Monday, July 24, 2017

Bela Agama! Ya, tapi harus cerdas dan objektif!

BELA AGAMA titik titik titik


Agama apapun harus dibela! Itu keyakinan umum Buddhis, Yahudi, Kristen, Islam dll semua agama lainnya. Dulu dan kini. Orang tanya ke saya, Apakah betul begitu? Berikut ini jawaban ringkas saya.

Bela ya bela, tapi perlu kita lebih dulu tahu hal apa yang telah dan sedang dan akan membuat agama kita jadi begini dan begitu. Analisis dengan kritis. Cari dan temukan akar-akar masalahnya yang membuat agama kita, katakanlah, terpepet: Apakah karena salah kita (ajaran agama, atau tindakan kita) sebagai umat, ataukah karena kita memang jadi korban salah alamat (jika ya, kenapa ini terjadi?).

Membela agama kita dengan taklid buta, sama saja dengan memendamkan agama kita lebih dalam lagi ke lembah kekelaman. Terkubur di situ. Bisa tak bangun lagi selamanya. Agama apapun bisa bertahan lama ya karena mampu bersikap akomodatif kritis terhadap perubahan zaman, tempat, pengetahuan dan kearifan.

Membela agama dengan cerdas, justru mengharuskan kita melakukan evaluasi dan analisis cermat atas agama kita. Membela agama dengan cerdas, berbeda konten dan caranya di setiap zaman dan di setiap tempat. Tidak bisa cara bela agama sekian belas abad lalu kita ulang begitu saja taklid buta di abad ke-21 di dunia yang jelas-jelas sudah berbeda.

Apologetika religius yang taklid buta, apalagi lewat berbagai cara keras, hanya akan lebih cepat mewafatkan agama kita, pada akhirnya.

Jika kita taklid buta bela agama, mata kita tutup, tapi kaki kita menendang sana sini dan tangan kita meninju atas bawah, ya agama kita akan makin lebam dan remuk. Tak bisa disusun ulang lagi. Hanya tinggal debu dan reruntuhan.

Dalam membela agama dengan cerdas, berlaku hal ini: Jika kita temukan hal-hal yang memerlukan perbaikan dalam agama dan cara beragama kita, lalu kita memperbaiki semuanya satu per satu, maka kita akan bisa menyelamatkan agama kita, membuatnya bisa berkontribusi positif bagi peradaban masa kini dan demi kebaikan umat manusia dan dunia sekarang. Itulah membela agama dengan cerdas, dengan bernalar, dengan visioner, dengan keteduhan pikiran dan hati, dan dengan kearifan ilahi.


Mari kita buang ucapan Pokoke agamaku! atau We can do no wrong!, dalam segala keadaan yang memerlukan evaluasi dan analisis kritis atas hal apapun dalam kehidupan kita, juga dalam hal agama dan cara kita beragama.

Agama kita bukan Tuhan; agama ya agama, yang disusun dengan berbagai cara dan keyakinan dalam sejarah dunia kita; ada awalnya dan tentu akan ada.... akhirnya. 

Kok? Ya, karena agama apapun bukan Tuhan; agama apapun terbatas, tidak abadi, dan tidak mahatakterbatas. Dus, mempertuhan agama sama dengan melawan dan menafikan Tuhan. Tiada Tuhan selain Tuhan YMTakterbatas dan YMAbadi.

The weeping silence
24 Juli 2017

Silakan share