Friday, June 28, 2013

SURGA dan NERAKA

Surga setelah kematian aku tak perlukan; yang kuperlukan adalah menegakkan surga dalam dunia masa kini lewat cinta, kebajikan dan kecerdasan.

Datangkanlah surga di manapun anda berada sekarang ini lewat cinta, kebajikan, kesabaran, kelembutan dan kecerdasan anda.

Neraka dan azab serta siksanya setelah kematian aku tidak takuti, tetapi yang menggelisahkanku adalah neraka sungguhan yang sedang panas bernyala dalam dunia masa kini dan menyiksa sangat banyak anak manusia.

Rabiah Al-Adawiyah ingin memadamkan api neraka dengan seember air. Dia perlu didukung. Tetapi kataku, wahai Rabiah, api neraka mustahil dipadamkan, selama kemarahan, kebencian, kedengkian, iri hati, kejahatan dan kebodohan masih menguasai manusia. Azab timbul dari situ.


sebuah lukisan imajinatif tentang siksa di neraka....

Orang yang pemarah membawa api neraka, orang yang sabar dan berhati lembut membawa kesejukan surga.

Kebakaran hanya padam oleh air, kemarahan hanya reda oleh kelembutan.

Cinta menimbulkan cinta, kejahatan menghasilkan kejahatan. Tapi orang yang berbudi akan membalas kejahatan dengan kebaikan, lewat langkah-langkah yang tidak bodoh, tapi cerdas dan berakal.

Nilai terdalam agama bukanlah kebenaran doktrin, tetapi tindakan cinta dan kebajikan serta cerahnya pikiran para penganutnya.

Jika anda berdebat agama untuk memenangkan doktrin-doktrin agama anda, yang dihasilkan bukan peningkatan pengetahuan, tapi sikap jumawa pada diri anda dan rasa sakit hati dan permusuhan pada lawan debat anda.

Agama-agama jangan dipertandingkan karena akan menimbulkan pertikaian, tapi dipersandingkan sehingga dapat tercipta kerukunan, persaudaraan dan harmoni.

Kalau anda suka pertandingan, janganlah pertandingkan agama anda, tapi pertandingkanlah ilmu, kecerdasan dan kebajikan anda.

Jika anda berdebat ilmu pengetahuan, yang akan dihasilkan adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia, yang akan membuat kehidupan manusia lebih sejahtera dan azab demi azab teratasi.


Tak akan terjadi adu jotos dan lempar bangku ketika para ilmuwan berdebat sebab mereka berdebat dengan beretika.

Jika sang guru bisa menempuh jelajah intelektual 1000 km, sang murid harus bisa minimal 1001 km.

Jika sang guru bisa menderma Rp. 10.000,-, sang murid harus bisa minimal Rp. 10.001.


Penghayatan ketuhanan yang tertinggi bukanlah kerinduan masuk surga dan luput neraka, tapi kerinduan memberi diri untuk kebahagiaan sesama tanpa pamrih. Jadikanlah kebaikan hati sebagai agama anda.

Stay blessed.

Baca juga Evaluasi Kritis Doktrin Sorga dan Neraka