Wednesday, April 15, 2009

Pasca-Millennialisme

Napoleon Bonaparte dianggap sebagai anti-Kristus 
oleh kalangan dispensasionalis


Pasca-Millennialisme

(Tulisan kedua dari rangkaian tiga tulisan tentang millennialisme)

Dalam pasca- (post-) millennialisme, kedatangan kembali Yesus Kristus diyakini akan berlangsung menyusul atau setelah (= pasca) Millennium. Millennium akan terjadi lebih dulu, baru Kristus datang kembali. Tetapi, dalam pandangan ini, Millennium tidak ditafsirkan harfiah (1000 x 365 hari), melainkan figuratif atau simbolis, yakni mengacu kepada pemerintahan Yesus Kristus yang bertakhta di surga (Kisah Para Rasul 2:29-36) atas dunia manusia untuk jangka waktu yang panjang (Markus 13:32-37; Lukas 12:37-48). Pemerintahan Kristus ini berlangsung melalui pekerjaan Roh Kudus di dunia. Roh Kudus bekerja baik di dalam dan melalui gereja mau pun di dalam dan melalui sarana-sarana lain di dalam dunia yang dikelola oleh orang-orang yang sudah ditebus, untuk secara bertahap mendatangkan dan mengembangkan Kerajaan Allah di bumi.

Pemerintahan millennial melalui Roh Kristus ini akan berlangsung untuk jangka waktu yang lama, dalam proses yang mula-mula tidak begitu saja kelihatan, sampai pada kedatangan kembali Yesus Kristus secara fisik ke dalam dunia. Khususnya melalui pemberitaan Injil oleh gereja-gereja sedunia, dan karya penyelamatan yang dikerjakan Roh Kudus, dunia akan dikristenkan. Sementara pertobatan berlangsung di seantero bumi, seluruh (atau bagian terbesar) bangsa Yahudi juga akan berpaling kepada dan menerima Yesus Kristus sebagai sang Mesias dan, dengan itu, mereka akan menjadi bagian dari gereja universal, umat zaman akhir pilihan Allah, yang membawa berkat bagi dunia.
 
Selama Millennium, pemerintahan Kristus melalui Roh Kudus di bumi tidak hanya berlaku dalam kehidupan spiritual (yakni, kebangkitan spiritual akbar, dan pertobatan seluruh dunia, masuk Kristen); tetapi, menyusul atau bersamaan dengan suatu konversionisme atau pertobatan global ini, pemerintahan ini juga berlangsung di dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Para pasca-millennialis yakin bahwa Roh Kudus juga akan membawa dunia ini dan umat manusia di dalamnya kepada keadaan-keadaan kehidupan yang akan makin ditandai oleh kemakmuran dan kesejahteraan sosial-ekonomi, serta kestabilan dan keadilan serta kedamaian politik dan militer menyeluruh.

Selama Millennium, secara bertahap dan sinambung, di bawah kendali Kristus dalam Roh, dunia akan bergerak menuju suatu kesempurnaan dan kekudusan menyeluruh: religius, spiritual, sosial, ekonomis, politis, militer dan ekologis. Kebudayaan Kristen akan ditegakkan di bumi. Pada saat inilah nubuat PL terpenuhi, bahwa “bumi akan dipenuhi dengan pengetahuan akan kemuliaan TUHAN, seperti air menutup lautan” (Habakuk 2:14). Sesudah masa Millennium ini, yaitu masa panjang kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran dan kesucian di dalam dunia ini, Yesus Kristus, dalam wujud fisik, datang kembali ke dalam dunia, lalu membangkitkan orang-orang percaya yang sudah mati, dan melaksanakan penghakiman dan pengadilan terakhir. Para pasca-millennialis mengabaikan gagasan-gagasan dispensasionalis tentang “Pengangkatan ke Sorga” (Rapture) dan “Masa Kesengsaraan Besar” (Tribulation).
 
Yang patut diajukan sebagai pertanyaan terhadap para pasca-millennialis adalah: Kapan persisnya Millennium ini dimulai? Mereka memang tidak bisa memberi satu jawaban yang persis. Tetapi, ketika Kebangkitan Besar, the Great (Spiritual) Awakening, melanda Eropa dan Amerika Utara pada abad-abad ke-17 dan ke-18, pasca-millennialisme, yang berisi optimisme religius, sosial, politik dan ekonomi, banyak dikhotbahkan para penginjil. The Great Awakening itu dilihat sebagai pertanda dimulainya Millennium, yang akan didahului oleh pertobatan massal orang Yahudi Diaspora, masuk Kristen, dan ini akan mendatangkan berkat bagi segala bangsa dan kaum di muka bumi. Jonathan Edwards (1703-1758) di Inggris, dan juga George Whitefield, misalnya, mempropagandakan keyakinan ini dengan sangat bersemangat. Jauh sebelumnya, pada 1621, Sir Henry Finch, seorang advokat kenamaan dan anggota DPR Inggris, melalui tulisannya juga telah menyebarluaskan keyakinan dan pandangan yang sama, dengan menekankan panggilan kepada orang-orang Yahudi Diaspora untuk menerima Yesus Kristus. Para pembela aliran ini juga mencakup nama-nama J. A. Alexander, Robert Dabney, Charles Hodge, A. A. Hodge, B.B. Warfield, Loraine Boettner and Charles H. Spurgeon.
 
Tetapi, pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, ketika dunia diguncangkan oleh berbagai bencana politik dan militer yang melanda Amerika Utara dan Eropa, misalnya Perang Kemerdekaan Amerika (1775-1784), Revolusi Perancis (1789-1793), dan Perang-perang Napoleonik (1809-1815), Perang Saudara di Amerika (1861-1865), optimisme pasca-millennialis, tak pelak lagi, mulai ditinggalkan. Orang mulai berpaling kepada suatu pandangan apokaliptik millennialis yang lain, yakni pra-millennialisme dispensasionalis, yang, seperti sudah dikemukakan dalam tulisan sebelumnya (klik di sini), dipropagandakan dengan sangat bersemangat oleh Edward Irving dan John Nelson Darby dan Plymouth Brethren, dan yang sejak 1862 oleh Darby dibawa masuk ke Amerika Utara.
 
Di dalam horison pra-millennialisme dispensasionalis ini, di tengah guncangan politik yang dahsyat melanda Eropa, orang pun mulai waspada terhadap kedatangan Antikristus dalam diri tokoh-tokoh insani, dan mengantisipasi tibanya Masa Kesengsaraan Besar dan berkumpulnya kembali orang-orang Yahudi di Tanah Perjanjian. Di Eropa abad ke-19, para pra-millennialis pun banyak berspekulasi, apakah Napoleon Bonaparte yang ateis itu sang Antikristus yang telah datang. Di Amerika Utara, pada tahun 1773, Raja George III digambarkan sebagai sang Antikristus, dan Perang Kemerdekaan dipandang sebagai suatu “perang salib suci” yang akan memulai Millennium.

Pada masa kini, pasca-millennialisme (dengan berbagai nama lain, misalnya Kingdom Now Theology, atau Dominion Theology atau juga Christian Reconstruction) masih dengan aktif dipropagandakan oleh kelompok-kelompok atau gerakan-gerakan yang, antara lain, menamakan diri Chalcedon Foundation dan Christian Reconstruction.


Baca juga:
A-millennialisme
Dispensasionalisme pra-millennial