Saturday, February 13, 2021

Perayaan Imlek Di-"Alkitabiah"-kan


Menarik sekali, dalam sekian e-cards ucapan selamat tahun baru Imlek dan video-video pendek tentang Imlek yang saya telah terima dalam beberapa hari terakhir ini, ada selipan ayat-ayat Alkitab.

Antara lain, Yesaya 40:31 tentang kekuatan baru yang diberi Tuhan lewat Imlek. Mazmur 90:17a tentang kemurahan Tuhan sebagai inti makna Imlek. 2 Korintus 8:14 tentang keseimbangan lewat saling memberi yang menjadi jiwa Imlek.



Dan ada lirik-lirik lagu Imlek yang menggemakan tema-tema Alkitab, misalnya tentang kasih Allah yang begitu besar (Yohanes 3:16a), tentang Allah yang menggenapi firman-Nya, dan berisi ucapan Yesus tentang berbahagialah orang yang percaya. 



Gambar persis di atas ini mempesona. Imajinasi yang kreatif membawa kita ke Perjamuan Malam Imlek, dengan Tuhan Yesus bertindak selaku sang Tuan Rumah.

Nah, usaha-usaha sederhana "mengalkitabiahkan" perayaan Imlek itu tentu dimaksudkan untuk menyingkirkan keraguan orang Tionghoa Kristen yang tetap ingin merayakan Imlek sebagai pesta budaya Tionghoa.

Jadi, lewat usaha mengalkitabiahkan perayaan Imlek, orang Tionghoa Kristen hendak diyakinkan bahwa tidak ada benturan atau konflik antara kehidupan sebagai seorang Kristen dan perayaan musim semi Imlek dalam tradisi leluhur orang Tionghoa.

Syukurlah. Memang seharusnya begitu. Tradisi-tradisi besar leluhur apapun perlu diintegrasikan lembut dan gemulai dengan kehidupan sebagai orang Tionghoa Kristen.

Saya ingat, tiga puluh atau empat puluh tahun lalu, terkait Imlek ada ajaran keras dari aliran gereja tertentu yang para pendirinya ironisnya orang Tiongkok asli. Mereka wanti-wanti mengingatkan dengan keras bahwa karena orang Kristen adalah "ciptaan baru", maka tradisi perayaan Imlek dari para leluhur orang Tionghoa HARUS DISINGKIRKAN dari kehidupan orang Tionghoa Kristen.

Mereka yang keras terhadap tradisi Tiongkok itu anehnya gampang saja mengadopsi tradisi Jerman yang menjadi fondasi kekristenan yang mereka anut dan sebarkan. Apakah ada kekristenan murni puritan yang tidak berisi kebudayaan apapun? Ya TIDAK ADA.

Syukurlah, ajaran kekristenan keras itu tidak bisa membuang tradisi perayaan Imlek dari orang Tionghoa Kristen. Ajaran keras itu tidak laku.

Ya, bagaimanapun juga, kebudayaan adalah bagian dari agama, dan agama juga bagian dari kebudayaan. Manusia di muka Bumi hidup tidak bisa lepas dari berbagai macam bentuk dan corak kebudayaan. Kebudayaan lahir dari DAYA AKAL BUDI. Akal budi yang diberdayakan, membuat kehidupan lebih baik dan lebih maju. Akal budi yang ditindas dan dibunuh, melahirkan kebodohan dan keterbelakangan, dan kematian.

Jadi, beragama tanpa menghargai kebudayaan sendiri adalah beragama yang telah kehilangan bagian sangat penting dari dasar kehidupan. Beragama yang kehilangan sesuatu yang berharga yang ada dalam jiwa kita yang dalam.

Lewat perayaan Imlek, ikatan kekeluargaan dibarui dan diperkuat. INI SANGAT BAIK DAN POSITIF. 

Keluarga-keluarga yang kuat membuat kota juga kuat. Kota-kota yang kuat dan terpadu menjadikan negara dan bangsa juga kuat.

Sekali lagi, "happy chinese new year 2021". Semoga semua orang berbahagia dan makmur. GONG XI FA CAI.

12 Feb 2021 (hari dimulainya tahun baru Imlek 2021 yang berzodiak lembu jantan logam, "the year of the metal ox")

ioanes rakhmat

* Editing mutakhir 10 Februari 2024 (saat dimulainya tahun baru lunar Naga)