Wednesday, July 17, 2024

Pale Blue Dot (Carl Sagan)


 "Look again at that dot. That's here. That's home. That's us." (Carl Sagan, Pale Blue Dot, 1994, hlm. 8)

"Keseluruhan Bumi hanyalah sebuah titik, dan tempat kediaman kita sendiri hanyalah suatu sudut sangat kecil dari titik ini." (Marcus Aurelius, Kaisar Romawi, Meditations, Book 4 [Ca. 170]).



"A pale blue dot. We are here", sebuah titik biru samar. Kita berada di sini. Original image credit: NASA/JPL-CaltechUntuk mendapatkan gambar dan keterangannya yang lebih jelas, klik fotonya, lalu zoom-in.

Amati dengan cermat foto di atas, yang saya sudah edit dengan memberi gambar sebuah anak panah merah dan sedikit keterangan tertulis. Foto orisinalnya diambil dari ilustrasi artikel sains NASA The Pale Blue Dot-- Revisited. Lihat juga video Carl Sagan, Pale Blue Dot.

Ya, titik biru samar tersebut, yang ditunjuk oleh ujung anak panah merah, adalah planet biru Bumi yang kita diami sekarang. Bumi terlihat hanya sebagai sebuah titik biru samar. Foto yang selalu menggetarkan kalbu dan mengusik hati dan pikiran kita ini, ketika kita melihatnya kembali, diambil pada 14 Februari 1990 oleh wantariksa nirawak Voyager 1 milik NASA. Di saat pengambilan foto, wantariksa ini berada pada jarak 6 milyar km (= 3,7 milyar mile) dari Matahari kita, di ruang angkasa luar yang dalam, ketika Voyager 2 (diluncurkan 20 Agustus 1977), kembaran Voyager 1 (diluncurkan 5 September 1977), sudah melintasi jarak dekat planet Neptunus.



Wantariksa Voyager, milik NASA. Sumber image Voyager JPL Mission dan Voyager JPL, juga Voyager 2 Instruments.



Diagram wantariksa Voyager, lengkap dengan semua instrumen sains yang terpasang pada keduanya. Sumber gambar NASA JPL Mission Status.


Di mana kini wantariksa kembar Voyager 1,2 berada? Dalam bulan Juli 2024, Voyager 1 sudah berjarak 25 milyar km dari Matahari (= 164 AU); sedangkan Voyager 2 sedang berada 20,4 milyar km dari Matahari (= 137 AU). Wantariksa kembar ini sudah meninggalkan gelembung protektif raksasa heliosfir (Voyager 1 pada 25 Agustus 2012; Voyager 2 pada 5 November 2018)./1/

Selanjutnya, dengan arah yang berlawanan, masing-masing dari keduanya memasuki, menjelajah dan mengeksplorasi makin dalam ruang angkasa antarbintang, sebagai perluasan misi utama. Setelah Voyager 2 melintasi planet Neptunus, misi Voyager diganti namanya menjadi Voyager Interstellar Mission (VIM), Misi Antarbintang Voyager.

VIM memiliki kemampuan untuk mendapatkan data sains tentang medan-medan magnit, partikel-partikel bermuatan dan gelombang-gelombang plasma di ruang antarplanet di luar heliosfir sistem Matahari kita dan mungkin juga di ruang antarbintang yang tak terbatas, sampai kemampuan wantariksa kembar Voyager 1, 2 untuk menghasilkan tenaga listrik yang cukup bagi pengoperasian berkelanjutan instrumen-instrumen sains yang dipasang pada keduanya berakhir.

Setelah masalah berat yang timbul pada komputer Voyager 1 yang membuatnya tidak dapat berfungsi lagi (di bulan November 2023, 46 tahun setelah diluncurkan) dapat diatasi oleh NASA, wantariksa ini kini telah berfungsi normal kembali. Sekarang Voyager 1 --- sebagai objek buatan manusia yang kini berada paling jauh dari planet Bumi --- dapat mengirim lagi data dan enjiniring sains dengan koheren ke Bumi. Berita yang menggembirakan ini disampaikan NASA 20 Juni 2024.

Berapa lama lagi wantariksa kembar Voyager 1,2 masih memiliki tenaga dan dapat berfungsi normal? Sebelumnya telah diestimasi bahwa generator-generator pada keduanya yang bertenaga nuklir mungkin akan mati di sekitar 2025. Namun diharapkan kedua wantariksa ini akan dapat mencapai ulang tahun masing-masing yang ke-50 di tahun 2027. Semoga begitu, kita tentu berharap./2/



Ilustrasi trajektori Voyager 1 dan Voyager 2 sampai pelintasan planet terjauh sistem Matahari, planet Neptunus. Credit: NASA/JPL-Caltech. Sumber image: JPL Education NASA./3/




Ilustrasi trajektori Voyager 1 dan Voyager 2. Credit: JPL/NASA. Sumber image: Carl Sagan, Pale Blue Dot, 1994, hlm. 85.


Nah, perlu digarisbawahi bahwa kedua wantariksa Voyager sudah tiga hingga empat dekade yang lalu menyelesaikan misi utama masing-masing: Voyager 1 melintasi dalam jarak terdekat ("flyby") planet-planet gas raksasa Jupiter (5 Maret 1979) dan Saturnus (12 November 1980); dan Voyager 2 melintasi dalam jarak terdekat selain Jupiter (9 Juli 1979) dan Saturnus (25 Agustus 1981), juga dua planet es raksasa yang tersisa, yaitu Uranus (24 Januari 1986) dan Neptunus (25 Agustus 1989)./4/ 

Empat planet raksasa ini, yang dieksplorasi dan masing-masing diambil gambar-gambarnya lewat "flyby" dua Voyager, disebut sebagai "planet-planet luar" atau "outer planets" (atau "Jovian planets") dalam sistem Matahari kita. Planet-planet lainnya, yang disebut "planet-planet dalam" ("inner planets" atau "terrestrial planets"), mencakup Merkurius, Venus, Bumi dan Mars.




Image di atas menampilkan "planet-planet dalam" ("inner planets" atau "terrestrial planets") Merkurius, Venus, Bumi dan Mars (pojok kanan bawah) dan "planet-planet luar" ("outer planets") raksasa Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Ukuran besarnya masing-masing delapan planet pada image di atas memakai skala perbandingan yang aktual. Sumber gambar: Planet Collage to Scale di Wikimedia Commons dan Wikipedia.


Nah, perlu kita ketahui, foto The Pale Blue Dot diambil oleh instrumen-instrumen kamera Voyager 1 atas permintaan astronom dan astrofisikawan terkenal Amerika, Carl Sagan (9 November 1934 - 20 Desember 1996), kepada NASA di tahun 1990. Syukurlah, akhirnya NASA bersedia menghadapkan balik antena-antena dan kamera-kamera wantariksa ini ke arah Bumi untuk dari jarak yang begitu jauh memotret puluhan kali planet-planet dalam sistem Matahari kita, salah satunya Bumi, rumah kita. Foto ini juga telah menginspirasi Carl Sagan untuk memberi bukunya (yang terbit 1994) judul Pale Blue Dot: A Vision of the Human Future in Space./5/




Cover depan buku Carl Sagan, Pale Blue Dot. Tebal buku ini 429 + xviii halaman. Kaya dengan foto dan lukisan warna-warni yang memperlihatkan beranekaragam benda-benda langit di dalam dan di luar sistem Matahari kita, instrumen-instrumen dan wahana-wahana teknologis buatan manusia untuk mengeksplorasi angkasa luar, peristiwa-peristiwa dan fenomena kosmik, astronomis, astrofisik, astrogeologis, dan lain-lain. Tesis utama buku ini adalah bahwa jika Homo sapiens mau kekal bertahan hidup dalam jagat raya, organisme kompleks yang cerdas ini harus naik ke langit, berkelana, mengembara, menyebar dan mendiami planet-planet dan bulan-bulan lain.


Epigraf pertama di atas dikutip dari halaman 8 buku Pale Blue Dot. Paragraf yang memuat epigraf ini, juga empat paragraf berikutnya, saya mau kutipkan sepenuhnya, berikut ini.

"... Dari sudut pandang yang jauh sekali, Bumi dapat tampaknya tidak menimbulkan minat tertentu apapun [dalam diri para alien]. Tetapi bagi kita, Bumi berbeda. Pandanglah kembali titik itu. Titik itu di sini. Titik itu rumah kita. Titik itu kita. Di titik ini, setiap orang yang anda sayangi, setiap orang yang anda kenal, setiap orang yang anda pernah dengar, setiap manusia siapapun mereka, menjalani kehidupan mereka. Campuran suka dan duka anda, ribuan agama, ideologi, dan doktrin-doktrin ekonomi yang diyakini, setiap pemburu dan pencari makan, setiap hero dan pengecut, setiap pencipta dan pembinasa peradaban, setiap raja dan buruh tani, setiap pasangan kekasih, setiap ayah dan bunda, anak yang memberi pengharapan, inventor dan penjelajah, setiap guru moral, setiap politikus korup, setiap 'superstar', setiap 'pemimpin yang agung', setiap orang kudus dan pendosa dalam sejarah spesies kita, semuanya ada dan hidup di titik itu --- di suatu titik debu yang menggantung di dalam seberkas kecil cahaya Matahari.

Bumi adalah suatu panggung yang sangat kecil di dalam arena jagat raya yang luar biasa besar. Pikirkanlah sungai-sungai darah yang mengalir lewat tangan jenderal-jenderal dan kaisar-kaisar sehingga, dalam kemuliaan dan kemenangan, mereka dapat menjadi master-master fana pada bagian sangat kecil dari sebuah titik. Renungkanlah kebengisan tanpa akhir yang dilakukan oleh para penghuni satu sudut dari titik yang sangat kecil, terhadap penduduk yang nyaris tidak dapat dibedakan dari yang berdiam di sudut-sudut yang lain --- betapa sering kesalahpahaman muncul antar mereka, betapa inginnya mereka untuk saling membunuh, betapa kuat dan dalam kebencian mereka.

Sikap mental dan kelakuan kita, bayangan bahwa diri kita sangat penting, delusi bahwa kita mempunyai suatu posisi istimewa di dalam Jagat Raya, semuanya ditantang oleh titik cahaya yang samar ini. Planet kita hanyalah suatu titik sangat kecil yang kesepian di dalam kegelapan kosmik yang luar biasa luas yang menyelubunginya. Dalam ketidakjelasan diri kita sendiri, di dalam segala kebesaran ini, tidak ada petunjuk dan tanda bahwa pertolongan akan datang dari tempat-tempat lain untuk menyelamatkan kita dari diri kita sendiri.

Bumi adalah satu-satunya dunia yang diketahui sejauh ini menopang dan melindungi kehidupan. Tidak ada kawasan lain, sedikitnya di masa depan yang dekat, yang dapat dijadikan tempat bermigrasi oleh spesies kita. Ya, ada yang sudah kita kunjungi. Tetapi hingga saat ini masih belum dapat kita diami. Suka atau tidak, sementara ini Bumi adalah tempat di mana kita membangun pertahanan dan ketahanan kita.

Telah dikatakan orang bahwa astronomi adalah suatu pengalaman yang membuat kita rendah hati dan membangun karakter kita. Mungkin tidak ada petunjuk lain yang lebih baik tentang betapa bodohnya keangkuhan manusia, selain foto dunia kita yang kecil yang diambil dari jarak yang sangat jauh ini. Bagiku, titik ini menggarisbawahi tanggungjawab kita untuk membangun hubungan yang lebih baik satu sama lain, dan untuk memelihara dan menyayangi titik biru samar ini, satu-satunya rumah yang kita pernah ketahui."/6/

Kalau kita dapat peka membaca, memahami dan menyelami paragraf-paragraf di atas yang ditulis oleh Carl Sagan dalam bukunya Pale Blue Dot, maka tahulah kita bahwa Sagan bukan cuma seorang saintis yang cerdas, tapi dia juga seorang filsuf kebijaksanaan yang mau menuntun jalan kehidupan umat manusia ke arah kebajikan, kasih sayang, kerendahan hati, ketahanan kehidupan spesies kita dan planet Bumi, dan keabadian dalam sejarah.




Saya mengagumi sosok Carl Edward Sagan. Beberapa buku kertasnya yang bagus-bagus dan visioner ada di rak buku di rumah saya. Sumber image Universe Today.


Kalimat-kalimat Carl Sagan yang sudah dikutip di atas sangat kuat, berisi pesan yang dalam, karena diinspirasi oleh foto The Pale Blue Dot, salah satu hasil jepretan kamera-kamera wantariksa Voyager 1 di tahun 1990. Pantaslah, jika banyak orang, termasuk saya, selalu ingin memandang foto tersebut berulang kali, foto yang diambil 34 tahun lalu. Foto yang tak akan pernah basi. Foto yang selalu berbicara langsung ke dalam kalbu, hati dan pikiran kita, acap kali kita memandangnya. Memandang berkali-kali. Again and again. 

Seorang penulis di media online Halifax Examiner edisi 19 Juli 2024 hanya memasang file foto The Pale Blue Dot yang sama persis dengan foto yang dipasang di awal tulisan saya ini. Caption-nya memuat keterangan singkat tentang foto tersebut dan kata-kata Carl Sagan yang saya jadikan epigraf pertama tulisan saya ini. Tak ada hal-hal lain yang disampaikannya. Hal yang menarik adalah si penulis di media online tersebut memberi judul tulisannya We really need to look at that blue dot again and again./7/

Kembali ke buku Carl Sagan, Pale Blue Dot. Pada halaman 11 buku ini, Carl Sagan merujuk ke Ann Druyan (lahir 13 Juni 1949), isterinya, yang dinikahinya tahun 1981. Druyan adalah seorang perempuan intelektual Amerika yang bekerja di banyak bidang, dan terkenal. Aktif memasyarakatkan sains. Penulis buku-buku sains. Seorang novelis. Produser film dokumenter. Dan lain-lain.

Di akhir tahun 1970-an, Druyan menjadi direktur yang kreatif dari proyek NASA Voyager Interstellar Message Project (VIMP). Nah, sebagai direktur VIMP, Druyan berkolaborasi dengan suatu tim untuk mendesain pesan-pesan fonografis yang kompleks, termasuk suara, musik dan gambar-gambar, yang ditujukan ke peradaban-peradaban alien yang mungkin ada, supaya mereka mengetahui keanekaragaman kehidupan dan kebudayaan di Bumi dan level peradaban kita. 

Fonografi yang kompleks ini direkam pada suatu piringan disk tembaga yang permukaannya dilapisi emas --- dibuat dua disk emas, lalu masing-masing ditempel kuat pada Voyager 1 dan Voyager 2. Dua piringan disk berlapis emas ini, yang dinamakan Golden Record, diproyeksikan akan bertahan selama minimal 1 milyar tahun. 



Cover disk fonografis Golden Record, yang pada permukaannya diberi petunjuk-petunjuk penggunaannya bagi alien-alien cerdas luar Bumi. Semoga mereka nanti menemukan dan mampu menggunakannya. Image credit: NASA/JPL. Sumber image Golden Record NASA. Keterangan detail dan teknis Golden Record ini dimuat di situ.


Nah, back to Carl Sagan. Dalam bukunya itu dia merujuk ke suatu eksperimen pemikiran yang dilakukan Ann Druyan. 

Kata Druyan: "Lihat kembali ke titik biru samar itu. Lihat baik-baik. Pandanglah titik itu selama anda mau. Lalu, cobalah meyakinkan diri anda sendiri bahwa Tuhan telah menciptakan seluruh Jagat Raya untuk satu spesies dari antara kurang lebih sepuluh juta spesies kehidupan yang mendiami titik debu itu. Lalu sekarang melangkahlah lebih jauh satu tindak: Bayangkan bahwa segala sesuatu diciptakan hanya untuk satu wakil dari sekian banyak spesies itu, atau sekian banyak gender, atau sekian banyak sub-subdivisi keagamaan atau etnik. Jika ini tidak memaksa anda untuk menyatakan hal itu tidak mungkin, ambillah suatu titik lainnya. Bayangkan bahwa titik lainnya itu dihuni oleh suatu bentuk kehidupan cerdas yang berbeda. Mereka, juga, memegang erat ide bahwa suatu Tuhan telah menciptakan segala sesuatu untuk mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi mereka. Nah, seberapa serius anda mau menerima klaim mereka?"/8/

Dengan kata lain, bagi Ann Druyan, planet Bumi sebagai a pale blue dot dan kita, spesies Homo Sapiens, sebagai penghuni titik biru samar itu, tidaklah unik, tidak istimewa, bahkan, rasanya, tidak signifikan di dalam kosmos mahabesar ini. Muncul rasa hening yang gaib dalam kalbu saya, sekaligus rasa gundah dan ketakpahaman. Tapi,... sejauh kita, Homo Sapiens, ada dan menghuni planet biru Bumi, kita signifikan, bukan hanya untuk titik biru samar ini, tapi juga untuk semua spesies lain.

Bagaimanapun juga, Carl Sagan dan Ann Druyan betul, bahwa kita, manusia, sebagai sebuah titik di dalam titik biru samar, perlu rendah hati dan tidak memandang diri kita sebagai spesies istimewa yang termulia, yang boleh menindas dan menaklukkan semua spesies lain atau sesama manusia yang berbeda. Jika anda tidak bisa rendah hati, dan agresi yang menggebu bersarang kuat dalam jiwa anda, maka pandanglah lagi dan lagi titik biru samar itu, the pale blue dot, yang disampaikan kepada umat manusia oleh wantariksa Voyager 1 di tahun 1990.

Semoga bermanfaat. 
Stay wise and smart.

17 Juli 2024
ioanes rakhmat

Diedit:
26 Juli 2024
5 Agustus 2024


Notes

/1/ Lihat "Mission Status" Voyager 1 dan Voyager 2 yang telah diedit 11 Juli 2024, "Voyager 1. NASA Science: Where Are They Now?", Science NASA.Gov.
https://voyager.jpl.nasa.gov/mission/spacecraft/; juga lihat NASA, "Voyager 1, The Most Distant Human-Made Object", NASA.Gov.https://science.nasa.gov/mission/voyager/voyager-1/. Tentang lokasi keberadaan Voyager 1 dan Voyager 2 yang terus-menerus di-update, lihat Mission Status pada situs web NASA-JPL.

/2/ Lihat artikel Orlando Mayorquin, "Voyager 1, After Major Malfunction, Is Back From the Brink, NASA Says", The New York Times, 15 June 2024, updated 24 June 2024, https://www.nytimes.com/2024/06/15/science/space/nasa-voyager-one-fixed.html.
Lihat juga Agrecius, "Voyager 1 Returning Science Data From All Four Instruments", NASA.Gov., 13 June 2024, https://science.nasa.gov/mission/voyager/.

/3/ Ota Lutz, "Then There Were Two: Voyager 2 Reaches Interstellar Space", JPL Education NASA, 18 December 2018, https://www.jpl.nasa.gov/edu/news/2018/12/18/then-there-were-two-voyager-2-reaches-interstellar-space/.

/4/ Lihat "In Depth: Voyager 1", https://science.nasa.gov/mission/voyager/voyager-1/. Lihat juga NASA, "Voyager 2: First to Visit All Four Giant Planets. In Depth: Voyager 2", Science NASA.Gov., https://science.nasa.gov/mission/voyager/voyager-2/.

/5/ Carl Sagan, Pale Blue Dot: A Vision of the Human Future in Space (New York: Random House, 1994).

/6/ Carl Sagan, Pale Blue Dot, hlm. 8-9.

/7/ Tim Bousquet, "We really need to look at that blue dot again and again", Halifax Examiner, 19 July 2024, https://www.halifaxexaminer.ca/morning-file/we-really-need-to-look-at-that-blue-dot-again-and-again/.

/8/ Carl Sagan, Pale Blue Dot, hlm. 11.