negeri asalnya, Mesir, kontrak kerjanya dengan RS di Jeddah itu diakhiri sepihak oleh pihak rumah sakit atas tekanan kementerian kesehatan Arab Saudi.

Pada 4 April 2017 dilaporkan ada 2.000 orang di dunia yang telah terinfeksi virus MERS. Kini virus MERS berhasil dibatasi keberadaannya hanya di jazirah Arab.

Tentang virus MERS, baca lebih lanjut di https://www.theguardian.com/science/2013/mar/15/coronavirus-next-global-pandemic

dan di https://www.semanticscholar.org/paper/Isolation-of-a-novel-coronavirus-from-a-man-with-in-Zaki-Boheemen/e5518b010208803422245fc8ebeeb22ff0fc2c27.

Wabah dan penularan virus-virus corona bukan azab ilahi yang tak bisa ditangkal. Menyerah kalah pada wabah virus dan bakteri patogen baru bukanlah mental Homo sapiens, yang tak pernah selesai memerangi berbagai penyakit baru jika mereka tak mau punah. Tak bisa dihadapi dengan pasang badan saja, tapi dibutuhkan teknologi medik yang harus terus makin maju, meskipun musuh yang dihadapi, ironisnya, adalah mikro-organisme yang memperlihatkan tanda kehidupan yang sangat, sangat sederhana.