N.B. Diedit
04 September 2021
6 Oktober 2021
Pandangan agama-agama ini tentang kiamat akan diperhadapkan pada
pandangan para saintis mengenai “nasib” planet Bumi dan Homo sapiens di masa depan yang jauh.
Terminologi “kiamat” berasal dari kata Arab “qiamat” atau
“qayamat” yang menunjuk pada Hari Penghakiman Akhir yang akan digelar oleh
Allah atau Oknum Adikodrati lainnya bersama para malaikat di Akhir Zaman, ketika sejarah dunia diakhiri dalam suatu bencana sejagatraya.
Kaum Muslim
memandang ada dua jenis kiamat, yakni kiamat kecil (sughra) berupa kematian yang pasti akan terjadi pada setiap orang
karena berbagai macam sebab, dan kiamat besar (kubra) berupa kehancuran dan kebinasaan total jagat raya dan
segenap isinya.
Eskatologi apokaliptik
Dalam kajian teologi Yahudi-Kristen, topik tentang kiamat masuk ke dalam bidang kajian khusus yang dinamakan “eskatologi apokaliptik”.
Dalam kajian teologi Yahudi-Kristen, topik tentang kiamat masuk ke dalam bidang kajian khusus yang dinamakan “eskatologi apokaliptik”.
Eskatologi (dari dua kata Yunani: eskhatos = “terakhir” atau "ujung", dan logos = “doktrin”) adalah doktrin tentang “hal-hal yang akan terjadi pada hari-hari terakhir”.
Sedangkan kata benda “apokalipsis” (Yunani: apokalypsis) berarti “wahyu ilahi” (divine revelation) atau “penyingkapan ilahi (divine disclosure)”./1/
Dari kata benda ini, dibuat kata sifat “apokaliptik” atau “apokaliptis”.
Jadi, terminologi “eskatologi apokaliptik” berarti doktrin
tentang hal-hal yang akan terjadi pada akhir zaman atau di ujung waktu sebagaimana disingkapkan atau diwahyukan oleh Allah dengan perantaraan malaikat-malaikatnya
kepada hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya.
Sebagai sebuah genre (= jenis sastra), sastra eskatologi
apokaliptik umumnya disebut singkat saja sebagai genre apokalipsis.
Sebuah
definisi genre apokalipsis sudah dihasilkan oleh beberapa pakar Amerika di
bidang ini yang telah melakukan kajian mendalam bersama-sama dari tahun 1975
sampai tahun 1978.
Mereka mendefinisikan “apokalipsis” sebagai “suatu genre
sastra yang menjadi media wahyu ilahi yang memakai narasi sebagai bingkainya. Wahyu
ilahi ini disampaikan lewat perantaraan suatu sosok oknum adikodrati kepada
manusia penerimanya, yang menyingkapkan suatu realitas adikodrati yang bersifat
baik temporal sejauh wahyu ini menggambarkan keselamatan yang akan diterima di
akhir zaman, maupun spasial sejauh wahyu ini mencakup suatu dunia lain yang
adikodrati.”/2/
Kurang lebih serupa dengan definisi ini, Paul D. Hanson,
yang melakukan banyak kajian genre apokalipsis Yahudi, memberikan batasan genre
apokalipsis sebagai “suatu sastra yang digunakan sebagai wahana penyingkapan
kejadian-kejadian di masa depan oleh Allah melalui perantara seorang malaikat
kepada seorang manusia yang menjadi hamba Allah ini.”/3/
Di sebuah buku kecil yang ditulisnya, Hanson memberi
definisi genre apokalipsis lebih luas, yakni:
“sekelompok tulisan yang fokus
pada pembaruan iman dan penataan kembali kehidupan berdasarkan suatu visi
mengenai suatu prototipe tata sorgawi yang disingkapkan kepada suatu komunitas
keagamaan lewat perantaraan seorang pelihat.
Penulisnya cenderung merelativisir
signifikansi kenyataan-kenyataan yang ada dengan menggambarkan bagaimana
kenyataan-kenyataan ini akan dilampaui dan digantikan oleh pemerintahan
universal Allah dalam suatu kejadian di akhir zaman yang tidak dapat dipercepat
atau digagalkan oleh usaha-usaha manusia, tetapi akan terwujud sebagai akibat
tindakan Allah sendiri berdasarkan suatu rencana yang kekal.”/4/
Allah dibayangkan sudah merancang dan membuat “cetakbiru” atau “blueprint” semua rencana-Nya terkait umat pilihan-Nya, penderitaan mereka, umat manusia pada umumnya, dan keberadaan Bumi dan jagat raya.
Cetakbiru skenario ilahi ini dipercaya tidak bisa diubah oleh siapapun, termasuk oleh Allah sendiri, meski hanya Allah sendiri yang tahu. Kepercayaan ini melahirkan doktrin yang berkaitan yang dinamakan pradestinasi global atau doktrin “takdir” jagat raya dan segenap isinya.
Saya perlu memberi satu komentar. Kalau hanya Allah saja yang tahu takdir global, dan juga takdir individual, dan kita sama sekali tak mungkin tahu, bukankah mengubah takdir bisa juga menjadi takdir kita. Jadi, doktrin pradestinasi tersebut tak bisa membuat setiap orang pasif saja, tak mau memperbaiki dan mengubah jalan kehidupan mereka untuk makin baik dan makin maju.
Dalam semua jenis apokaliptisisme, planet Bumi dan jagat
raya yang kini dikenal, sejarah insani yang sedang berjalan, dan kehidupan yang
sedang berlangsung, dan semua penderitaan, kelelahan dan pekerjaan berat dalam
dunia sehari-hari sekarang ini, dipandang dalam waktu yang tidak lama lagi atau segera akan
tiba pada titik ujungnya, titik akhirnya, “titik eskatologis”, untuk semuanya diganti dengan hal-hal
lain yang bersifat adikodrati, suprahistoris dan adi-insani.
Penantian yang tak sabar akan tibanya dengan segera kehidupan
lain di dunia yang adikodrati, suprahistoris dan adi-insani ini, yang akan
menjadi pengganti semua hal yang kodrati, historis dan insani, adalah ciri
pokok pemikiran apokaliptisisme.
John J. Collins, misalnya, menyatakan bahwa
kehidupan di dunia lain adikodrati ini merupakan ciri paling khas dari semua
ciri pemikiran apokaliptik.
Hal yang membedakan sastra-sastra apokaliptik
dari kitab-kitab para nabi non-apokaliptik sebelumnya adalah bahwa
apokaliptisisme dengan jelas menggambarkan adanya pahala dan ganjaran yang akan
diterima di dunia lain adikodrati setelah kematian atau ketika sejarah dunia berakhir.
Konsep-konsep sejarah/waktu
Dalam eskatologi apokaliptik Yahudi-Kristen, sejarah atau waktu dunia kodrati ini dipandang bergerak linier, ada awal, lalu akan tiba pada titik akhir, titik eskatologis. Tidak ada pengulangan. Pada titik akhir ini garis linier sejarah terpecah dua, memasuki kawasan adikodrati: ke atas, masuk ke sorga adikodrati; dan ke bawah, masuk ke neraka adikodrati. Ilustrasi di bawah ini silakan dengan cermat diperhatikan.
Selain konsep sejarah linier Yahudi-Kristen, ada juga konsep sejarah siklikal dalam banyak agama Timur dan kebudayaan-kebudayaan kuno yang bukan Yahudi-Kristen. Di bawah ini saya pasang gambar ouroboros (kata majemuk Yunani kuno, artinya “memakan ekor”, maksudnya ular yang memakan ekornya sendiri).
Ouroboros menyimbolkan siklus abadi sejarah: ada kelahiran, ada kematian, tetapi dilanjutkan dengan pengulangan-pengulangan yang dimulai dengan kelahiran kembali. Ouroboros juga menyimbolkan harmoni yang statis dan abadi. Ikonografi ouroboros tertua berasal dari Mesir kuno, pada teks keagamaan Mesir abad ke-14 SM di makam Raja Tutankhamen.
Nah, saya sudah lama berpikir untuk menggabung konsep sejarah linier dengan konsep sejarah siklikal. Hasilnya adalah konsep sejarah/waktu yang siklikal linier progresif. Perhatikan gambar di bawah ini.
Siklus atau pengulangan dalam alam, dalam batas-batas tertentu, adalah sesuatu yang niscaya. Contohnya: empat musim di kawasan-kawasan subtropis (musim semi, musim panas, musim gugur, musim dingin) selalu bersiklus di setiap tahun.
Nah, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan individual dan dalam kehidupan masyarakat dan dunia yang dalam batas-batas tertentu berulang memberi kita kesempatan-kesempatan untuk belajar dan melakukan evaluasi atas pikiran-pikiran, sikap, kelakuan dan tindakan kita.
Untuk kepentingan evaluasi ini, kecakapan metakognitif sebagai salah satu soft skills yang penting, sangat kita butuhkan. Metakognisi adalah thinking about your own thinking, pikiran yang melampaui (Yunani: meta) pikiran anda sebelumnya,yang didapat lewat evaluasi kritis.
Hasilnya, kita akan dapat bergerak ke depan, menjalani kehidupan dengan perspektif-perspektif baru, bertumbuh ke atas, upward, makin tinggi, makin maju, tanpa titik akhir.
Ada gerak siklikal, juga ada gerak linier, dan gabungan keduanya mengantar kita ke kemajuan, progress, yang makin tinggi, moving upward, tanpa titik akhir. Tidak ada gerak berputar-putar di tempat.
Konsep waktu yang ketiga ini terlihat berlaku dan diwujudkan dalam dunia ilmu pengetahuan.
Para saintis perlu mengulang observasi-observasi dan eksperimen-eksperimen atas banyak fenomena, untuk tiba pada ilmu pengetahuan yang makin maju dan makin tinggi.
Jagat raya juga dipandang sebagai jagat raya yang siklikal (skenario satu): jagat raya yang muncul lewat big bang lalu mengembang makin cepat, suatu saat akan tiba pada titik jenuh pengembangannya, berakhir dan collapse sebagai big crunch, yang membuat jagat raya mengerucut sampai ke suatu titik zero singularitas, yang akan disusul dengan big bang lagi.
Ada skenario dua: jagat raya tiga dimensi terus-menerus mengembang linier makin cepat tanpa akhir.
Masih ada skenario tiga: jagat raya yang siklikal sekaligus linier progresif, yang membuat organisme-organisme cerdas akan berkembang makin cerdas tanpa batas, lewat aktivitas recursive self-improvement. Entropi melahirkan anti-entropi, keduanya bersiklus sekaligus bergerak linier.
Mari, kita lanjutkan ke eskatologi apokaliptik yang sudah kita tinggalkan sejenak tadi.
Dissonansi kognitif
Well, Collins pun menegaskan bahwa nilai abadi apokaliptisisme tidak terletak pada pseudoinformasi (“informasi gadungan”) yang
diberikannya mengenai kosmologi atau sejarah yang akan datang, melainkan pada
suatu dunia adikodrati yang keberadaannya dibayang-bayangkan dan ditegaskan kuat-kuat./5/
Satu catatan perlu diberikan terkait pseudoinformasi dalam kitab-kitab apokaliptik. Para nabi apokaliptik (di zaman kuno dan di zaman modern) dapat semau mereka mengubah atau mengganti informasi apa pun yang mereka sampaikan atau indoktrinasikan ke umat mereka. Kita katakan, mereka piawai melakukan rasionalisasi.
Jika jadwal waktu kiamat gagal terpenuhi, mereka segera membuat jadwal baru. Jika ramalan atau nubuat tentang peristiwa-peristiwa yang akan mendahului kiamat tidak terpenuhi (semuanya memang gagal, sejak dulu hingga kini), mereka mengarang-ngarang peristiwa-peristiwa pengganti.
Serentak dengan itu, nubuat-nubuat baru itu dipropagandakan dengan sangat gencar untuk mengatasi kegalauan kognitif besar akibat kegagalan atau melesetnya skenario kiamat yang sudah dibuat sebelumnya. Sindroma psikologis dissonansi kognitif memang dialami semua penganut apokaliptisisme.
Sudah gagal, meleset, dan mengalami kegalauan kognitif, tapi masih saja mereka mempropagandakan hal yang itu-itu juga, yang sudah tampil dalam kemasan-kemasan baru tapi dengan isi ideologis yang sama./6/
Ciri-ciri pemikiran apokaliptik
Selain orientasi ke dunia adikodrati yang menjadi sebuah
ciri pokok, ada sejumlah besar unsur lain yang membangun pemikiran apokaliptik./7/
Ciri-ciri berikut ini umumnya terdapat dalam tulisan-tulisan apokaliptik. Saya daftarkan 25 ciri. Tentu tidak semua ciri ini langsung muncul sekaligus dalam sebuah tulisan apokaliptik kanonik atau suatu tulisan apokaliptik ekstrakanonik.
1. Dunia masa
kini dan segala hal yang berlangsung di dalamnya dipandang tidak memihak,
tapi melawan, umat-umat keagamaan yang dari dalamnya tulisan-tulisan
apokaliptik muncul;
2. Pesimisme
radikal, ketidakpercayaan, penolakan dan perlawanan keras terhadap segala
sesuatu yang duniawi (manusia, lembaga-lembaga dan kekuatan-kekuatan lain)
yang mengendalikan sejarah dan kehidupan masa kini yang sedang berlangsung;
3. Dunia masa
kini dan semua hal yang masih sedang berjalan di dalamnya dipandang tidak
lagi sepenuhnya berada langsung dalam kendali Allah yang dipercaya umat-umat
keagamaan ini, tapi dipercaya berada dalam kendali kekuatan-kekuatan
demonik (Setan atau Iblis dan semua kaki-tangannya) yang memusuhi dan
melawan Allah yang dipercaya umat;
4. Dualisme
etis: dalam jagat raya ini dipercaya ada dua kekuatan moral yang hidup, yang
sedang bekerja, yang bertentangan satu sama lain dan berada dalam konflik,
yakni kekuatan kebaikan (yakni Allah dan semua balatentaranya) dan
kekuatan kejahatan (yakni Setan atau Iblis atau nama-nama lainnya, beserta
dengan semua bala tentaranya);
5. Dualisme
kosmologis: dalam kosmos atau jagat raya dipandang ada kawasan-kawasan
yang dikuasai oleh Allah sepenuhnya dan ada pula
kawasan-kawasan lain yang sementara ini dikuasai oleh Setan atau Iblis dan
semua pengikutnya;
Catatan: Umum diakui bahwa konsep-konsep Yahudi-Kristen tentang dualisme kosmologis dan dualisme etis dipinjam dari agama Zoroastrianisme yang sudah berkembang lebih dulu sebelumnya di Persia/Iran. Agama ini dibangun oleh nabi Zoroaster atau Zarathustra yang hidup antara abad ke-7 dan abad ke-6 SM.
Berdasarkan wahyu yang diterimanya ketika dia sedang mandi di sebuah sungai, bersamaan dengan pelaksanaan ritual purifikasi pagan di sungai itu, Zoroaster mengajarkan bahwa ada Tuhan yang esa yang berdiam di sorga, yang bernama Ahura Mazda (“Tuhan yang arif”), yang menjadi sumber kebaikan, kebajikan dan kehidupan. Tetapi ada juga lawan Ahura Mazda, yaitu Angra Manyu (“roh perusak”), yang tinggal di dasar-dasar kedalaman neraka, dan menjadi sumber kedurjanaan, kejahatan, kehancuran dan kematian./8/
6. Pertempuran-pertempuran
dahsyat di kawasan adikodrati antara Alah dan Setan atau Iblis, yang
melibatkan pasukan-pasukan adikodrati masing-masing, dan berbagai
peristiwa besar lain adikodrati, dipandang memiliki manifestasi paralel dalam pertempuran-pertempuran yang sedang berlangsung di dunia dan sejarah
insani, yang melibatkan dan menyengsarakan umat-umat keagamaan, dan juga dalam
berbagai peristiwa besar lainnya di dunia kodrati;
7. Penderitaan,
penganiayaan, penindasan, kesukaran-kesukaran besar dan berbagai macam
persoalan sulit, sedang dengan sangat berat dan sukar dipikul dan dihadapi
umat keagamaan, sampai ke titik-titik batas daya tahan mental dan fisikal normal
mereka;
8. Dalam
menghadapi semua persoalan berat yang menimbulkan berbagai bentuk
penderitaan besar itu, umat keagamaan mencari kekuatan mental-spiritual
pada Allah yang dipercaya umat, dan meminta dengan sangat kepada Allah
mereka ini supaya penderitaan mereka segera diakhiri dan musuh-musuh dan
orang-orang jahat yang menyengsarakan mereka segera dibalas oleh Allah
mereka;
9. Tampil
hamba-hamba Allah yang mengklaim menerima wahyu ilahi (Yunani: apokalypsis) tentang perjalanan
sejarah insani ke depan dan tentang keadaan dunia adikodrati, lewat
perantaraan malaikat-malaikat atau makhluk-makhluk adikodrati lain. Wahyu
ilahi ini ditujukan kepada umat-umat keagamaan yang sedang disengsarakan
oleh musuh-musuh mereka, dan sedang mencari kekuatan dan penghiburan dari
Allah yang mereka percayai;
10. Wahyu ini
diterima lewat pendiktean langsung secara lisan oleh seorang malaikat, umumnya
lewat bahasa esoterik simbolik, metaforis atau karikaturis, yang lalu
dicatat oleh si penerima wahyu atau oleh asistennya.
Wahyu itu dipercaya memberi
makna adikodrati dan abadi atas semua kejadian yang sedang berlangsung
dalam sejarah dunia, yang melibatkan umat di dalamnya, yang semuanya
ditempatkan dalam rancangan dan skenario maksud dan tujuan
tindakan-tindakan abadi Allah yang agung, yang sudah digariskan dan
ditentukan sebelumnya (atau “dipradestinasikan”), demi kebaikan umat yang mengasihi Allah ini;
11. Atau wahyu
ilahi ini diterima dan dijelaskan oleh seorang malaikat sementara si hamba
Allah yang menerima wahyu sedang berada dalam suatu “perjalanan mistikal”
menembus ruang dan waktu insani, masuk ke dunia adikodrati yang dilihat
bertingkat-tingkat, menuju kawasan takhta Allah di sorga, untuk di sana
dia mendengar dan melihat berbagai hal luarbiasa yang tak terkatakan; atau
si penerima wahyu ini digambarkan juga melakukan suatu “perjalanan
spiritual” memasuki kawasan neraka;
12. Dalam wahyu
itu juga diungkapkan berbagai “tanda dan peristiwa zaman” yang semuanya
membentuk suatu jadwal waktu kronologis atau “timetable” dan kejadian-kejadian yang harus dipenuhi
terlebih dulu sebelum “titik akhir” (“titik eskatogis”) semua kesengsaraan tiba dan dialami
umat;
13. Konsep
tentang Kiamat atau Akhir Zaman dimunculkan sebagai saat berakhirnya samasekali sejarah dunia dan sejarah insani dalam suatu bencana dahsyat jagat
raya yang akan melenyapkan segalanya: planet Bumi dan segenap unsur jagat
raya, dan semua kehidupan dan semua kebudayaan dan peradaban insani;
14. Kiamat dapat
dilukiskan sebagai puncak dari berbagai perang dahsyat yang berlangsung di
muka Bumi, yang diakhiri oleh suatu bencana kosmik yang Allah sendiri adakan
untuk membawa umat yang saleh masuk ke dalam kehidupan di alam adikodrati;
15. Diyakini, semakin saleh suatu umat menjalani kehidupan mereka di tengah penindasan yang mereka sedang alami, kiamat dapat semakin lebih dipercepat terjadinya oleh Allah sendiri;
16. Pengadilan
Akhir digelar oleh Allah atau oleh Sosok Adikodrati lainnya yang menjadi Wakil
Allah untuk bertindak sebagai Sang Hakim dunia yang akan mengadili dengan
seadil-adilnya semua orang, baik orang yang sudah meninggal ketika kiamat
terjadi maupun orang yang masih hidup;
17. Kebangkitan
orang mati dialami oleh orang yang sudah meninggal sebelum kiamat terjadi,
dan orang-orang yang masih hidup menerima “tubuh astral”, sehingga baik
orang yang sudah mati maupun orang yang masih hidup, keduanya akan diadili
dalam Pengadilan Akhir adikodrati ini berdasarkan perbuatan-perbuatan
mereka selama kehidupan mereka di dunia kodrati yang telah diakhiri;
18. Semua
perbuatan setiap orang selama kehidupan di muka Bumi dicatat oleh para
malaikat petugas dalam sebuah Kitab Kehidupan, dan berdasarkan
catatan-catatan dalam buku ini Pengadilan Akhir pamungkas yang
seadil-adilnya akan segera dilangsungkan atas mereka;
19. Dalam
beberapa kasus pengadilan adikodrati ini, jika diperlukan, saksi-saksi
adikodrati dipanggil untuk memberi kesaksian-kesaksian mereka atas
manusia-manusia yang sedang diadili dalam Pengadilan Akhir;
20. Dilakukan
suatu tinjauan kronologis panoramik menyeluruh atas kehidupan masing-masing orang atau
masing-masing bangsa yang sedang diadili di Pengadilan Akhir ini;
21. Orang-orang
jahat yang telah menyengsarakan umat Allah dijatuhi vonis penghukuman
abadi di api neraka; sedangkan umat Allah sendiri menerima pahala masuk
sorga, hidup di kawasan Allah sendiri beserta semua malaikat dan
balatentara ilahi selamanya;
22. Setan atau
Iblis dan semua pasukan dan anteknya, dalam suatu pertempuran kosmik
adikodrati pamungkas, dikalahkan oleh Allah atau oleh Wakil Adikodratinya
bersama balatentara sorgawi, dan selanjutnya Setan dan semua anteknya
menjalani penghukuman abadi di tempat yang Allah telah sediakan sebelumnya
buat mereka selamanya;
23. Karena
janji-janji tentang kemenangan dan pahala yang sedang menunggu umat yang
sedang disengsarakan dan yang tak lama lagi mereka akan alami ketika dunia
kodrati berakhir, yang disampaikan oleh hamba-hamba Allah ini lewat
wahyu-wahyu yang mereka telah terima, umat yang sedang sengsara dalam
kenyataannya mengalami banyak penguatan mental sehingga mereka sanggup
bertahan, tidak menyerah kalah terhadap musuh-musuh mereka, bahkan bisa
mendapatkan kemenangan besar;
24. Jadi, dalam
apokaliptisisme, pesimisme terhadap dunia dan sejarah kodrati, pada satu
sisi, memang menimbulkan suatu eskapisme “kalangan pecundang”, sikap
melarikan diri dari kenyataan keras dunia kodrati lalu berharap dapat segera masuk ke dunia
adikodrati yang dibayang-bayangkan dan diangan-angankan;
25. Tetapi pada sisi lainnya, bersamaan dengan eskapisme ini, semangat tempur dan semangat juang di dalam dunia ini bisa timbul dan
bangkit oleh janji-janji kemenangan dan keberpihakan Allah kepada mereka. Dan juga oleh bayangan bahwa musuh-musuh mereka akan dikalahkan oleh bala tentara Allah, lalu dibuang ke dalam api neraka abadi. Dendam mereka, diyakini oleh para penganut teologi kiamat, akan tuntas dibalas di dunia lain. Kemarahan dan dendam abadi, sampai dibawa ke luar dunia.
Secara keseluruhan, 25 ciri di atas membentuk apa yang dinamakan apokaliptisisme.
Dari daftar ciri-ciri di atas, terlihat bahwa apokaliptisisme pada akhirnya bisa juga memberi suatu manfaat dan
memiliki nilai positif juga untuk membangun semangat kehidupan dan memupuk
serta menumbuhkan daya juang manusia
dalam suatu kehidupan yang keras dan sulit. Ya, mereka diperkuat dan termotivasi karena iming-iming pahala dan keyakinan bahwa Allah berpihak ke mereka.
Seperti ditulis Collins, sekian sastra apokaliptik kanonik
maupun ekstrakanonik dapat bermanfaat positif, misalnya:
• dapat memberikan
dukungan mental dan sosial-politis kepada umat Yahudi di abad ke-2 SM yang
sedang mengalami penganiayaan dari raja Syria Antiokhus IV Epifanes (Kitab
Daniel),
• memberi kepastian kembali pada komunitas keagamaan ketika mereka
sedang menghadapi kejut budaya (Kitab
Para Pengawas) atau ketidakberdayaan sosial (Perumpamaan-perumpamaan Henokh),
• atau ketika sedang melakukan
orientasi ulang atas kehidupan mereka setelah
mengalami trauma historis yang tragis (2 Barukh, 3 Barukh),
• atau
memberi mereka penghiburan ketika mereka sedang menghadapi nasib yang suram dan
menyedihkan (4 Ezra), atau ketika
sedang menghadapi fakta tragis kematian yang niscaya (Wasiat Abraham)./9/
Dalam zaman modern
Tapi dalam zaman sekarang ini, ketika kita hidup di abad
ke-21, pesimisme dan eskapisme dalam apokaliptisisme ternyata lebih kuat berpengaruh pada
kehidupan banyak komunitas keagamaan.
Itu membuat mereka lebih menginginkan
dunia yang ada sekarang secepatnya mengalami kiamat. Bumi, peradaban insani dan
jagat raya lenyap, dan semua orang saleh dibawa masuk ke dalam dunia adikodrati
untuk hidup di sorga bersama Allah. Sebaliknya, orang-orang yang dipersepsi mereka
sebagai orang-orang jahat (katakanlah, mereka paling lama hidup rata-rata 70 tahun di Bumi) mereka inginkan dimasukkan ke dalam neraka sebagai bentuk penghukuman
dan pembalasan yang setimpal selamanya, abadi, setidaknya selama milyaran tahun.
Mentalitas mengejar keselamatan abadi lewat suatu dunia yang
kiamat boleh dikata diidap oleh kebanyakan kaum beragama radikal dewasa ini, di dalam
suatu dunia yang mereka anggap sudah tak adil dan dikuasai oleh musuh-musuh
umat dan musuh-musuh Allah.
Dalam suatu bentuk yang ekstrim fundamentalis,
mentalitas semacam ini telah melahirkan suatu gerakan Zionis Kristen yang
menginginkan dunia segera diseret masuk ke dalam suatu perang nuklir
habis-habisan, yang dimulai di Israel modern, yang akan berbuntut pada kehancuran planet Bumi dan kedatangan
kembali Yesus Kristus dan “pengangkatan ke sorga” orang-orang pilihan-Nya./10/
Di
antara berbagai tulisan apokaliptik dalam Alkitab, Kitab Daniel dalam
Perjanjian Lama dan Kitab Wahyu Yohanes dalam Perjanjian Baru banyak disalahtafsirkan dan di-“dehistorisasi” (dilepaskan dari konteks sejarah real penulisan dua kitab ini) hanya supaya dapat dijadikan landasan-landasan skriptural bagi
agenda-agenda religio-politik gerakan radikal ini.
Padahal, kalau ditafsir dengan
memakai pendekatan sejarah dan pendekatan sosiologis, baik Kitab Daniel dan
tulisan-tulisan apokaliptik Yahudi lainnya/11/ maupun kitab Wahyu Yohanes/12/
sama sekali tidak mendukung agenda-agenda apapun dari gerakan-gerakan ekstrim
semacam ini.
Gerakan-gerakan ekstrim yang berlandaskan teologi kiamat bukan hanya ditemukan dalam kekristenan, tapi di dalam banyak ragam komunitas keagamaan, seperti telah diperlihatkan Mark Juergensmeyer dalam dua bukunya yang komprehensif: Terror in the Mind of God: The Global Rise of Religious Violence dan Global Rebellion: Religious Challenges to the Secular State, From Christian Militias to Al Qaeda./13/ Lihat juga buku sejenis yang banyak dibicarakan orang karya Robert Pape, Dying to Win: The Strategic Logic of Suicide Terrorism./14/
Ancaman-ancaman terhadap Planet Bumi dan Homo Sapiens
Nah, bertolakbelakang dari kaum agamawan yang bervisi apokaliptik
yang menantikan dunia ini, khususnya planet Bumi ini, berakhir dan lenyap pada
hari kiamat, para saintis dalam zaman modern ini malah memikirkan berbagai
kemungkinan untuk menyelamatkan planet Bumi dan Homo sapiens di masa depan ketika sesuatu akan terjadi dan
mengancam eksistensi planet ini dan kehidupan spesies ini.
David R. Russell
menulis bahwa para penulis sastra-sastra apokaliptik dan kaum saintis sama-sama
menampakkan kepedulian terhadap orde ciptaan, nasib akhir jagat raya, dan
kemungkinan adanya suatu ciptaan baru, meskipun kepedulian ini diungkap dengan
cara-cara yang berbeda antara keduanya./15/
Tapi, menurut saya, ada suatu
perbedaan mendasar di antara keduanya: para pembela apokaliptisisme
mengharapkan suatu ciptaan baru yang immaterial
adikodrati, sedangkan para saintis berpikir untuk mempertahankan suatu
dunia yang material kodrati, yang
akan tetap bisa ditinggali Homo sapiens
selamanya dan di dalamnya mereka dapat membangun peradaban yang juga akan
diusahakan bertahan kekal dalam jagat raya.
Pada satu pihak, planet Bumi terancam oleh berbagai tindakan
buruk manusia terhadap planet ini sendiri, misalnya dengan meracuninya atau
meningkatkan suhu global terus-menerus. Selain itu, suatu perang nuklir habis-habisan di seantero planet biru ini
akan bisa juga melenyapkan kehidupan di dalamnya dan menanduskan semua permukaan
planet ini selama ratusan hingga ribuan tahun ke depan.
Tidaklah keliru jika saya menyatakan bahwa Perang Dunia III dapat terjadi karena dipicu oleh konflik-konflik regional dan global antar-agama-agama, jika pada kesempatan mana kelompok-kelompok keagamaan militan garis keras berhasil menguasai instalasi-instalasi yang menyimpan persenjataan nuklir di negara-negara tertentu, atau jika mereka memiliki weapons of mass destruction lainnya, WMD kimiawi dan biologis.
Teologi kiamat, doomsday theology, yang dianut kalangan militan fundamentalis religiopolitik dari berbagai agama, seperti Al Qaeda dan figur semacam Osama bin Laden (alm.), dapat menjadi ideologi pendorong dan pembenar PD III.
Kalau PD
III pecah, perang ini tak konvensional lagi, tapi mengambil bentuk perang yang
menggunakan WMD atau senjata pemusnah massal nuklir, biologis dan kimiawi. Akibat
mematikan perang itu bukan lagi di kawasan lokal, tapi di seluruh kawasan
global, mencakup seluruh penghuni Bumi dan planet Bumi sendiri, dan bertahan
langgeng.
Ketika bom-bom nuklir meledak di permukaan Bumi dalam suatu perang
nuklir sedunia, gelombang ledakan, badai api, sinar-sinar gamma, dan neutron,
akan memanggang nyaris setiap penghuni Bumi.
Strontium radioaktif, cessium
radioaktif dan iodine radioaktif dalam jangka waktu ratusan tahun mengisi seluruh
permukaan Bumi dan terus mengancam tubuh manusia dan semua kelenjar di
dalamnya, dan akan menimbulkan berbagai jenis kanker.
Awan-awan radioaktif
yang memenuhi angkasa, akan menutup masuknya cahaya Matahari ke Bumi sehingga
musim dingin global akan melanda seluruh muka Bumi.
Selain itu, ledakan-ledakan
bom nuklir akan membakar nitrogen di atmosfir sehingga mengubahnya menjadi
nitrogen dioksida yang kemudian akan melenyapkan ozone di bagian atmosfir yang
lebih atas.
Tanpa lapisan pelindung ozone, radiasi kuat sinar ultraviolet
Matahari akan menerjang masuk ke permukaan Bumi, dan akan menimbulkan berbagai
jenis kanker pada kulit semua makhluk hidup, melenyapkan hampir semua
mikroorganisme, dan merusak ekologi dengan sangat dahsyat./16/
Bumi akan
tandus, kering dan gersang serta dipenuhi radiasi nuklir selama ratusan bahkan
ribuan tahun ke depan, dan nyaris semua bentuk kehidupan akan lenyap, kecuali
bentuk-bentuk kehidupan yang dapat bertahan hidup dalam kondisi-kondisi yang
sangat ekstrim.
Karena PD III bisa terjadi dadakan dan, jika terjadi, akan melenyapkan Homo sapiens dan semua makhluk hidup lainnya yang menjadi penghuni planet Bumi, maka tak ada jalan lain, untuk manusia bisa survive dan bertahan abadi bersama peradabannya dalam jagat raya di masa depan, manusia harus membuka koloni-koloni kedua dan ketiga di jagat raya, di planet-planet lain, misalnya planet Mars dan bulan Titan.
Karena PD III bisa terjadi dadakan dan, jika terjadi, akan melenyapkan Homo sapiens dan semua makhluk hidup lainnya yang menjadi penghuni planet Bumi, maka tak ada jalan lain, untuk manusia bisa survive dan bertahan abadi bersama peradabannya dalam jagat raya di masa depan, manusia harus membuka koloni-koloni kedua dan ketiga di jagat raya, di planet-planet lain, misalnya planet Mars dan bulan Titan.
Orang umumnya sudah banyak tahu tentang planet Mars, tetapi hanya sedikit orang yang mengetahui bulan Titan. Baiklah, keterangan pendek saya berikan.
Namun, sebelum memberi keterangan ringkas tentang bulan Titan, ada baiknya saya bagi ke anda sebuah berita mutakhir menarik terkait planet Mars, yang baru saya baca di Livescience.com./17/
Sebuah batu meteorit utuh asal planet Mars yang terbesar di dunia, yang diberi nama Toudenni 002, baru saja dipamerkan untuk umum 1 September 2021 di Maine Mineral & Gem Museum di Bethel, Maine, Amerika Serikat.
Berat batu meteorit Toudenni 14,5 kg, dan bagian terlebarnya mencapai 25 cm. Batu meteorit ini ditemukan dekat sebuah gurun penambangan garam di Mali. Lalu lewat seorang pedagang bebatuan meteorit yang mendapatkan batu meteorit Toudenni dalam bulan April 2021, batu meteorit ini sampai ke museum tersebut.
Bebatuan Mars dapat terlontar ke angkasa luar dari planet ini, menembus atmosfir tipis planet ini, ketika permukaan planet merah ini dengan sangat keras ditumbuk oleh asteroid atau komet besar yang datang dari angkasa luar. Dari antara bebatuan Mars yang terlontar ini, ada yang selanjutnya dapat jatuh ke Bumi.
Berat batu meteorit Toudenni 14,5 kg, dan bagian terlebarnya mencapai 25 cm. Batu meteorit ini ditemukan dekat sebuah gurun penambangan garam di Mali. Lalu lewat seorang pedagang bebatuan meteorit yang mendapatkan batu meteorit Toudenni dalam bulan April 2021, batu meteorit ini sampai ke museum tersebut.
Bebatuan Mars dapat terlontar ke angkasa luar dari planet ini, menembus atmosfir tipis planet ini, ketika permukaan planet merah ini dengan sangat keras ditumbuk oleh asteroid atau komet besar yang datang dari angkasa luar. Dari antara bebatuan Mars yang terlontar ini, ada yang selanjutnya dapat jatuh ke Bumi.
Meteorit Toudenni diperkirakan jatuh ke gurun di Mali tersebut dalam kurun belakangan 100 tahun terakhir ini. Sangat mungkin batu meteorit ini, yang memuat “tandatangan” mineral kimiawi Mars, terbentuk dalam kurun vulkanik Mars lebih dari 100 juta tahun lalu.
Nah, selanjutnya info singkat tentang bulan Titan.
Bulan Titan (usia 4,003 milyar tahun) ditemukan oleh Christiaan Huygens pada 25 Maret 1655. Titan adalah bulan terbesar planet Saturnus dan satelit terbesar kedua dalam sistem Matahari yang lebih besar dari planet Merkurius dan dari bulan planet Bumi.
Titan adalah satu-satunya bulan yang diketahui memiliki suatu atmosfir padat, dan satu-satunya bulan atau planet selain Bumi yang sudah terbukti dengan jelas memiliki tempat-tempat pada permukaannya (sungai, danau dan laut) yang berisi cairan hidrokarbon seperti methane dan ethane, yang mungkin menghasilkan bentuk-bentuk kehidupan yang belum kita ketahui. Awan-awan terbentuk di sana, lalu naik ke atas, dan selanjutnya menurunkan hujan, seperti di Bumi.
Nitrogen dan methane di atmosfir Titan bereaksi, membentuk molekul-molekul organik yang kaya. Jauh di bawah permukaan bulan ini, terdapat lautan air luas yang sangat mungkin berisi bentuk-bentuk kehidupan yang sudah kita ketahui.
Dua foto bulan Titan yang diambil oleh wantariksa Cassini, NASA, 22 April 2017. Bawah: foto close-up. Sumber gambar businessinsider.com.
Setelah wantariksa Cassini yang menggunakan bahan bakar nuklir (plutonium-238) yang diluncurkan NASA dalam bulan Oktober 1997 (dan mencapai sistem Saturnus setelah tujuh tahun penerbangan), NASA berencana akan mendaratkan di Titan sebuah wantariksa yang diberi nama Dragonfly pada tahun 2034 dalam rangka misi astrobiologis, untuk mencari bentuk-bentuk kehidupan di bulan ini dan mempelajari seluk-beluk bulan ini. Saksikan video pendek NASA tentang bulan Titan yang diunggah 25 November 2020 di Youtube https://youtu.be/lr4r70DWShk.
Kembali ke ihwal planet Mars. Jika planet Mars berhasil di-“terraform”, yakni seluruh kondisinya dijadikan sama seperti kondisi planet Bumi yang didiami manusia, maka planet ini akan menjadi planet kedua yang didiami manusia. Tapi itu belum cukup. Homo sapiens perlu menjadi pengelola seluruh sistem Matahari, dan, jauh di depan, ketika sudah bertransformasi menjadi organisme “transhuman” --- perpaduan cerdas biologi dan teknologi--- Homo sapiens akan menyebar, menjadi penghuni jagat raya.
Para saintis terus memperingatkan kita bahwa kita sedang berlomba dengan waktu sampai tersedia planet kedua yang siap dihuni manusia di masa depan yang dekat. Menyiapkan sebuah planet kedua untuk menjadi rumah Homo sapiens adalah tugas dan pekerjaan mendesak yang perlu segera dilakukan. Sungguh, kita sedang berlomba dengan waktu!
Pada pihak lain, ancaman serius terhadap planet Bumi dan semua penghuninya datang dari luar Bumi, dari angkasa. Yang saya maksudkan bukanlah ancaman penyerbuan pasukan aliens ke planet Bumi untuk mereka duduki (walaupun hal ini mungkin saja bisa terjadi di masa depan!), tapi sesuatu yang lain.
Tentu, ancaman yang datang dari angkasa luar dapat berupa meteor atau asteroid besar yang sedang meluncur menuju planet Bumi. Tentang ancaman ini saya sudah diskusikan di beberapa tulisan lain saya, yang terbaru berjudul “Meteor Doomsday atau Apokalipsis Meteor Suatu Saat Akan Terjadi”./18/ Tidak mau saya ulang pada kesempatan ini. Saya ajak anda untuk fokus pada uraian berikut.
Planet Bumi dan
semua makhluk hidup di dalamnya secara alamiah akan lenyap pada saatnya
karena, menurut kajian astrofisika, sesuatu tengah terjadi pada bintang besar kita yang kita namakan
Matahari, sang Surya. Matahari, sejak sekarang, secara evolusioner sedang
mengalami peningkatan suhu.
Dalam jangka waktu 5 milyar tahun dari sekarang, Matahari
akan berevolusi menjadi suatu bola raksasa merah (Red Giant) yang membengkak dan
menggembung. Lalu, 7 milyar tahun dari sekarang, ketika bola Matahari sampai
pada ukuran terbesarnya dan terang cahayanya mencapai puncaknya, kulit gas pada
lapisan terluarnya (korona) akan menelan dan membakar lenyap planet Bumi (lihat dua ilustrasi di bawah ini).
Sebuah ilustrasi Red Giant sedang menelan dan membakar musnah sebuah planet yang jalur orbitnya terlalu dekat dengan si raksasa merah. Sumber ilustrasi Kosmo.
Tapi, jauh sebelum hal itu terjadi, 1,1 milyar tahun dari
sekarang, sang Matahari akan 11% bertambah terang dan panas, dan keadaan ini akan
meningkatkan temperatur udara di seluruh muka Bumi rata-rata menjadi 50 °C
(atau 120 °F).
Suhu setinggi itu, meskipun belum mencapai titik didih air, akan
membuat semua air dan semua lautan yang ada di muka Bumi perlahan menguap.
Tanaman dan binatang (termasuk manusia di dalamnya) akan menghadapi masa sangat
sulit untuk hidup dalam rumah panas ini, dan tentu mereka semua tidak akan
bertahan lama, kecuali organisme sel tunggal yang disebut Arkhaea. Tetapi
ketahanan hidup semacam ini akan berlangsung sebentar saja.
Ketika uap air
sampai di atmosfir, cahaya ultraviolet sang Surya akan memecah molekul-molekul
air, dan gas hidrogen yang diperlukan untuk membangun sel-sel makhluk hidup
perlahan akan bocor, keluar ke angkasa, lalu persediaannya di planet Bumi
habis.
Nah, ini poin yang sangat penting:
Jika keturunan kita---organisme cerdas yang dinamakan Homo sapiens, atau organisme cerdas
keturunan kita yang sudah berubah fisik (menjadi organisme hibrid biologi dan teknologi) dan memiliki struktur molekuler DNA yang sudah lain
karena diubah oleh kekuatan evolusi alamiah selama jutaan hingga milyaran tahun, atau oleh evolusi
teknologis artifisial lewat teknologi DNA-editing--- ingin tetap bertahan hidup, mereka harus pindah ke
planet-planet lain di dalam sistem Matahari. Misalnya ke sebuah planet merah yang tidak
terlalu jauh dari Bumi dan masih dalam kawasan sistem Matahari kita, yakni planet Mars.
Jika setiap hari kita meluncurkan 1.000 wahana antariksa
untuk mengungsikan 7 milyar manusia ke suatu atau beberapa planet lain yang
aman, dibutuhkan semilyar wahana antariksa dan waktu selama 2.700-3.000 tahun ke
depan untuk seluruh peluncurannya.
Selain masalah itu, planet-planet lain yang
jadi tujuan pengungsian juga perlu disiapkan secara besar-besaran untuk
menghasilkan biosfir dan atmosfir yang cocok untuk kehidupan manusia, biosfir
dan atmosfir yang sama dengan yang terdapat di planet Bumi sekarang ini,
setidaknya memiliki air dan oksigen untuk kehidupan.
Tambahan pula, manusia
yang sudah diungsikan itu perlu diberi makan, dirawat secara medis dan
psikologis, dan disiapkan di rumah-rumah baru mereka di luar planet Bumi.
Terraforming Planet Mars
Terraforming Planet Mars
Mengubah suatu planet lain koloni menjadi sebuah planet yang
sama dengan planet Bumi untuk siap dihuni manusia disebut “terraforming.”
Image credit: D. Mitriy|wikimedia.org
Terraforming
ini membutuhkan sains dan teknologi yang sangat advanced, dan juga tentunya membutuhkan sumber daya manusia, sumber daya alam
dan biaya yang besarnya tidak terbayangkan sekarang ini!
Bisa jadi, jika terraforming
berhasil dilakukan, yang akan bisa mengungsi ke planet-planet lain,
misalnya ke Mars atau ke planet-planet lain yang lebih jauh di luar sistem Matahari kita, hanyalah segelintir manusia yang unggul secara finansial, atau unggul secara genetis di masa depan yang jauh.
Tapi, semakin banyak dan beranekaragam suku-suku bangsa dan bangsa-bangsa yang pindah ke planet-planet lain, semakin besar peluang Homo sapiens para pengungsi antarplanet itu dapat bertahan hidup, misalnya ketika mereka terpapar penyakit-penyakit baru yang tidak ada di planet Bumi. Kenapa begitu? Ya, karena bawaan-bawaan genetik mereka berbeda-beda, dus daya tahan dan kekebalan mereka terhadap penyakit-penyakit asing juga akan variatif.
Sejumlah fisikawan menyatakan bahwa dalam melakukan terraforming
terhadap planet Mars, kita perlu mengarahkan banyak asteroid, meteor dan komet,
untuk menumbuk permukaan planet ini guna memanaskan planet ini untuk
menghasilkan atmosfir yang cocok dengan kehidupan manusia.
Tentang terraforming
planet Mars dengan cara ini, wawancara pendek dengan kosmolog Michio Kaku berikut ini
menarik untuk diperhatikan. Berikut ini saya sajikan untuk anda./19/
Tanya: Jika anda melakukan
terraforming terhadap planet Mars, dan membuatnya menjadi sebuah Taman Eden,
bukankah keadaan ini hanya akan berlangsung sementara, sebab planet Mars tidak
cukup besar untuk secara permanen memegang suatu atmosfir?
Jawab: Anda benar sekali.
Mars adalah sebuah planet kecil, dan karenanya medan gravitasinya tidak cukup
kuat untuk secara permanen memegang suatu atmosfir yang tebal dan padat; tetapi
cukup untuk memegang suatu atmosfir selama ribuan hingga jutaan tahun, suatu jangka
waktu yang cukup untuk kita.
Sekali kita berhasil melakukan terraforming
terhadap Mars, akan tersedia atmosfir yang cukup bagi kebutuhan banyak generasi
di masa depan.
Tetapi ini tidak berarti bahwa generasi-generasi di masa depan,
ribuan tahun dari sekarang, akan harus mengisi atmosfir sekali lagi.
Bagaimanapun juga, untuk tujuan-tujuan kita, atmosfir yang akan terbentuk tidak
merupakan suatu masalah.
Tanya: Bukankah menumbukkan
komet dan asteroid ke planet Mars akan menimbulkan banyak kerusakan pada permukaannya
Jawab: Dalam program yang
kami telah ajukan, kami menyatakan adalah mungkin untuk memanaskan Mars dengan
menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir; tetapi ini akan berlangsung
sangat lambat, mahal, dan mungkin suatu rencana yang berbahaya.
Suatu rencana
yang jauh lebih cepat adalah mengarahkan komet-komet dan meteor-meteor ke Mars.
Kami juga menyatakan bahwa, jika anda mengarahkan komet atau meteor dengan
berhati-hati, anda dapat mengontrol orbitnya.
Itu berarti anda dapat dengan
lembut menempatkan komet atau meteor itu dalam orbit Mars. Perlahan-lahan komet
atau meteor itu akan turun ke permukaannya ketika orbitnya perlahan-lahan
melemah. Ini berarti banyak komet atau meteor akan terbakar di atmosfir lalu
melepaskan uap air.
Poinnya di sini adalah bahwa kita dapat dengan akurat
mengarahkan komet atau meteor sehingga kita dapat meminimalisir kerusakan
permukaan planet tetapi memaksimalisir transfer energi, yang kita perlukan
untuk memanaskan planet Mars.
Tanya: Adakah tabel waktu
untuk terraforming planet Mars?
Jawab: Tidak segera. Tebakan
yang bagus adalah bahwa kita akan mengirim astronot ke Mars pada pertengahan
abad ini (dikarenakan adanya hambatan-hambatan pada masa kini dalam misi
mengirim manusia ke angkasa luar).
Jadi koloni-koloni pertama akan dibangun
lebih belakangan dalam abad ke-21. Terraforming baru akan dimulai sekian
dasawarsa sesudahnya.
Kira-kira pada pertengahan abad ke-22 terraforming planet
Mars baru dapat dipertimbangkan dengan serius.
Tetapi seperti Carl Sagan suka
tunjukkan, kita harus menjadi suatu spesies dua planet, sebab betul-betul
sangat berbahaya jika kita menempatkan masa depan umat manusia hanya pada satu
planet.
Itulah tanya-jawab dengan Michio Kaku. Impresif, gak?
Nah, tentang terraforming planet Mars, apa yang dikatakan fisikawan dan kosmolog besar Universitas Cambridge, Inggris, Stephen
Hawking (lahir 8 Januari 1942, wafat 14 Maret 2018) patut juga kita simak.
Pada tahun
2007, sebelum masuk ke penerbangan gravitasi-nol, dengan nada sedikit
futuristik Stephen Hawking berkata,
“Banyak orang telah bertanya kepada saya
mengapa saya mengambil penerbangan ini. Saya melakukannya karena banyak alasan.
Pertama-tama, saya percaya bahwa kehidupan di muka Bumi sedang berada pada
suatu risiko yang makin besar untuk punah samasekali oleh suatu bencana
seperti perang nuklir yang terjadi dadakan, suatu virus yang direkayasa secara
genetik, atau bahaya-bahaya lain. Saya pikir umat manusia tidak memiliki masa
depan jika mereka tidak memasuki angkasa luar. Saya karena itu ingin mendorong
minat masyarakat pada angkasa luar.”
Dalam
suatu wawancara dengan The Daily Telegraph (2001), Hawking menyarankan
bahwa angkasa luar adalah harapan jangka panjang untuk planet Bumi.
“Koloni-koloni di angkasa luar bisa jadi harapan satu-satunya,” kata Hawking.
Sehari sebelum NASA mengonfirmasi keberadaan air di Planet Mars, di hadapan
U.S. House Committee on Science and Technology, pada 30 Juli 2008, Hawking
membuat sebuah pernyataan,
“Menemukan air di planet Mars dapat berarti bahwa
suatu koloni planet Mars di masa depan dapat menggunakan air ini sebagai suatu
sumber oksigen. Ini adalah suatu langkah pertama untuk menyebarluaskan umat
manusia masuk ke angkasa luar, yang menurut saya harus merupakan tujuan jangka
panjang kita.”
Kini, di tahun 2011, sekian situs di planet merah Mars sudah
dipastikan berisi air yang melimpah, bahkan disimpulkan bahwa planet Mars
memiliki air yang aktif, dulu maupun sekarang./20/
Sejalan
dengan pandangan Hawking, Prof. J. Richard Gott, astrofisikawan dari Princeton
University, USA, menyatakan,
“Kita harus membangun suatu koloni di Mars yang
dapat menopang dirinya sendiri. Hal itu akan membuat kita suatu spesies dua
planet dan akan membuat lebih baik prospek survival
jangka panjang kita dengan memberi kita dua kesempatan ketimbang hanya satu
kesempatan.”
Memindahkan Planet Bumi
Memindahkan Planet Bumi
Selain terraforming, ada sebuah jalan lain yang tersedia, yang jauh lebih sulit untuk menyelamatkan planet Bumi, yakni memindahkan planet Bumi beserta semua sumber yang tersedia di dalamnya ke suatu lokasi orbit yang lebih jauh dari Matahari. Para ilmuwan sudah menghitung-hitung dan membuat simulasinya dengan menggunakan komputer.
Jika pada 6,3 milyar tahun dari sekarang sang Mentari berubah
menjadi sebuah bola api raksasa merah yang menggelembung dan cahayanya menjadi
2,2 kali lebih terang dari cahayanya sekarang, maka untuk keselamatan penghuni
planet Bumi dan planet ini sendiri, planet Bumi harus dipindahkan, “didongkel”,
dari orbitnya yang sekarang, menjauh dari Matahari, ke jarak 1,5 kali dari
orbitnya yang sekarang pada Matahari. Orbit planet Bumi yang baru ini sama
dengan orbit planet Mars sekarang ini.
Dengan jarak orbit yang ditambah ini,
planet Bumi akan menerima panas dari Matahari yang sudah menggelembung dengan
intensitas dan volume yang sama dengan intensitas dan volume yang sekarang ini
kita semua terima.
Ihwal kapan usaha pemindahan planet Bumi ini sudah harus
dijalankan, bergantung pada kapan kita mau mencapai orbit planet Bumi 1,5 kali
lebih jauh dari orbitnya yang sekarang, untuk menghindari penguapan semua air
di muka Bumi dan untuk menjauh dari bola merah raksasa sang Matahari yang makin memanas dan menggelembung!
Kalau penggeseran orbit Bumi mau dilakukan perlahan dan bertahap,
usaha ini mungkin sudah bisa dimulai sekarang! Ya, pergeserannya tentu akan berlangsung sedikit demi sedikit, dengan laju kecepatan seekor semut ketika semut ini berjalan dan berlari. Saya berguyon loh.
Masalahnya: kita sekarang ini belum
memiliki teknologi yang aman dan applicable untuk memindahkan Bumi. Lagipula, apa alasannya jika dilakukan sekarang?
Selain itu, kita masih harus tahu, apakah orbit planet Bumi yang diubah akan berpengaruh juga pada orbit benda-benda
langit lainnya dalam sistem Matahari. Juga apakah tidak akan mengganggu keseimbangan gravitasional yang sekarang sudah stabil antarplanet. Juga bulan planet Bumi yang sudah berada pada orbit tidal lock dengan Bumi akan berubah? Tapi, tampaknya ini semua bukan suatu persoalan besar.
Sepertinya, usaha menyelamatkan dan memindahkan planet Bumi sekarang ini terpikirkan hanya sebagai suatu fiksi ilmiah, yang dapat dijadikan kisah film-film Hollywood. Tetapi, pemindahan planet Bumi
adalah sebuah tugas di masa depan yang jauh dan yang sangat serius!
Kelihatannya sekarang ini, “kiamat”, dalam arti: lenyapnya
planet Bumi dan matinya semua makhluk hidup di dalamnya, tidak akan bisa
dihindari. Tapi katastrofi ini akan terjadi masih sangat lama jika
dihitung dari rata-rata umur manusia sekarang ini (katakanlah rata-rata sampai
80 tahun); kita masih harus menunggu 1,1 milyar sampai 7 milyar tahun dari
sekarang. Walah!
Well, makhluk yang nanti akan mengalami “kiamat” ini adalah keturunan
manusia yang telah mengalami evolusi genetik dan evolusi inteligensi, secara
alamiah atau lewat evolusi teknologis artifisial. Mereka akan sudah menjadi organisme transhuman yang telah melampaui dan mengatasi berbagai kelemahan dan keterbatasan tubuh biologis mereka. Ya, dengan cara menggabung biologi dan teknologi, menjadi sosok cybernetic organism atau cyborg.
Bisa jadi, mereka pada zaman
mereka nanti akan dapat menemukan suatu solusi tepat, aman dan efisien untuk
menghindari lenyapnya air dari planet Bumi dan terpanggangnya planet ini oleh
panas cahaya sang Matahari yang sudah membengkak menjadi bola api raksasa maut./21/
Penutup
Saya mau bertanya kepada anda. Boleh ya?
Saya mau bertanya kepada anda. Boleh ya?
Manakah yang lebih dekat ke hati Tuhan yang maha pemelihara dan maha pengasih, para saintis (banyak yang ateis) yang ingin mempertahankan kehidupan spesies Homo sapiens dan peradabannya serta planet Bumi, ataukah para agamawan radikal dari berbagai agama yang dengan teologi kiamat mereka menghendaki planet Bumi ini dan jagat raya serta Homo sapiens lenyap dari dunia nyata?/22/
Dan untuk membuat anda tambah gelisah lagi, di beberapa alinea terakhir ini saya mau mengemukakan sesuatu.
Dan untuk membuat anda tambah gelisah lagi, di beberapa alinea terakhir ini saya mau mengemukakan sesuatu.
Apakah anda sudah menonton film yang berjudul Knowing?
Jika sudah, anda pasti tersadarkan bahwa bintang Matahari kita juga bisa menjadi penyebab kiamat yang terjadi mendadak, pada masa kehidupan anda sendiri, tanpa terprediksi oleh kita di Bumi.
“Solar promince” pada korona Matahari
Ada yang dinamakan solar prominence atau “tonggos” Matahari, yakni lidah-lidah api dahsyat yang sewaktu-waktu begitu saja menyembur dan menyambar ke angkasa luar dari permukaan korona Matahari, yaitu lapisan luar atmosfir bola bintang Matahari. Lidah-lidah api ini (dinamakan juga filamen) adalah plasma atau gas panas terionisasi yang terdiri atas hidrogen dan helium yang bermuatan listrik.
Foto di atas adalah semburan plasma raksasa tonggos Matahari, direkam oleh NASA pada 24 Februari 2011. Mengerikan, gak? Saksikan videonya di NASA News./23/
Semburan api plasma yang stabil dapat bertahan selama beberapa bulan, dan sejauh ini dapat terjulur ke angkasa luar sampai ratusan ribu mil dari korona Matahari, lalu surut kembali atau seluruh massanya lepas ke angkasa luar. Tentu saja, akan bisa menyembur lebih jauh dan lebih jauh lagi. Mungkin juga lidah plasma Matahari---sebagai bagian dari struktur massif magnetik yang lebih besar yang dinamakan Corona Mass Ejections atau CMEs---dapat mencapai planet Bumi tempat anda hidup sekarang ini, dengan menembus medan magnetik perisai Bumi.
Seandainya tonggos Matahari suatu saat tiba-tiba menyembur jauh sampai ke planet Bumi, seperti ditayangkan oleh film itu, itulah the end of the world in the literal sense of the word!
Saya belum pelajari, apakah kejadian imajiner dalam film tersebut dapat menjadi suatu fakta ilmiah.
Izinkan saya berimajinasi: bagaimanakah kejadiannya dan akibatnya jika plasma Matahari menyembur terus-menerus, jangka panjang, dengan massa plasma yang terus makin besar dan dengan kecepatan yang terus makin tinggi, lalu keseluruhan massa plasma ini terlepas dari korona Matahari?
Apakah massa plasma yang sangat panas dan luarbiasa besar, yang terlepas dengan kecepatan tinggi itu bisa sampai ke Bumi, atau lenyap menjadi debu dalam sistem Matahari? Lihat ilustrasi di bawah ini (NASA, ESA, E. Wheatley [STSCI]), yang diambil dari Insane Curiosity.
Anda jangan hanya jadi gelisah, tapi yakinkanlah semua orang, termasuk diri anda sendiri, bahwa manusia di Bumi harus mempelajari bintang Matahari kita dengan sangat intensif supaya kita di masa depan, lewat teknologi kita yang sudah sangat advanced, bisa mengendalikan bahkan menjinakkan tonggos Matahari yang berukuran supergiant, bahkan segala sesuatu di dalam bintang ini yang bisa membahayakan planet Bumi dan seluruh isinya!
ioanes rakhmat
Catatan-catatan
/1/
Kata Yunani “apokalypsis” muncul dalam kitab terakhir Perjanjian Baru yang
diberi nama Kitab Wahyu, yakni pada Wahyu 1:1 dalam frasa “apokalypsis Iēsou
Khristou” ( = wahyu Yesus Kristus).
/2/ Para
pakar yang bekerjasama itu adalah Harold W. Attridge, Francis T. Fallon,
Anthony J. Saldarini, Adela Yarbro Collins, dan John J. Collins (chair). Mereka
disebut the Apocalypse Group of the Society of Biblical Literature’s Genres
Project.
Hasil kerjasama mereka dipublikasi dalam Semeia 14 (1979); kutipan dari hlm. 9. Definisi ini diambil-alih
oleh David S. Russell, Divine Disclosure: An Introduction to Jewish Apocalyptic (Minneapolis:
Fortress Press, 1992) hlm. 12. Lihat juga terjemahan Indonesia buku Russell ini
oleh Ioanes Rakhmat, dengan judul Penyingkapan
Ilahi: Pengantar ke dalam Apokaliptik Yahudi (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1993).
/3/ Paul D. Hanson, The
Dawn of Apocalyptic: The Historical and Sociological Roots of Jewish
Apocalyptic Eschatology (Fortress Press; edisi revisi 1979; cetakan ketiga
1989) hlm. 428.
/4/ Paul D. Hanson, Old
Testament Apocalyptic (Nashville: Abingdon Press, 1987) hlm. 27-28.
/5/ John J. Collins, The
Apocalyptic Imagination: An Introduction to Jewish Apocalyptic Literature (Grand
Rapids, Michigan/Cambridge, U.K.: William B. Eerdmans Publishing Co., 1984,
1998), hlm. 6, 281-82.
/6/ Tentang teori dissonansi kognitif dan penerapannya pada kekristenan perdana, lihat Ioanes Rakhmat, “Teori Cognitive Dissonance dan Kekristenan Perdana”, Freidenk Blog, 17 Januari 2009, https://ioanesrakhmat.blogspot.com/2009/01/teori-cognitive-dissonance-dan.html?m=0.
/7/ Lihat antara lain John J. Collins, The Apocalyptic Imagination, hlm. 6; David S. Russell, Divine Disclosure, hlm. 8-13.
Ciri-ciri pemikiran apokaliptisisme yang disajikan ini diupayakan lengkap dan
menyeluruh; tapi tidak selalu semuanya sekaligus muncul dalam setiap tulisan apokaliptik
Yahudi ataupun tulisan apokaliptik Kristen, yang ada di dalam kitab suci maupun
di luarnya.
/8/ Lebih lanjut tentang Zoroastrianisme, lihat misalnya BBC, “Dualism in Zoroastrianism”, update mutakhir 02 Oktober 2009, https://www.bbc.co.uk/religion/religions/zoroastrian/beliefs/dualism.shtml.
/9/ John J. Collins, The Apocalyptic Imagination, hlm. 280.
/10/ Lihat http://www.ioanesrakhmat.blogspot.com/2009/03/dispensasionalisme-pra-millennial.html dan juga http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2008/11/fundamentalisme-zionis-yahudi-kristen.html.
/11/ Lihat penanganan yang benar atas sastra-sastra apokaliptik Yahudi oleh Paul D. Hanson dalam bukunya The Dawn of Apocalyptic: The Historical and Sociological Roots of Jewish Apocalyptic Eschatology (Fortress Press; edisi revisi 1979; cetakan ketiga 1989); juga John J. Collins, The Apocalyptic Imagination.
/9/ John J. Collins, The Apocalyptic Imagination, hlm. 280.
/10/ Lihat http://www.ioanesrakhmat.blogspot.com/2009/03/dispensasionalisme-pra-millennial.html dan juga http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2008/11/fundamentalisme-zionis-yahudi-kristen.html.
/11/ Lihat penanganan yang benar atas sastra-sastra apokaliptik Yahudi oleh Paul D. Hanson dalam bukunya The Dawn of Apocalyptic: The Historical and Sociological Roots of Jewish Apocalyptic Eschatology (Fortress Press; edisi revisi 1979; cetakan ketiga 1989); juga John J. Collins, The Apocalyptic Imagination.
/12/ Kitab Wahyu Yohanes dalam kanon Perjanjian Baru juga
bukan sebuah kitab yang “diturunkan” dari sorga.
Kitab ini ditulis sebagai
sebuah respons yang real dalam bentuk sastra apokaliptik terhadap situasi
teraniaya dan tertindas secara sosial, politis dan ekonomi, yang real dialami suatu komunitas Kristen
yang juga real di dalam konteks sejarahnya yang khas di Asia Kecil, khususnya
pada masa pemerintahan Kaisar Domitianus (memerintah 81-96) yang mengharuskan
penyembahan dan pemujaan kepada Kaisar sebagai “Tuhan dan Allah” (dikenal
sebagai kultus pemujaan Kaisar) diadakan di semua provinsi kekaisaran.
Elisabeth Schüssler Fiorenza, misalnya, telah menelaah Kitab Wahyu ini dari sudut
pandang sejarah sosial-politis komunitas yang sedang mengalami penganiayaan.
Lihat Elisabeth Schüssler Fiorenza, The
Book of Revelation: Justice and Judgment (Minneapolis, MN: Augsburg
Fortress, 1998, edisi kedua); idem, “The Followers of the Lamb: Visionary
Rhetoric and Social-Political Situation” dalam Semeia 36 (1986) hlm. 123-146; lihat juga Leonard Thompson, “A
Sociological Analysis of Tribulation in the Apocalypse of John” dalam Semeia 36 (1986) hlm. 147-174.
/13/ Teologi kiamat juga membuahkan berbagai gerakan militan dan terorisme dalam berbagai komunitas keagamaan yang ada di dunia dewasa ini. Penjabaran yang luas dan analisis yang tajam tentang keadaan ini, lihat Mark Juergensmeyer, Terror in the Mind of God: The Global Rise of Religious Violence (updated edition with a new preface) (Berkeley, Los Angeles and London: University of California Press, 2000; first paperback printing 2001); juga idem, Global Rebellion: Religious Challenges to the Secular State, From Christian Militias to Al Qaeda (Berkeley, Los Angeles and London: University of California Press, 2008).
/13/ Teologi kiamat juga membuahkan berbagai gerakan militan dan terorisme dalam berbagai komunitas keagamaan yang ada di dunia dewasa ini. Penjabaran yang luas dan analisis yang tajam tentang keadaan ini, lihat Mark Juergensmeyer, Terror in the Mind of God: The Global Rise of Religious Violence (updated edition with a new preface) (Berkeley, Los Angeles and London: University of California Press, 2000; first paperback printing 2001); juga idem, Global Rebellion: Religious Challenges to the Secular State, From Christian Militias to Al Qaeda (Berkeley, Los Angeles and London: University of California Press, 2008).
/14/ Robert Pape, Dying to Win: The Strategic Logic of Suicide Terrorism (New York: Random House, 2005).
/15/ David S. Russell, Prophecy
and the Apocalyptic Dream: Protest and Promise (Peabody, Massachusetts:
Hendrickson Publishers, 1994) hlm. 115.
/16/ Untuk
gambaran lebih lengkap tentang akibat-akibat yang akan ditimbulkan oleh suatu
perang nuklir sedunia, lihat Carl Sagan, Cosmos (New York: Random House,
1980) bab 13 (hlm. 317 ff.).
/17/ Lihat berita Harry Baker, “World's largest Martian meteorite goes on display”, Livescience, 3 September 2021, https://www.livescience.com/worlds-largest-martian-meteorite.html.
/18/ Ioanes Rakhmat, “Meteor Doomsday atau Apokalipsis Meteor Suatu Saat Akan Terjadi”, Freidenk Blog, 29 Maret 2021, diedit 3 April 2021, https://ioanesrakhmat.blogspot.com/2021/03/meteor-doomsday-atau-apokalipsis-meteor.html?m=0.
/19/ Wawancara pendek dengan Michio Kaku, 13 September 2010,
“Should We Use Comets and Asteroids to Terraform Mars?”; tersedia online di http://bigthink.com/ideas/24011.
/20/ Tentang
ini, simak di http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2011/11/air-di-kutub-utara-planet-mars.html.
/21/ Lebih jauh tentang ihwal pemindahan planet Bumi, lihat http://www.newscientist.com/article/dn14983-moving-the-earth-a-planetary-survival-guide.html.
/22/ Kalau anda mau tahu ide-ide saintifik tentang bagaimana planet Bumi bisa dilenyapkan, ide-ide ini terpasang online di http://www.livescience.com/17875-destroy-earth-doomsday.html. Mungkin ide-ide yang dibeberkan di situs itu suatu saat akan dijalankan oleh para radikalis keagamaan dari berbagai agama.
/22/ Kalau anda mau tahu ide-ide saintifik tentang bagaimana planet Bumi bisa dilenyapkan, ide-ide ini terpasang online di http://www.livescience.com/17875-destroy-earth-doomsday.html. Mungkin ide-ide yang dibeberkan di situs itu suatu saat akan dijalankan oleh para radikalis keagamaan dari berbagai agama.
/23/ Lihat NASA NEWS by Susan Hendrix and Holly Zell, “Monster Prominence Erupts from the Sun”, NASA NEWS, https://www.nasa.gov/mission_pages/sunearth/news/News022411-monsterprom.html.