Tulisan ini mengulas habis topik tentang “kiamat” yang khususnya
dipercaya akan terjadi oleh umat-umat tiga agama monoteistik (Yahudi, Kristen,
dan Islam). Pandangan agama-agama ini tentang kiamat akan diperhadapkan pada
pandangan para saintis mengenai “nasib” planet Bumi di masa depan yang jauh.
Terminologi “kiamat” berasal dari kata Arab “qiamat” atau
“qayamat” yang menunjuk pada Hari Penghakiman Akhir yang akan digelar oleh
Allah atau Oknum Adikodrati lainnya bersama para malaikat di Akhir Zaman, saat
ketika sejarah dunia diakhiri dalam suatu bencana sejagatraya. Kaum Muslim
memandang ada dua jenis kiamat, yakni kiamat kecil (sughra) berupa kematian yang pasti akan terjadi pada setiap orang
karena berbagai macam sebab, dan kiamat besar (kubra) berupa kehancuran dan kebinasaan total jagat raya dan
segenap isinya.
Eskatologi apokaliptik
Dalam kajian teologi, topik tentang kiamat masuk ke dalam bidang kajian khusus yang dinamakan “eskatologi apokaliptik”. Eskatologi (dari dua kata Yunani: eskhatos = “terakhir”, dan logos = “doktrin”) adalah doktrin tentang “hal-hal yang akan terjadi pada hari-hari terakhir”; sedangkan kata “apokaliptik” atau “apokalipsis” (Yunani: apokalupsis), yang berarti “wahyu ilahi” atau “penyingkapan ilahi”,/1/ memberi keterangan pada eskatologi, sehingga terminologi “eskatologi apokaliptik” berarti doktrin tentang hal-hal yang akan terjadi pada Akhir Zaman sebagaimana sudah disingkapkan atau diwahyukan oleh Allah dengan perantaraan malaikat-malaikatnya kepada hamba-hambanya yang dipilihnya.
Dalam kajian teologi, topik tentang kiamat masuk ke dalam bidang kajian khusus yang dinamakan “eskatologi apokaliptik”. Eskatologi (dari dua kata Yunani: eskhatos = “terakhir”, dan logos = “doktrin”) adalah doktrin tentang “hal-hal yang akan terjadi pada hari-hari terakhir”; sedangkan kata “apokaliptik” atau “apokalipsis” (Yunani: apokalupsis), yang berarti “wahyu ilahi” atau “penyingkapan ilahi”,/1/ memberi keterangan pada eskatologi, sehingga terminologi “eskatologi apokaliptik” berarti doktrin tentang hal-hal yang akan terjadi pada Akhir Zaman sebagaimana sudah disingkapkan atau diwahyukan oleh Allah dengan perantaraan malaikat-malaikatnya kepada hamba-hambanya yang dipilihnya.
Sebagai sebuah genre (= jenis sastra), sastra eskatologi
apokaliptik umumnya disebut singkat saja sebagai genre apokalipsis. Sebuah
definisi genre apokalipsis sudah dihasilkan oleh beberapa pakar Amerika di
bidang ini yang telah melakukan kajian mendalam bersama-sama dari tahun 1975
sampai tahun 1978. Mereka mendefinisikan “apokalipsis” sebagai “suatu genre
sastra yang menjadi media wahyu ilahi yang memakai narasi sebagai bingkainya. Wahyu
ilahi ini disampaikan lewat perantaraan suatu sosok oknum adikodrati kepada
manusia penerimanya, yang menyingkapkan suatu realitas adikodrati yang bersifat
baik temporal sejauh wahyu ini menggambarkan keselamatan yang akan diterima di
akhir zaman, maupun spasial sejauh wahyu ini mencakup suatu dunia lain yang
adikodrati.”/2/
Kurang lebih serupa dengan definisi ini, Paul D. Hanson,
yang melakukan banyak kajian genre apokalipsis Yahudi, memberikan batasan genre
apokalipsis sebagai “suatu sastra yang digunakan sebagai wahana penyingkapan
kejadian-kejadian di masa depan oleh Allah melalui perantara seorang malaikat
kepada seorang manusia yang menjadi hamba Allah ini.”/3/
Di sebuah buku kecil yang ditulisnya, Hanson memberi
definisi genre apokalipsis lebih luas, yakni “sekelompok tulisan yang fokus
pada pembaruan iman dan penataan kembali kehidupan berdasarkan suatu visi
mengenai suatu prototipe tata surgawi yang disingkapkan kepada suatu komunitas
keagamaan lewat perantaraan seorang pelihat. Penulisnya cenderung merelativisir
signifikansi kenyataan-kenyataan yang ada dengan menggambarkan bagaimana
kenyataan-kenyataan ini akan dilampaui dan digantikan oleh pemerintahan
universal Allah dalam suatu kejadian di akhir zaman yang tidak dapat dipercepat
atau digagalkan oleh usaha-usaha manusia, tetapi akan terwujud sebagai akibat
tindakan Allah sendiri berdasarkan suatu rencana yang kekal.”/4/
Dalam semua jenis apokaliptisisme, planet Bumi dan jagat
raya yang kini dikenal, sejarah insani yang sedang berjalan, dan kehidupan yang
sedang berlangsung, dan semua penderitaan, kelelahan dan pekerjaan berat dalam
dunia sehari-hari sekarang ini, dipandang dalam waktu yang tidak lama lagi akan
tiba pada titik ujungnya, titik akhirnya, untuk semuanya diganti dengan hal-hal
lain yang bersifat adikodrati, suprahistoris dan adi-insani.
Penantian yang tak sabar akan tibanya dengan segera kehidupan
lain di dunia yang adikodrati, suprahistoris dan adi-insani ini, yang akan
menjadi pengganti semua hal yang kodrati, historis dan insani, adalah ciri
pokok pemikiran apokaliptisisme. John J. Collins, misalnya, menyatakan bahwa
kehidupan di dunia lain adikodrati ini merupakan ciri paling khas dari semua
ciri pemikiran apokaliptik, dan hal yang membedakan sastra-sastra apokaliptik
dari kitab-kitab para nabi non-apokaliptik sebelumnya adalah bahwa
apokaliptisisme dengan jelas menggambarkan adanya pahala dan ganjaran yang akan
diterima di dunia lain adikodrati setelah kematian. Bahkan, tegas Collins,
nilai abadi apokaliptisisme tidak terletak pada pseudoinformasi yang
diberikannya mengenai kosmologi atau sejarah yang akan datang, melainkan pada
suatu dunia adikodrati yang keberadaannya ditegaskan kuat-kuat./5/
Selain orientasi ke dunia adikodrati yang menjadi sebuah
ciri pokok, ada sejumlah besar unsur lain yang membangun pemikiran apokaliptik./6/
Ciri-ciri berikut ini umumnya terdapat dalam tulisan-tulisan apokaliptik:
- Dunia masa kini dan segala hal yang berlangsung di dalamnya dipandang tidak memihak, tapi melawan, umat-umat keagamaan yang dari dalamnya tulisan-tulisan apokaliptik muncul;
- Pesimisme radikal, ketidakpercayaan, penolakan dan perlawanan keras terhadap segala sesuatu yang duniawi (manusia, lembaga-lembaga dan kekuatan-kekuatan lain) yang mengendalikan sejarah dan kehidupan masa kini yang masih berlangsung;
- Dunia masa kini dan semua hal yang masih sedang berjalan di dalamnya dipandang tidak lagi sepenuhnya berada langsung dalam kendali Allah yang dipercaya umat-umat keagamaan ini, tapi dipercaya berada dalam kendali kekuatan-kekuatan demonik (Setan atau Iblis dan semua kaki-tangannya) yang memusuhi dan melawan Allah yang dipercaya umat;
- Dualisme etis: dalam jagat raya ini dipercaya ada dua kekuatan moral yang hidup, yang sedang bekerja, yang bertentangan satu sama lain dan berada dalam konflik, yakni kekuatan kebaikan (yakni Allah dan semua balatentaranya) dan kekuatan kejahatan (yakni Setan atau Iblis atau nama-nama lainnya, beserta dengan semua bala tentaranya);
- Dualisme kosmologis: dalam kosmos atau jagat raya dipandang ada kawasan-kawasan yang sementara ini dikuasai oleh Allah sepenuhnya dan ada pula kawasan-kawasan lain yang sementara ini dikuasai oleh Setan atau Iblis dan semua pengikutnya;
- Pertempuran-pertempuran dahsyat di kawasan adikodrati antara Alah dan Setan atau Iblis, yang melibatkan pasukan-pasukan adikodrati masing-masing, dan berbagai peristiwa besar lain adikodrati, dipandang memiliki manifestasi paralelnya dalam pertempuran-pertempuran yang sedang berlangsung di dunia dan sejarah insani, yang melibatkan dan menyengsarakan umat-umat keagamaan, dan dalam berbagai peristiwa besar lainnya di dunia kodrati;
- Penderitaan, penganiayaan, penindasan, kesukaran-kesukaran besar dan berbagai macam persoalan sulit, sedang dengan sangat berat dan sukar dipikul dan dihadapi umat keagamaan, sampai ke titik-titik batas daya tahan mental dan fisikal normal mereka;
- Dalam menghadapi semua persoalan berat yang menimbulkan berbagai bentuk penderitaan besar itu, umat keagamaan mencari kekuatan mental-spiritual pada Allah yang dipercaya umat, dan meminta dengan sangat kepada Allah mereka ini supaya penderitaan mereka segera diakhiri dan musuh-musuh dan orang-orang jahat yang menyengsarakan mereka segera dibalas oleh Allah mereka;
- Tampil hamba-hamba Allah yang mengklaim menerima wahyu ilahi tentang perjalanan sejarah insani ke depan dan tentang keadaan dunia adikodrati, lewat perantaraan malaikat-malaikat atau makhluk-makhluk adikodrati lain, wahyu ilahi yang ditujukan kepada umat-umat keagamaan yang sedang disengsarakan oleh musuh-musuh mereka, dan sedang mencari kekuatan dan penghiburan dari Allah yang mereka percayai;
- Wahyu ini diterima lewat pendiktean langsung secara lisan oleh seorang malaikat umumnya lewat bahasa esoterik simbolik, metaforis atau karikaturis, yang lalu dicatat oleh si penerima wahyu atau oleh asistennya, wahyu yang memberi makna adikodrati dan abadi atas semua kejadian yang sedang berlangsung dalam sejarah dunia, yang melibatkan umat di dalamnya, yang semuanya ditempatkan dalam rancangan dan skenario maksud dan tujuan tindakan-tindakan abadi Allah yang agung, yang sudah digariskan dan ditentukan sebelumnya, demi kebaikan umat yang mengasihi Allah ini;
- Atau wahyu ilahi ini diterima dan dijelaskan oleh seorang malaikat sementara si hamba Allah yang menerima wahyu sedang berada dalam suatu “perjalanan mistikal” menembus ruang dan waktu insani, masuk ke dunia adikodrati yang dilihat bertingkat-tingkat, menuju kawasan takhta Allah di surga, untuk di sana dia mendengar dan melihat berbagai hal luar biasa yang tak terkatakan; atau si penerima wahyu ini digambarkan juga melakukan suatu “perjalanan spiritual” memasuki kawasan neraka;
- Dalam wahyu itu juga diungkapkan berbagai “tanda dan peristiwa zaman” yang semuanya membentuk suatu jadwal waktu dan kejadian-kejadian yang harus dipenuhi terlebih dulu sebelum titik akhir semua kesengsaraan tiba dan dialami umat;
- Konsep tentang Kiamat atau Akhir Zaman dimunculkan sebagai saat berakhirnya sama sekali sejarah dunia dan sejarah insani dalam suatu bencana dahsyat jagat raya yang akan melenyapkan segalanya: planet Bumi dan segenap unsur jagat raya, dan semua kehidupan dan semua kebudayaan dan peradaban insani;
- Kiamat dapat dilukiskan sebagai puncak dari berbagai perang dahsyat yang berlangsung di muka Bumi, yang diakhiri oleh bencana kosmik yang Allah sendiri adakan untuk membawa umat yang saleh masuk ke dalam kehidupan di alam adikodrati;
- Diyakini, semakin saleh suatu umat menjalani kehidupan mereka di tengah penindasan yang mereka sedang alami, kiamat dapat semakin lebih dipercepat terjadinya oleh Allah sendiri;
- Pengadilan Akhir digelar oleh Allah atau oleh Sosok Adikodrati lainnya yang menjadi Wakil Allah untuk bertindak sebagai Sang Hakim dunia yang akan mengadili dengan seadil-adilnya semua orang, baik orang yang sudah meninggal ketika kiamat terjadi maupun orang yang masih hidup;
- Kebangkitan orang mati dialami oleh orang yang sudah meninggal sebelum kiamat terjadi, dan orang-orang yang masih hidup menerima “tubuh astral”, sehingga baik orang yang sudah mati maupun orang yang masih hidup, keduanya akan diadili dalam Pengadilan Akhir adikodrati ini berdasarkan perbuatan-perbuatan mereka selama kehidupan mereka di dunia kodrati yang telah diakhiri;
- Semua perbuatan setiap orang selama kehidupan di muka Bumi dicatat oleh para malaikat petugas dalam sebuah Kitab Kehidupan, dan berdasarkan catatan-catatan dalam buku ini Pengadilan Akhir pamungkas yang seadil-adilnya dilangsungkan atas mereka;
- Dalam beberapa kasus pengadilan adikodrati ini, jika diperlukan, saksi-saksi adikodrati dipanggil untuk memberi kesaksian-kesaksian mereka atas manusia-manusia yang sedang diadili dalam Pengadilan Akhir;
- Dilakukan suatu tinjauan panoramik menyeluruh atas kehidupan masing-masing orang atau masing-masing bangsa yang sedang diadili di Pengadilan Akhir ini;
- Orang-orang jahat yang telah menyengsarakan umat Allah dijatuhi vonis penghukuman abadi di api nereka; sedangkan umat Allah sendiri menerima pahala masuk surga, hidup di kawasan Allah sendiri beserta semua malaikat dan balatentara ilahi selamanya;
- Setan atau Iblis dan semua pasukan dan anteknya, dalam suatu pertempuran kosmik adikodrati pamungkas, dikalahkan oleh Allah atau oleh Wakil Adikodratinya bersama balatentara surgawi, dan selanjutnya Setan dan semua anteknya menjalani penghukuman abadi di tempat yang Allah telah sediakan sebelumnya buat mereka selamanya;
- Karena janji-janji tentang kemenangan dan pahala yang sedang menunggu umat yang sedang disengsarakan dan yang tak lama lagi mereka akan alami ketika dunia kodrati berakhir, yang disampaikan oleh hamba-hamba Allah ini lewat wahyu-wahyu yang mereka telah terima, umat yang sedang sengsara dalam kenyataannya mengalami banyak penguatan mental sehingga mereka sanggup bertahan, tidak menyerah kalah terhadap musuh-musuh mereka, bahkan bisa mendapatkan kemenangan besar;
- Jadi, dalam apokaliptisisme, pesimisme terhadap dunia dan sejarah kodrati, pada satu sisi, memang menimbulkan suatu eskapisme “kalangan pecundang”, sikap melarikan diri dari kenyataan keras dunia kodrati lalu masuk ke dunia adikodrati yang dibayang-bayangkan dan diangan-angankan; tetapi pada sisi lainnya, bersamaan dengan eskapisme ini juga semangat tempur dan semangat juang di dalam dunia ini bisa timbul dan bangkit oleh janji-janji kemenangan dan keberpihakan Allah kepada mereka.
Secara keseluruhan, dua puluh empat ciri di atas membentuk apa yang dinamakan apokaliptisisme. Kalau ciri yang ditulis terakhir di atas diperhatikan, apokaliptisisme sebetulnya pada akhirnya bisa memberi manfaat dan memiliki nilai positif juga untuk membangun semangat kehidupan dan memupuk serta menumbuhkan daya juang manusia dalam suatu kehidupan yang keras dan sulit.
Seperti ditulis Collins, sekian sastra apokaliptik kanonik
maupun ekstra-kanonik dapat bermanfaat positif, misalnya dapat memberikan
dukungan mental dan sosial-politis kepada umat Yahudi di abad ke-2 SM yang
sedang mengalami penganiayaan dari raja Syria Antiokhus IV Epifanes (Kitab
Daniel), memberi kepastian kembali pada komunitas keagamaan ketika mereka
sedang menghadapi kejut budaya (Kitab
Para Pengawas) atau ketidakberdayaan sosial (Perumpamaan-perumpamaan Henokh), atau ketika sedang melakukan
orientasi ulang atas kehidupan mereka setelah
mengalami trauma historis yang tragis (2 Barukh, 3 Barukh), atau
memberi mereka penghiburan ketika mereka sedang menghadapi nasib yang suram dan
menyedihkan (4 Ezra), atau ketika
sedang menghadapi fakta tragis kematian yang niscaya (Wasiat Abraham)./7/
Tapi dalam zaman sekarang ini, ketika kita hidup di abad
ke-21, pesimisme (ciri kedua di atas) dan eskapisme (disebut dalam ciri
terakhir di atas) dalam apokaliptisisme ternyata lebih kuat berpengaruh pada
kehidupan banyak komunitas keagamaan, yang membuat mereka lebih menginginkan
dunia yang ada sekarang secepatnya mengalami kiamat, Bumi, peradaban insani dan
jagat raya lenyap, dan semua orang saleh dibawa masuk ke dalam dunia adikodrati
untuk hidup di surga bersama Allah, dan orang-orang yang dipersepsi mereka
sebagai orang-orang jahat dimasukkan ke dalam neraka sebagai bentuk penghukuman
dan pembalasan yang setimpal selamanya.
Mentalitas mengejar keselamatan abadi lewat suatu dunia yang
kiamat boleh dikata diidap oleh kebanyakan kaum beragama dewasa ini, di dalam
suatu dunia yang mereka anggap sudah tak adil dan dikuasai oleh musuh-musuh
umat dan musuh-musuh Allah. Dalam suatu bentuk yang ekstrim fundamentalis,
mentalitas semacam ini telah melahirkan suatu gerakan Zionis Kristen yang
menginginkan dunia segera diseret masuk ke dalam suatu perang nuklir
habis-habisan, yang akan berbuntut pada kehancuran planet Bumi dan kedatangan
kembali Yesus Kristus dan “pengangkatan ke surga” orang-orang pilihannya./8/ Di
antara berbagai tulisan apokaliptik dalam Alkitab, Kitab Daniel dalam
Perjanjian Lama dan Kitab Wahyu Yohanes dalam Perjanjian Baru banyak disalahtafsirkan dan di-“dehistorisasi”
hanya supaya dapat dijadikan landasan-landasan skriptural bagi
agenda-agenda religio-politik gerakan ini. Padahal, kalau ditafsir dengan
memakai pendekatan sejarah dan pendekatan sosiologis, baik Kitab Daniel dan
tulisan-tulisan apokaliptik Yahudi lainnya/9/ maupun Kitab Wahyu Yohanes/10/
sama sekali tidak mendukung agenda-agenda apapun dari gerakan-gerakan ekstrim
semacam ini. Gerakan-gerakan ekstrim yang berlandaskan teologi kiamat bukan hanya ditemukan dalam kekristenan, tapi di dalam banyak ragam komunitas keagamaan, seperti telah diperlihatkan Mark Juergensmeyer dalam dua bukunya yang komprehensif./11/
Ancaman-ancaman terhadap Planet Bumi dan Homo Sapiens
Ancaman-ancaman terhadap Planet Bumi dan Homo Sapiens
Nah, berbeda dari kaum agamawan yang bervisi apokaliptik
yang menantikan dunia ini, khususnya planet Bumi ini, berakhir dan lenyap pada
hari kiamat, para saintis dalam zaman modern ini malah memikirkan berbagai
kemungkinan untuk menyelamatkan planet Bumi dan homo sapiens di masa depan ketika sesuatu akan terjadi dan
mengancam eksistensi planet ini dan kehidupan spesies ini. David R. Russell
menulis bahwa penulis sastra-sastra apokaliptik dan kaum saintis sama-sama
menampakkan kepedulian terhadap orde ciptaan, nasib akhir jagat raya, dan
kemungkinan adanya suatu ciptaan baru, meskipun kepedulian ini diungkap dengan
cara-cara yang berbeda antara keduanya./12/ Tapi, menurut saya, ada suatu
perbedaan mendasar di antara keduanya: para pembela apokaliptisisme
mengharapkan suatu ciptaan baru yang immaterial
adikodrati, sedangkan kaum saintis berpikir untuk mempertahankan suatu
dunia yang material kodrati, yang
akan tetap bisa ditinggali homo sapiens
selamanya dan di dalamnya mereka dapat membangun peradaban yang juga akan
diusahakan bertahan kekal dalam jagat raya.
Pada satu pihak, planet Bumi terancam oleh berbagai tindakan
buruk manusia terhadap planet ini sendiri, misalnya dengan meracuninya atau
meningkatkan suhu global terus-menerus. Selain itu, suatu perang nuklir habis-habisan di seantero planet biru ini
akan bisa juga melenyapkan kehidupan di dalamnya dan menanduskan semua permukaan
planet ini selama ratusan hingga ribuan tahun ke depan. Tidaklah keliru jika saya menyatakan bahwa Perang Dunia III dapat terjadi karena dipicu oleh konflik-konflik regional dan global antar-agama-agama, jika pada kesempatan mana kelompok-kelompok keagamaan militan garis keras berhasil menguasai instalasi-instalasi yang menyimpan persenjataan nuklir. Teologi tentang kiamat, the doomsday theology, yang dianut kalangan militan fundamentalis religio-politik dari berbagai agama, seperti Al Qaeda dan figur semacam Osama bin Laden (alm.), dapat menjadi ideologi pendorong dan pembenar PD III.
Kalau PD
III pecah, perang ini tak konvensional lagi, tapi mengambil bentuk perang yang
menggunakan senjata pemusnah massal nuklir, biologis dan kimiawi. Akibat
mematikan perang itu bukan lagi di kawasan lokal, tapi di seluruh kawasan
global, mencakup seluruh penghuni Bumi dan planet Bumi sendiri, dan bertahan
langgeng. Ketika bom-bom nuklir meledak di permukaan Bumi dalam suatu perang
nuklir sedunia, gelombang ledakan, badai api, sinar-sinar gamma, dan neutron,
akan memanggang nyaris setiap penghuni Bumi. Strontium radioaktif, cessium
radioaktif dan iodine radioaktif dalam jangka waktu ratusan tahun mengisi seluruh
permukaan Bumi dan terus mengancam tubuh manusia dan semua kelenjar di
dalamnya, dan akan menimbulkan berbagai jenis kanker. Awan-awan radioaktif
yang memenuhi angkasa, akan menutup masuknya cahaya matahari ke Bumi sehingga
musim dingin global akan melanda seluruh muka Bumi. Selain itu, ledakan-ledakan
bom nuklir akan membakar nitrogen di atmosfir sehingga mengubahnya menjadi
nitrogen dioksida yang kemudian akan melenyapkan ozone di bagian atmosfir yang
lebih atas. Tanpa lapisan pelindung ozone, radiasi kuat sinar ultraviolet
Matahari akan menerjang masuk ke permukaan Bumi, dan akan menimbulkan berbagai
jenis kanker pada kulit semua makhluk hidup, melenyapkan hampir semua
mikroorganisme, dan merusak ekologi dengan sangat dahsyat./13/ Bumi akan
tandus, kering dan gersang serta dipenuhi radiasi nuklir selama ratusan bahkan
ribuan tahun ke depan, dan nyaris semua bentuk kehidupan akan lenyap, kecuali
bentuk-bentuk kehidupan yang dapat bertahan hidup dalam kondisi-kondisi yang
sangat ekstrim.
Karena PD III bisa terjadi dadakan dan, jika terjadi, akan melenyapkan homo sapiens dan semua makhluk hidup lainnya yang menjadi penghuni planet Bumi, maka tak ada jalan lain, untuk manusia bisa survive dan bertahan abadi bersama peradabannya dalam jagat raya di masa depan, manusia harus membuka koloni-koloni kedua dan ketiga di jagat raya, di planet-planet lain, misalnya planet Mars. Para saintis terus memperingatkan kita bahwa kita sedang berlumba dengan waktu sampai tersedia planet kedua yang siap dihuni manusia di masa depan yang dekat. Menyiapkan sebuah planet kedua untuk menjadi rumah homo sapiens adalah tugas dan pekerjaan mendesak yang perlu segera dilakukan. Sungguh, kita sedang berlumba dengan waktu!
Karena PD III bisa terjadi dadakan dan, jika terjadi, akan melenyapkan homo sapiens dan semua makhluk hidup lainnya yang menjadi penghuni planet Bumi, maka tak ada jalan lain, untuk manusia bisa survive dan bertahan abadi bersama peradabannya dalam jagat raya di masa depan, manusia harus membuka koloni-koloni kedua dan ketiga di jagat raya, di planet-planet lain, misalnya planet Mars. Para saintis terus memperingatkan kita bahwa kita sedang berlumba dengan waktu sampai tersedia planet kedua yang siap dihuni manusia di masa depan yang dekat. Menyiapkan sebuah planet kedua untuk menjadi rumah homo sapiens adalah tugas dan pekerjaan mendesak yang perlu segera dilakukan. Sungguh, kita sedang berlumba dengan waktu!
Pada pihak lain, ancaman serius terhadap planet Bumi dan semua penghuninya datang dari luar Bumi, dari angkasa. Yang saya maksudkan bukanlah ancaman penyerbuan pasukan aliens ke planet Bumi untuk mereka duduki (walaupun hal ini mungkin saja bisa terjadi di masa depan!), tapi sesuatu yang lain. Planet Bumi dan
semua makhluk hidup di dalamnya secara alamiah akan lenyap pada saatnya
karena, menurut kajian astrofisika, sesuatu tengah terjadi pada bintang besar tata surya yang kita namakan
Matahari, sang Surya. Matahari, sejak sekarang, secara evolusioner sedang
mengalami peningkatan suhu.
Dalam jangka waktu 5 milyar tahun dari sekarang, Matahari
akan berevolusi menjadi suatu bola raksasa merah yang membengkak dan
menggembung. Lalu, 7 miliar tahun dari sekarang, ketika bola Matahari sampai
pada ukuran terbesarnya dan terang cahayanya mencapai puncaknya, kulit gas pada
lapisan terluarnya (Korona) akan menelan dan membakar lenyap planet Bumi (lihat
ilustrasi di bawah ini).
Tapi, jauh sebelum hal itu terjadi, 1,1 milyar tahun dari sekarang, sang Surya akan 11% bertambah terang dan panas, dan keadaan ini akan meningkatkan temperatur udara di seluruh muka bumi rata-rata menjadi 50 °C (atau 120 °F). Suhu setinggi ini, meskipun belum mencapai titik didih air, akan membuat semua air dan semua lautan yang ada di muka bumi perlahan menguap. Tanaman dan binatang (termasuk manusia di dalamnya) akan menghadapi masa sangat sulit untuk hidup dalam rumah panas ini, dan tentu mereka semua tidak akan bertahan lama, kecuali organisme sel tunggal yang disebut Arkhaea. Tetapi ketahanan hidup semacam ini akan berlangsung sebentar saja. Ketika uap air sampai di atmosfir, cahaya ultraviolet sang Surya akan memecah molekul-molekul air, dan gas hidrogen yang diperlukan untuk membangun sel-sel makhluk hidup perlahan akan bocor dan keluar ke angkasa lalu persediaannya di planet Bumi habis.
Nah, ini poin yang sangat penting: Jika keturunan kita,
makhluk cerdas yang dinamakan homo sapiens, atau makhluk cerdas
keturunan kita yang sudah berubah fisik dengan struktur DNA yang sudah lain
karena diubah oleh kekuatan evolusi alamiah selama milyaran tahun, atau oleh evolusi
teknologis artifisial, ingin tetap bertahan hidup, mereka harus pindah ke
planet-planet lain di tata surya, misalnya ke sebuah planet merah yang tidak
terlalu jauh dari Bumi dan masih dalam kawasan tata surya, yakni planet Mars.
Jika setiap hari kita meluncurkan 1000 wahana antariksa
untuk mengungsikan 7 milyar manusia ke suatu atau beberapa planet lain yang
aman, dibutuhkan semilyar wahana antariksa dan waktu selama 2700-3000 tahun ke
depan untuk seluruh peluncurannya. Selain masalah ini, planet-planet lain yang
jadi tujuan pengungsian juga perlu disiapkan secara besar-besaran untuk
menghasilkan biosfir dan atmosfir yang cocok untuk kehidupan manusia, biosfir
dan atmosfir yang sama dengan yang terdapat di planet Bumi sekarang ini,
setidaknya memiliki air dan oksigen untuk kehidupan. Tambahan pula, manusia
yang sudah diungsikan itu perlu diberi makan, dirawat secara medis dan
psikologis, dan disiapkan di rumah-rumah baru mereka di luar planet Bumi.
Terraforming Planet Mars
Terraforming Planet Mars
Mengubah suatu planet lain koloni menjadi sebuah planet yang
sama dengan planet Bumi untuk siap dihuni manusia disebut “terraforming.” Terraforming
ini membutuhkan sains dan teknologi yang sangat advanced, dan juga tentunya membutuhkan sumber daya manusia, sumber daya alam
dan biaya yang besarnya tidak terbayangkan sekarang ini! Bisa jadi, jika terraforming
berhasil dilakukan, yang akan bisa mengungsi ke planet-planet lain,
misalnya ke Mars atau ke planet-planet lain yang lebih jauh di luar tata surya, hanyalah segelintir manusia yang unggul secara finansial, atau unggul secara genetis di masa depan yang jauh.
Sejumlah fisikawan menyatakan bahwa dalam melakukan terraforming
terhadap planet Mars, kita perlu mengarahkan banyak asteroid, meteor dan komet,
untuk menumbuk permukaan planet ini guna memanaskan planet ini untuk
menghasilkan atmosfir yang cocok dengan kehidupan manusia. Tentang terraforming
planet Mars dengan cara ini, wawancara pendek dengan Michio Kaku berikut ini
menarik untuk diperhatikan./14/
Tanya: Jika anda melakukan terraforming terhadap planet Mars, dan membuatnya menjadi sebuah Taman Eden, bukankah keadaan ini hanya akan berlangsung sementara, sebab planet Mars tidak cukup besar untuk secara permanen memegang suatu atmosfir?Jawab: Anda benar sekali. Mars adalah sebuah planet kecil, dan karenanya medan gravitasinya tidak cukup kuat untuk secara permanen memegang suatu atmosfir yang tebal dan padat; tetapi cukup untuk memegang suatu atmosfir selama ribuan hingga jutaan tahun, suatu jangka waktu yang cukup untuk kita. Sekali kita berhasil melakukan terraforming terhadap Mars, akan tersedia atmosfir yang cukup bagi kebutuhan banyak generasi di masa depan. Tetapi ini tidak berarti bahwa generasi-generasi di masa depan, ribuan tahun dari sekarang, akan harus mengisi atmosfir sekali lagi. Bagaimanapun juga, untuk tujuan-tujuan kita, atmosfir yang akan terbentuk tidak merupakan suatu masalah.Tanya: Bukankah menumbukkan komet dan asteroid ke planet Mars akan menimbulkan banyak kerusakan pada permukaannya?Jawab: Dalam program yang kami telah ajukan, kami menyatakan adalah mungkin untuk memanaskan Mars dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir; tetapi ini akan berlangsung sangat lambat, mahal, dan mungkin suatu rencana yang berbahaya. Suatu rencana yang jauh lebih cepat adalah mengarahkan komet-komet dan meteor-meteor ke Mars. Kami juga menyatakan bahwa, jika anda mengarahkan komet atau meteor dengan berhati-hati, anda dapat mengontrol orbitnya. Ini berarti anda dapat dengan lembut menempatkan komet atau meteor itu dalam orbit Mars. Perlahan-lahan komet atau meteor itu akan turun ke permukaannya ketika orbitnya perlahan-lahan melemah. Ini berarti banyak komet atau meteor akan terbakar di atmosfir lalu melepaskan uap air. Poinnya di sini adalah bahwa kita dapat dengan akurat mengarahkan komet atau meteor sehingga kita dapat meminimalisir kerusakan permukaan planet tetapi memaksimalisir transfer energi, yang kita perlukan untuk memanaskan planet Mars.Tanya: Adakah tabel waktu untuk terraforming planet Mars?Jawab: Tidak segera. Tebakan yang bagus adalah bahwa kita akan mengirim astronot ke Mars pada pertengahan abad ini (dikarenakan adanya hambatan-hambatan pada masa kini dalam misi mengirim manusia ke angkasa luar). Jadi koloni-koloni pertama akan dibangun lebih belakangan dalam abad ke-21. Terraforming baru akan dimulai sekian dasawarsa sesudahnya. Kira-kira pada pertengahan abad ke-22 terraforming planet Mars baru dapat dipertimbangkan dengan serius. Tetapi seperti Carl Sagan suka tunjukkan, kita harus menjadi suatu spesies dua planet, sebab betul-betul sangat berbahaya jika kita menempatkan masa depan umat manusia hanya pada satu planet.
Tentang terraforming planet Mars, apa yang dikatakan Stephen
Hawking patut juga kita simak. Pada tahun
2007, sebelum masuk ke penerbangan gravitasi-nol, dengan nada sedikit
futuristik Stephen Hawking berkata, “Banyak orang telah bertanya kepada saya
mengapa saya mengambil penerbangan ini. Saya melakukannya karena banyak alasan.
Pertama-tama, saya percaya bahwa kehidupan di muka Bumi sedang berada pada
suatu risiko yang makin besar untuk terhapus sama sekali oleh suatu bencana
seperti perang nuklir yang terjadi dadakan, suatu virus yang direkayasa secara
genetik, atau bahaya-bahaya lain. Saya pikir umat manusia tidak memiliki masa
depan jika mereka tidak memasuki angkasa luar. Saya karena itu ingin mendorong
minat masyarakat pada angkasa luar.”
Dalam
suatu wawancara dengan The Daily Telegraph (2001), Hawking menyarankan
bahwa angkasa luar adalah harapan jangka panjang untuk Planet Bumi.
“Koloni-koloni di angkasa luar bisa jadi harapan satu-satunya,” kata Hawking.
Sehari sebelum NASA mengonfirmasi keberadaan air di Planet Mars, di hadapan
U.S. House Committee on Science and Technology, pada 30 Juli 2008, Hawking
membuat sebuah pernyataan, “Menemukan air di Planet Mars dapat berarti bahwa
suatu koloni Planet Mars di masa depan dapat menggunakan air ini sebagai suatu
sumber oksigen. Ini adalah suatu langkah pertama untuk menyebarluaskan umat
manusia masuk ke angkasa luar, yang menurut saya harus merupakan tujuan jangka
panjang kita.” Kini, di tahun 2011, sekian situs di planet merah Mars sudah
dipastikan berisi air yang melimpah, bahkan disimpulkan bahwa planet Mars
memiliki air yang aktif, dulu maupun sekarang./15/
Sejalan
dengan pandangan Hawking, Prof. J. Richard Gott, astrofisikawan dari Princeton
University, USA, menyatakan, “Kita harus membangun suatu koloni di Mars yang
dapat menopang dirinya sendiri. Hal itu akan membuat kita suatu spesies dua
planet dan akan membuat lebih baik prospek survival
jangka panjang kita dengan memberi kita dua kesempatan ketimbang hanya satu
kesempatan.”
Memindahkan Planet Bumi
Memindahkan Planet Bumi
Selain terraforming, ada sebuah jalan lain yang tersedia, yang jauh lebih sulit untuk menyelamatkan planet Bumi, yakni memindahkan planet Bumi beserta semua sumber yang tersedia di dalamnya ke suatu lokasi orbit yang lebih jauh dari Matahari. Para ilmuwan sudah menghitung-hitung dan membuat simulasinya dengan menggunakan komputer.
Jika pada 6,3 milyar tahun dari sekarang sang Surya berubah
menjadi suatu bola api raksasa merah yang menggelembung dan cahayanya menjadi
2,2 kali lebih terang dari cahayanya sekarang, maka untuk keselamatan penghuni
planet Bumi dan planet ini sendiri, planet Bumi harus dipindahkan, “didongkel”,
dari orbitnya yang sekarang, menjauh dari Matahari, ke jarak 1,5 kali dari
orbitnya yang sekarang pada Matahari. Orbit planet Bumi yang baru ini sama
dengan orbit planet Mars sekarang ini. Dengan jarak orbit yang ditambah ini,
planet Bumi akan menerima panas dari matahari yang sudah menggelembung dengan
intensitas dan volume yang sama dengan intensitas dan volume yang sekarang ini
kita semua terima.
Ihwal kapan usaha pemindahan planet Bumi ini sudah harus
dijalankan, bergantung pada kapan kita mau mencapai orbit planet Bumi 1,5 kali
lebih jauh dari orbitnya yang sekarang, untuk menghindari penguapan semua air
di muka bumi dan untuk menjauh dari bola merah raksasa sang Matahari yang
menggelembung! Kalau penggeseran orbit bumi mau dilakukan perlahan dan bertahap,
usaha ini sudah bisa dimulai sekarang! Masalahnya: kita sekarang ini belum
memiliki teknologi yang aman dan applicable untuk memindahkan bumi.
Selain itu, kita masih harus tahu, apakah orbit planet Bumi yang diubah akan berpengaruh juga pada orbit benda-benda
langit lainnya dalam tata surya, dan apakah hal ini tidak akan menimbulkan kekacauan kosmik
juga.
Sepertinya, usaha menyelamatkan dan memindahkan planet Bumi
terpikirkan hanya sebagai suatu fiksi ilmiah. Tetapi, pemindahan planet Bumi
adalah sebuah tugas masa depan yang sangat serius!
Penutup
Penutup
Kelihatannya sekarang ini, “kiamat”, dalam arti: lenyapnya
planet Bumi dan matinya semua makhluk hidup di dalamnya, tidak akan bisa
dihindari. Tapi katastrofi kosmik ini akan terjadi masih sangat lama jika
dihitung dari rata-rata umur manusia sekarang ini (katakanlah rata-rata sampai
80 tahun); kita masih harus menunggu 1,1 milyar sampai 7 milyar tahun dari
sekarang. Dan, makhluk yang nanti akan mengalami “kiamat” ini adalah keturunan
manusia yang telah mengalami evolusi genetik dan evolusi inteligensi, secara
alamiah atau lewat evolusi teknologis artifisial. Bisa jadi, mereka pada zaman
mereka nanti akan dapat menemukan suatu solusi tepat, aman dan efisien untuk
menghindari lenyapnya air dari planet Bumi dan terpanggangnya planet ini oleh
panas cahaya sang Surya yang sudah membengkak menjadi bola api raksasa maut./16/
Saya mau bertanya kepada anda: Manakah yang lebih dekat ke hati Tuhan yang maha pemelihara dan maha pengasih, para saintis (yang umumnya ateis) yang ingin mempertahankan kehidupan spesies homo sapiens dan peradabannya serta planet Bumi, ataukah para agamawan yang dengan teologi kiamat mereka menghendaki planet Bumi ini dan jagat raya serta homo sapiens lenyap dari dunia nyata?/17/
Dan untuk membuat anda tambah gelisah lagi, di alinea terakhir ini saya mau mengemukakan sesuatu. Apakah anda sudah menonton film yang berjudul Knowing? Jika sudah, anda pasti tersadarkan bahwa bintang Matahari kita juga bisa menjadi penyebab kiamat yang terjadi mendadak, pada masa kehidupan anda sendiri, tanpa terprediksi oleh kita di Bumi. Ada yang dinamakan tonggos Matahari (solar prominence), yakni lidah-lidah api dahsyat yang sewaktu-waktu begitu saja menyembur dan menyambar ke angkasa dari permukaan bola bintang Matahari, bisa mencapai jarak yang sangat jauh, bahkan bisa mencapai planet Bumi tempat anda hidup sekarang ini. Jika tonggos Matahari menyembur jauh sampai ke planet Bumi, seperti ditayangkan oleh film itu, itulah the end of the world in the literal sense of the word! Anda jangan hanya jadi gelisah, tapi yakinkanlah semua orang, termasuk diri anda sendiri, bahwa manusia di Bumi harus mempelajari bintang Matahari kita dengan sangat intensif supaya kita di masa depan, lewat teknologi kita yang sudah sangat advanced, bisa mengendalikan bahkan menjinakkan tonggos Matahari, bahkan segala sesuatu di dalam bintang ini yang bisa membahayakan planet Bumi dan seluruh isinya!
oleh ioanes rakhmat
Saya mau bertanya kepada anda: Manakah yang lebih dekat ke hati Tuhan yang maha pemelihara dan maha pengasih, para saintis (yang umumnya ateis) yang ingin mempertahankan kehidupan spesies homo sapiens dan peradabannya serta planet Bumi, ataukah para agamawan yang dengan teologi kiamat mereka menghendaki planet Bumi ini dan jagat raya serta homo sapiens lenyap dari dunia nyata?/17/
Dan untuk membuat anda tambah gelisah lagi, di alinea terakhir ini saya mau mengemukakan sesuatu. Apakah anda sudah menonton film yang berjudul Knowing? Jika sudah, anda pasti tersadarkan bahwa bintang Matahari kita juga bisa menjadi penyebab kiamat yang terjadi mendadak, pada masa kehidupan anda sendiri, tanpa terprediksi oleh kita di Bumi. Ada yang dinamakan tonggos Matahari (solar prominence), yakni lidah-lidah api dahsyat yang sewaktu-waktu begitu saja menyembur dan menyambar ke angkasa dari permukaan bola bintang Matahari, bisa mencapai jarak yang sangat jauh, bahkan bisa mencapai planet Bumi tempat anda hidup sekarang ini. Jika tonggos Matahari menyembur jauh sampai ke planet Bumi, seperti ditayangkan oleh film itu, itulah the end of the world in the literal sense of the word! Anda jangan hanya jadi gelisah, tapi yakinkanlah semua orang, termasuk diri anda sendiri, bahwa manusia di Bumi harus mempelajari bintang Matahari kita dengan sangat intensif supaya kita di masa depan, lewat teknologi kita yang sudah sangat advanced, bisa mengendalikan bahkan menjinakkan tonggos Matahari, bahkan segala sesuatu di dalam bintang ini yang bisa membahayakan planet Bumi dan seluruh isinya!
oleh ioanes rakhmat
Catatan-catatan
/1/
Kata Yunani “apokalupsis” muncul dalam kitab terakhir Perjanjian Baru yang
diberi nama Kitab Wahyu, yakni pada Wahyu 1:1 dalam frasa “apokalupsis IÄ“sou
Khristou” ( = wahyu Yesus Kristus).
/2/Para
pakar yang bekerjasama itu adalah Harold W. Attridge, Francis T. Fallon,
Anthony J. Saldarini, Adela Yarbro Collins, dan John J. Collins (chair). Mereka
disebut the Apocalypse Group of the Society of Biblical Literature’s Genres
Project. Hasil kerjasama mereka dipublikasi dalam Semeia 14 (1979); kutipan dari hlm. 9. Definisi ini diambil-alih
oleh David S. Russell, Divine Disclosure: An Introduction to Jewish Apocalyptic (Minneapolis:
Fortress Press, 1992) hlm. 12. Lihat juga terjemahan Indonesia buku Russell ini
oleh Ioanes Rakhmat, dengan judul Penyingkapan
Ilahi: Pengantar ke dalam Apokaliptik Yahudi (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1993).
/3/ Paul D. Hanson, The
Dawn of Apocalyptic: The Historical and Sociological Roots of Jewish
Apocalyptic Eschatology (Fortress Press; edisi revisi 1979; cetakan ketiga
1989) hlm. 428.
/4/ Paul D. Hanson, Old
Testament Apocalyptic (Nashville: Abingdon Press, 1987) hlm. 27-28.
/5/ John J. Collins, The
Apocalyptic Imagination: An Introduction to Jewish Apocalyptic Literature (Grand
Rapids, Michigan/Cambridge, U.K.: William B. Eerdmans Publishing Co., 1984,
1998), hlm. 6, 281-82.
/6/ Lihat antara lain John J. Collins, The Apocalyptic Imagination, h. 6; David S. Russell, Divine Disclosure, hlm. 8-13.
Ciri-ciri pemikiran apokaliptisisme yang disajikan ini diupayakan lengkap dan
menyeluruh; tapi tidak selalu semuanya muncul dalam setiap tulisan apokaliptik
Yahudi ataupun tulisan apokaliptik Kristen, yang ada di dalam kitab suci maupun
di luarnya.
/7/ John J. Collins, The Apocalyptic Imagination, hlm. 280.
/8/ Lihat http://www.ioanesrakhmat.blogspot.com/2009/03/dispensasionalisme-pra-millennial.html dan juga http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2008/11/fundamentalisme-zionis-yahudi-kristen.html.
/9/ Lihat penanganan yang benar atas sastra-sastra apokaliptik Yahudi oleh Paul D. Hanson dalam bukunya The Dawn of Apocalyptic: The Historical and Sociological Roots of Jewish Apocalyptic Eschatology (Fortress Press; edisi revisi 1979; cetakan ketiga 1989); juga John J. Collins, The Apocalyptic Imagination.
/7/ John J. Collins, The Apocalyptic Imagination, hlm. 280.
/8/ Lihat http://www.ioanesrakhmat.blogspot.com/2009/03/dispensasionalisme-pra-millennial.html dan juga http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2008/11/fundamentalisme-zionis-yahudi-kristen.html.
/9/ Lihat penanganan yang benar atas sastra-sastra apokaliptik Yahudi oleh Paul D. Hanson dalam bukunya The Dawn of Apocalyptic: The Historical and Sociological Roots of Jewish Apocalyptic Eschatology (Fortress Press; edisi revisi 1979; cetakan ketiga 1989); juga John J. Collins, The Apocalyptic Imagination.
/10/ Kitab Wahyu Yohanes dalam kanon Perjanjian Baru juga
bukan sebuah kitab yang “diturunkan” dari surga. Kitab ini ditulis sebagai
sebuah respons yang real dalam bentuk sastra apokaliptik terhadap situasi
teraniaya dan tertindas secara sosial, politis dan ekonomi, yang real dialami suatu komunitas Kristen
yang juga real di dalam konteks sejarahnya yang khas di Asia Kecil, khususnya
pada masa pemerintahan Kaisar Domitianus (memerintah 81-96) yang mengharuskan
penyembahan dan pemujaan kepada Kaisar sebagai “Tuhan dan Allah” (dikenal
sebagai kultus pemujaan Kaisar) diadakan di semua provinsi kekaisaran.
Elisabeth Schüssler Fiorenza, misalnya, telah menelaah Kitab Wahyu ini dari sudut
pandang sejarah sosial-politis komunitas yang sedang mengalami penganiayaan.
Lihat Elisabeth Schüssler Fiorenza, The
Book of Revelation: Justice and Judgment (Minneapolis, MN: Augsburg
Fortress, 1998, edisi kedua); idem, “The Followers of the Lamb: Visionary
Rhetoric and Social-Political Situation” dalam Semeia 36 (1986) hlm. 123-146; lihat juga Leonard Thompson, “A
Sociological Analysis of Tribulation in the Apocalypse of John” dalam Semeia 36 (1986) hlm. 147-174.
/11/ Teologi kiamat juga membuahkan berbagai gerakan militan dan terorisme dalam berbagai komunitas keagamaan yang ada di dunia dewasa ini. Penjabaran yang luas dan analisis yang tajam tentang keadaan ini, lihat Mark Juergensmeyer, Terror in the Mind of God: The Global Rise of Religious Violence (updated edition with a new preface) (Berkeley, Los Angeles and London: University of California Press, 2000; first paperback printing 2001); juga idem, Global Rebellion: Religious Challenges to the Secular State, From Christian Militias to Al Qaeda (Berkeley, Los Angeles and London: University of California Press, 2008).
/11/ Teologi kiamat juga membuahkan berbagai gerakan militan dan terorisme dalam berbagai komunitas keagamaan yang ada di dunia dewasa ini. Penjabaran yang luas dan analisis yang tajam tentang keadaan ini, lihat Mark Juergensmeyer, Terror in the Mind of God: The Global Rise of Religious Violence (updated edition with a new preface) (Berkeley, Los Angeles and London: University of California Press, 2000; first paperback printing 2001); juga idem, Global Rebellion: Religious Challenges to the Secular State, From Christian Militias to Al Qaeda (Berkeley, Los Angeles and London: University of California Press, 2008).
/12/ David S. Russell, Prophecy
and the Apocalyptic Dream: Protest and Promise (Peabody, Massachusetts:
Hendrickson Publishers, 1994) hlm. 115.
/13/ Untuk
gambaran lebih lengkap tentang akibat-akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu
perang nuklir sedunia, lihat Carl Sagan, Cosmos (New York: Random House,
1980) bab 13 (hlm. 317 ff.).
/14/ Wawancara pendek dengan Michio Kaku, 13 September 2010,
“Should We Use Comets and Asteroids to Terraform Mars?”; tersedia online di http://bigthink.com/ideas/24011.
/15/ Tentang
ini, simak di http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2011/11/air-di-kutub-utara-planet-mars.html.
/16/ Lebih jauh tentang ihwal pemindahan planet Bumi, lihat http://www.newscientist.com/article/dn14983-moving-the-earth-a-planetary-survival-guide.html.
/17/ Kalau anda mau tahu ide-ide saintifik tentang bagaimana planet Bumi bisa dilenyapkan, ide-ide ini terpasang online di http://www.livescience.com/17875-destroy-earth-doomsday.html.
/17/ Kalau anda mau tahu ide-ide saintifik tentang bagaimana planet Bumi bisa dilenyapkan, ide-ide ini terpasang online di http://www.livescience.com/17875-destroy-earth-doomsday.html.