Sunday, January 23, 2022

Pdt. Marto Marbun dan Hubungan dengan Yesus



Beriman itu mendaki..., makin tinggi,.., dan makin lebar dan luas melihat cakrawala


Tadi pagi, 23 Januari 2022, rekan saya dari GKI Perniagaan, Jakarta, Pdt. Marto Marbun, berkhotbah dalam ibadah tatap muka (dihadiri maksimal 150 orang, diatur begitu) di GKI Kepa Duri, Jakarta Barat, yang dimulai pk. 08:30 WIB.

Saya mengikuti ibadah tersebut lewat ibadah online live streaming, di rumah. Saya harus jauuuh datang ke GKI Kepa Duri kalau mau mengikuti ibadah tatap muka. Jadi, ya saya mencukupkan diri dengan ibadah online saja.

Dalam khotbahnya, Pdt. Marto Marbun menyelipkan cerita pendek tentang dirinya jatuh dari motor yang dikendarainya dengan kecepatan tinggi, lalu tiba-tiba dia harus rem motornya itu. Tentu ada sesuatu di depannya yang tidak dikisahkannya. Akibatnya, motornya terjatuh meliuk karena rem tangan yang ditariknya penuh.

Pdt. Marto terjungkal, tapi selamat, tak ada kendaraan lain yang menabraknya dari belakang. Tapi, sendi bahu kirinya jadi sakit sehingga dia kini bisa mengangkat tangan kirinya hanya sampai batas dada, tidak bisa lebih tinggi. Akibat lainnya, dia sekarang tidak bisa menggendong bayinya (usia 7 bulan) dengan kedua tangannya; hanya bisa dengan tangan kanannya.

Kasihan rekan kita ini. Kita doakan, supaya cedera di sendi bahu kirinya cepat sembuh, dan tidak memburuk.

Di ruang Live Chat kanal Youtube ibadah online tersebut, saya tadi pagi sudah menulis sebuah komentar pendek.

Saya tulis di situ kurang lebih kata-kata ini: Kita sudah tahu, ngebut berkendara itu berbahaya, jadi jangan kita lakukan.

Mustinya, Pdt. Marto sudah memahami hal itu. Eh, dia ngebut juga. Maka kecelakaan dialaminya, dan untungnya ada beberapa orang yang datang menolongnya.

Mungkin, ada warga gereja yang diam-diam bilang dalam hati di saat kebaktian online tadi pagi tersebut: Wah, Pak pendeta ini suka ngebut rupanya.

Ada sebuah pesan sponsor yang beberapa kali diulang dalam khotbah rekan kita, Pdt. Marto Marbun.

Saya sendiri tak mengerti mengapa pesan sponsor tersebut (entah dari siapa, tapi saya bisa menduga) dimunculkan dalam khotbah Pdt. Marto. Hemat saya, memasukkan pesan-pesan sponsor ke dalam suatu khotbah di mimbar gereja, adalah suatu tindakan yang tidak etis.

Pesan sponsor dari Pdt. Marto Marbun tersebut berkaitan dengan "kemelekatan" yang beberapa minggu lalu saya sempat tulis dan sudah saya pasang di Freidenk Blog saya dengan judul "Zazen: Jalan menuju pencerahan (3)".

Tulisan saya tersebut berperspektif Buddhis yang mengenal sebuah prinsip yang dinamakan Nekkhamma (kata Sanskrit) atau "ketidaklekatan" atau "detachment" atau "non-attachment".

Kalangan Buddhis dididik dan diajar untuk tidak melekatkan diri, total, habis-habisan, dengan hal apapun yang ada dalam dunia ini yang dikendalikan hukum impermanensi segala sesuatu.

Pdt. Marto herannya menerapkan pesan sponsor tersebut berkaitan dengan hubungan seorang Kristen atau gereja dengan Yesus. Menurutnya, setiap orang Kristen harus melekat atau terpaut pada Yesus. Saya setuju banget, tapi dalam arti apa? Baik, berikut ini saya akan uraikan.

Kita semua tentu setuju, bahwa Yesus tidak bisa disusutkan menjadi sebuah ide, sebuah doktrin, sebuah dogma, apalagi dijadikan sebuah tugu semen yang dihiasi dengan berbagai ornamen.

Hubungan kita dengan Yesus adalah hubungan dengan SUATU KEHIDUPAN, dengan kehidupan yang penuh makna ilahi. Kehidupan dari Tuhan yang hidup, the Living Lord

Hubungan kita dengan Yesus jadinya hubungan yang HIDUP dan DINAMIS, hubungan yang terus-menerus selalu baru, penuh dengan enerji kehidupan, tak pernah kehabisan makna, tak bisa diubah menjadi hubungan yang statis dengan sebuah ide atau sebuah doktrin atau sebuah dogma yang difosilkan.

Yesus selalu melampaui ide, doktrin atau dogma apapun, karena Yesus adalah Tuhan yang hidup, yang sudah mengalahkan kesengsaraan dan kematian, masuk ke dalam kemuliaan ilahi, yang tak mengenal kebinasaan. Alhasil, Yesus tidak bisa dikurung dalam sebuah ide, doktrin atau dogma yang fana apapun. 

Juga Yesus tidak dapat dikandangkan dalam suatu zaman dan suatu tempat. Dia selalu melampaui ruang dan waktu. 

Akan selalu ada faktor dan sisi plus, yang baru dan mengejutkan, memukau, dan selalu lebih besar dan lebih segar, dalam pengenalan dan perjumpaan kita, sebagai gereja, dengan Yesus Kristus, sang Tuhan yang hidup dan dinamis, dari zaman ke zaman, dari ruang ke ruang, dalam dunia ini.

Ya, Yesus selalu sudah bergerak ke masa depan, melewati dan melampaui masa lalu dan masa kini. Beriman kepada Yesus selalu beriman sebagai suatu proses dinamis dan progresif

Tentu, kita tetap memerlukan ide-ide, doktrin-doktrin, atau dogma-dogma, dan ruang dan waktu kita, dalam membangun hubungan dengan Yesus yang sudah dimuliakan oleh sang Bapa, menjadi Tuhan yang hidup. Tetapi, semua hal yang kita perlukan itu dinamis, tidak statis, dan hidup, tidak mati, bergerak ke depan dan tidak mandek. Sejarah pemikiran tentang Yesus atau kristologi sudah memperlihatkan hal ini. 

Yesus yang sudah ditinggikan dan dimuliakan adalah the Living Lord and the Living Word, sang Tuhan dan sang Firman yang selalu hidup, selalu dinamis, dan tak bisa dikerangkeng dalam sangkar emas apapun yang dikunci dan digembok mati.

Dengan Yesus, kita membangun hubungan yang hidup, dinamis, selalu terbuka, terarah ke masa depan, dalam ziarah atau perjalanan panjang yang tak pernah berakhir.

Jangan sekali-kali mengurung Yesus dalam ide, doktrin atau dogma apapun, atau dalam ruang, tempat dan zaman apapun, sebab Yesus itu Tuhan yang hidup dan dinamis, yang selalu lebih besar dari ide, doktrin atau dogma apapun, dan dari ruang dan waktu apapun. 

Sebagai Tuhan yang hidup, Yesus selalu melampaui imajinasi kita apapun tentang Tuhan dan ide ketuhanan.

Sebagaimana Roh Allah digambarkan secara simbolik sebagai sosok burung (merpati) yang terbang bebas dan riang di angkasa, bergerak bak udara terbuka yang tak terlihat, begitulah halnya dengan Yesus sebagai Tuhan yang hidup dan dinamis.

Tuhan kita Yesus Kristus adalah Tuhan yang hidup, sama sekali bukan Tuhan yang mati. Muliakan Dia sebagai Tuhan yang hidup.

Jangan cari Yesus di antara orang mati dan di antara fosil-fosil. Dia tidak ada di sana. Tetapi carilah Yesus di antara yang hidup dan dalam kehidupan.

Beriman kepada Yesus adalah beriman dengan hidup dan dinamis, kaya dengan kreativitas, dinamika, perubahan, enerji, pembaruan, spektrum, warna-warni, perspektif, semarak, kegembiraan, keriangan, puisi, tarian, dan nyanyian, kesenian dan juga matematika.

Beriman yang lincah dan kaya dengan kreativitas semacam itu terhadap Yesus, akan membersihkan jiwa, pikiran, hati, kalbu, dan kesadaran kita dari debu-debu kotor yang dihembuskan oleh kehidupan kita sehari-hari.

Selamat beriman kepada Yesus, rekan-rekanku. Beriman yang cerdas, hidup, dinamis, bergerak, mendaki, makin tinggi, tanggap, bertumbuh, berbunga, berbuah, dan riang-gembira. 

Yesus ada di dalam kita, tetapi Dia juga ada di luar diri kita dan berkarya dan bergerak bebas, melampaui diri individual kita dan gereja. 

Let Jesus be Jesus, the Living One. Let us follow the Living God, not the dead God.

ioanes rakhmat
Jakarta, 23 Januari 2022